Ibadah
Minggu 20 Februari 2022
Tema:
MEMBALAS KEJAHATAN DENGAN
KEBAIKAN
Ev: Lukas 6:27-37
Ep: Kejadian 45: 3-16
Lukas
6:27-37 (TB)
6:27 "Tetapi kepada kamu, yang
mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang
yang membenci kamu;
6:28 mintalah berkat bagi orang yang
mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.
6:29 Barangsiapa menampar pipimu yang
satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang
mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu.
6:30 Berilah kepada setiap orang yang
meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil
kepunyaanmu.
6:31 Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya
orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.
6:32 Dan jikalau kamu mengasihi orang yang
mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosa pun mengasihi juga
orang-orang yang mengasihi mereka.
6:33 Sebab jikalau kamu berbuat baik
kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa
pun berbuat demikian.
6:34 Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu
kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari padanya, apakah
jasamu? Orang-orang berdosa pun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya
mereka menerima kembali sama banyak.
6:35 Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan
berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan,
maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi,
sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap
orang-orang jahat.
6:36 Hendaklah kamu murah hati, sama
seperti Bapamu adalah murah hati."
6:37 "Janganlah kamu menghakimi, maka
kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak
akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni
-------------
Shalom
saudara-saudariku yang terkasih dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus. Hidup yang sudah kita
lewati hari bersama Tuhan, tentunya penuh suka dan duka. Beragam
suasana telah kita
alami dan puji syukur masih Tuhan beri
kita kesempatan untuk hidup dan melihat
serta berkomunikasi dengan orang-orang yang mengasihi dan kita kasihi
saat ini.
Saudaraku
dalam minggu Sexagesima saat ini yang artinya minggu 90 hari sebelum
kebangkitan Kristus. Firman Tuhan berbicara kepada kita lewat kitab Injil Lukas
6:27-37 dengan tema MEMBALAS KEJAHATAN DENGAN
KEBAIKAN. Nas Firman
Tuhan hari ini merupakan berita injil yang bobot pengajarannya tidak mudah
namun hampir semua orang yang mengatakan
dirinya beragama kristen tahu tentang hal ini. Namun tidak semudah mengatakan
dan mengetahuinya dalam mempraktekkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Menjadi pengikut Yesus tidaklah mudah sebab ada musuh kuat yang
sangat berperan besar dalam menghambat dan menghalagi kita untuk setia mengikut Yesus. Musuh pertama adalah
Iblis. Dia yang sejak dari mulanya tidak pernah mendukung manusia apalagi
mengasihi manusia. Walau sering sekali seakan-akan Iblis sering menjadi penolong manusia,
pelindung manusia, pemberi kesuksesan, memberi
yang kita inginkan, namun itu semua adalah kebohongan yang ditutupi dengan
kesan perbuatan baik atau pemberi jalan keluar. Iblis tetap menginginkan
manusia ikut bersama-sama dengan dia masuk ke dalam api neraka penghukuman yang
kekal bagi Iblis dan para pengikutnya. Tetapi Tuhan Yesus menginginkan manusia
kembali kepada pangkuan Bapa di sorga. Bahkan ketika Yesus naik ke sorga Dia
berpesan bahwa kenaikanNya ke sorga adalah untuk menyiapkan tempat bagi setiap
orang yang percaya kepadaNya dan mengasihiNya. Ketika tempat itu sudah selesai
maka Yesus akan datang kembali menjemput setiap orang yang setia dan percaya
kepadaNya. Iblis akan berkata dan
mendoktrin dalam hati dan pikiran manusia bahwa adalah suatu kebodohan
melakukan seperti apa yang tertulis dalam Nas Lukas 6:27-37 ini.
Musuh yang kedua adalah musuh yang sangat dekat dengan kita, bisa
kita sebut musuh dalam selimut yaitu DIRI KITA SENDIRI. Banyak orang yang bisa
menaklukan musuh-musuh yang hebat, yang kuat dan terkenal tetapi menaklukkan
diri sendiri siapakah yang berhasil melakukannya?. Diri sendiri tidak mudah
ditaklukkan. Hal ini disebabkan sejak kejatuhan
manusia ke dalam dosa, hatinya telah terkontaminasi oleh dosa. Hasrat dan
keinginan hatinya cenderung melakukan dosa dan mengingininya. Musuh dalam
selimut ini menjadi berkuasa dan mendominasi adalah karena sikap
keegoisan manusia, keinginan daging, dan hati yang sudah dinodai dan dirusak
oleh dosa itu. Akibatnya manusia
cenderung menolak Firman Tuhan. Kalaupun tidak menolak maka manusia
seperti ini akan susah melakukan bahkan tidak punya keingin melakukannya. Jadi
dia tidak menolak tetapi juga tidak melakukannya.
Karena itu bisa saja dalam prakteknya akibat hati yang
terkontaminasi dengan dosa ini tidak diperlukan lagi peran si Iblis untuk
membuat manusia itu melakukan dosa atau menolak melakukan Firman Tuhan seperti Nas hari ini. Yah mungkin ada kalanya
Iblis berpangku tangan saja dan hanya menyaksikan manusia ini melakukan dosa
dan kejahatan tanpa dia (Iblis) tuntun lagi. Bahkan tindakan manusia bisa lebih
jahat kepada manusia yang lain dibandingkan si jahat yaitu Iblis itu sendiri.
