Minggu, 26 September 2021

HIDUP SEBAGAI KELUARGA ALLAH

 

Kotbah Ibadah Minggu, 26 September 2021

Tema:

HIDUP SEBAGAI KELUARGA ALLAH


 

Ev:Filemon 1:8-17

Ep: Hakim-hakim 14:1-4

 

Filemon 8-17 (TB)

 

1:8 Karena itu, sekalipun di dalam Kristus aku mempunyai kebebasan penuh untuk memerintahkan kepadamu apa yang harus engkau lakukan,

1:9 tetapi mengingat kasihmu itu, lebih baik aku memintanya dari padamu. Aku, Paulus, yang sudah menjadi tua, lagi pula sekarang dipenjarakan karena Kristus Yesus,

1:10 mengajukan permintaan kepadamu mengenai anakku yang kudapat selagi aku dalam penjara, yakni Onesimus

1:11 -- dahulu memang dia tidak berguna bagimu, tetapi sekarang sangat berguna baik bagimu maupun bagiku.

1:12 Dia kusuruh kembali kepadamu -- dia, yaitu buah hatiku --.

1:13 Sebenarnya aku mau menahan dia di sini sebagai gantimu untuk melayani aku selama aku dipenjarakan karena Injil,

1:14 tetapi tanpa persetujuanmu, aku tidak mau berbuat sesuatu, supaya yang baik itu jangan engkau lakukan seolah-olah dengan paksa, melainkan dengan sukarela.

1:15 Sebab mungkin karena itulah dia dipisahkan sejenak dari padamu, supaya engkau dapat menerimanya untuk selama-lamanya,

1:16 bukan lagi sebagai hamba, melainkan lebih dari pada hamba, yaitu sebagai saudara yang kekasih, bagiku sudah demikian, apalagi bagimu, baik secara manusia maupun di dalam Tuhan.

1:17 Kalau engkau menganggap aku temanmu seiman, terimalah dia seperti aku sendiri.

 

-----------------

Shalom, selamat hari minggu saudara-saudariku dalam Kristus Yesus. Senang rasanya masih bisa menyapa saudara meskipun di tengah-tengah kondisi fisik yang merosot masih bisa berbagi Firman Tuhan dengan saudara. Kiranya saudara semua selalu dalam lindungan Tuhan, dan dalam keadaan sehat walafiat. Jika ada yang sedang sakit kiranya Tuhan kuatkan dan sembuhkan dari segala macam penyakit tersebut.

 

SATU KELUARGA ATAU SATU TUBUH adalah ungkapan yang sangat akrab di kalangan Kekristenan.  Kata “SAUDARA “ atau sapaan “SAUDARAKU”  dan kadang kita sebutkan juga dalam bahasa Inggris “BROTHER” sering sekali kita ucapkan untuk mendekatkan diri kita dengan orang lain. Hal ini menjadi suatu kebiasaan yang baik yang sering kita lakukan atau rasakan. Namun apakah fakta antara ungkapan atau sapaan ini sesuai dengan realita sebenarnya? Ini mejadi perenungan bagi kita dalam kotbah minggu ini.

Firman Tuhan minggu ini diambil dari Kitab Filemon 8-17 dengan mengambil tema HIDUP SEBAGAI KELUARGA ALLAH.  Kitab ini hanya satu pasal saja dan kalau kita baca, ini adalah surat pribadi Rasul Paulus kepada Filemon saudaranya di dalam Tuhan dan juga sebagai rekan sekerjanya dalam pemberitaan Injil. Kalau kita memaknai isi tulisan ini kita bisa melihat bahwa surat pribadi ini merupakan nasihat sekaligus permintaan Paulus kepada Filemon perihal Onesimus. Dari berbagai literatur Onesimus adalah budak atau hamba Filemon yang melarikan diri, lalu tertangkap dan akhirnya bertemu dengan Paulus di penjara. Lalu dia bertobat dan menerima injil dan banyak menolong Paulus dalam pelayanannya selama di penjara. Sedangkan Filemon adalah seorang Kristen terkemuka di Kolose. Paulus begitu mengapresiasi pelayanan Filemon di sana sebagaimana diungkapkan dalam suratnya ini.

