Ibadah minggu 30 Januari 2022
Tema:
Dipanggil Untuk Mengasihi
Ev: Yeremia 1:4-10
Ep: 1 Korintus 13:10-3
1:4 Firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya:
1:5 "Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa."
1:6 Maka aku menjawab: "Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda."
1:7 Tetapi TUHAN berfirman kepadaku: "Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapa pun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apa pun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan.
1:8 Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN."
1:9 Lalu TUHAN mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulutku; TUHAN berfirman kepadaku: "Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu.
1:10 Ketahuilah, pada hari ini Aku mengangkat engkau atas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam."
---------
Shalom, selamat hari minggu saudara-saudariku di dalam Kristus Yesus. Senang rasanya kembali bisa menyapa saudara dalam renungan ibadah minggu ini. Ibadah minggu ini merupakan ibadah minggu ke-4 setelah Ephipanias. Minggu Ephipanias berarti penyataan atau penyingkapan. Hal yang Tuhan mau singkapkan kepada kita dalam minggu ini adalah sebagaimana tema renungan kita kali ini yaitu “dipanggil untuk mengasihi” yang di dasarkan kepada kitab Yeremia 1: 4-10. Digunakan istilah dipanggil mengandung arti pasif dimana Allah berinisiatif sendiri secara aktif tanpa pertimbangan dari manusia yang dipilihNya itu untuk menentukan pilihan atau pemanggilan itu.
Dalam Yeremia pasal 1 ini kita meliat bahwa proses pemilihan Yeremia bukan saat Yeremia sudah dewasa dan tahu tentang mempertimbangkan dan merespon tentang sesuatu. Tetapi sebelum ada di dalam rahim ibunya, Yeremia sudah dikenal dan dipilih serta ditetapkan Allah untuk menjadi NabiNya. Hal ini dimungkinkan karena Allah adalah Allah yang maha tahu. Kemahatahuan Allah memungkinkan Allah mengetahui segala sesuatu bahkan yang belum terjadi sekalipun.
Adalah hal yang wajar dan normal apabila seseorang seperti Yeremia mengkonfirmasi kepada Tuhan tentang pengutusannya menjadi Nabi. Sebab dia sadar siapa dirinya dan bagaimana kemampuannya menurut penilaian dan pengenalan dirinya atas kemampuan dirinya.
Untuk beban dan tanggungjawab sebesar itu Yeremia tentunya berpikiran bahwa orang yang tepat adalah seorang yang fasih lidah, pintar berbicara, kuat dan pemberani sebab apa yang akan disampaikannya kepada bangsa Israel adalah hukuman-hukuman yang sangat berat dan menyakitkan. Sebab Nabi Yeremia adalah seorang yang berperasaan halus. Ia sangat mencintai bangsanya. Nubuatan yang demikian kerasnya kepada bangsa Israel sangat memilukan hatinya, dan sungguh ia tidak tega. Namun Yeremia tidak kuasa dan tidak memiliki alasan yang kuat untuk menolak panggilan Allah. Yeremia tunduk dan taat kepada panggilannya.
Allah mengenal kita sebelum dikandung ibu. Tidak ada yang lebih tahu dan mengenal kita selain daripada Allah. Bahkan diri kita sendiri tidak lebih kenal dengan kita dibandingkan dengan Tuhan. Hal ini demikian adalah karena kita dicipta dan dibentuk oleh Tuhan.
Melalui perikop ini yang menyangkut pemilihan dan pemanggilan Yeremia untuk melayani sebagai Nabi Allah, mengajarkan kepada kita juga bahwa kita juga setiap yang percaya kepadaNya dipanggil untuk melayani. Dalam kesempatan ini pelayanan yang Tuhan kehendaki kita lakukan adalah pelayanan kasih. Kita semua yang percaya kepada Tuhan dipanggil untuk mengasihi. Mengasihi adalah panggilan dan kewajiban yang harus dilakukan setiap pengikut Kristus.
Tuhan akan memperlengkapi dan memampukan kita untuk melakukan pelayanan kasih ini. Melakukan pelayanan kasih tidak semudah mengatakan dan menuliskannya. Karena itu Roh Kudus terus bekerja di dalam hati setiap orang yang percaya supaya dia bisa melakukan pelayanan ini. Ketidakmampuan seseorang melakukan ini adalah karena dia tidak mengijinkan Roh Kudus di dalam hatinya untuk mengambil kendali hidupnya dan membebaskan Roh Kudus memakai dirinya sesuai kehendakNya. Roh Kudus bukanlah kekuatan yang hendak kita gunakan atau manfaatkan, namun sebaliknya Roh Kudus adalah pribadi yang berkekuatan yang hendak memakai kita sesuai kehendakNya.
