Sabtu, 30 Oktober 2021

INJIL YANG MEMBAHARUI

 

Ibadah MINGGU 31 Oktober 2021

Tema:

"INJIL YANG MEMBAHARUI"

Ev: Roma 1:16-17

 

Roma 1:16-17 (TB)

1:16 Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.

1:17 Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman."

---------------

Shalom, selamat hari minggu saudara/i yang terkasih dalam Kristus Yesus. Puji syukur kita masih bisa  mengalami kasih Tuhan yang tidak pernah terukur dalam hidup kita. Kita bersyukur bahwa kita masih bisa menyapa orang-orang yang kita kasihi, mengasihi dan menyayangi mereka, ataupun mengalami kasih sayang dari mereka. Pergumulan hidup tidak akan pernah berakhir selama kita masih ada di bumi ini. Tetapi kasih dan penyertaan Tuhan juga tidak akan pernah berakhir bagi kita yang mengasihiNya. KasihNya tidak akan berkesudahan selalu baru tiap hari.

            Dalam ibadah minggu ini Tuhan memberikan berkat rohaniNya bagi kita yang dikemas dengan tema yang indah yaitu INJIL YANG MEMBAHARUI. Tema ini di dasarkan pada kitab Roma 1:16-17. Pernyataan Rasul Paulus dalam kedua ayat ini merupakan proklamir atau deklarasi iman Rasul Paulus  atas kebenaran Injil yang sudah dia terima dan alami dalam hidupnya. Setelah menerima Injil, tidak ada lagi yang lebih penting, lebih perlu serta lebih berkuasa dalam kehidupannya dan dalam ambisi hidupnya di tengah-tengah dunia ini. Sebab yang terutama dalam segala sesuatu yang utama dan terutama sudah dia peroleh yaitu Kristus. Itu sebabnya posisi Yesus (inti dari Injil bahkan Injil itu sendiri) dalam hidup Rasul Paulus tidak bisa tergantikan lagi.

Keyakinan ini melahirkan sebuah deklarasi iman dalam diri Paulus dengan menyatakan bahwa dia (Paulus) memiliki keyakinan yang kokoh dalam Injil. Dalam terjemahan lain disebutkan bahwa dia tidak malu untuk menyaksikan Injil, atau tidak malu untuk mengakui Injil dihadapan siapapun. Sebab Dengan iman dia berkata bahwa “Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan”.  Kesaksian pribadi rasul Paulus dalam Roma pasal 1:5 yang menyatakan bahwa karena kasih karunia dia diselamatkan dan diberikan jabatan Rasul untuk menuntun semua bangsa kepada kepercayaan kepada Kristus Yesus, telah membuat dia merasa berhutang kepada bangsa-bangsa lain karena kasih karunia dalam penebusan Yesus Kristus yang dianugerahkan kepadanya (ayat 14).

Berhutang, ya berhutang. Itu lah yang dialami Rasul Paulus, dan itu jugalah yang seharusnya dialami oleh setiap orang yang telah mengalami penebusan oleh darah Kristus. Kita semua yang telah menerima karunia keselamatan itu adalah orang-orang yang berhutang injil kepada semua orang.  Karena saya dan saudara yang mengimaninya masih merasakan terlilit utang, yaitu utang penginjilan maka tentunya tidak ada seorang pun diantara kita yang diam saja tanpa berbuat apa-apa terhadap penginjilan. Sama seperti seseorang yang terlilit utang, tidak akan pernah tenang jika hutangnya kepada seseorang belum dilunasinya.

Terlibat dalam Pekabaran Injil memerlukan partisipasi aktif dari setiap orang yang percaya. Pengalaman perjumpaan dengan Yesus dalam pemberitaan Injil akan menginsyapkan dan mendorong seseorang untuk berbuat demi Injil. Baik sebagai pewarta Injil, donatur dana, donatur tenaga, skill dan pengetahuan, atau apa saja yang berguna dalam pemberitaan Injil.  Berbuat demi Injil adalah tanda seseorang yang memiliki keyakinan yang kokoh akan Injil. Tanda seseorang yang tidak malu mengaku akan Injil dalam ucapan dan perbuatannya.

Ada banyak orang pada jaman ini yang mengaku Kristen, atau percaya Yesus, tetapi malu mengakui Yesus dalam hidupnya. Atau sebaliknya dalam kesaksian hidupnya malah mempermalukan Yesus. Atau ada yang tidak mau terang-terangan mengaku sebagai pengikut Yesus. Kalau hidupnya bertolak belakang dengan keyakinannya terhadap Injil (Yesus) bagaimana mungkin lagi dia berani mempercakapkan atau memberitakan Injil?.

Kekurangyakinan akan Injil sebagai kekuatan Allah yang menyelamatkan, dan yang telah menyelamatkan dirinya sendiri, serta sikap tidak mau berterimakasih (bersyukur) menyebabkan seseorang tidak mau turut ambil bagian dalam pemberitaan Injil. Kalau seseorang dengan sadar telah mengalami kasih Tuhan, dan memahami serta mengakui bahwa kekuatan Allah yang tiada bertara itu adalah Injil itu sendiri yang mampu untuk menyelamatkan setiap orang yang percaya dari maut dan kematian, tentunya dia tidak akan ragu lagi turut ambil bagian dalam pemberitaan Injil itu.