Tentunya Filemon adalah buah pelayanan Paulus di Kolose. Hal ini jelas kita maknai dalam pernyataan Paulus di ayat 8 “Karena itu, sekalipun di dalam Kristus aku mempunyai kebebasan penuh untuk memerintahkan kepadamu apa yang harus engkau lakukan….” Menunjukkan bahwa sebagai pemimpin rohani (bapak rohani) Paulus bisa memerintahkan Filemon dalam melakukan permintaannya.

Namun menyangkut Onesimus ini Paulus menempatkan kata-kata yang sangat baik yang menunjukkan posisi dan kesamaan derajat di hadapan Tuhan sebagai orang-orang yang sudah ditebus dan menjadi sama dalam pemberitaan Injil. Paulus menunjukkan kerendahan hati dalam tulisannya kepada Filemon yang sekaligus menjadi nasihat dan tuntunan kepada Filemon bagaimana memperlakukan saudara-saudara seiman.

Yang pertama bagaimana pandangan Paulus kepada Onesimus seorang budak/hamba itu.  Sejak Onesimus menerima Injil, bagi Paulus dia telah menjadi saudara. Bahkan lebih dari itu dalam perjalanan hubungan iman mereka Paulus telah menganggapnya menjadi buah hatinya (ayat 12). Perubahan Onesimus menjadi orang percaya  memberikan perubahan hubungan antara Paulus dengan Onesimus. Demikian jugalah  yang terjadi sejak Filemon juga menerima Injil ketika Paulus mengabarkannya di Kolose. Demikian jugalah yang terjadi dengan jemaat-jemaat lain sejak menerima Kristus sebagai Tuhan dan  juruselamatnya. Semua menjadi satu di dalam Kristus, dan menjadi anggota tubuh Kristus.  Paulus bahkan berkata menjadi kawan sewarga dari orang-orang kudus  dan anggota-anggota keluarga Allah ( Efesus 2:19: Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah). Ini menunjukkan adanya persamaan status di hadapan Allah.

Begitulah pendekatan Paulus, Onesimus yang adalah hamba/budak Filemon yang melarikan diri diperlakukan Paulus sebagai saudara dan bahkan buah hatinya, mengisyaratkan kepada Filemon supaya memperlakukannya (Onesimus) demikian juga.

Yang kedua, Paulus rela berkorban bahkan mengorbankan diri buat Onesimus jika diperlukan. Hal itu disampaikannya kepada Filemon dalam ayat 18-19: “Dan kalau dia sudah merugikan engkau ataupun berhutang padamu, tanggungkanlah semuanya itu kepadaku --aku, Paulus, menjaminnya dengan tulisan tanganku sendiri: Aku akan membayarnya -- agar jangan kukatakan: "Tanggungkanlah semuanya itu kepadamu!" -- karena engkau berhutang padaku, yaitu dirimu sendiri.”.

Ini menunjukkan bahwa Paulus begitu konsisten menganggap hubungan persaudaraannya dengan Onesimus. Dia bahkan rela menjadi jaminan dan berkorban buat saudaranya ini. Paulus menghibur filemon dengan perkataaan bahwa larinya Onesimun dari Filemon harus disikapi secara positip. Mungkin ini adalah sebagai suatu jalan Tuhan untuk hal yang lebih baik ke depan dalam perkembangan pelayanan Filemon. Sebab Paulus sudah menyaksikan bahwa Onesimus demikian berguna bagi Paulus selama di penjara dalam hal pemberitaan Injil. Demikian juga pastinya bagi Filemon nantinya jika Onesimus sudah pulang kembali kepada Filemon. Onesimus pasti akan sangat banyak membantu dalam pelayanan Filemon kelak (ayat 11).

Saudara, apa yang bisa kita pelajari dan dapat dari nas Firman Tuhan hari ini?

