Sabtu, 29 Januari 2022

DIPANGGIL UNTUK MENGASIHI

 

Ibadah minggu 30 Januari 2022

Tema:

Dipanggil Untuk Mengasihi

Ev: Yeremia 1:4-10

Ep: 1 Korintus 13:10-3

 

1:4 Firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya:

1:5 "Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa."

1:6 Maka aku menjawab: "Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda."

1:7 Tetapi TUHAN berfirman kepadaku: "Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapa pun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apa pun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan.

1:8 Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN."

1:9 Lalu TUHAN mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulutku; TUHAN berfirman kepadaku: "Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu.

1:10 Ketahuilah, pada hari ini Aku mengangkat engkau atas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam."

 

---------

            Shalom, selamat hari minggu saudara-saudariku di dalam Kristus Yesus. Senang  rasanya kembali bisa menyapa saudara dalam renungan ibadah minggu ini. Ibadah minggu ini merupakan ibadah minggu ke-4 setelah Ephipanias. Minggu Ephipanias berarti penyataan atau penyingkapan. Hal yang Tuhan mau singkapkan kepada kita dalam minggu ini adalah sebagaimana tema  renungan kita kali ini yaitu “dipanggil untuk mengasihi” yang di dasarkan kepada kitab Yeremia 1: 4-10.  Digunakan istilah dipanggil mengandung arti pasif dimana  Allah berinisiatif sendiri secara aktif tanpa pertimbangan dari manusia yang dipilihNya itu untuk menentukan pilihan atau pemanggilan itu.

Dalam Yeremia pasal 1 ini kita meliat bahwa proses pemilihan Yeremia bukan saat Yeremia sudah dewasa dan tahu tentang mempertimbangkan dan merespon tentang sesuatu. Tetapi sebelum ada di dalam rahim ibunya,  Yeremia sudah dikenal dan dipilih serta ditetapkan Allah untuk menjadi  NabiNya. Hal ini dimungkinkan karena Allah adalah Allah yang maha tahu. Kemahatahuan Allah memungkinkan Allah mengetahui segala sesuatu bahkan yang belum terjadi sekalipun.

Adalah hal yang wajar dan normal apabila seseorang seperti Yeremia  mengkonfirmasi kepada Tuhan tentang pengutusannya menjadi Nabi. Sebab dia sadar siapa dirinya dan bagaimana kemampuannya menurut penilaian dan pengenalan dirinya atas kemampuan dirinya.

Untuk beban dan tanggungjawab sebesar itu Yeremia tentunya berpikiran bahwa orang yang tepat adalah seorang yang fasih lidah, pintar berbicara, kuat dan pemberani sebab apa yang akan disampaikannya kepada bangsa Israel  adalah hukuman-hukuman yang sangat berat dan menyakitkan. Sebab Nabi Yeremia adalah seorang yang berperasaan halus.  Ia sangat mencintai bangsanya. Nubuatan yang  demikian kerasnya kepada bangsa Israel  sangat memilukan hatinya, dan sungguh ia tidak tega. Namun Yeremia tidak kuasa dan tidak memiliki alasan  yang kuat untuk menolak panggilan Allah. Yeremia tunduk dan taat kepada panggilannya.

Allah mengenal kita sebelum dikandung ibu. Tidak ada yang lebih tahu  dan mengenal kita  selain daripada Allah. Bahkan diri kita sendiri tidak lebih kenal dengan kita dibandingkan dengan Tuhan. Hal ini demikian adalah karena kita dicipta dan dibentuk oleh Tuhan.

Melalui perikop ini yang menyangkut pemilihan dan pemanggilan Yeremia untuk melayani sebagai Nabi Allah, mengajarkan kepada kita juga bahwa kita juga setiap yang percaya kepadaNya dipanggil untuk melayani. Dalam kesempatan ini pelayanan yang Tuhan kehendaki kita lakukan adalah pelayanan kasih. Kita semua yang percaya kepada Tuhan dipanggil untuk mengasihi. Mengasihi adalah panggilan dan kewajiban yang harus dilakukan setiap pengikut Kristus.

Tuhan akan memperlengkapi dan memampukan kita untuk melakukan pelayanan kasih ini. Melakukan pelayanan kasih tidak semudah mengatakan dan menuliskannya. Karena itu Roh Kudus terus bekerja di dalam hati setiap orang yang percaya supaya dia bisa melakukan pelayanan ini. Ketidakmampuan seseorang melakukan ini adalah karena dia tidak mengijinkan Roh Kudus di dalam hatinya untuk mengambil kendali hidupnya dan membebaskan Roh Kudus memakai dirinya sesuai kehendakNya. Roh Kudus bukanlah kekuatan yang hendak kita gunakan atau manfaatkan, namun sebaliknya Roh Kudus adalah pribadi yang berkekuatan yang hendak memakai kita sesuai kehendakNya.