Dengan demikian dia juga akan paham bahwa Injil sebagai kekuatan Allah yang menyelamatkan ini  merupakan kekuatan Allah yang hidup bukan saja hanya menyelamatkan dari maut dan kematian kekal, tetapi juga memiliki kuasa dan kekuatan yang berguna dalam banyak hal. Sebagai mana dalam Pasal 1 ini dikatakan bahwa Injil itu diberikan kepada semua orang, semua bangsa dan bahasa yang mana Rasul Paulus menjadi salah satu utusannya. Namun tentunya tidak semua orang menerima Injil itu. Paulus berkata di ayat 16 bahwa hanya setiap orang yang percayalah yang menerimanya. Bagaimana mereka bisa percaya dan menerimanya? Tentunya kalau ada yang memberitakannya. Bagaimana mereka bisa memberitakannya? Tentunya kalau mereka sudah mengalaminya lalu dengan rela dan bersedia untuk di utus (Roma 10:14-15)

Saudaraku, Kuasa Tuhan dalam Injil sanggup melakukan banyak hal dalam segala kehidupan manusia. Karena Yesus adalah terang, Yesus adalah roti hidup, Yesus adalah air hidup, Yesus adalah jalan, kebenaran dan hidup, Yesus adalah Gembala yang baik, sahabat sejati, maka Pemberitaan Injil itu sangat penting sekali, dengan demikian orang yang mendengarnya percaya. Ketika dia percaya maka dia akan mengalami banyak hal dari kekayaan Injil:

1. Injil mampu merubah yang tidak terubahkan oleh apa pun dan siapa pun yaitu status seseorang yang seharusnya mati menjadi hidup yaitu yang seharusnya di neraka kekal menjadi di sorga kekal. Tidak ada kuasa lain yang mampu melakukannya.

2. Injil mampu merubah hati yang keras. Ketika Injil di dengarnya dan diterimanya, maka Kabar baik itu akan mengubah dan mempengaruhi hatinya yang keras, sehingga hatinya akan dilembutkan.

3. Injil mampu mengubah sifat pemarah, keras, brutal, dan banyak kebiasaan buruk dalam hidup seseorang. Kadang orang membela diri dengan berkata bahwa itu sudah sifatku, karakterku, bawaan lahir, tidak bisa dirubah dan sebagainya. Meskipun banyak nasehat dan masukan dari banyak orang yang telah diterimanya tidak mampu mengubahnya, tetapi Injil tidak pernah gagal mengubah orang seperti itu kalau dia percaya dan menerimanya.

4. Injil mampu mengubah ketergantungan akan hawa nafsu kedagingan. Mungkin orang berkata “dia tidak bisa diubah lagi, suamiku, atau istriku, atau anakku tidak bisa diubah lagi dari segala keinginan dagingnya. Tetapi percayalah, jika Injil dia terima, maka Injil mampu untuk mengubah itu semua.

5. Injil mampu mengubah seseorang  ketergantungan/kecanduan Narkoba. Banyak orang sudah pasrah dan putus asa jika anggota keluarganya sudah kena ketergantungan narkoba. Sudah berbagai cara dilakukan untuk menghindarkannya dari ketergantungan ini, namun selalu gagal dan  tidak bisa juga. Tetapi Injil tidak pernah gagal. Asal dia percaya dan menerimanya, mengakui Yesus sebagai Tuhan dan juru selamatnya maka atas kehendak Allah dia akan terbebaskan.

6. Injil mampu mengubah seseorang  yang pada awalnya selalu berniat jahat menjadi orang yang berniat baik. Paulus sendiri mengalami hal itu. Injil berhasil mengubah pemburu dan pembunuh pengikut Kristus menjadi pemburu orang berdosa yang akan mati  untuk dibawa kepada Kristus supaya dia hidup.

7. Injil mampu mengubah suami yang tidak bertanggungjawab, otoriter, kasar, suka KDRT menjadi suami yang baik, penyayang,  beriman, menjadi imam dalam rumah tangga dan yang menyayangi anak istri.

8.Injil mampu mengubah seorang istri yang meterialistis, egois, pemalas menjadi istri yang penyayang, hormat pada suami dan telaten mengelola rumah tangga.

9. Injil mampu mengubah seseorang yang patah hati, putus harapan, menjadi semangat, penuh harapan dan optimis dalam hidup.

10. Injil mampu membuka jalan meskipun semua jalan sepertinya sudah tertutup.

        Jaman telah membuktikan kuasa Allah lewat Injil ini. Injil telah mengubah semua peradapan, mengubah wajah dunia. Pembaharuan oleh Injil  berpengaruh kepada segenap ciptaan Allah, baik manusia, binatang, tumbuhan, bahkan alam ini.  kalau kita menerima dan memahami kuasa ini maka kita semua akan menjadi agen-agen Injil yang membawa perubahan dan pembaharuan yang baik bagi lingkungan sekitar, lingkungan pekerjaan, gereja, masyarakat dan alam ciptaan lainnya.

        Kuasa Yesus yang diberitakan dalam Injil (Kabar baik) itu tidaklah  terbatas sebab Dia maha kuasa, dan Roh Kudus yang mendiami setiap orang yang percaya kepada Yesus  akan berkuasa melakukan apa saja sesuai kehendakNya untuk memperbaharui, menuntun, menolong dan menginspirasi setiap orang yang percaya.