    Pelajaran yang pertama adalah bahwa  di dalam Kristus yang namanya pengkasta-kastaan, penggolong-golongan status tidak boleh ada lagi. Fungsi boleh berbeda tetapi status semua adalah sama di hadapan Tuhan. Kita semua yang percaya adalah  warga kerajaan Allah, satu keluarga di dalam Allah yang diikat oleh kasih damai sejahtera Kristus. Masih banyaknya perlakuan pilih kasih, pilih teman, pilih kelas diantara sesama orang percaya menunjukkan bahwa kita bukanlah  pelaku Firman Allah yang sesungguhnya.  Misalnya bergaul dekat hanya dengan satu komunitas kumpulan koor, atau satu kelompok sel, atau pemimpin rohani hanya dekat dengan jemaatnya yang tertentu saja, atau jenis pengkotak-kotakan yang lain. Sikap seperti ini menunjukkan bahwa kita sedang menyia-nyiakan kasih karunia yang Tuhan telah berikan kepada kita. Sebagai satu keluarga di dalam Tuhan di mana hal ini tidak boleh terjadi lagi.

Pelajaran yang kedua adalah bahwa harus ada keseimbangan antara slogan dan realitas.  Slogan maksudnya pernyataan atau sapaan yanag sering kita ucapkan bahkan nyanyikan yaitu kata “SAUDARAKU” sebagaimana di pendahuluan di atas. Ketika muncul kata SAUDARA memang pengertiannya itu langsung merujuk kepada hubungan satu keluarga seayah-seibu. Ini memudahkan pemahaman kita.  Memang ada perbedaan hubungan saudara dalam seayah-seibu dengan hubungan saudara di dalam Tuhan. Masing-masing memiliki kekuatan masing-masing. Namun benar bahwa di dalam Kristus kita semua bersaudara, Sebab sama-sama dilahirkan dari Roh yang sama yaitu Roh Kudus di dalam darah yang sama yaitu darah Yesus Kristus. Kita makan minum rohani dari santapan yang sama yaitu Firman Allah. Dan kelak kita akan pulung ke rumah yang sama yaitu rumah Bapa.

Karena itu sebagaimana Paulus memperlakukan Onesimus dan yang lainnya sebagai saudara demikianlah menjadi pelajaran bagi kita memperlakukan saudara seiman. Paulus tidak hanya berkata slogan “SAUDARA” tetapi dia membuktikannya selama di penjara, selama pelayanannya di jemaat-jemaat, baik dengan perkataan maupun dalam perbuatannya.

Bagaimana kita merealisasikan Firman Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari berhubungan dengan saudara-saudara seiman kita?. Kalau kita melihat sikap Rasul Paulus ini kita bisa melihat bahwa indikator pertama yang bisa kita gunakan apakah kita masih termasuk dalam kelompok saudara seiman atau satu keluarga di dalam Allah adalah HATI kita. Inilah yang pertama. Dalam keadaan dan situasi yang dialami saudara seiman  kita, jika mereka berbahagia atau sukses apakah kita turut bahagia atau tidak. Jika mereka sedang mengalami dukacita, pencobaan atau ujian, apakah kita turut merasakannya atau tidak. Inilah menjadi indikator pertama yang bisa kita gunakan yaitu turut merasakan yang mereka rasakan yang selanjutnya membawa mereka dalam doa.

    Yang kedua adalah respon kita setelah mengetahui kabar atau keadaan mereka. Respon itu adalah respon PERKATAAN atau LISAN yang bisa kita utarakan atau perdengarkan kepada mereka. Kata-kata ini menunjukkan empati kita dan perasaan kita terhadap mereka.  Saat ini kata-kata ini bisa dilakukan dengan verbal  atau juga dengan non verbal lewat media-media elektronik. Di jaman saat ini hal ini sangat memungkinkan untuk dilakukan sebagai tanda turut merasakan apa yang dirasakan saudara kita seiman yang bisa menguatkan, meneguhkan bahkan menyemangati mereka.

