Sabtu, 26 Juni 2021

KASIH PERSAUDARAAN

Ibadah Minggu 4 Setelah Trinitatis

Minggu 27 Juni 2021

Tema:

KASIH PERSAUDARAAN

EV: 2 Samuel 1:17-27

EP: 2 Korintus 8:7-15

 

2 Samuel 1:17-27 (TB)

1:17 Daud menyanyikan nyanyian ratapan ini karena Saul dan Yonatan, anaknya,

1:18 dan ia memberi perintah untuk mengajarkan nyanyian ini kepada bani Yehuda; itu ada tertulis dalam Kitab Orang Jujur.

1:19 Kepermaianmu, hai Israel, mati terbunuh di bukit-bukitmu! Betapa gugur para pahlawan!

1:20 Janganlah kabarkan itu di Gat, janganlah beritakan itu di lorong-lorong Askelon, supaya jangan bersukacita anak-anak perempuan orang Filistin, supaya jangan beria-ria anak-anak perempuan orang-orang yang tidak bersunat!

1:21 Hai gunung-gunung di Gilboa! jangan ada embun, jangan ada hujan di atas kamu, hai padang-padang pembawa kematian! Sebab di sanalah perisai para pahlawan dilumuri, perisai Saul yang tidak diurapi dengan minyak.

1:22 Tanpa darah orang-orang yang mati terbunuh dan tanpa lemak para pahlawan panah Yonatan tidak pernah berpaling pulang, dan pedang Saul tidak kembali dengan hampa.

1:23 Saul dan Yonatan, orang-orang yang dicintai dan yang ramah, dalam hidup dan matinya tidak terpisah. Mereka lebih cepat dari burung rajawali, mereka lebih kuat dari singa.

1:24 Hai anak-anak perempuan Israel, menangislah karena Saul, yang mendandani kamu dengan pakaian mewah dari kain kirmizi, yang menyematkan perhiasan emas pada pakaianmu.

1:25 Betapa gugur para pahlawan di tengah-tengah pertempuran! Yonatan mati terbunuh di bukit-bukitmu.

1:26 Merasa susah aku karena engkau, saudaraku Yonatan, engkau sangat ramah kepadaku; bagiku cintamu lebih ajaib dari pada cinta perempuan.

1:27 Betapa gugur para pahlawan dan musnah senjata-senjata perang!

 

------------

 

Shalom, Selamat hari minggu. Kiranya Tuhan yang berdaulat atas segala-galanya menyertai dan menolong kita semua dalam setiap langkah hidup kita. Ajaib segala jalanNya, tidak terselami segala perbuatanNya. Allah yang kekal rela menjadi manusia, bersama-sama dengan  manusia, supaya manusia ciptaanNya yang paling Dia kasihi bisa mengenalNya,  bersama-sama denganNya, bahkan menjadi sahabatNya dan selama-lamanya akan bersama-sama dengan Dia di sorga kekal.

                Dalam ibadah minggu ini, Firman Tuhan berbicara kepada kita lewat kitab 2 Samuel 1:17-27, yang mengambil tema KASIH PERSAUDARAAN. Bagaimana Nas ini menuntun kita ke dalam tema ini bisa kita baca dan renungkan lewat uraian berikut ini.

Pada perikop ini, hubungan Daud dan Yonatan ini bukanlah sekedar teman biasa, atau saudara sebangsa, atau saudara seperjuangan, tetapi lebih daripada itu mereka berdua adalah sahabat. Mereka berdua demikian saling mengasihi satu dengan yang lain dengan dekatnya. Kasih digunakan disini adalah kasih Philia yang artinya kasih persaudaraan. Kasih ini masih berbeda dengan kasih storge ( kasih hubungan sedarah atau keluarga). Kasih Philia digunakan dalam hubungan pertemanan baik secara umum maupun khusus. Umum maksudnya hubungan kasih sesama teman misalnya di kelas, di pekerjaan, di lingkungan, di gereja dan yang lainnya, yang saling mengenal atau secara terus menerus bersama-sama dalam satu rentang waktu.  Khusus saya maksudkan disini bahwa diantara semua pertemanan itu ada satu atau lebih orang tertentu yang memiliki hubungan yang lebih dekat atau spesial dibanding semua teman-temannya itu. Kasih persaudaraan khusus ini saya sebut sahabat.