Karena itu saudaraku, dalam ibadah minggu ini, saya mengajak saudara untuk sungguh-sungguh menerima Injil itu, sungguh-sungguh mengabarkan Injil itu, jangan tunggu hari esok. Sekaranglah waktunya, tidak ada kuasa lain selain kuasa dalam nama Yesus yang bisa membebaskan, tidak ada jalan lain selain Yesus yang olehnya kita bisa sampai kepada Bapa. Tidak ada orang yang derajatnya terlalu tinggi atau derajatnya terlalu rendah, pendidikannya sangat tinggi atau tidak berpendidikan sekalipun, Orang kaya atau miskin, orang berkecukupan atau orang melarat, hamba atau tuan,  orang terkenal atau orang terpinggirkan yang tidak bisa dijamah, dijangkau, diubahkan, atau dibaharui oleh Injil.

Selamat menerima Injil, selamat mengabarkan Injil, selamat diperbaharui oleh Injil, dan selamat hari minggu Tuhan Yesus memberkati.

 

Shalom,

 

Ev. Harles Lumbantobing

 

 KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya  di Daftar... ARSIP..

Sabtu, 23 Oktober 2021

HIDUP RUKUN DENGAN SESAMA

Kotbah Minggu 24 Oktober 2021

Tema:

HIDUP RUKUN DENGAN SESAMA

 

Ev:Ulangan 24:17-18

Ep:Ibrani 13:1-3

 

Ulangan 24:17-18 (tb)

24:17 Janganlah engkau memperkosa hak orang asing dan anak yatim; juga janganlah engkau mengambil pakaian seorang janda menjadi gadai.

24:18 Haruslah kauingat, bahwa engkau pun dahulu budak di Mesir dan engkau ditebus TUHAN, Allahmu, dari sana; itulah sebabnya aku memerintahkan engkau melakukan hal ini. 

------------

 

Shalom selamat hari minggu saudara/i ku yang terkasih di dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus.  Bahagia rasanya masih bisa menyapa saudara dalam kesempatan ini di dalam berbagi renungan minggu ini.

Ibadah minggu ini mengambil tema HIDUP RUKUN DENGAN SESAMA yang di dasarkan pada Nas Firman Tuhan Ulangan 24:17-18. Tema ini merupakan tema yang umum kita dengar, sifatnya luas, dan semua agama atau kepercayaan menegaskan dan mengajarkan ini kepada setiap pengikutnya.  Bahkan  ada aliran kepercayaan tertentu yang sangat baik dan disiplin menerapkan prinsip hidup rukun dengan sesama bahkan dengan alam, tumbuhan dan binatang-binatang.

Bagaimana dengan Kekristenan?  Dalam kekristenan juga hal ini diajarkan dan ditekankan.  Supaya setiap pengikutnya menerapkan dan melakukan ajaran ini.

 

Namun bagaimana faktanya di lapangan? 

Apakah perilaku kita sesuai dengan ajaran yang kita terima perihal menyangkut tema ini?.  

Adakah kelebihan orang percaya (Kristen) dibandingkan dengan agama atau aliran kepercayaan lain?

Nas Firman Tuhan hari ini Tuhan sampaikan kepada Musa untuk diajarkan dan ditegaskan kepada bangsa Israel untuk hidup sewajarnya sebagaimana seharusnya mereka hidup. Ada hal penting yang Tuhan mau sampaikan kepada mereka dan tentunya kepada kita saat ini menyangkut  ketentraman dan kedamaian sekaligus kesaksian hidup mereka di masyarakat.

Saudaraku jika kita membaca ayat 17-18 ini kita langsung dibawa kepada suatu nasihat yang mengingatkan siapa bangsa Israel sebelumnya. Perintah ini dimulai dengan larangan yang di dasarkan atas status dan kondisi mereka sebelumnya. Sepertinya perintah Tuhan ini akrab dengan telinga kita yang sering mendengar sebuah perumpamaan : " lupa kacang akan kulitnya".

Perumpamaan ini ditujukan kepada orang yang tidak mengingat siapa dirinya sebelumnya sebelum keadaannya yang sekarang.  Kalimat ini biasanya bernada negatif.  Kalimat ini dilontarkan ketika seseorang bersikap angkuh atau tidak sepantasnya mengingat sejarah hidupnya dimasa lalu yang jauh lebih buruk dari kondisi saat ini, dan barangkali masih banyak makna lain dari perumpamaan ini.

Sebelum kita masuk ke dalam tema ini, tentunya ada beberapa hal yang perlu kita pelajari menyangkut kedua ayat dalam nas ini. Yang pertama bahwa kita perlu sekali mengenal diri sendiri. Mengenal diri sendiri seperti siapa kita, latar belakang kita, karakter dan sifat kita, kelebihan dan kekurangan kita, akan membuat kita untuk mudah menyesuaikan diri atau menempatkan diri di hadapan orang lain.

Yang kedua perlu sekali kita mengenal diri kita ini siapa di hadapan Tuhan. Dihadapan Tuhan kita hanyalah ciptaan dan dari debu tanah. Orang berdosa, orang yang patut dimurkai dan mendapatkan hukuman yang kekal. Namun yang dikasihiNya dan yang tidak membiarkan kita anak-anakNya sampai jatuh ke dalam dosa dan dibinasakan. Kita adalah orang-orang yang sudah diampuni, sudah ditebus, dan dibenarkan karena Yesus Kristus yang mati di kayu Salib. Karena kita ciptaan, maka Tuhan sebagai pencipta lebih mengetahui siapa kita daripada diri kita sendiri.

