Ada sepasang suami istri duduk di meja berdua. Malam itu adalah malam untuk mengenang 2 tahun pernikahan mereka. Banyak yang sudah mereka jalani dan alami selama ini bersama. Baik suka maupun duka.
Malam itu sudah benar-benar dipersiapkan oleh si istri. Satu harian dia sudah merancang segala sesuatu untuk malam itu. Supaya perayaan 2 tahun pernikahan mereka dengan suami tercinta bisa berjalan dengan penuh kesan.
Dua buah lilin menyala ditengah-tengah meja. Sesekali lidah api lilin itu bergoyang seakan bersendaugurau dan berkejar-kejaran. Si Istri telah memasak masakan kesukaan suaminya.
Setelah mereka duduk berdua, suasana begitu indah si istri berkata: “Pa, malam ini saya sungguh bahagia, lebih dari tahun kemarin. Aku persiapkan spesial buat Papa”
“Oh..ya? apa saja itu Ma?”
“Lihat saya telah memasak masakan kesukaanmu, juga suasana rumah yang nyaman dan indah malam ini”.
“Iya sayang, Papa juga melihat itu semua, terimakasih yah, Kamu memang istri yang luar biasa”
Akhirnya mereka berdoa dan menikmati makan malam dengan penuh sukacita dan oenuh kasih.
Usai makan, si istri berkata lagi:
“Pa saya ada kejutan lain lagi nih…”
“Apa itu Ma?”.
“Saya berharap rumah tangga kita lebih baik ke depan. Saya ingin kita bisa saling menjaga perasaan, dan memperbaiki semua kelemahan-kelemahan kita masing-masing. Saya mau kita saling menulis di secarik kertas, apa-apa saja yang tidak Papa suka dari saya, kelemahan-kelemahanku, supaya aku tau”. Akupun akan menuliskan semua kelemahan dan kekuragan Papa yang kurasakan, supaya Papa tau”. Demikian usul sang istri.
Akhirnya si suamipun menurutinya, dia juga tidak ingin mengurangi keindahan malam itu.
Si Istri kelihatan sangan serius menulis di kertasnya, banyak dia tulisi. Sesekali dia melihat keatas mengingat-ingat segala kekurangan suaminya, dan menuliskannya.
“yap, siap, aku sudah siap Pa. Kamu gimana?”
“Papa sudah siap juga”.
Mereka saling melipat kertasnya dan bertukar kertas.
“ Nah sekarang Papa baca duluan yang ku tulis. Kita bersuara yah” dengan senangnya si istri berkata.
Si suami dengan senyum mulai membuka kertas itu, dan membacanya dengan bersuara.
“Papa sering pulang telat”
“Papa sering tidak memikirkan perasaanku”
“Papa gampang marah hanya karena masalah kecil”
“dll…”
Setiap dia baca satu, dia berhenti sejenak, si istri senyum sambil melihat ekspresi suaminya. Akhirnya si suami selesai membaca dan meletakkan kertas itu di meja.
“ Kini giliranku Pa” kata si Istri dengan semangat.
Ketika dia buka kertas itu, dia tidak menemukan apa-apa di dalamnya. Isinya kosong dan bersih.
Kemudian si istri kecewa dan berkata:
“Tadi kan sudah kubilang kita saling mengisi kekurangan pasangan yang kita rasakan untuk perbaikan kedepan, aku sudah banyak menulis, kok Papa malah tidak menulis apa-apa?” kata istrinya sedikit jengkel.
Akhirnya si suami berkata”
“ Sayang aku memang tidak bisa menulis apa-apa. Ketika aku sudah berjanji di hadapan Tuhan, pendeta dan jemaat untuk menerimamu apa adanya, baik suka maupun duka, maka sejak saat itu bagiku kamu sudah sempurna, tidak ada kekuranganmu yang sanggup saya tuliskan lagi. Aku sudah menerimamu apa adanya”.
Si istripun meneteskan airmatanya dan terisak menangis. Dia datang memeluk suaminya dan minta maaf, bahwa selama ini dia hanya melihat kekurangan suaminya. Dia berjanji akan menjadi istri yang terbaik bagi suaminya.
Sebagaimana Kristus tidak melihat kekurangan kita ketika dia hendak menyelamatkan kita, tetapi dia melihat KasihNya yang besar kepada kita umat ciptaanNya, bahkan rela menyerahkan nyawaNya. Jika Tuhan selalu melihat kekurangan dan dosa-dosa kita, maka tidak ada satupun alasan bagi Tuhan untuk menyelamatkan dan mengasihi kita. Tetapi karena KASIH dan janjiNya kepada dirinya sendiri sebagai Tuhan, maka kita memperoleh pembenaran dan keselamatan. Demikian jugalah si suami dalam hal mengasihi istrinya.