 

Pelayanan kasih apa yang bisa kita lakukan?

Mungkin kita akan berkata aku tidak memiliki harta yang banyak untuk dibagi-bagikan, aku tidak memiliki tenaga yang kuat untuk menolong, aku tidak memiliki pengetahuan tinggi untuk melakukan pekerjaan kasih itu, dan berbagai argumen lainnya yang bisa kita lontarkan supaya kita tidak melakukan pekerjaan pelayanan kasih yang Tuhan inginkan. Namun sesungguhnya yang Tuhan kehendaki dengan perintahNya dan  pemilihannya atas kita adalah ketaatan dan kemauan untuk dipakai  Tuhan secara bebas. Karena itu sebagaimana Tuhan mematahkan argumen Yeremia untuk tidak di utus, demikian juga bahwa Tuhan mampu dan berkuasa untuk mematahkan  semua argumen kita untuk menolak panggilan Tuhan. Kita bisa melihatnya di ayat 9 bahwa Allah memperlengkapi sendiri Yeremia dengan perkataan Allah  sehingga dia hanya akan memperkatakan  apa yang Allah suruhkan.

Penolakan akan panggilan Tuhan menimbulkan konsekuensi.

Kita tentu mengingat Musa yang dipanggil untuk membebaskan orang Israel dari perbudakan Mesir. Berulang kali Musa menolak panggilan Tuhan dengan dalil ketidakmampuan dalam banyak hal, dan akhirnya Tuhan mengirim Harun untuk mendampingi Musa sebagai juru bicara. Akhirnya Harun menjadi fasilitator bagi  bangsa Israel serta menjadi arsitek atau perancang sekaligus tukang  untuk membuat anak lembu emas untuk disembah bangsa itu.

Begitu juga dengan Yunus yang menolak diutus ke bangsa Niniwe, Dia dipanggil dan diutus sebagai nabi kepada bangsa Niniwe namun menolak panggilan itu.  Akibatnya dia harus mengalami ganjaran dibuang ke laut dan tinggal di dalam perut ikan selama tiga hari. Bukan hanya itu orang-orang yang satu kapal dengan dia menjadi ketakutan dan mengalami kerugian harta benda yang dibuang ke laut demi menyelamatkan nyawa mereka dari badai yang dasyat.

            Saudaraku, mengasihi seperti apa yang Tuhan kehendaki hendak kita lakukan?

Yesus pernah berkata dalam Yohanes  15:12 “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu”. Dari ayat ini  kita mengerti bahwa untuk mengasihi dengan cara yang benar yang Tuhan kehendaki adalah mengasihi dengan cara Yesus mengasihi.

 

Bagaimana cara Yesus mengasihi?

Dalam Efesus  5:2 dikatakan “dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah”. Cara Yesus mengasihi adalah dengan cara pengorbanan. Karena itu Yesus berkata dalam Yohanes  15:13 “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya”.

Lalu 1 Yohanes  4:11 berkata “Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi”. Apakah ini artinya bahwa kita semua harus rela menyerahkan nyawa kita bagi sesama sebagaimana Yesus lakukan?. Mengikuti Yesus dan meneladaninya adalah memang harus seperti itu. Artinya harus sampai level nyawa. Itu adalah kasih yang tertinggi. Kebersediaan orang percaya melakukannya adalah bukti dia mengasihi Tuhan. Walaupun sesungguhnya dalam prakteknya nanti akhir hidup semua orang percaya tidak harus dengan jalan berkorban nyawa bagi sesamanya. Namun setidaknya dari segi komitmen dia sudah bersedia sebagaimana kesediaan Yesus untuk mengasihi dengan cara berkorban. Itulah yang disebut dengan mengasihi dengan cara yang berbeda dengan dunia ini. Mengasihi dengan cara berkorban nyawa ini bukanlah satu-satunya cara mengasihi dengan jalan berkorban. Berkorban juga bisa dalam arti luas. Seperti berkorban tenaga, waktu, harta atau dana, berkorban hobbi dan kesenangan, berkorban ilmu, dan bentuk pengorbanan yang lain yang didasari rasa kasih yang tulus ikhlas.

Selain menyerahkan nyawa, berbagai cara mengasihi yang lain dijelaskan dalam Alkitab seperti hal berikut ini adalah beberapa contoh mengasihi yang Tuhan inginkan.  