Pelayanan kasih apa yang bisa kita lakukan?
Mungkin kita akan berkata aku tidak memiliki harta yang banyak untuk dibagi-bagikan, aku tidak memiliki tenaga yang kuat untuk menolong, aku tidak memiliki pengetahuan tinggi untuk melakukan pekerjaan kasih itu, dan berbagai argumen lainnya yang bisa kita lontarkan supaya kita tidak melakukan pekerjaan pelayanan kasih yang Tuhan inginkan. Namun sesungguhnya yang Tuhan kehendaki dengan perintahNya dan pemilihannya atas kita adalah ketaatan dan kemauan untuk dipakai Tuhan secara bebas. Karena itu sebagaimana Tuhan mematahkan argumen Yeremia untuk tidak di utus, demikian juga bahwa Tuhan mampu dan berkuasa untuk mematahkan semua argumen kita untuk menolak panggilan Tuhan. Kita bisa melihatnya di ayat 9 bahwa Allah memperlengkapi sendiri Yeremia dengan perkataan Allah sehingga dia hanya akan memperkatakan apa yang Allah suruhkan.
Penolakan akan panggilan Tuhan menimbulkan konsekuensi.
Kita tentu mengingat Musa yang dipanggil untuk membebaskan orang Israel dari perbudakan Mesir. Berulang kali Musa menolak panggilan Tuhan dengan dalil ketidakmampuan dalam banyak hal, dan akhirnya Tuhan mengirim Harun untuk mendampingi Musa sebagai juru bicara. Akhirnya Harun menjadi fasilitator bagi bangsa Israel serta menjadi arsitek atau perancang sekaligus tukang untuk membuat anak lembu emas untuk disembah bangsa itu.
Begitu juga dengan Yunus yang menolak diutus ke bangsa Niniwe, Dia dipanggil dan diutus sebagai nabi kepada bangsa Niniwe namun menolak panggilan itu. Akibatnya dia harus mengalami ganjaran dibuang ke laut dan tinggal di dalam perut ikan selama tiga hari. Bukan hanya itu orang-orang yang satu kapal dengan dia menjadi ketakutan dan mengalami kerugian harta benda yang dibuang ke laut demi menyelamatkan nyawa mereka dari badai yang dasyat.
Saudaraku, mengasihi seperti apa yang Tuhan kehendaki hendak kita lakukan?
Yesus pernah berkata dalam Yohanes 15:12 “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu”. Dari ayat ini kita mengerti bahwa untuk mengasihi dengan cara yang benar yang Tuhan kehendaki adalah mengasihi dengan cara Yesus mengasihi.
Bagaimana cara Yesus mengasihi?
Dalam Efesus 5:2 dikatakan “dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah”. Cara Yesus mengasihi adalah dengan cara pengorbanan. Karena itu Yesus berkata dalam Yohanes 15:13 “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya”.
Lalu 1 Yohanes 4:11 berkata “Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi”. Apakah ini artinya bahwa kita semua harus rela menyerahkan nyawa kita bagi sesama sebagaimana Yesus lakukan?. Mengikuti Yesus dan meneladaninya adalah memang harus seperti itu. Artinya harus sampai level nyawa. Itu adalah kasih yang tertinggi. Kebersediaan orang percaya melakukannya adalah bukti dia mengasihi Tuhan. Walaupun sesungguhnya dalam prakteknya nanti akhir hidup semua orang percaya tidak harus dengan jalan berkorban nyawa bagi sesamanya. Namun setidaknya dari segi komitmen dia sudah bersedia sebagaimana kesediaan Yesus untuk mengasihi dengan cara berkorban. Itulah yang disebut dengan mengasihi dengan cara yang berbeda dengan dunia ini. Mengasihi dengan cara berkorban nyawa ini bukanlah satu-satunya cara mengasihi dengan jalan berkorban. Berkorban juga bisa dalam arti luas. Seperti berkorban tenaga, waktu, harta atau dana, berkorban hobbi dan kesenangan, berkorban ilmu, dan bentuk pengorbanan yang lain yang didasari rasa kasih yang tulus ikhlas.
Selain menyerahkan nyawa, berbagai cara mengasihi yang lain dijelaskan dalam Alkitab seperti hal berikut ini adalah beberapa contoh mengasihi yang Tuhan inginkan.
- Matius 5:44 “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu”.
- Roma 12:10 “Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat”.