Dalam konteks hubungan Daud dan Yonatan dalam Nas ini, kasih persaudaraan yang kita lihat di sini bukanlah kasih persaudaraan yang umum, tetapi kasih persaudaraan yang khusus/spesial yang kita sebut dengan PERSAHABATAN. Mereka berdua adalah sahabat.  Mareka bukan teman biasa (friend), tetapi teman dekat (close friend) yaitu sahabat. Nas Firman Tuhan ini merupakan ratapan Daud atas kematian  Saul dan terkhusus sahabatnya Yonatan. Demikian dekatnya Daud kepada Yonatan sehingga dia melukiskan kasih Yonatan kepadanya melebih cinta seorang perempuan.

Saudara berbeda dengan sahabat sehingga hubungan dua yang bersaudara berbeda dengan hubungan dua orang yang bersahabat. Dalam bahasa daerah Batak dalam Alkitab kata saudara diterjemahkan dengan ‘dongan’, Sedangkan  sahabat diterjemahkan dengan ‘ale-ale’ (bahasa Batak). Jadi antara ‘dongan’ dengan ‘ale-ale’ terdapat perbedaan yang mendasar.

Bagaimana dengan konsep kasih persaudaraaan yang Yesus ajarkan? Apakah di level umum atau khusus?. Mari kita lihat pernyataan Yesus dalam Yohanes 15:13-15 berikut ini:

Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku”.

Di sini Yesus berkata bahwa setiap yang melakukan kehendak Bapa adalah sahabat Yesus dan kepada mereka Yesus membukakan rahasia yang daripada Bapa. Yesus berkata bahwa kita (yang percaya) adalah sahabatNya. Lalu seorang sahabat rela memberikan nyawanya kepada sahabatnya. Saya jadi teringat kidung pujian Buku Ende No. 219 Liriknya demikian:

Ise do alealenta Na so olo muba i ?

Aleale na sumurung  I ma  Tuhan Jesus I  

Ai torop pe aleale Na di hasiangan on  

Saluhutna i mansadi Molo mate daging on

Artinya:

Siapakah sahabat kita yang tidak akan berubah / setia? Sahabat yang sejati adalah Tuhan Yesus.  Walaupun banyak sahabat-sahabat di dunia ini. Semuanya akan tinggal/surut/berhenti/selesai jika kita sudah meninggal dunia.

Dari sini kita melihat bahwa Yesus menginginkan kita untuk menerapkan kasih persaudaraan dengan model PERSAHABATAN.

Sejenak saya mengajak saudara untuk melihat hubungan persahabatan Daud dan Yonatan dalam Alkitab. Secara jelas kita bisa lihat hubungan persahabatan Daud dengan Yonathan dalam 1 Samuel 18:1-4; 1 Samuel 19:1-6; 1 Samuel 20; 1 Sam 20:17. Bagaimana hubungan kasih persaudaraan yang terjadi diantara mereka berdua yang bersahabat?

  1. Saling menguatkan dalam iman dan kepercayaan kepada Tuhan. (1 Samuel 23:16).
  2. Bersedia Melindungi  sahabatnya, meskipun ancaman itu datang dari ayahnya sendiri  (1 Samuel 19:2;  1 Samuel 20:12-13).
  3. Mau dan rela berkorban walaupun sampai ancaman nyawa demi sahabatnya (1 Samuel 20:33).
  4. Saling berbagi dan tidak saling merahasiakan sesuatu (1 Samuel 18:4).
  5. Memberitakan dan menyaksikan hal yang baik tentang sahabatnya  (1 Samuel 19:4). 
  6. Memegang teguh janji dengan setia (1 Samuel 18:3; 1 Samuel 9). 
  7. Sangat berduka dan meratap ketika sahabatnya itu sudah meninggal (2 Samuel 1:26). 
  8. Berempati, bahkan kesusahan sahabatnya adalah kesusahaannya sendiri, jika ada yang merusak dan menghina nama sahabatnya dia juga turut merasa dirusak dan dihina, jika ada yang mengancam sahabatnya dia juga turut merasa diancam (1 Samuel 20: 34).
  9. Kasih Daud kepada sahabatnya terus sampai kepada keturunan sahabatnya itu (1 Samuel 9).