  1. Matius 5:44 “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu”. 
  2. Roma 12:10 “Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat”.
  3. Yohanes  14:15 "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku
Dan masih banyak lagi contoh ajaran mengasihi yang bisa kita jumpai dalam Alkitab.

Jadi setiap orang yang percaya kepada Yesus dipanggil untuk mengasihi. Kita dipanggil untuk mengasihi Tuhan dengan cara mengasihi manusia yang Tuhan kasihi. Itu sebabnya tidak mungkin seseorang dikatakan mengasihi Tuhan jika tidak mengasihi sesamanya  manusia. Dan tidak mungkin seseorang bisa mengasihi sesamanya manusia dengan benar jika tidak mengasihi Tuhan. Alkitab berkata dalam I Yohanes 4:20 Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya”. Firman ini menunjukkan pembuktian mengasihi Tuhan adalah juga dengan mengasihi sesama manusia yang bersalah kepadanya. Mengasihi juga berarti mau mengampuni dan menerima saudaranya yang bersalah kepadanya.

Kasih yang dari Tuhan itu adalah kasih Agape yaitu kasih yang murni, tulus dan ikhlas tanpa ada persyaratan. Kasih yang sifatnya “meskipun” artinya meskipun kita berdosa, layak dimurkai, sering membangkang, suka dengan keduniawian, namun Tuhan mau mengasihi dan menerima kita serta menghapuskan dosa-dosa kita itu. Untuk melakukan dan membuktikannya Dia (Yesus) rela disalibkan.

Karena itu kasih yang Tuhan ajarkan adalah kasih yang berbuat kepada semua orang. Kasih yang dibuktikan dengan perbuatan yaitu pengorbanan. Karena itu Firman Tuhan berkata dalam I Yohanes  3:18 “Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran”. Artinya mengasihi bukan sekadar kata-kata dan konsep tetapi pembuktian. Dan pembuktian dan perbuatan itu harus sesuai standar kebenaran Tuhan.

Demikianlah kita mengenal Allah yaitu jika kita dipanggil untuk mengasihi dan panggilan itu kita responi untuk saling mengasihi satu dengan yang lain tanpa pilih bulu. I Yohanes  4:8 “Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih”.

Mari sejenak kita melihat kisah yang Yesus ajarkan dalam Lukas 10:30-35. Nas ini menceritakan seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho. Kemungkinan ia adalah seorang Israel. Lalu ia dirampok penyamun dan mengalami penganiayaan sampai setengah mati, dan diletakkan di pinggir jalan. Lalu seorang imam lewat demikian juga selanjutnya seorang Lewi lewat, namun mereka tidak berbuat apa-apa terhadap korban itu, tetapi seorang Samaria lewat yang dibenci dan dianggap kafir oleh bangsa Israel lewat dna langsung berbelas kasihan dan menolong orang yang dirampok itu bahkan membawanya  berobat dan menanggung semua biayanya.

Yang menjadi pertanyaan yang perlu kita renungkan adalah: Mengapa harus orang samaria yang menolong seorang yang dirampok penyamun itu?. Mungkin orang lewi dan imam itu berkata dalam hatinya “kasihan” namun tidak berbuat apa-apa. Artinya ini menjadi perhatian dan pelajaran buat kita yang percaya kepada Yesus dan menjadi pengikutNya bahwa spontanitas kasih kita harus kita latih dan lakukan. Kita barangkali sering mengalami atau melihat bahwa orang yang tidak percaya Yesus justeru lebih sigap atau lebih cepat dalam melakukan pekerjaan atau aksi-aksi kasih baik terhadap sesama manusia, lingkungan, alam atau ciptaan lainnya.

Sebagai orang percaya atau anak-anak Tuhan, memiliki Roh Kudus, pewaris kerajaan sorga tentunya respon  kasih dan keperdulian itu harus berani kita munculkan kepermukaan bukan sekedar di otak, dikonsep dan dimulut kita. Mengasihi tidak harus pilih-pilih. Tetapi kemana Roh Kudus tuntun kita, dan kapan Dia tuntun kita,  kita harus bersedia melakukannya.

Mengasihi adalah merupakan identitas dan pengenal orang percaya. Praktek kita mengasihi dan cara kita mengasihi sesama akan menunjukkan siapa kita.  I Yohanes  13:35 berkata: “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.". jadi Praktek dan perlakuan kasih kita yang benar akan memuliakan Tuhan dan sebaliknya praktek kasih yang tidak kita lakukan, atau melakukan tetapi tidak tulus artinya ada keinginan lain di balik kasih yang kita lakukan itu akan mempermalukan Tuhan.