- Yohanes 14:15 "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku”
Jadi setiap orang yang percaya kepada Yesus dipanggil untuk mengasihi. Kita dipanggil untuk mengasihi Tuhan dengan cara mengasihi manusia yang Tuhan kasihi. Itu sebabnya tidak mungkin seseorang dikatakan mengasihi Tuhan jika tidak mengasihi sesamanya manusia. Dan tidak mungkin seseorang bisa mengasihi sesamanya manusia dengan benar jika tidak mengasihi Tuhan. Alkitab berkata dalam I Yohanes 4:20 Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya”. Firman ini menunjukkan pembuktian mengasihi Tuhan adalah juga dengan mengasihi sesama manusia yang bersalah kepadanya. Mengasihi juga berarti mau mengampuni dan menerima saudaranya yang bersalah kepadanya.
Kasih yang dari Tuhan itu adalah kasih Agape yaitu kasih yang murni, tulus dan ikhlas tanpa ada persyaratan. Kasih yang sifatnya “meskipun” artinya meskipun kita berdosa, layak dimurkai, sering membangkang, suka dengan keduniawian, namun Tuhan mau mengasihi dan menerima kita serta menghapuskan dosa-dosa kita itu. Untuk melakukan dan membuktikannya Dia (Yesus) rela disalibkan.
Karena itu kasih yang Tuhan ajarkan adalah kasih yang berbuat kepada semua orang. Kasih yang dibuktikan dengan perbuatan yaitu pengorbanan. Karena itu Firman Tuhan berkata dalam I Yohanes 3:18 “Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran”. Artinya mengasihi bukan sekadar kata-kata dan konsep tetapi pembuktian. Dan pembuktian dan perbuatan itu harus sesuai standar kebenaran Tuhan.
Demikianlah kita mengenal Allah yaitu jika kita dipanggil untuk mengasihi dan panggilan itu kita responi untuk saling mengasihi satu dengan yang lain tanpa pilih bulu. I Yohanes 4:8 “Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih”.
Mari sejenak kita melihat kisah yang Yesus ajarkan dalam Lukas 10:30-35. Nas ini menceritakan seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho. Kemungkinan ia adalah seorang Israel. Lalu ia dirampok penyamun dan mengalami penganiayaan sampai setengah mati, dan diletakkan di pinggir jalan. Lalu seorang imam lewat demikian juga selanjutnya seorang Lewi lewat, namun mereka tidak berbuat apa-apa terhadap korban itu, tetapi seorang Samaria lewat yang dibenci dan dianggap kafir oleh bangsa Israel lewat dna langsung berbelas kasihan dan menolong orang yang dirampok itu bahkan membawanya berobat dan menanggung semua biayanya.
Yang menjadi pertanyaan yang perlu kita renungkan adalah: Mengapa harus orang samaria yang menolong seorang yang dirampok penyamun itu?. Mungkin orang lewi dan imam itu berkata dalam hatinya “kasihan” namun tidak berbuat apa-apa. Artinya ini menjadi perhatian dan pelajaran buat kita yang percaya kepada Yesus dan menjadi pengikutNya bahwa spontanitas kasih kita harus kita latih dan lakukan. Kita barangkali sering mengalami atau melihat bahwa orang yang tidak percaya Yesus justeru lebih sigap atau lebih cepat dalam melakukan pekerjaan atau aksi-aksi kasih baik terhadap sesama manusia, lingkungan, alam atau ciptaan lainnya.
Sebagai orang percaya atau anak-anak Tuhan, memiliki Roh Kudus, pewaris kerajaan sorga tentunya respon kasih dan keperdulian itu harus berani kita munculkan kepermukaan bukan sekedar di otak, dikonsep dan dimulut kita. Mengasihi tidak harus pilih-pilih. Tetapi kemana Roh Kudus tuntun kita, dan kapan Dia tuntun kita, kita harus bersedia melakukannya.
Mengasihi adalah merupakan identitas dan pengenal orang percaya. Praktek kita mengasihi dan cara kita mengasihi sesama akan menunjukkan siapa kita. I Yohanes 13:35 berkata: “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.". jadi Praktek dan perlakuan kasih kita yang benar akan memuliakan Tuhan dan sebaliknya praktek kasih yang tidak kita lakukan, atau melakukan tetapi tidak tulus artinya ada keinginan lain di balik kasih yang kita lakukan itu akan mempermalukan Tuhan.
Kiranya renungan minggu ini menginspirasi dan memotivasi kita untuk taat kepada panggilan Tuhan untuk mengasihi dan berusaha melakukannya dengan sungguh-sungguh kepada sesama manusia seperti untuk Tuhan. Apakah saudara murid Kristus? MENGASIHILAH.
Selamat hari minggu, selamat dipanggil untuk mengasihi dan Tuhan Yesus memberkati.
Shalom,
Ev. Harles Lumbantobing
KLIK ARSIP untuk melihat tulisan lainnya di Daftar... ARSIP..