 Tentunya dari hubungan kasih antara Daud dan Yonatan ini kita bisa melihat bagaimana perbedaan sahabat dengan teman atau rekan. Hubungan persahabatan mereka yang diungkapkan dari nomor 1-9 diatas memiliki makna bagi Daud bahwa hubungan persahabatan mereka melebihi cinta seorang perempuan (2 Samuel 1:26). Kematian Yonatan menyisakan duka yang mendalam sampai hati Daud susah dan meratap.

Saudara yang terkasih dalam kristus Yesus.

Kasih persaudaraan yang Yesus ajarkan supaya diikuti oleh pengikutnya adalah kasih persaudaraan yang khusus yaitu PERSAHABATAN. Itulah yang Yesus lakukan kepada setiap yang melakukan kehendakNya. Kita tidak sekedar sebagai kenalan, saudara, teman biasa, tetapi Yesus menganggap kita yang percaya secagai sahabatNya. Untuk itu Yesus buktikan bahwa Yesus rela mati demi menebus kita dari dosa.

                Saudara kasih persaudaraan yang dibangun dengan PERSAHABATAN lebih kuat dari hubungan sebagai teman sekerja, teman sekolah, teman satu lingkungan bahkan teman segereja atau teman sepelayanan. Demikian juga bila dibandingkan dengan Kasih persaudaraan sedarah (seayah-seibu) (storge), persahabatan ini bisa lebih dalam dan kuat dampaknya dalam kehidupan sehari-hari.  Kasih  dengan hubungan sedarah masih sering dengan pamrih, tidak tulus, bahkan di masyarakat sering kita melihat pertengkaran, permusuhan yang sampai kepengadilan bahkan sampai bunuh membunuh sesama saudara kandung.

    Karena itu hubungan kasih   yang dibangun atas dasar hubungan sedarah (seayah-seibu) belum tentu bisa sampai level sahabat. Namun jika kasih persaudaraan kristiani dibangun diantara sesama saudara sedarah akan menghasilkan kasih persaudaraan yang lebih kuat yaitu persahabatan yang jauh lebih kuat mengatasi persahabatan yang tidak sedarah. Karena itu betapa pentingnya kasih persaudaraan  dibangun dengan model PERSAHABATAN di dalam segala hubungan satu dengan  yang lain. Memang tidak mudah, namun jika kita betul-betul beriman dan percaya kepada Yesus maka Tuhan akan memampukan kita menjadi sahabat bagi semua orang.

     Rumah tangga yaitu hubungan suami dan istri akan menjadi begitu kuatnya jika menjadikan hubungan itu sampai level sahabat. Suami yang menjadikan istrinya sahabat dan sebaliknya istri menjadikan suaminya sahabat akan menciptakan satu kesatuan yang kuat dan harmonis. Saudaraku, ingatlah bahwa istrimu bukanlah musuhmu,  dan hai istri, suamimu bukanlah musuhmu.

        Demikian juga hubungan antara orangtua dan anak-anaknya, dan anak-anaknya dengan orangtuanya. Ikatlah hubungan persahabatan maka rumah akan menjadi seperti sorga bagi semua. Bangunlah hubungan kasih persaudaraan dengan sesama saudara kandung dengan persahabatan maka sampai akhir hayat akan ada kerukunan yang kokoh dalam keluarga.

        Demikian kuatnya hubungan persahabatan dalam kasih persaudaraan ini, sehingga dalam budaya batak ada perumpamaan yang berkata:

Manuk ni pea langge hotek-hotek laho marpira. Sirang marale-ale lobian na matean ina

Yang artinya: Rasa perpisahan dua yang bersahabat itu melebihi ditinggal mati oleh Ibu kandung.  Pernyataan perumpamaan ini oleh para leluhur merupakan ungkapan yang berdasarkan kehidupan nyata yang dialami oleh orang-orang yang bersahabat (‘namaraleale’-Bhs.Batak).