Kiranya renungan minggu ini menginspirasi dan memotivasi kita untuk taat kepada panggilan Tuhan untuk mengasihi dan berusaha melakukannya dengan sungguh-sungguh kepada sesama manusia seperti untuk Tuhan. Apakah saudara murid Kristus? MENGASIHILAH.

Selamat hari minggu, selamat dipanggil untuk mengasihi dan Tuhan Yesus memberkati.

Shalom,

 

Ev. Harles Lumbantobing

 

 

 

KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya  di Daftar... ARSIP..

 

 

Minggu, 16 Januari 2022

TUHAN ADALAH KASIH DAN SETIA

Ibadah minggu 16 Januari 2022

Tema:

TUHAN ADALAH KASIH DAN SETIA

Ev: Mazmur 36:6-11

Ep: 1 Korintus 12:1-11

(36-6) Ya TUHAN, kasih-Mu sampai ke langit, setia-Mu sampai ke awan.

(36-7) Keadilan-Mu adalah seperti gunung-gunung Allah, hukum-Mu bagaikan samudera raya yang hebat. Manusia dan hewan Kauselamatkan, ya TUHAN.

 (36-8) Betapa berharganya kasih setia-Mu, ya Allah! Anak-anak manusia berlindung dalam naungan sayap-Mu.

(36-9) Mereka mengenyangkan dirinya dengan lemak di rumah-Mu; Engkau memberi mereka minum dari sungai kesenangan-Mu.

(36-10) Sebab pada-Mu ada sumber hayat, di dalam terang-Mu kami melihat terang.

(36-11) Lanjutkanlah kasih setia-Mu bagi obrang yang mengenal Engkau, dan keadilan-Mu bagi orang yang tulus hati!

----------------

 

Shalom, selamat tahun baru dan hari minggu buat saudara-saudariku semuanya di manapun berada. Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan kita Yesus Kristus yang telah menolong dan menyertai kita dalam menjalani kesempatan hidup yang Tuhan telah berikan kepada kita. Dalam ibadah minggu kedua setelah Ephipanias ini Tuhan kembali mau menyingkapkan kepada kita kebenaran   sejati tentang siapa Allah kita lewat FirmanNya yang diambil dari kitab Mazmur 36:6-11.

            Dalam perikop ini diungkapkan bahwa ada dua sifat atau karakter Tuhan yang sangat menonjol yang sangat sering sekali kita jumpai dalam Alkitab yaitu KASIH dan SETIA. Dalam 1 Yohanes 4: 8,16  jelas sekali disebutkan bahwa “Allah itu adalah kasih”. Ya itu adalah sifat dan identitas Allah yang sangat nyata dalam Alkitab yang dimiliki Allah dan yang dilakukanNya dalam sejarah manusia. Tetapi kita tidak boleh membaliknya menjadi “kasih itu adalah Allah”. Sebab hal itu sangat berbeda. Namun ada aliran tertentu dan pemahaman orang-orang tertentu yang menyatakannya. Kasih itu bukan Allah. Sebab kalau kasih itu Allah maka setiap ada perbuatan kasih atau aktifitas kasih atau aktifitas cinta-mencintai, maka perbuatan itu adalah Allah. Konsep ini sudah dipakai di beberapa aliran sesat untuk menjaring dan menyesatkan banyak orang sehingga mereka melakukan berbagai perbuatan asusila dengan dasar kasih itu adalah Allah.

            Kasih Allah yang besar itu telah dinyatakan dan dibuktikanNya. Pernyataan Alkitab dalam Yohanes 3:16. Kalimat “karena begitu besar kasih Allah....” menunjukkan bahwa kasih Allah itu demikian besarnya. Bahkan dalam Mazmur 36:6 disebutkan bahwa kasih Allah sampai ke langit, mengandung makna bahwa begitu tinggi kasih Allah itu tidak bisa kita jangkau. Kalau kasih manusia mungkin hanya sampai langit-langit rumah kita tetapi Kasih Allah sampai ke langit. Kasih Allah yang murni dan tinggi inilah yang semestinya kita terapkan dalam hidup kita meskipun tidak setinggi Allah tetapi setidaknya kita mengikuti langkah kasih yang benar yang Tuhan telah tunjukkan. Kasih Allah itu dibuktikan dengan pengorbanan yang tertinggi. Demikianlah kiranya kita menunjukkan kasih itu dengan pengorbanan dalam banyak hal. Tetapi harus dilakukan di dalam kebenaran Allah. Misalnya kita ambil contoh dua orang ayah yang sangat mengasihi anak istrinya. Yang satu karena kasihnya yang besar dia rela mencuri atau menipu demi memenuhi kebutuhan keluarganya. Ayah yang satu lagi karena kasihnya yang besar dia rela bekerja apapun, bahkan ngutip-ngutip sampah, kerja kasar, atau apa saja yang penting halal supaya anak istrinya bisa hidup. Keduanya sama-sama sangat mengasihi keluarganya, dua-duanya bekerja dan berbuat didorong oleh kasih yang besar tetapi dengan dua cara yang berbeda. Yang satu dengan cara yang salah (yang Tuhan tidak kehendaki) dan yang satu lagi dengan cara yang benar atau Tuhan kehendaki.