Efesus 5:25
Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.
Malam itu sudah benar-benar dipersiapkan oleh si istri. Satu harian dia sudah merancang segala sesuatu untuk malam itu. Supaya perayaan 2 tahun pernikahan mereka dengan suami tercinta bisa berjalan dengan penuh kesan.
Dua buah lilin menyala ditengah-tengah meja. Sesekali lidah api lilin itu bergoyang seakan bersendaugurau dan berkejar-kejaran. Si Istri telah memasak masakan kesukaan suaminya.
Setelah mereka duduk berdua, suasana begitu indah si istri berkata: “Pa, malam ini saya sungguh bahagia, lebih dari tahun kemarin. Aku persiapkan spesial buat Papa”
“Oh..ya? apa saja itu Ma?”
“Lihat saya telah memasak masakan kesukaanmu, juga suasana rumah yang nyaman dan indah malam ini”.
“Iya sayang, Papa juga melihat itu semua, terimakasih yah, Kamu memang istri yang luar biasa”
Akhirnya mereka berdoa dan menikmati makan malam dengan penuh sukacita dan oenuh kasih.
Usai makan, si istri berkata lagi:
“Pa saya ada kejutan lain lagi nih…”
“Apa itu Ma?”.
“Saya berharap rumah tangga kita lebih baik ke depan. Saya ingin kita bisa saling menjaga perasaan, dan memperbaiki semua kelemahan-kelemahan kita masing-masing. Saya mau kita saling menulis di secarik kertas, apa-apa saja yang tidak Papa suka dari saya, kelemahan-kelemahanku, supaya aku tau”. Akupun akan menuliskan semua kelemahan dan kekuragan Papa yang kurasakan, supaya Papa tau”. Demikian usul sang istri.
Akhirnya si suamipun menurutinya, dia juga tidak ingin mengurangi keindahan malam itu.
Si Istri kelihatan sangan serius menulis di kertasnya, banyak dia tulisi. Sesekali dia melihat keatas mengingat-ingat segala kekurangan suaminya, dan menuliskannya.
“yap, siap, aku sudah siap Pa. Kamu gimana?”
“Papa sudah siap juga”.
Mereka saling melipat kertasnya dan bertukar kertas.
“ Nah sekarang Papa baca duluan yang ku tulis. Kita bersuara yah” dengan senangnya si istri berkata.
Si suami dengan senyum mulai membuka kertas itu, dan membacanya dengan bersuara.
“Papa sering pulang telat”
“Papa sering tidak memikirkan perasaanku”
“Papa gampang marah hanya karena masalah kecil”
“dll…”
Setiap dia baca satu, dia berhenti sejenak, si istri senyum sambil melihat ekspresi suaminya. Akhirnya si suami selesai membaca dan meletakkan kertas itu di meja.
“ Kini giliranku Pa” kata si Istri dengan semangat.
Ketika dia buka kertas itu, dia tidak menemukan apa-apa di dalamnya. Isinya kosong dan bersih.
Kemudian si istri kecewa dan berkata:
“Tadi kan sudah kubilang kita saling mengisi kekurangan pasangan yang kita rasakan untuk perbaikan kedepan, aku sudah banyak menulis, kok Papa malah tidak menulis apa-apa?” kata istrinya sedikit jengkel.
Akhirnya si suami berkata”
“ Sayang aku memang tidak bisa menulis apa-apa. Ketika aku sudah berjanji di hadapan Tuhan, pendeta dan jemaat untuk menerimamu apa adanya, baik suka maupun duka, maka sejak saat itu bagiku kamu sudah sempurna, tidak ada kekuranganmu yang sanggup saya tuliskan lagi. Aku sudah menerimamu apa adanya”.
Si istripun meneteskan airmatanya dan terisak menangis. Dia datang memeluk suaminya dan minta maaf, bahwa selama ini dia hanya melihat kekurangan suaminya. Dia berjanji akan menjadi istri yang terbaik bagi suaminya.
Sebagaimana Kristus tidak melihat kekurangan kita ketika dia hendak menyelamatkan kita, tetapi dia melihat KasihNya yang besar kepada kita umat ciptaanNya, bahkan rela menyerahkan nyawaNya. Jika Tuhan selalu melihat kekurangan dan dosa-dosa kita, maka tidak ada satupun alasan bagi Tuhan untuk menyelamatkan dan mengasihi kita. Tetapi karena KASIH dan janjiNya kepada dirinya sendiri sebagai Tuhan, maka kita memperoleh pembenaran dan keselamatan. Demikian jugalah si suami dalam hal mengasihi istrinya.
Efesus 5:25
Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.
Syalom,
Harles Lumbantobing
KLIK ARSIP untuk melihat tulisan lainnya di Daftar... ARSIP...