Yang ketiga adalah PERBUATAN nyata. Perbuatan ini bisa diwujudkan dengan pengorbanan dari sisi tenaga, atau materi yang mampu untuk diberikan sebagai tanda turut merasakan yang di rasakan sesama saudara. Hal inilah yang juga dilakukan oleh Rasul Paulus  terhadap Onesimus. Dalam suratnya kepada Filemon dalam ayat 18-19 di atas, Paulus berkata jika Onesimus merugikan Filemon atau punya utang kepada Filemon biarlah itu ditanggungkan kepada Paulus.

Ketiga hal ini, perasaan, perkataan dan perbuatan adalah tiga hal yang sangat penting sebagai unsur dari seseorang yang menganggap saudara seiman adalah sebagai saudaranya. Memang ketiganya ini tidak harus selalu menjadi satu paket. Bisa saja seseorang hanya sanggup di level perasaan dan doanya, namun terhalang dalam hal perkataan dan perbuatan. Atau hanya bisa di level perasaan dan perkataan baik lisan atau tulisan, namun dalam hal perbuatan/pengorbanan tenaga atau materi belum sanggup. Ini semua tergantung  bagaimana kondisi dan keadaan kita.  Kalau memang memungkinkan untuk melakukan ketiga hal ini hendaklah kita melakukannya sesuai kemampuan kita masing-masing untuk menunjukkan bahwa kita memang satu sebagai keluarga Allah yang saling merasakan satu dengan yang lainnya. Apa yang mampu kita bagikan sebagai saudara, itulah yang kita lakukan sebagai wujud nyata pelaku Firman Allah.

Saudara, Penebusan Kristus dan Kelahiran Kembali oleh Roh Kudus menjadi dasar  sebagai satu dalam keluarga Allah. Karena itu hendaklah kita hidup sebagai keluarga Allah. Semua orang bisa berkata “SAUDARA YANG SAYA KASIHI DALAM KRISTUS YESUS” termasuk saya sendiri, atau perkataan “SAUDARAKU”. Namun apakah selanjutnya kita tindak lanjuti sebagai saudara? Inilah renungan bagi kita semua tanpa kecuali supaya kita semua menjadi pelaku-pelaku Firman Allah, bukan hanya mudah atau kebiasaan berkata SAUDARAKU tetapi memang terbukti dalam realita. Kita merasakan dan mendoakan sesama saudara, dan berbuat semampu kita sesama saudara.

Hidup sebagai keluarga Allah tentunya kita harus saling menerima satu dengan yang lain, saling menguatkan, saling memaafkan, dan saling mendukung satu dengan yang lain.

Kita semua tentu akrab dengan petikan syair lagu Lagu keakraban yang berjudul “HARI INI KURASA BAHAGIA” di dalam didalamnya ada syair:  

“BERGANDENGAN TANGAN DALAM KASIH DALAM SATU HATI

BERJALAN DALAM TERANG KASIH TUHAN,

KAU SAUDARAKU KAU SAUDARI KU

TIADA YANG DAPAT MEMISAHKAN KITA”  

Sungguh indah semangat kekeluargaan dan persaudaraan yang terkandung di dalam lirik lagu ini. Kiranya Tuhan memampukan kita untuk hidup sebagai keluarga Allah  di tengah-tengah dunia ini.

Tuhan Yesus memberkati saudara dan saya, Selamat hari minggu

 

Shalom.

 

Ev. Harles Lumbantobing

  KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya  di Daftar... ARSIP..

Minggu, 12 September 2021

BERHIKMAT DALAM YESUS

 

MINGGU 15 SET TRINITATIS

12 September 2021 (Warna liturgi: HIJAU)

Tema: 

BERHIKMAT DALAM YESUS

 

 

Ev: Markus 8:31-38

Ep: Amsal 1:29-33

 

Markus 8:31-38 (TB)

8:31 Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari.

8:32 Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia.

8:33 Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."

8:34 Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.

8:35 Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.

8:36 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya.

8:37 Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?

8:38 Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusia pun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus."

 

---------------

    Shalom. Selamat hari minggu buat saudaraku semua. Puji Tuhan kita bersyukur atas hidup kita yang saat ini, bagaimanapun  kondisi dan keadaannya, kita imani bahwa ini semua hanyalah  kasih dan anugerah Tuhan semata. Apa yang kita alami saat ini bukan karena kekuatan kita, bukan karena kepintaran, hikmat, kekayaan dan kemampuan kita. Semua  karena anugrahNya yang Dia berikan kepada kita. Terpujilah nama Tuhan.