            Pemazmur dalam perikop ini sangat mengakui kualifikasi kasih Allah dengan menggambarkannya sampai ke langit-langit. Memang hanya Allahlah yang patut dan layak menerima predikat setinggi itu (kasihNya sampai ke langit=tidak terjangkau), dan itu adalah level tertinggi sebab Allah itu adalah kasih.

Hal kedua adalah bahwa Allah itu Setia. Kesetiaan Allah diungkapkan pemazmur sampai ke awan-awan. Pembandingan ini sama dengan pembandingan kasih sampai ke langit yang juga memiliki arti bahwa level atau tingkat kesetiaan Allah juga tinggi jauh melebihi kesetiaan mahluk apapun dan siapapun. Hal itu Tuhan telah buktikan. Salah satu janjinya yaitu tentang kedatangan juru selamat yang dijanjikan sejak awal manusia jatuh ke dalam dosa, dan digenapi ribuan tahun setelah itu saat Yesus lahir. Meskipun manusia sudah banyak lupa tentang janji itu, tetapi Tuhan selalu mengingatkan mereka dengan cara Tuhan dari generasi ke generasi  yang menunjukkan bahwa Tuhan itu setia dan tidak mungkin mengingkari janjiNya. Jadi kalau semua yang dijanjikan dan dinubuatkan sebelum Yesus datang sudah digenapi, maka demikian juga semua yang Yesus sampaikan dan janjikan sampai akhir jaman akan digenapi juga termasuk penghakiman akhir jaman dan kedatanganNya kedua kali sebab Dia setia.

            Saudaraku yang dikasihi Tuhan, kasih dan setia Allah yang demikian tingginya sepatutnyalah membuat kita tenang dan damai serta dengan penuh keberanian menjalani tahun-tahun hidup kita ke depan. Kepada Allah yang memiliki kasih dan setia demikianlah kita sepatutnya bergantung dan berharap. Kasih dan setia manusia sangatlah terbatas dan kadang penuh dengan kepura-puraan.  Kalaupun dilakukan bukan dalam kepura-puraan tetap saja ada batasnya. Sebagai contoh, ada dua sejoli laki-laki dan perempuan yang menjalani masa berpacaran mereka. Ketika mereka sudah bersepakat untuk melanjutkan hubungan mereka ke jenjang pernikahan, ternyata orangtua mereka tidak setuju. Singkat cerita mereka frustasi. Mereka berjanji akan seia sekata dan sehidup semati. Mereka berdua begitu saling mencintai satu sama lain. Lalu mereka sepakat untuk mengakhiri hidup mereka dengan bunuh diri dari tebing yang sangat curam dan terjal dibawahnya penuh batu-batuan yang tajam dan keras.  Saat mau melompat bersama, si pria berkata kepada si wanita bahwa sebaiknya wanita itulah duluan yang melompat         supaya nanti dia bisa pastikan si wanita itu benar-benar mati dan tidak tersangkut yang menyebabkan dia tidak mati. Setelah berargumen mereka berdua setuju bahwa wanita itu duluan lalu nanti disusul oleh si pria itu. Si pria itupun tidak ada niat lain tentang keputusan mereka, dia juga tetap akan melompat bunuh diri setelah kekasihnya itu. Setelah wanita itu melompat, pria itu menyaksikan betapa mengerikannya peristiwa itu, tubuh kekasihnya terjatuh dan terbanting dari satu batu tajam ke batu yang lain, kepalanya pecah dan tubuhnya terbanting-banting dari satu batu ke batu yang lain hingga sampai di dasar jurang dengan sangat mengenaskan dan darah dimana-mana. Melihat itu si laki-laki itupun menjadi ketakutan dan ngeri sehingga dia tidak jadi melompat. Situasi dan kondisi yang dilihatnya membuat kesetiaan dan janjinya berubah hanya beberapa detik setelah dia berjanji setia sehidup-semati. Tidak demikian dengan Allah, meskipun demikan mengerikan dan hebatnya peristiwa golgota yang akan Yesus hadapi, Allah tidak pernah surut untuk menuntaskan dan membuktikan janji kasih dan setianya. Yesus terus menyelesaikan penderitaan itu hingga mati di kayu salib.