Yang ketiga kita juga harus tahu siapa kita dihadapan sesama. Bahwasanya kita adalah sama-sama ciptaan yang Tuhan.  Status kita semua sama dihadapan Tuhan, kondisi dan keadaan kita semua pada dasarnya adalah sama-sama orang berdosa (Roma 3:23) dan patut dimurkai. Namun perbedaannya saat ini ada yang sudah dimerdekakan dari dosa oleh penebusan Yesus Kristus  dan ada yang masih belum menerimanya. Namun masing-masing kita diberi beban (salib) dan tanggungjawab yang berbeda-beda sesuai kehendak Tuhan, namun tujuannya sama yaitu memikulnya sampai akhir. Pada dasarnya juga kita semua lahir ke dunia ini  tanpa bawa apa-apa dan akan kembali meninggalkan dunia ini tanpa bawa apa-apa juga (Ayub 1:21). Selama hidup, sebanyak apapun harta yang kita miliki dan setinggi apapun jabatan yag kita miliki, tetapi akhirnya semua akan sama-sama kembali ke tanah,  dengan ukuran yang sama, tanpa membawa apa-apa dari semua yang dikumpulkan itu. Yang kaya dan miskin yang berjabatan tinggi maupun rendah semua akan kembali ke tanah dengan sehelai baju saja, bahkan ada yang kembali langsung menjadi debu lewat cara kremasi (dibakar). Demikianlah status kita manusia di hadapan Tuhan dan di hadapan sesama. Sebagaimana ayat 18 ini bahwa bangsa Israel diingatkan bahwa mereka adalah hasil tebusan Tuhan dari perbudakan Mesir, demikian juga dengan kita semua saat ini adalah hasil penebusan Tuhan dari perbudakan dosa.

 

Saudara, apa yang menjadi pelajaran bagi kita saat ini?

Hampir semua yang naik sepeda pernah jalan kaki menuju tempat yang dia tuju. Hampir semua yang naik sepeda motor pernah naik sepeda dan jalan kaki menuju tempat yang akan dia tuju. Hampir semua yang naik mobil juga pernah naik sepeda motor atau naik sepeda atau jalan kaki menuju tempat yang dia tuju. Karena itu, yang naik mobil pribadi tentu pernah merasakan perasaan yang hanya memiliki sepeda motor, demikian juga yang memiliki sepeda motor pernah merasakan perasaan mereka yang tidak punya kendaraan atau hanya berjalan kaki saja.

            Empat contoh berikut ini barangkali bisa membantu kita memahami:

  1. Kalau kita melihat,  secara materi banyak keadaan orang yang sukses dalam bisnis saat ini, atau kehidupanya yang mapan di mulai dari penderitaan dan kesulitan di masa lampau. Banyak dari mereka yang dahulu mengalami banyak kegagalan, penderitaan dan kesulitan hingga mereka mencapai keberhasilan seperti saat ini. Kalau Firman hari ini diaplikasikan kepada mereka saat ini, maka tentunya mereka tidak boleh sombong dan memandang rendah orang lain yang sedang berjuang dari nol dan masih mengalami jatuh bangun bahkan kegagalan dalam merintis usaha. Sedapat mungkin berilah motivasi atau dorongan yang bisa membuat mereka berhasil mencapai kesuksesannya. 
  2. Kalau kita melihat mereka-mereka yang karirnya sudah sampai jenjang yang tinggi, dalam suatu instansi atau perusahaan, pada umumnya mereka memulainya dari bawah dengan susah payah, penuh perjuangan hingga sampai  di posisi yang tinggi saat ini. Kalau Firman hari ini diaplikasikan kepada mereka saat ini, maka tentunya mereka tidak boleh sombong dan memandang rendah orang lain yang sedang meniti karir dari bawah. Janganlah mereka membatasi bahkan menghalangi mereka yang mulai meniti karir tersebut. Sedapat mungkin berilah peluang atau motivasi atau pertolongan yang bisa membuat mereka berhasil mencapai puncak karir mereka. 
  3. Kalau kita melihat mereka-mereka yang sukses dalam rumahtangga, anak-anak sudah pada berhasil, teratur dan menjadi keluarga yang rukun, tentunya itu tidak diperoleh secara instan. Mereka memulainya dari bawah. Penuh perjuangan, mungkin banyak air mata yang sudah menetes. Tetapi dengan komitmen bersama mereka berhasil mewujudkannya. Kalau Firman hari ini diaplikasikan kepada mereka saat ini, maka tentunya mereka tidak boleh sombong dan memandang rendah orang lain yang sedang mulai membangun rumah tangga dengan banyak tantangan juga. Beban yang kita hadapi dulu dalam rumahtangga belum tentu lebih berat dari yang mereka hadapi saat ini. Namun sedapat mungkin kita berdoa bagi mereka dan kalau bisa berbagi pengalaman dengan mereka dalam melewati setiap badai rumah tangga yang kita telah lalui. Meskipun tidak sama jenis badainya tetapi menunjukkan empati kita atas proses yang sedang mereka hadapi sudah merupakan perbuatan yang sangat baik sehingga sedapat mungkin mereka punya harapan akan mencapai keluarga yang harmonis. 
  4. Kalau kita melihat mereka-mereka yang sukses dalam pelayanan, pertumbuhan rohani yang baik, serta kedewasaan pemahaman akan Firman Tuhan pada umumnya mereka capai melalui perjalanan iman yang panjang dengan tempaan yang sukar dan berat dalam mengikut Tuhan. Sebab kita tahu tidak mudah untuk mengikut Tuhan. Sebab jalan yang kita akan ikuti adalah jalan salib (penderitaan). Kalau Firman hari ini diaplikasikan kepada mereka saat ini, maka tentunya mereka tidak boleh sombong dan memandang rendah saudara-saudaranya yang belum semapan mereka dalam pelayan. Jangalah menghakimi saudara pelayan yang lain yang belum seberhasil mereka dalam pelayanan. Sebab apa yang mereka peroleh saat ini adalah hanya kasih karunia Tuhan semata. Tidak ada yang bisa disombongkan. Justru alangkah baiknya mereka mendorong dan memotivasi bahkan menolong saudaranya yang lain untuk mengalami pertumbuhan iman dan spritual, pertumbuhan pelayanan, atau berbagi kesaksian akan semua karya Tuhan dalam pelayanannya, sehingga orang lain yang mengalami proses pertumbuhan, atau yang  memulai dari bawah merasa termotivasi untuk semakin maju dalam pelayanan meskipun ditengah-tengah banyaknya penderitaan dan hambatan yang akan dialaminya. Sebab dahulupun dia seperti mereka juga dalam merintis pelayanan.