Saudaraku, kasih persaudaraan yang harus kita jalankan dan kerjakan dalam hidup kita sebagai pengikut Kristus adalah kasih persaudaraan model PERSAHABATAN sebagaimana disampaikan dalam Nas Firman Tuhan hari ini. Jadilah sahabat bagi semua orang sebagaimana Yesus  mau datang ke dunia ini untuk jadi sahabat bagi semua orang. Yesuslah sahabat yang sejati yang tidak akan meninggalkan kita. Dia setia dengan janjiNya bahkan sampai anak cucu kita. Begitu juga hubungan Daud dan Yonatan bukan hanya sampai Yonatan saja, tetapi sampai keturunannya juga janji itu ditepati.

                Saudaraku,  Dari renungan kita hari ini mari koreksi diri kita masing-masing sejauh mana hidup kta dalam menjalankan kasih persaudaraan ini:

  1. Apakah Yesus menjadi sahabat saudara? Sebagai sahabat, Yesus sudah melakukan janjiNya kepada kita bahkan sampai mati demi menyelamatkan kita. Sebaliknya jika Yesus memang sahabat kita apa yang kita lakukan kepadaNya sebagai sahabat?. 
  2. Sebagaimana Daud adalah sahabat Yonatan, Adakah saudara saat ini memiliki sahabat selain Yesus? Mungkin satu orang, atau mungkin lebih? Apakah dia tahu bahwa saudara menerimanya bukan sekedar teman tetapi sahabat?. 
  3. Apakah dia yang dulu saudara anggap sahabat masih terus jadi sahabat hingga saat ini?, mungkin mulai saat kecil atau saat  SMA, Kuliah, atau setelah berumah tangga? 
  4. Apakah dia (seseorang) yang saudara anggap sahabat selama ini, saudara perlakukan sebagai sahabat sebagaimana persahabatan dalam Alkitab yang kita renungkan ini?. 
  5. Setelah membaca renungan ini adakah hubungan persahabatan yang pernah saudara jalin dengan seseorang dulu atau sekarang butuh dikoreksi atau perlu diperbaiki?, mari berjuang untuk menjadi pelaku-pelaku Firman Tuhan, sehingga kasih kita yang tulus dirasakan semua orang.   

Setelah membaca renungan ini  kiranya ada perubahan cara pandang tentang kasih persaudaraan di antara kita sehingga kita semua bisa hidup berdampingan dengan siapa saja dengan damai dan menjadi berkat bagi semua orang. Kiranya renungan ini menjadi berkat bagi saudara. 

Selamat Hari minggu, Selamat bersahabat, Tuhan Yesus memberkati.

 

Shalom,

 

Ev. Harles Lumbantobing

 

KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya  di Daftar... ARSIP..

 

Minggu, 20 Juni 2021

PELAYANAN YANG PENUH KASIH

 

Ibadah Minggu 3 Setelah Trinitatis

PELAYANAN YANG PENUH KASIH

 

Ev: 2 Korintus 6:1-10

Ep: Ayub 38:1-11

 

2 Korintus 6:1-10 (TB)

 

6:1 Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima.

6:2 Sebab Allah berfirman:  "Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau,  dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau."  Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu.

6:3 Dalam hal apa pun kami tidak memberi sebab orang tersandung, supaya pelayanan kami jangan sampai dicela.

6:4 Sebaliknya, dalam segala hal kami menunjukkan, bahwa kami adalah pelayan Allah, yaitu: dalam menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran,

6:5 dalam menanggung dera, dalam penjara dan kerusuhan, dalam berjerih payah, dalam berjaga-jaga dan berpuasa;

6:6 dalam kemurnian hati, pengetahuan, kesabaran, dan kemurahan hati; dalam Roh Kudus dan kasih yang tidak munafik;

6:7 dalam pemberitaan kebenaran dan kekuasaan Allah; dengan menggunakan senjata-senjata keadilan untuk menyerang ataupun untuk membela

6:8 ketika dihormati dan ketika dihina; ketika diumpat atau ketika dipuji; ketika dianggap sebagai penipu, namun dipercayai,

6:9 sebagai orang yang tidak dikenal, namun terkenal; sebagai orang yang nyaris mati, dan sungguh kami hidup; sebagai orang yang dihajar, namun tidak mati;

6:10 sebagai orang berdukacita, namun senantiasa bersukacita; sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu.