            Saudaraku, dalam perikop ini, ada beberapa sifat dan karakter Allah yang mengikuti dan yang mutlak atas dasar kasih dan setiaNya itu. Yang pertama dalam ayat 7 dikatakan bahwa Allah itu adil dan Allah itu pemilik hukum yang benar. KeadilanNya digambarkan seperti gunung-gunung yang artinya bahwa keadilan Allah tidak tergoyangkan, kokoh, tidak bisa disogok dan dipengaruhi oleh apapun dan siapapun. Lalu dilanjutkan dengan pernyataan bahwa hukum Allah seperti samudera raya yang luas yang artinya tidak terselami, tidak terduga atau tidak terjangkau pikiran manusia. Kalau hukum dan keadilan di dunia ini bisa dibeli, bisa dipengaruhi dan disogok, tidak demikian dengan hukum dan keadilan Allah. Hakim boleh saja memutuskan keputusan berpihak, yang sarat KKN, dan keputusan itu menurut yang berkepentingan sudah adil, tetapi bagi pihak yang lain belum adil. Atau hakim memutuskan suatu keputusan yang menurutnya sudah adil dan benar meskipun bersih dari KKN atau keberpihakan, namun ternyata keputusannya bisa saja salah dan tidak adil, Maka dari sisi keadilan Tuhan  suatu ketika hukum dan keadilan yang sebenarnya akan dimunculkanNya untuk membungkan segala ketidak adilan yang terjadi di bumi ini. Cepat atau lambat keadilan dan hukum yang dari Allah akan dinyatakan tanpa ada yang sanggup menunda dan menghalanginya.  Ini menjadi penghiburan bagi setiap orang yang berharap kepada Allah bahwa meskipun ia dizolimi dan tidak mendapatkan keadilan di bumi ini, suatu ketika akan muncul keadilan dan hukuman Allah yang akan tegak tepat pada waktunya. Karena itu Daud berkata dalam Mazmur 37:5 “Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak” adalah kebenaran sejati yang sudah dia alami lebih dari sekedar dipercakapkan atau dimazmurkannya. Sekaligus menjadi pegangan bagi kita bahwa  jika kita berserah kepada Tuhan dalam segala perkara kita maka Allah akan bertindak. Kasih dan setia Allah menyebabkan hal ini terjadi.

            Yang kedua dalam ayat 7 disebutkan juga bahwa Allah itu adalah penyelamat. Tidak ada penyelamat yang berasal dari manusia atau ciptaan lain. Hanya Allah-lah satu-satunya penyelamat. Tidak ada satu orangpun atau apapun yang menyebabkan seseorang bisa selamat kecuali Allah. Namun Iblis memiliki agenda sendiri untuk menyesatkan manusia sebab Iblis dan antek-anteknya sering sekali menyebut dirinya penyelamat ketika seseorang dilepaskan dari sebuah permasalahan. Tetapi keselamatan yang ditawarkan Iblis bukanlah keselamatan yang sempurna, tetapi hanya keselamatan yang palsu yang nampaknya bisa keluar dair permasalahan hidup di dunia tetapi sifatnya sementara dan ujung-ujungnya akan masuk dalam permasalahan abadi yaitu kematian dan penderitaan kekal. Namun karya penyelamatan yang dari Tuhan memberikan kemenangan di dunia dan sempurna sampai kepada kebahagiaan kekal. Kasih dan setia Allah menyebabkan hal ini terjadi.

            Saudaraku,  yang ketiga yaitu bahwa kemudian pemazmur melanjutkan pengenalannya akan sifat dan karakter Allah dalam ayat 8 yang berkata bahwa Allah itu adalah pelindung atau tempat perlindungan. Ketika keyakinan dan percaya kita tulus dan benar kepada Allah maka Allah bukan saja hanya akan membela kita tetapi juga melindungi kita dalam menghadapi segala serangan-serangan musuh yaitu Iblis dan segala pasukannya. Pertempuran dan peperangan rohani dengan Iblis dan dunia yang dia cemari tidak akan pernah terhindarkan selama kita hidup di  dunia ini. Demikian juga dengan segala pergumulan dan penderitaan. Namun jaminan bagi setiap orang yang bersandar dan berharap hanya kepada Allah bahwa Allah sendirilah yang akan menjadi pelindungnya yang akan memberikan keselamatan. Anak-anak Allah akan tenteram dan tenang berlindung dalam naungan sayap Allah. Kasih dan setia Allah menyebabkan hal ini terjadi.