 

Dari keempat contoh ini kita bisa tarik tiga hal penting yaitu:

  • Pertama bahwa kita pernah berada atau mulai dari titik teredah. Karena itu kita yang sudah pernah melewati titik-titik terendah itu hendaklah menaruh simpati dan tenggang rasa dengan mereka-mereka yang sedang mengalami titik terendah itu.
  • Kedua bahwa apabila kita bisa melakukan sikap baik seperti keempat contoh di atas, maka tentunya kita akan menjadi teman semua orang dan semua orang akan menjadi teman kita. 
  • Ketiga bahwa sebagai orang percaya yang sudah pernah melewati tititk-titik berat itu dan sampai kepada kondisi terbaik kita saat ini jangan lupa bahwa itu semua adalah karena anugerah dan pertolongan Tuhan.
 
Kalau ketiga hal ini kita sadari maka dampaknya akan tercipta kerukunan dan kedamaian dengan semua orang.

Kita harus hidup rukun dan damai dengan semua orang, karena demikianlah ajaran Tuhan kita. Status kita sebagai garam dan terang dunia harus benar-benar menggarami dan menerangi. Janganlah hidup rukun hanya dengan segolongan orang saja, hanya dengan komunitas saja, hanya dengan orang-orang yang kita sukai atau dengan orang-orang yang memungkinkan bagi kita untuk mendapatkan keuntungan dari mereka. Tetapi kita harus bisa hidup rukun dengan orang-orang yang senasib sepenanggungan seperti kita. Kita harus bisa hidup rukun dengan orang-orang  yang lebih beruntung dari kita dalam keadaan kehidupan di dunia ini. Kita tidak boleh lansung cemburu dan berpikiran negatif dengan mereka. Barangkali mereka bisa menjadi inspirator kita atau bahkan menjadi mentor kita menuju kesuksesan.  Kita juga harus bisa hidup rukun dengan mereka-mereka yang tidak lebih beruntung dari kita.  Sebagaimana saya tuliskan di atas bahwa kitapun pernah berada di titik-titik yang sukar dahulunya.

Saudara, sikap dan perilaku yang Tuhan larang dalam ayat 17 dan 18 ini adalah sesuatu yang sangat kejam dan jahat. Dalam pasal 24 ini memang ada banyak larangan dan perintah yang Tuhan sampaikan dalam kitab Ulangan ini. Namun dalam ayat 17-18 ini kita bisa melihat fokus yang Tuhan perintahkan adalah bagaimana supaya bangsa Israel tahu memperlakukan orang asing, anak yatim, dan janda-janda dalam kehidupan mereka. Supaya bangsa Israel tidak melakukan penindasan terhadap mereka, bersikap semena-mena dan memperkosa hak-hak mereka.

Penindasan dari jaman dahulu kala hingga saat ini terus merajalela. Roh (-bukan Roh Kudus)  penindasan ini  yang merupakan roh-roh jahat begitu keras bekerja dari jaman ke jaman untuk menghancurkan kemanusiaan dan toleransi antar manusia. Sepanjang jaman hal ini terus terjadi. Penindasan dari atasan/bos kepada bawahan, pemimpin kepada rakyatnya, yang kaya kepada yg miskin, yang kuat kepada yang lemah, yang pintar kepada yang bodoh, suami kepada istri, istri kepada suami, orangtua kepada anak-anaknya, anak-anak kepada orangtua, dan juga yang lebih tua kepada yang lebih muda. Hampir di semua golongan bisa terjadi penindasan. Namun dari renungan hari ini kita melihat  bahwa Allah tidak akan pernah diam melihat terjadinya seuatu penindasan. Cepat atau lambat Tuhan pasti akan bertindak sesuai waktunya Tuhan. Tuhan adalah pembela orang lemah dan teraniaya. Kasih sayang Tuhan begitu besar bagi mereka yang lemah dan teraniaya. Sebaliknya murka dan amarah Tuhan akan dasyat kepada mereka-mereka yang melakukan penindasan. Alkitab telah mencatat hal-hal yang demikian sebagai pelajaran dan pegangan bagi kita.