 

---------

but hingga saudara menang atas virus itu oleh kuatr kuasa Tuhan kita Yesus Kristus.ma saudara dalam melawan Virus Covid-19 ters

Shalom, selamat hari minggu buat saudaraku semua. Senang rasanya masih bisa menyapa saudara lewat renungan dalam blog ini dengan media internet. Kiranya damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal senantiasa menyertai saudara. Saya tidak tahu persis kondisi dan keadaan saudara saat ini, tetapi saya berdoa, bagaimanapun kondisi yang saudara hadapi saat ini biarlah kiranya saudara diliputi sukacita senantiasa, dan hati yang senantiasa melimpah dengan ucapan  syukur.   Semoga semuanya sehat-sehat saja. Tetapi jika ada yang sedang sakit kiranya Tuhan menjamah dan menyembuhkan saudara atas penyakit tersebut. Buat saudara yang sedang bergumul melawan infeksi virus Covid-19 kiranya Tuhan menguatkan saudara dan senantiasa bersama saudara dalam melawan Virus Covid-19 tersebut hingga saudara menang atas virus itu oleh kuat kuasa Tuhan kita Yesus Kristus.

Dalam ibadah minggu kali ini, Firman Tuhan berbicara bagi kita dari kitab 2 Korintus 6:1-10 yang mengambil tema PELAYANAN YANG PENUH KASIH. Nas Firman Tuhan ini mengajarkan bagi kita beberapa hal dalam kehidupan kita sebagai murid-murid Kristus sekaligus sebagai saksi-saksinya yang harus terus menerus menyaksikan Kristus dalam setiap perbuatan kita lewat pelayanan yang penuh kasih. Mari kita merenungkan seperti apa Pelayanan yang penuh kasih itu berdasarkan kitab 2 Korintus 6:1-10 ini.

            Saudara, ketika membaca perikop 2 Korintus 6:1-10 ini saya teringat dengan pesan seorang guru saya waktu SMP saya dulu. Beliau berkata:

dang jadi lehonon bunga tu bodat”.

Artinya jangan memberikan bunga kepada monyet.

Saat kami semua terdiam mendengar perkataan itu, dia melanjutkan lagi perkataanya :

molo dilehon disegai”.

Artinya kalau diberikan monyet itu akan merusakkannya.

Jadi bodat do hamu manang dang?

Artinya “jadi kalian monyet atau tidak?.

Lalu kami jawab “”daong”,

artinya  tidak.  

“antong begema nahudok on”.

artinya  Kalau begitu dengarlah perkataan ku ini.

 

Yah demikianlah perkataannya lalu dia menjelaskan maksud perkataan itu. Sebelum memulai pelajaran atau diakhir pelajaran dia sering memberi nasihat atau petuah. Kira-kira maksudnya adalah sia-sia memberikan nasihat yang baik kepada orang bebal, orang yang yang tidak mau mengerti, orang tidak punya hati, atau Alkitab menyebutkan orang-orang fasik. Mereka pasti tidak akan menghargainya, apalagi melakukannya malah mereka akan merusak dan membuangnya.

            Dalam Nas ini di ayat 1 kita menemukan perkataan atau nasihat Rasul Paulus yang berkata: "supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah". Betapa mahal dan berharganya kasih karunia Allah itu.  Alasan mengapa dikatakan demikian bisa kita lihat dalam ayat 2. Bahwa  Allah memberikannya ketika Dia berkenan untuk memberikan. Hal itu merupakan kedaulatan dan kemutlakan waktu perkenanan Allah.  Sehingga jelas kasih karunia Allah yaitu keselamatan yang Dia anugerahkan bukanlah hasil usaha atau pekerjaan manusia, tetapi mutlak karya Allah pada saat mana Dia berkenan memberikannya kepada seseorang.