            Hal yang keempat tentang sifat dan karakter Allah yang dialami dan disebutkan pemazmur  adalah bahwa Allah itu adalah Allah yang mencukupkan. Kita tahu dalam Alkitab bahwa konsep cukup dalam Alkitab berarti tidak kekurangan atau pas dan juga tidak berkelebihan. Dalam doa Bapa kami Yesus juga mengajarkan bahwa yang sepatutnya kita minta kepada Bapa adalah makanan yang cukup untuk sehari itu. Artinya kebutuhan hidup yang cukup untuk hari itu. Ini  sebenarnya bukan mengartikan bahwa kita salah jika kita menabung atau mengumpulkan untuk hari esok atau masa depan. Tetapi ini menyangkut pengendalian diri atas nafsu dan keinginan duniawi yang tidak sepatutnya. Dengan demikian kita memiliki iman yang mantap akan ketergantungan kepada Allah. Dimana nafsu ini sering sekali menyingkirkan kebenaran bahwa Allah sanggup memenuhi kebutuhan anak-anakNya. Bahkan seseorang sering berpikiran bahwa dia lebih tau dari Allah tentang menyiapkan masa depan dan tentang jaminan masa depannya.

            Sikap seperti ini membuat dia selalu kuatir dalam hidup dan tidak pernah mensyukuri anugerah Tuhan. Dia selalu merasa kekurangan karena memikirkan sesuatu yang jauh di depannya yang sebenarnya diluar kendalinya, juga karena keinginan daging yang menguasainya. Seseorang sering merasa kuatir dan selalu kekurangan sering sekali disebabkan karena dia selalu ingin sama dengan orang lain atau bahkan ambisi untuk melebihi orang lain. Apa yang dimiliki orang lain selalu juga ingin dia miliki meskipun dia tidak pantas atau tidak cocok untuk memilikinya. Akhirnya dia tidak bisa bersyukur dengan apa yang Tuhan telah berikan kepada dia. Singkatnya kekurangpuasan dan tidak pernah merasa cukup dalam hidupnya sehingga dia tidak bersyukur adalah karena dia selalu menghitung apa yang dimiliki orang lain tetapi tidak pernah menghitung apa yang sudah Tuhan berikan dan miliki selama ini dari Tuhan.

            Karena itu Raja Daud juga berkata Mazmur 37: 7b “jangan marah karena orang yang berhasil dalam hidupnya, karena orang yang melakukan tipu daya”. Artinya tidak perlu iri sampai marah atas apa yang  dimiliki orang lain apakah dengan jalan yang benar ataupun dengan jalan tipu daya sekalipun. Sebab apa yang mereka pikul adalah salib mereka sendiri dan apa yang kita pikul adalah salib kita sendiri. Yang menentukan di depan adalah bukan salib siapa yang lebih besar tetapi siapa yang berhasil memikul salibnya yang dipercayakan kepadanya sampai ke garis finish. Ketika Allah menyatakan diriNya sebagai Allah yang penuh kasih dan setia maka  Dia juga berkomitmen mencukupkan segala kebutuhan kita. Keinginan daginglah yang membuat seseorang itu tidak pernah cukup dalam hidupnya. Allah pasti menjamin kebutuhan anak-anakNya. Hal ini begitu jelas dipahami dan dimengerti oleh Daud sehingga dia berkata dalam Mazmur 37:25 “Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti”. Pengungkapan sifat dan sikap Allah ini memberikan jaminan bahwa pemeliharaan Allah bukan saja hanya kepada kita yang sekarang tetapi sampai anak cucu kita yang percaya kepadaNya. Kasih dan setia Allah menyebabkan hal ini terjadi.

            Hal yang kelima disebutkan dalam ayat 10 bahwa Allah adalah sumber hayat (hidup). Hidup mati seseorang adalah di tangan Tuhan. Sebab Tuhanlah yang memberikan kehidupan dan juga yang berhak mengambil kehidupan itu sendiri. Tidak ada kehidupan yang tidak bersumber dari Allah. Karena itu jika suatu ketika kita menderita sakit oleh penyakit atau kecelakaan janganlah kita takuti kematian karena penyakit atau luka itu, sebab yang menentukan kita masih akan hidup atau mati adalah Tuhan sendiri. Kalaupun harus takut maka takutilah penyakit itu sendiri yang apabila Tuhan  belum memanggil kita, kalau bisa janganlah kiranya kita hidup sambil mengalami sakit penyakit sampai meninggal. Jadi jika kita berobat mencari kesembuhan sampai kemana-mana biarlah jangan dilatar belakangi oleh ketakutan akan kematian. Atau anggota keluarga membawa salah satu anggota keluarganya berobat sampai kemana-mana janganlah kiranya dilatar belakangi atas  rasa takut akan kematian tetapi lebih dari itu adalah karena kasih yang mana seandainya Tuhan mengijinkan dia hidup lebih lama lagi biarlah orang yang dikasihi itu hidup dalam kesehatan. Jadi prinsip berobat bukan lagi supaya hidup atau tidak mati tetapi supaya sembuh dari penyakit atau luka jasmani yang dialami. Sikap yang demikian menunjukkan pengakuan bahwa sumber hidup itu adalah Allah. Allah yang berhak memulai dan Allah juga yang berhak mengakhiri.