Tidak menindas orang lemah seperti janda, anak yatim, orang asing bukanlah satu-satunya sikap yang harus dihindarkan dalam menjalin kerukunan dengan sesama. Namun memperlakukan semua orang sebagaimana seharusnya adalah hal yang sangat baik dalam menjalin kerukunan dengan sesama. Seperti dalam Epistel Ibrani 13: 1-3 disebutkan: 

"Peliharalah kasih persaudaraan, Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat.Ingatlah akan orang-orang hukuman, karena kamu sendiri juga adalah orang-orang hukuman. Dan ingatlah akan orang-orang yang diperlakukan sewenang-wenang, karena kamu sendiri juga masih hidup di dunia ini".

Karena itu, mari jalinlah hubungan yang baik dengan semua golongan. Namun  bijaksanalah dalam pergaulan. Sebab pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik (1 Korintus 15:33)  maka gunakan selalu fungsi Garam dan Terang yang sudah ada pada anak-anak Allah (orang percaya). Kalau tidak kita sendiri akan melebur dengan pergaulan buruk dan menjadi lebih gelap dari kegelapan itu sendiri.

            Saudara yang terkasih dalam Kristus Yesus. Sebagaimana saya katakan dalam pembukaan di atas  bahwa semua agama dan aliran kepercayaan menekankan betapa pentingnya hidup rukun. Namun sebagai orang percaya kita berusaha untuk hidup rukun bukan sekedar karena melakukan perintah ajaran agama, tetapi ini adalah menjadi identitas orang-orang yang sudah ditebus Tuhan. Identitas ini kita miliki karena setiap orang yang beriman dan percaya kepada Yesus Kristus sudah menjadi garam dan terang dunia. Melakukan perintah Allah  untuk melakukan kebaikan termasuk hidup rukun adalah sebagai ucapan syukur karena kita sudah ditebus dari perbudakan dosa. Sehingga apapun yang kita lakukan itu bukanlah untuk mencari keuntungan atau mencari selamat di tengah-tengah dunia ini. Sebab yang terbaik dari kerajaan sorga sudah Tuhan berikan kepada kita yaitu AnakNya yang tunggal Tuhan kita Yesus Kristus, dan Roh Kudus yang melebihi dan mengatasi segala Roh ada bersama-sama dengan kita. Sehingga menabur kebaikan di dunia ini terhadap semua orang adalah sebagai ucapan syukur kita kepada Tuhan. Inilah yang membedakan kekristenan dengan yang lainnya. Namun sangat disayangkan banyak orang percaya yang tidak memahami ini, atau tidak mengetahuinya, atau tahu tetapi tidak mau perduli untuk melakukannya. Akibatnya wajah kekristenan tercoreng  oleh sikap dan tindakan mereka.

Akhirnya saudara, mari jangan lupakan siapa kita dahulunya, jangan lupa kacang akan kulitnya. Mari hidup rukun dengan sesama, dengan demikian kita dan orang lain akan mengalami kedamaian, ketenteranan batin. Sebab hal tersebut merupakan perintah Tuhan dan tentunya  akan  memuliakan Tuhan kita. Jangan mudah marah, jangan mudah berprasangka buruk dengan orang lain, rajinlah memberi pertolongan, mudah berempati dengan kondisi orang lain, ingat dan jangan lupakan segala kebaikan dan pertolongan orang lain, dengan demikian kita juga bisa melakukan hal yang sama terhadap orang lain, tetapi segeralah lupakan segala kesalahan dan perbuatan buruk orang lain terhadap kita dengan demikian kita akan menemukan kerukunan yang sejati.

Selamat hidup rukun, selamat hari minggu, Tuhan Yesus memberkati.

 

Shalom,

 

 

Ev. Harles Lumbantobing.

KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya  di Daftar... ARSIP..

Sabtu, 16 Oktober 2021

KEBAHAGIAAN MENDENGAR FIRMAN ALLAH

Kotbah minggu 17 Oktober 2021

tema:

KEBAHAGIAAN MENDENGAR FIRMAN ALLAH

Lukas 11:27-28

 

Lukas 11:27-28 (TB)

11:27 Ketika Yesus masih berbicara, berserulah seorang perempuan dari antara orang banyak dan berkata kepada-Nya: "Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau."

11:28 Tetapi Ia berkata: "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya."

-------------

Shalom, selamat hari minggu saudara-saudara yang terkasih dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus. Puji syukur kita masih Tuhan beri kesehatan dan kesempatan untuk bisa merenungkan dan menikmati Firman Tuhan pada minggu ini.  Kiranya saudara diliputi damai dan sejahtera dari Tuhan kita dan senantiasa  dalam keadaan bahagai selalu.

Dalam ibadah minggu ini mengambil tema KEBAHAGIAAN MENDENGAR FIRMAN ALLAH yang di dasarkan pada kitab Injil Lukas 11:27-28. Bagaimana Nas Firman Tuhan ini berbicara bagi kita saat ini? 

Kita menemukan begitu banyak alasan orang untuk bahagia di dunia ini. Beragam dasar dan alasan yang dibuat manusia untuk bisa disebut berbahagia. Ada orang yang mendasarkannya kepada banyaknya harta yang dimiliki. Ada yang mendasarkannya kepada keturunan yang dimiliki, ada yang mendasarkannya pada status sosial yang dimiliki, bahkan juga pangkat dan jabatan yang dimiliki. Kalau dasar yang mereka pakai ini menjadi tolak ukur, artinya bahwa orang yang miskin tidak akan bahagia, orang tidak punya keturunan tidak akan bahagia, demikian juga orang biasa-biasa saja tanpa pangkat dan jabatan tidak akan bahagia juga. Tetapi apakah benar demikian?. Dalam kenyataannya ada banyak orang kaya yang tidak bahagia. Ada banyak orang berpangkat dan berstatus sosial tinggi yang tidak bahagia. Sebaliknya ada juga orang miskin yang bahagia dan ada juga orang miskin yang tidak berbahagia.