    Dalam ibadah minggu kali ini Firman Tuhan berbicara kepada kita lewat suatu tema BERHIKMAT DALAM YESUS  yang di dasarkan pada nas Firman Tuhan dari kitab Markus 8:31-38. Perbincangan dan pengajaran Yesus dalam perikop ini berlangsung di sebuah desa sekitaran Kaisarea Filipi. Sebelumnya Yesus mengajar banyak orang dan memberi makan 4000 orang dengan tujuh keping roti dan sampai sisa 7 bakul, serta menyembuhkan seorang buta di Betsaida.  Lalu Yesus bertanya kepada murid-muridNya: “ kata orang siapakah Aku?”. Murid-murid menyampaikan berbagai tanggapan orang banyak bahwa Yesus adalah Elia, Yohanes Pembaptis, bahkan salah seorang dari para Nabi. Lalu pertanyaan berikutnya dari Yesus: “Menurut kamu siapakah Aku?”.  Lalu Petrus menjawab “Engkau adalah Mesias”. Selanjutnya Yesus mengajar kepada murid-muridNya.

Dalam pengajaran kali ini perkataan Yesus dikatakan  dalam judul perikop ini sebagai pemberitahuan pertama tentang penderitaan Yesus dan syarat mengikut Dia. Dalam pengajaran ini Yesus menyatakannya dengan terus terang supaya murid-murid yang sudah mengenal Yesus itu sebagai Mesias benar-benar memahami dan mengerti tujuan atau misi kedatangan Yesus yang sebenarnya.  Sebab mereka dan orang banyak menaruh pengharapan kepada Yesus sebatas pembebas mereka dari penderitaan  akibat jajahan, kemiskinan, diskriminasi, atau harapan yang akan membawa kejayaan kembali kerajaan Israel di dunia ini. Sehingga orang banyak menaruh harapan besar kepada Yesus yang akan duduk sebagai raja di dunia ini. Demikian  juga murid-murid sebelumnya menaruh harapan yang sama bahkan nanti mengharapkan posisi-posisi strategis saat Yesus sang Mesias sebagai Raja. Demikianlah pemahaman ke-Mesias-an Yesus bagi mereka.

Namun kali ini Yesus dengan terus terang mengajarkan kepada mereka bagaimana Mesias yang sesungguhnya sebagaimana  dikatakan kitab-kitab para Nabi bahwa Mesias atau Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari.  Tentunya ketika mendengar ini murid-murid akan terkejut dan bisa saja tidak percaya mengingat bagaimana kuasa yang Yesus miliki. Apalagi mereka baru saja melihat mujizat yang Yesus lakukan. Barangkali beragam tanggapan dalam hati mereka. Namun kita melihat bagaimana Petrus yang baru saja menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias langsung angkat bicara dan merespon.

Dia tidak terima dengan perkataan Yesus dan nasib akhir yang akan Yesus tanggung. Lalu dia menarik Yesus ke samping dan menegor Yesus. Di sini tidak disebutkan seperti apa teguran Petrus kepada Yesus. Namun kemungkinan Petrus berkata “tidak guru, tidak akan terjadi itu”  atau “selama ada aku tidak akan ada yang mengganggumu” atau “sekali-kali itu tidak akan terjadi, Engkau tidak akan mati”.  Semangat kepahlawanan dan solidaritas Petrus ini memang sepertinya tinggi.  Namun respon yang mengejutkan datang dari Yesus dengan berkata di ayat 33: “Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."