            Pengalaman Paulus berjumpa dengan Yesus lalu Tuhan mengaruniakan keselamatan kepadanya  bukanlah pada saat Paulus sedang mencari Tuhan untuk keselamatan, atau berusaha dengan segala perbuatan baiknya untuk menemukan Yesus untuk dipercayai dan diakui sebagai Tuhan supaya dia selamat. Tetapi justeru sebaliknya dalam Kisah Para Rasul 9  Paulus sedang giat-giatnya mengejar, menangkap, menyiksa dan membunuh murid-murid Yesus. Tetapi itulah waktu perkenanan baginya Tuhan menampakkan diri kepadanya dan mengaruniakan keselamatan kepada Paulus pada saat Paulus demikian benci kepada Yesus dan para pengikutNya. Sedikitpun sebenarnya Paulus tidak layak menerima anugerah itu bahkan dia selayaknya dihukum dan dimusnahkan karena segala perbuatannya.

Jadi kasih karunia itu diberikan bukan sesuai selera atau kemauan manusia, tetapi sesuai waktu dan kehendak Allah. Yohanes 3:8 berkata: “Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh”.  KARENA ITU jangan disia-siakan dengan cara hidup yang tidak benar.

Hal-hal  apa yang bisa menyianyiakan kasih karunia itu?  Dalam ayat 3 Rasul Paulus dengan jelas berkata  bahwa dia akan menyianyiakan kasih karunia itu apabila pelayannya dicela oleh banyak orang karena telah menjadi  batu sandungan bagi orang lain. Ketika pelayannya (orangnya) dicela maka pelayanannya juga dicela. Kalau pelayannya di cela maka tahbisannya (=tohonan, bahasa Batak) juga dicela.  Kalau tahbisannya dicela maka yang menahbiskan juga ikut dicela.  Tahbisan itu datangnya dari Tuhan, maka sumber tahbisannya juga ikut dicela. Karena itu antara apa yang diajarkan atau disampaikan harus berbanding lurus dengan praktek hidup dari yang menyampaikan itu.

Saudaraku, bagaimana supaya kasih karunia yang kita terima itu tidak sia-sia? Dua hal bisa kita fahami dalam perikop minggu ini yaitu:

1.  Senantiasa memberi dengan tulus ikhlas.

Pemberian ini tidaklah terbatas hanya dalam hal tertentu saja. Tetapi memberi dalam segala hal yang sangggup kita berikan. Baik dalam pertolongan 3D (daya/tenaga, dana, dan doa), perhatian, saran-saran yang baik dan nasihat  jika diperlukan oleh siapa saja. Orang yang telah menerima kasih karunia itu harus menjadi saluran berkat.  Kita yang beriman memang telah lebih dahulu diberkati karena itu selanjutnya kita harus menjadi berkat bagi orang lain. Ringkasnya kita bisa sebut “DIBERKATI UNTUK MEMBERKATI”

 

2. Menunjukkan identitas sebagai anak-anak Allah dan pelayan-pelayan Allah.

Dalam ayat 4: dikatakan:  dalam segala hal kami menunjukkan, bahwa kami adalah pelayan Allah”.  Pelayan-pelayan Tuhan bukanlah manusia satu wajah dua muka, tetapi harus satu wajah dan satu muka.  Bahwa apa yang dikatakan harus itu juga yang dilakukan. Apa yang diimani harus itu juga yang dipancarkan. Saya pertajam pengertiannya demikian:  Jadi  apa yang diterima maka itu juga yang diimani, Apa yang diimani itu juga yang harus dipraktekkan/dipancarkan, Lalu apa yang diterima, diimani  dan yang  dipraktekkan itu, itu jugalah yang harus diajarkan. Kalau disatu sisi kita disebut anak-anak Allah, murid-murid kristus, tetapi disisi lain kita adalah orang yang berbeda, yang hidupnya tidak karuan dan tidak benar.  Orang lain mengenal kita dengan berbeda. Kalau di gereja dan keluarga kita dikenal sebagai jemaat yang baik, pelayan, penatua, hamba Tuhan, tetapi di tempat kerja kita dikenal sebagai orang yang suka curang, orang yang kejam terhadap bawahan, orang yang suka KKN.  Digereja kita dikenal sebagai jemaat yang rajin, pelayan, tetapi di komunitas alumni, komunitas satu kampung, komunitas hobby kita dikenal sebagai orang yang dulu suka usil, suka mabuk, suka kata-kata kotor dan lain sebagainya. Hari minggu atau saat ada pelayanan kita kudus, tetapi di hari yang lain hidup tidak karuan. Kalau hal ini terus demikian maka itulah yang disebut menyianyiakan kasih karunia dan kita hidup satu wajah dua muka.