Lalu apa ukuran bahagia sesungguhnya? Adakah Alkitab menyebutkan suatu dasar atau rujukan seseorang   disebut berbahagia?

Kalau kita melihat pengajaran yang Yesus ajarkan dalam kitab injil, sungguh kebahagiaan yang dunia atau manusia tetapkan sebagai dasar atau rujukan untuk berbahagia bertolak belakang  dengan yang Yesus ajarkan. Kalau kita membaca pernyataan berbahagia dalam kotbah di bukit dalam kitab Matius 5, sangat bertolak belakang dengan keinginan manusia.  Di sana dikatakan bahwa yang berbahagia adalah orang yang miskin di hadapan Allah, orang yang berdukacita, lemah lembut, lapar dan haus akan kebenaran, yang murah hati, suci hati, membawa damai, dianiaya karena kebenaran, dan yang upahnya besar di sorga. Inilah yang Yesus ajarkan yang tentunya masih perlu kita telaah lebih lanjut. Tetapi apa yang Yesus ajarkan ini sebagai jalan kebahagaian tidak begitu populer dan juga tidak disukai banyak orang. Kecenderungan manusia lebih memilih jalan bahagia dengan konsep dan dasarnya sendiri.

Begitu juga dalam Nas Firman Tuhan hari ini, Yesus juga mengajarkan satu lagi syarat berbahagia yang paling populer dan paling sering kita dengar sebagai orang Kristen yaitu pada Lukas 11 ayat 28 ini.  Yaitu bahwa “yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya."

Ayat ini saya katakan paling sering kita dengar tetapi paling sering tidak dialami oleh orang-orang yang mendengarnya. Mendapatkan atau mencapai kebahagiaan sebagaimana syarat dalam ayat 28 ini tidak seberat dan sesusah mengejar kebahagiaan dengan jalan mengejar harta dunia, mengejar status sosial, mengejar jabatan yang tinggi. Namun begitulah manusia, lebih suka mengejar kebahagiaan yang sifatnya sementara ini dibandingkan kebahagiaan yang sejati yang Yesus telah ajarkan.

Faktor keberdosaan manusia dan si Iblis yang memperdaya manusia membuat manusia selalu gagal memilih yang terbaik. Kebahagiaan semu dan sementara begitu menarik dan memikat hati sehingga manusia sering terjebak untuk memilihnya dibanding kebahagiaan sejati yang Yesus telah ajarkan. Begitu kuatnya daya tarik ini sehingga manusia dibutakan untuk tidak mengejar kebahagiaan yang sejati.

Namun dari realita hidup dan pengalaman serta kesaksian orang-orang beriman yang berjalan dalam Yesus, kebahagiaan yang sejati itu justeru didapatkan ketika hidup seturut kehendak Tuhan. Hal ini tidak tergantung kepada berapa banyak harta yang dimiliki, berapa keturunan yang dimiliki, status sosial yang terpandang, atau jabatan yang tinggi. Namun setiap orang kaya atau miskin, punya keturunan atau tidak, berpangkat atau tidak, berstatus sosial tinggi atau rendah semua bisa mengalami kebahagiaan yang sejati ini jika setia mendengar Firman Allah dan memeliharanya.

Di kesempatan lain Tuhan juga mengajarkan bahwa ada lagi kebahagiaan yang diperoleh oleh seseorang jika melakukan suatu perbuatan tertentu. Perbuatan itu adalah perbuatan “memberi”. Manusiawi memang jika seseorang itu berbahagia ketika menerima suatu pemberian dari  orang lain.  Tetap Alkitab berkata  dalam Kisah Para Rasul 20:35 yang berkata: “ Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.".  Sekilas memang dari segi logika manusia hal itu tidak mudah diterima.  Sebab ada banyak orang kelihatannya bahagia ketika menerima pemberian orang lain, dan memang mereka berbahagia. Namun  tidak bisa dipungkiri bahwa kebahagiaan orang yang memberi dengan ikhlas dan tulus jauh melampaui kebahagiaan orang yang menerima pemberian tersebut. Saya sudah mengalaminya dan saya yakin barangkali saudara juga pernah mengalaminya. Itu sebabnya Firman Tuhan yang walaupun sepertinya sulit  diterima, tetapi jika benar kita renungkan atau memeliharanya maka ketika kita melakukannya kita akan dibuatNya takjub dan mengakui kebenaran itu.

Saudara selanjutnya dalam Nas Firman Tuhan minggu  ini, ketika ada seseorang perempuan yang dengan sangat keras menyerukan "Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau."  Yesus berkata  bahwa yang berbahagia  ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya."  Benar dan memang wajar jika ada seorang ibu yang berbahagia ketika melahirkan seorang anak yang hebat. Yesus juga tidak menyangkal atau menentang perkataan perempuan itu atau berkata kepadanya “tidak demikian ibu”. Tetapi Yesus hanya mau mengatakan bahwa ada yang lebih berbahagia dari pada itu yaitu “orang yang mendengar Firman Allah dan yang memeliharanya”.