Tentunya yang dilakukan Petrus ini tidak salah dari sudut pandang kita manusia. Tetapi apa yang dilihat manusia beda dengan yang dilihat Allah.  Yesus melihat dan mengetahui isi hati manusia. Yesus tahu persis bahwa apa yang disampaikan Petrus bukanlah berasal dari Petrus, tetapi Iblis yang menyelinap masuk dan menggunakan Petrus untuk menghalangi maksud dan rencana Allah untuk karya penebusan manusia dan jalan salib yang akan Yesus lalui. Itu sebabnya Yesus berkata “Enyahlah Iblis” kepada Petrus. Tentunya Iblis langsung lari dan enyah dari Petrus ketika Yesus menghardiknya.  Setelah itu Yesus melanjutkan mengajar murid-murid  dan orang banyak kembali tentang syarat mengikut Dia dan penderitaaan yang Yesus akan alami.

Sebelum masuk ke tema minggu ini, sedikit saya singgung tentang kondisi Petrus yang menegor Yesus. Dari dialog Petrus dan Yesus jelas kita melihat bahwa sesungguhnya Petrus sedang dimasuki dan diperalat oleh Iblis untuk menggagalkan rencana Allah. Modus yang digunakannya adalah seakan-akan hendak melindungi Yesus dan membela Yesus. Yah kita tahu Petrus juga pernah membela Yesus saat Yesus di tangkap di taman Getsemani dengan menebas kuping serdadu yang menangkap Yesus. Namun Yesus melarang Petrus juga saat itu dan berkata bahwa jika mau Yesus sanggup membela dirinya sendiri. Dikuasai dan diperalat Iblis tidak selalu harus dalam kondisi tidak sadarkan diri, atau bentuk kesurupan dan kerasukan sebagaimana umum kita lihat. Sehingga orang sering sekali melakukan pengusiran setan hanya dari orang-orang demikian. Namun dari kejadian ini kita melihat bahwa ada juga orang yang dirasuki Iblis dalam kondisi yang nampaknya sehat, baik, ikut beribadah, hadir dalam pengajaran  Alkitab, hidup normal sebagaimana orang lain, ikut melayani, bahkan aktif memberikan masukan-masukan dan saran-saran yang nampaknya baik, namun sesungguhnya Iblis lah yang ada di dalamnya. Mungkin contoh Petrus yang diperalat Iblis ini banyak di sekitar kita.  Kalau kita tidak sensitif dan hidup dalam kekudusan (Sebagaimana Firman Tuhan berkata ujilah setiap roh) tentunya ini sulit kita deteksi. Sehingga hanya akan melakukan doa pelepasan dan pengusiran setan dari orang-orang yang kerasukan (sebagaimana umum kita lihat) saja. (dalam kesempatan lain semoga bisa saya bahas secara khusus.)

Saudara, apa yang bisa kita pelajari dari pengajaran Yesus kali ini berhubungan dengan tema yang diangkat bagi kita tentang “BERHIKMAT DALAM YESUS”?.  

Yang pertama: berhikmatlah melihat kondisi orang lain dan  menanggapi keadaannya. Tidak semua yang kita lihat dengan mata sama dengan yang ada di dalam hati orang tersebut. Berhikmatlah dalam merespon suatu kondisi supaya kita tidak salah menanggapinya dan salah mengambil suatu keputusan.

Yang kedua Yesus berkata bahwa “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku”. Persyaratan yang Yesus sebutkan  ini menjadi syarat untuk menjadi pengikutNya. Tiga hal ini harus terus dilakukan secara terus menerus yaitu sangkal diri, pikul salib dan mengikut Yesus. Ini bukan suatu urutan bahwa setelah sangkal diri baru pikul salib, lalu setelah sangkal diri, pikul salib baru bisa mengikut Yesus.  Ketiga hal ini bukan hal yang mudah dan secara otomatis bisa dilakukan ketika seseorang percaya kepada Yesus. Jadi sambil menjadi murid Yesus dia harus memikul salib, dan sambil memikul salib dia juga harus menyangkal diri. Di sini kita harus memperoleh hikmat dari pengajaran ini, bahwasanya dalam hal mengikut Yesus (setelah percaya oleh iman) bahwasanya kita tidak bisa disebut sebagai pengikut Yesus atau kita tidak akan pernah bisa menjadi pengikut Yesus jika tidak bisa menyangkal diri dan memikul salib.