Dalam hal ini  identitas itu ditunjukkan dalam tiga hal:

Pertama lewat cara hidup  setiap hari,  dimanapun kita berada, di semua lingkungan dan waktu. Di manapun kita hadir/berada harus tetap menjadi satu yaitu sebagai saksi-saksi Kristus.

Yang kedua dari cara melayani. Bagaimana kita sungguh-sungguh melayani Tuhan dengan tidak mencari untung rugi, tetapi dengan tulus sebagai ucapan syukur kepada Tuhan. Barang siapa mencari keuntungan di dalam melayani Tuhan pasti dia akan mendapat kerugian (Cari untung akhirnya buntung). Melayani Tuhan adalah panggilan dan sebagai ucapan syukur bahwa kita telah diselamatkan atau diberikan kasih karunia secara cuma-cuma oleh Tuhan.

Yang ketiga ketahanan dalam  menghadapi penderitaan, kesesakan dan kesukaran. Mari perhatikan Firman Tuhan dalam Filipi 1:29: “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia”.  Ayat ini menjelaskan bahwa  sebagai pengikut Kristus yang telah dikarunia karunia keselamatan satu paket dengan karunia manderita menjadikan kita sesungguhnya sudah harus tahan dan kuat menghadapi berbagai macam penderitaan dan kesukaran hidup karena iman kita kepada Kristus. Karunia menderita ini sering sekali diabaikan atau dilupakan banyak orang. Mereka hanya fokus dan respect kepada karunia keselamatan. Padahal dalam Filipi 1:29 ini disebutkan bahwa itu adalah satu paket dan tidak bisa terpisahkan.

Jadi dari ketiga hal ini kita bisa melihat penekanannya bahwa KETELADANAN  DALAM PERBUATAN yang penuh kasih yang  dapat  dilihat, dirasakan dan dialami oleh orang lain adalah cara untuk mensyukuri atau menghargai kasih karunia itu.  

Apakah jemaat atau orang-orang disekitar kita masih menemukan prinsip-prinsip pelayanan yang penuh kasih seperti ini pada jaman ini ?  apakah orang-orang Kristen saat ini konsisten untuk menunjukkan hal-hal demikian? Baik jemaat ataupun para pelayan? ini menjadi pertanyaan besar yang harus dijawab pribadi lepas pribadi. Mari kita lihat dalam Nas Firman Tuhan hari ini apa yang dilakukan Paulus dan rekan-rekan sepelayannya dalam mensyukuri dan menghargai kasih karunia itu.  

Dimanakah letak pelayanan yang penuh kasih yang dilakukan Rasul Paulus dan rekan-rekan sepelayanannya di dalam perjalanan pelayanan mereka sehari-hari? Dua bagian berikut akan menjelaskan hal itu.


Bagian pertama:

Mari kita lihat kesaksian mereka menghadapi segala pergumulannya dalam ayat 4-7a. Dimulai dari ayat 4 berkata: “Sebaliknya, dalam segala hal kami menunjukkan, bahwa kami adalah pelayan Allah, yaitu:

- dalam menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran,

- dalam menanggung dera,

- dalam penjara dan kerusuhan,

- dalam berjerih payah,

- dalam berjaga-jaga dan berpuasa;

- dalam kemurnian hati, pengetahuan, kesabaran, dan kemurahan hati;

- dalam Roh Kudus dan kasih yang tidak munafik;

- dalam pemberitaan kebenaran dan kekuasaan Allah;


Bagian kedua:

Kemudian  mari kita lihat ayat selanjutnya mulai dari ayat 7b-10.  Di sini Rasul Paulus menyebutkan bahwa dalam mengerjakan pemberitaan itu dengan segala tantangan dan pergumulan di atas mereka senantiasa menghadapinya dengan menggunakan senjata-senjata keadilan. Setidaknya ada 8 tujuan menggunakan senjata keadilan ini  yang disampaikan dalam perikop ini yaitu:

1. Untuk menyerang ataupun untuk membela

2. Ketika dihormati dan ketika dihina;

3. Ketika diumpat atau ketika dipuji;

4. Ketika dianggap sebagai penipu, namun dipercayai,

5. Sebagai orang yang tidak dikenal, namun terkenal;

6. Sebagai orang yang nyaris mati, dan sungguh kami hidup; sebagai orang yang dihajar, namun tidak mati;

7. Sebagai orang berdukacita, namun senantiasa bersukacita;

8. Sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu.

Penggunaan kata yang nampaknya saling bertentangan dalam satu kalimat pada kedelapan poin ini adalah merupakan senjata keadilan yang dimaksud Rasul Paulus. Sebagai contoh, bahwa memang ada yang menghormati mereka, tetapi ada juga yang menghina mereka.  Sehingga ketika dihormati mereka tidak boleh sombong, sebab ada juga yang menghina mereka, dan ketika mereka di hina mereka tidak boleh putus asa dan mundur sebab ada juga yang menghormati mereka. Dalam hal ini mereka harus bersikap adil  terhadap diri sendiri untuk menjaga keseimbangan sehingga pelayanan kasih itu bisa berjalan terus. Demikian seterusnya penerapan senjata keadilan itu untuk ketujuh poin yang lain.

Dari kedua bagian ini menjelaskan bahwa semua yang dialami dan dilakukan Paulus dan rekan-rekan sepelayanannya adalah bukti dari pelayanan yang penuh kasih yang mereka lakukan pertama kepada Allah dan kedua kepada sesama manusia. Tidak ada alasan lain bagi mereka untuk melakukan dan mengalami semuanya ini kecuali kasihnya kepada Tuhan dengan cara mengasihi sesama manusia, melayaninya dan bersedia berkorban bagi orang-orang yang mereka layani.

Jadi dalam renungan ibadah kali ini kita bisa simpulkan lima hal yang perlu kita renungkan?.


  1. Mari jangan sia-siakan kasih karunia yang Tuhan telah berikan kepada kita, syukuri dan hargailah itu dengan menjadi saksi kristus. 
  2. Tetaplah kuat dan bertahan saat menjalankan  kasih karunia itu dalam segala penderitaaan dan kesukaran yang mungkin akan dialami.
  3. Mari saling melayani satu dengan yang lain dengan tulus ikhlas, dan dengan semampu kita.
  4. Tunjukkanlah identitas sebagai pengikut Kristus yang sudah menerima kasih karunia itu dengan keteladanan dalam perkataan, perbuatan dan pelayanan.
  5. Lakukanlah semuanya itu dalam konsep mengasihi Tuhan yang dibuktikan dengan mengasihi sesama manusia.
  6. Apapun yang sedang kita perbuat, lakukan lah semua itu sebagai sebuah pelayanan oleh karena Kristus.

Saudaraku, saya yakin bahwa setiap saudara yang sudah menerima kasih karunia itu menginginkan dirinya sendiri bisa melakukan pelayanan kasih ini seperti yang dilakukan oleh Rasul Paulus dan rekan-rekan sepelayanannya.

Saya yakin juga bahwa setiap hamba Tuhan dan Pelayan-Pelayan jemaat  merindukan untuk bisa memberikan pelayanan yang penuh kasih kepada para jemaatnya  sekaligus sanggup menjadi teladan sebagaimana disebutkan dalam ayat 4-10 itu.

Saya yakin bahwa setiap jemaat juga merindukan, bahkan  mendambakan hamba-hamba Tuhan/gembala/pelayan-pelayan mereka memiliki kesaksian hidup yang pantas diteladani dan dibanggakan seperti dalam Nast Firman Tuhan hari ini.

Kiranya Tuhan memampukan kita untuk menjadi pelayan-pelayan perjanjian baru yang melayani dengan penuh kasih. Selamat melayani, selamat mengasihi dan selamat hari minggu.

 

Shalom,

 

Ev. Harles Lumbantobing.

KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya  di Daftar... ARSIP..