            Karena itu kita bisa melihat ada orang yang selama hidupnya bergumul dengan sakit penyakit sampai  bertahun-tahun bahkan puluhan tahun namun dia tidak kunjung meninggal juga. Ada orang yang mengejar kekayaan supaya bisa menjamin kehidupannya namun belum sempat dia menikmati seluruh hartanya dia sudah meninggal. Ada orang yang hidup miskin melarat tetapi umurnya panjang sampai beranak cucu. Ada orang yang mengejar kesehatan fisik yang prima dan menginvestasikan banyak dana untuk menjaga dan merawat fisiknya supaya tidak sakit dan mati, tetapi dia mati juga dan umurnya tidak lebih panjang bahkan dari orang miskin yang tidak pernah memanjakan dirinya dengan berbagai upaya kebugaran dan suplemen untuk memelihara kesehatan fisiknya. Yesus pernah perkata kepada Iblis dalam pencobaan di gurun bahwa “manusia hidup bukan dari roti saja tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah”. Artinya makanan jasmani memang perlu tetapi kekuatan dan kuasanya terbatas. Tetapi makanan rohani menghidupkan baik jasmani maupun rohani. Karena itu kalau Allah itu adalah sumber  hidup kita maka tidak sepatutnya kita kuatir akan kematian atau segala sesuatu yang hendak mematikan kita sebab hidup mati kita ada di tangan Tuhan. Kenyataan ni membuat kita berani menghadapi hidup ini bersama Tuhan. Kasih dan setia Allah menyebabkan hal ini terjadi.

            Selanjutnya yang keenam disampaikan oleh pemazmur bahwa Tuhan adalah terang. Artinya di dalam Dia tidak ada kegelapan dan di dalam Dia hanya ada terang yang bisa kita lihat. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan Yohanes dalam  I Yohanes  1:5 “Dan inilah berita, yang telah kami dengar dari Dia, dan yang kami sampaikan kepada kamu: Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan”. Jika kita hidup dalam  Tuhan dan Tuhan dalam kita maka kita menjadi terang dan terang yang kita miliki harus terpancar ke sekeliling kita. Itulah yang Tuhan kehendaki. Dalam Matius 5:14 Yesus pernah berkata “kamu adalah terang dunia” yang artinya setiap orang yang percaya dan benar-benar hidup di dalam Tuhan sudah menjadi terang bukan akan menjadi terang. Sehingga tidak perlu lagi kepada kita yang percaya dikatakan “menjadi teranglah” tetapi yang lebih tepat adalah “bersinarlah” sebab orang percaya sudah menjadi terang itu. Karena itu berjalan bersama Allah yang adalah terang akan menghantarkan kita sampai ke tujuan dan tidak akan tersesat sebab terang yang ilahi menerangi setiap langkah kita. Kasih dan setia Allah menyebabkan hal ini terjadi

            Saudaraku  yang dikasihi oleh Tuhan kita  Yesus Kristus, Kasih dan setia Allah menjadikan Allah  menyelamatkan manusia, melindungi manusia, menjamin kehidupan manusia, mencukupkan segala kebutuhan, mengganjar manusia dengan keadilan dan hukumNya yang benar, serta menerangi kehidupan manusia. Semua ini telah Allah buktikan dalam sejarah Alkitab dan juga dalam sejarah kehidupan orang percaya. Tuhan yang kasih dan setia akan senantiasa menyatakan bukti kasih dan setiaNya di dalam kehidupan kita yang dinyatakanNya indah pada waktunya. Hanya orang yang mengenal Allah-lah yang akan merasakan dan melihat kasih setia dan keadilan Tuhan.

Kenalilah Allah dan sifat-sifatNya maka kita akan lebih yakin dan  berani dalam menghadapi hidup kita di depan.

Kiranya renungan ini menguatkan dan meneguhkan iman kita bersama berjalan bersama Tuhan. Selamat tahun baru, selamat berjalan bersama Yesus,  Tuhan yesus memberkati.

Shalom.

 

Ev. Harles Lumbantobing

 

KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya  di Daftar... ARSIP..