Yang ketiga dalam ayat 35 Yesus berkata “Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya”. Semua orang tentunya tidak ingin kehilangan nyawanya. Setiap orang ingin menyelamatkan nyawanya. Karena itu demi keselamatan nyawa ini banyak manusia melakukan berbagai cara supaya tidak kehilangan nyawa. Kematian adalah sesuatu yang manakutkan bagi semua orang pada umumnya. Namun sebagai orang percaya, bagi  kita telah dibukakan tentang rahasia kematian lewat terang Firman Tuhan. Itu sebabnya kematian bukan hal yang menakutkan sebab kita tahu ke mana kita pergi jika kematian itu sudah menghampiri. Lewat pengajaran ini Yesus mau mengatakan bahwa ada dua pilihan saja sesudah kematian  yang akan didapatkan oleh dua kelompok orang yang berbeda.

Kelompok yang pertama adalah orang yang berjuang untuk tidak kehilangan nyawa dengan usahanya sendiri, sehingga dia tidak mau untuk terlibat dalam penginjilan, terlibat dalam pemberitaan Firman, tidak berani mempertahankan imannya karena ancaman, meninggalkan imannya demi kenaikan pangkat dan jabatan, menyangkal Yesus demi harta dan tahta dengan demikian dia merasa akan hidup tenang bebas dari ancaman dan tekanan. Dia tidak mau berkorban untuk melakukan pekerjaan kasih, berkorban bagi orang lain, ini artinya juga bahwa dia tidak mau berkorban untuk meninggalkan keinginan dagingnya demi  Kristus.  Apalagi Yesus sudah berkata bahwa setiap orang yang mau mengikut Yesus harus menyangkal diri, pikul salib, dan mengikutNya terus. Tentunya jika Yesus yang kita ikuti harus melewati jalan via dolorosa atau jalan penderitaan itu, tentunya kita para pengikutnya juga harus siap demikian. Untuk kelompok  orang seperti ini Yesus berkata bahwa mereka yang mau menyelamatkan nyawanya ini (cari selamat) justru sebenarnya merekalah yang akan kehilangan nyawanya. 

Kelompok yang kedua adalah orang rela dan siap untuk kehilangan nyawanya karena nama Yesus dan karena pemberitaan Injil kepada sesama manusia. Kasihnya kepada Tuhan mendorong dia untuk mengasihi sesama manusia. Orientasinya untuk menyenangkan hati Tuhan meskipun dirinya harus mengalami banyak penderitaan bahkan sampai kehilangan nyawa (kematian) menjadi sebuah poin penting yang Yesus ajarkan untuk menjamin bahwa nyawanya akan diperolehnya kembali.

Dalam hal ini Yesus tidak sedang berkata tentang kematian daging di bumi, tetapi Yesus sedang berbicara tentang kekekalan. Bahwa setelah kematian di bumi akan ada dua realita kekekalan yang menunggu. Yang pertama adalah kehidupan yang kekal. Di sini Yesus katakan bahwa orang-orang yang kehilangan nyawa karena nama Yesus dan karena pekabaran Injil akan hidup selama-lamanya yang Yesus sebut dengan sebutan “ia akan menyelamatkan nyawanya”. Yang kedua adalah kematian yang kekal. Di sini Yesus katakan bahwa orang-orang yang dahulunya berjuang menjaga nyawanya sehingga tidak mau menjadi saksi demi nama Yesus dan demi pemberitaan Injil dalam kehidupannya sehari-hari, bahkan mencari jalan selamat dari dunia ini demi keselamatan nyawanya menyangkut harta atau jabatan, atau kesenangan dan keamanan dirinya, juga demi segala keinginan dagingnya maka setelah kematiannya di dunia ini dia akan mendapat upah kematian yang kekal atau sama dengan neraka  yang Yesus sebut dengan sebutan “kehilangan nyawanya”. Karena itu di ayat 36 kembali Yesus tegaskan : “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya”.  Tentunya manusia melakukan ini karena tidak ingin kehilangan nyawanya dan adanya jaminan kebahagiaan baginya di bumi. Namun akhirnya apa yang dikejar dan diperjuangkannya tidak akan bisa berbuat apa-apa untuk menjamin keselamatannya. Karena itu jangan mengejar hal-hal duniawi sebagai yang utama bahkan sampai bertaruh nyawa, sebab apabila semuanyapun diperoleh dia tetap akan kehilangan nyawanya. Sia-sia semua. Tidak ada satupun yang dia peroleh dan kejar itu yang bisa memberikan jaminan atau dijadikan sebagai alat penukar untuk nyawanya (ayat 37). Tetapi setiap orang yang mendahulukan  dan mengutamakan Tuhan, meskipun dia tidak mendapat apa-apa dari hal-hal yang bersifat duniawi atau daging tetapi pada akhirnya  dia akan mendapatkan nyawanya kembali.