Dalam acara ibadah perkataan dalam ayat 28 ini sering sekali dilanjutkan demikian: “berbahagialah orang yang mendengar Firman Allah, yang menghayati serta  melakukanya.  Namun ada beberapa yang tetap menggunakan kata “mendengar dan memelihara” artinya tidak sampai kata “melakukannya”. Apakah artinya Yesus tidak perlu menekankan sampai kata “melakukan”? Apakah artinya tidak perlu sampai melakukan ini?

Kalau kita lihat perkataan Yesus dalam kitab Lukas ini, Yesus bukan bermaksud bahwa melakukan tidak penting. Sebab di bagian lain di Alkitab dan juga di kitab yang sama yaitu kitab Lukas, Yesus juga berkata bahwa melakukan itu penting. Seperti dalam Lukas 6:49 berkata:

“Akan tetapi barangsiapa mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika banjir melandanya, rumah itu segera rubuh dan hebatlah kerusakannya."

Demikian juga dalam Lukas  8:21 berkata:

Tetapi Ia menjawab mereka: "Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya."

Dari kedua ayat ini tentu saja Tuhan Yesus sedang mengajarkan bahwa tidak ada gunanya mendengar jika tidak melakukannya. Dengan melakukannya maka seseorang itu akan berbahagia. Lalu di mana kaitan memelihara dengan melakukan?. Saya teringat ketika saya memelihara beberapa ekor ayam. Ketika saya memeliharanya maka saya melakukan segala hal supaya dia bertumbuh, mengobati jika sakit, memberikannya makan dan sebagainya sampai dia besar. Saat saya memeliharanya di sanalah saya melakukan banyak hal supaya dia berkembang dan menjadi dewasa. Jadi untuk memeliharanya saya tidak diam tetapi melakukan berbagai hal.

Demikian juga dengan memelihara Firman Tuhan. Ketika kita memeliharanya dengan sungguh-sungguh setelah mendengarnya maka kita tidak akan diam. Kita akan melakukan banyak hal supaya Firman itu bisa menjadi nyata dalam kehidupan kita pribadi lepas pribadi, dan berdampak baik bagi semua orang. Jadi ketika mendengar dengan sungguh-sungguh maka kita tahu apa yang kita pelihara itu. Dalam pemeliharaan itu dengan pertolongan Roh Kudus di sanalah kita dapat memahaminya dan mendapatkan pencerahan dan kekuatan untuk melakukannya. Jadi dalam memelihara itulah kita temukan perbuatan melakukan.

Jadi mendengar itu adalah penting. Pada jaman ini sudah banyak orang tidak mau mendengar lagi. Sudah makin banyak orang yang bebal dan tidak perduli dengan kebenaran. Bagaimana mungkin dia bisa berbahagia sebab yang perlu didengar dan yang menghidupkan tidak di dengarnya. Tetapi telinganya begitu tajam untuk mendengar berita-berita bohong, berita hoax, berita tidak bermutu dan tidak berguna. Karena itulah hidupnya tidak pernah menemukan kebahagiaan yang sejati. Bagaimana dia bisa memelihara bahkan melakukan jika dia tidak mau mendengar lagi?

Dalam Yakobus  1:25 begitu jelas diterangkan bagaimana memelihara itu berkaitan dengan melakukan Firman. Ayat ini berbunyi:

“Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya”.

Dari sini kita menangkap bahwa MENDENGAR  mendahului Memelihara. Memelihara itu dilakukan dengan meneliti Firman itu dan bertekun di dalamnya, sehingga dia akan bisa melakukannya   dengan benar dan upahnya adalah KEBAHAGIAAN.

Orang bijaksana adalah orang yang mendengar Firman Allah dan melakukannya. Sebaliknya orang bodoh adalah orang yang mendengar Firman Allah dan tidak melakukannya. (Matius 7:24-26). Dikatakan bodoh sebab mereka menyianyiakan kesempatan  untuk mendapatkan kebahagiaan sejati padahal mereka sudah mendengarnya. Karena itulah Yakobus berkata dalam Yakobus  1:23:

Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin”.

Dan sebagaimana saya sampaikan di atas bahwa ‘melakukan’ itu merupakan unsur dari pada ‘memelihara’.

Saudaraku, dari perenungan kotbah minggu ini kita bisa memahami betapa pentingnya kebahagiaan sejati itu. Sebab itulah yang Tuhan kehendaki dialami oleh orang percaya. Itu jugalah yang sesungguhnya diinginkan oleh setiap manusia meskipun manusia itu sering gagal untuk memperolehnya karena tertipu oleh kenikmatan dan kebahagiaan dunia yang semu. Kita pikir apa yang ditawarkan dunia ini itulah kebahagiaan yang asli ternyata hanyalah kebahagiaan yang palsu atau imitasi dan yang sifatnya sementara. Mendengar dan memelihara Firman Tuhan (melakukannya) di situlah kita menemukan kebahagiaan yang asli dan sejati itu yang pasti tidak akan mengecewakan, serta berkenan kepada Allah. Marilah kita bijak di dalam memilih.

Kiranya renungan ini menjadi berkat bagi kita semua dan kita dimampukan untuk menjadi pelaku-pelaku Firman Allah. Selamat mendengar, selamat memelihara Firman Tuhan dan selamat berbahagia. Tuhan Yesus memberkati.

 

Shalom,

 

Ev. Harles Lumbantobing

 

 KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya  di Daftar... ARSIP..