Di sinilah pelajaran hikmat yang ketiga yang Yesus ajarkan supaya kita benar-benar memahami kehendak Allah, Apa jalan yang Yesus ajarkan untuk membawa kita kepada kehidupan yang kekal bersama-sama dengan Yesus. Memang ini hanya dua pilihan namun dalam kenyataannya sangat banyak manusia yang tidak memiliki hikmat yang benar dalam memilih mana yang kehendak Allah dan mana yang bukan. Dunia ini dan segala kemegahannya telah membutakan mata dan hikmat banyak manusia untuk tidak bisa memilih yang benar.

Yang keempat sebagai pelajaran hikmat yang bisa kita petik dari pengajaran Yesus ini adalah sebagaimana disampaikan dalam ayat 38: Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusia pun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus". Disini Yesus menyampaikan tentang pembelaan dan pengakuan. Bahwa orang yang malu menjadi murid Kristus, malu menjadi orang kristen, malu menyaksikan imannya di tengah-tengah dunia ini maka  Yesus berkata bahwa Yesus sendiripun akan malu untuk mengakuinya ketika Dia datang datang dalam kemuliaan Bapa. Artinya tidak akan ada pembelaan baginya di dalam penghakiman yang agung itu.  Meskipun segala dalil dia sampaikan untuk membela dirinya dengan berkata bahwa aku mengasihi Tuhan, aku berseru kepada nama Tuhan, aku kristen dan lain sebagainya, tetapi Yesus akan berkata seperti dalam  Matius 7:21: “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga”. Atau Dia akan berkata: Aku tidak mengenal kamu,  enyahlah hai pembuat keonaran”. Karena itu jangan takut dan malu mengaku Yesus dan mengikutiNya. Sebab dalam pengadilan kelak orang yg malu dan tidak mengakui Yesus diapun tidak akan mendapatkan pembelaan oleh Yesus.

Saudaraku, pelajaran dalam kotbah hari ini merupakan pelajaran penting dalam mengikut Yesus.  Kita sebagai yang percaya kiranya memahami pengajaran ini dan memiliki hikmat yang benar dalam menjalani hidup kita selama masih Tuhan perkenankan di dunia ini. Saat ini kalau kita lihat hidup manusia semakin singkat dan dalam masa pandemi ini silih berganti kita mendengar kabar kematian dari segala golongan umur dan berbagai golongan status sosial. Tidak pandang bulu.  Satu persatu kenalan kita meninggal, dan suara sirena ambulance membawa  jenajah semakin sering kita dengarkan. Apa yang ada di benak kita saudaraku?  Empat pelajaran hikmat ini patut kita renungkan. Jika ajal menjemput kemanakah kita selanjutnya?  Apakah kita akan kita akan mendapatkan kembali nyawa kita (hidup dalam kebahagiaan sorgawi selamanya) atau malah kehilangan nyawa kita selamanya dalam siksaan api neraka? Mari gunakan pelajaran hikmat dari Yesus sehingga hidup kita yang kita hidupi saat ini tidak menjadi sia-sia.

Kiranya Tuhan menolong kita semua untuk melakukan kehendakNya. Selamat hari minggu, Selamat beribadah, Tuhan Yesus memberkati.

 

Shalom,

 

 

Ev. Harles Lumbantobing

 

 

 KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya  di Daftar... ARSIP..