Hawa nafsu dan keinginan daging manusia menyebabkan demikian. Inilah musuh
dalam selimut yang bisa mencegah dan menghalangi seseorang yang menaruh percaya
kepada Tuhan. Karena itu mengikut Tuhan dengan melakukan FirmanNya seperti nas
hari ini menjadi sesuatu yang berat bahkan sangat berat bagi seseorang untuk menjalaninya.
Susahnya mengikut Yesus ini Tuhan katakan sebagai jalan yang
sempit dan sesak dan tidak semua orang bisa melaluinya. Namun jalan inilah
jalan menuju kehidupan. Sebaliknya mudahnya mengikuti hawa nafsu dan keinginan daging serta keinginan setan disebutkan
sebagai jalan yang lebar, mulus, mudah dan luas. Namun jalan ini adalah jalan menuju
kebinasaan. Hal ini dikatakan Yesus dalam Matius 7:13-14: Masuklah melalui pintu yang sesak itu,
karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan
banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan
yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.".
Itulah sebabnya Yesus mengatakan dalam Matius 16:24 bahwa ada dua langkah dulu
yang harus dilakukan kalau mau mengikut Dia.
Langkah yang pertama adalah
menyangkal diri. Menyangkal diri bisa
berarti mematikan keakuan atau keegoisan. Mematikan hawa hafsu dan keinginan
daging. barang siapa mau mengikut Dia
maka seseorang itu harus lebih dahulu
menyangkal dirinya. Orang yang demikian adalah orang yang tidak
mementingkan dan mengutamakan dirinya lagi dibandingkan dengan melakukan kehendak Tuhan. Dia akan menjadi
orang yang siap mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan bahkan kerugian bagi
dirinya sendiri karena melakukan kehendak Tuhan.
Setelah ini maka langkah
yang kedua adalah memikul salib. Memikul salib atau beban yang Tuhan telah
tempatkan dan pasangkan kepada dirinya. Hal ini juga tidak akan bisa dilakukan
jika langkah yang pertama tidak bisa dia lakukan yaitu menaklukkan diri sendiri
(menyangkal diri). Akibatnya jika seseorang belum bisa menyangkal diri maka dia
akan cenderung marah dan bersungut-sungut kepada Tuhan tentang beban atau salib
yang dipikulkan kepadanya. Dia akan sering berkata mengapa bebanku tidak
seperti si Anu. Mengapa aku rajin beribadah dan lebih setia dari si Anu mengikut
Engkau bahkan melayani Engkau tetapi
hidupku seperti ini. Ekonomiku seperti ini, keluargaku seperti ini. Mengapa si
Anu itu yang hidupnya tidak karuan, tidak pernah beribadah, tidak setia tetapi
hidupnya bahagia, hartanya melimpah dan lain sebagainya. Seakan dia mau berkata
kepada Tuhan “cabutlah Tuhan salib ku ini
dan gantikan dengan salib si Anu yang kaya itu,
atau si Anu yang selalu happy itu”. Dia akan selalu berkata bahwa
bebannyalah yang paling berat, melebihi kekuatannya. Tuhan pilih kasih kepada
si Anu beban yang dipasangkan kepadanya ringan, tetapi padaku berat.
Apakah
benar demikan?. Tentu tidak, sebab Yesus berkata dalam Matius 11:28-30: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan
berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang
dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan
mendapat ketenangan.Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan."
Artinya Tuhan tidak pernah menempatkan kuk ataupun salib kepada seseorang di
luar kemampuannya. Bahkan kepada orang yang mau datang dan bersandar kepada
Tuhan akan diberi kelegaan dalam
menanggung beban yang sedang dipikulnya itu. Karena itu Yesus berkata bahwa
kita harus memikul salib yang telah dibebankan kepada kita, dan salib itu
sesungguhnya adalah salib yang paling cocok dan pas buat kita. Kalau kita setia
dan tekun memikulnya maka Tuhan sendirilah yang akan menolong kita dalam
memikulnya sampai ke tujuan.
Setelah langkah yang pertama menyangkal diri dan langkah
yang kedua memikul salib maka selanjutnya adalah mengikuti Yesus atau menjadi
pengikut Yesus. Matius 16:24 itu berkata demikian : “Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus
menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku”. Karena itulah
Firman Tuhan hari ini sesunggunya hanya bisa dilakukan oleh pengikut Yesus yang
setia.
Saudaraku, Jalan yang Yesus ajarkan untuk
menjadi pengikutNya sering sekali diluar kebiasaan dan tidak masuk akal. Apa
iya? bahwa :
- kalau orang
memusuhi kita kita malah harus mengasihinya?
- Kalau orang
membenci kita kita malah harus berbuat baik?
- Kalau orang
mengutuk dan mencaci-maki kita kita malah mendoakan mereka dan meminta berkat
dari Tuhan kepada mereka?
- Kalau orang
menampar pipi kiri kita lalu kita mengasi lagi pipi kanan kita?
- Kalau orang
mengambil jubah kita lalu kita juga akan mengasih baju kita?
- Kalau ada
orang yang meminjam uang kita kita jangan berharap untuk mereka
mengembalikannya?
- Kalau orang
mengambil kepunyaan kita maka kita jangan memintanya kembali?
Pikiran kita
yang tercemar akan segera berkata rugi
sekali, bodoh sekali, enak sekali
dia, oh tunggu dulu tidak semudah itu kalau dia tidak merasakan seperti yang
kurasakan maka tidak betul itu. Dia harus menerima balasan atas kejahatannya. Penghinaan dan caci maki yang
dia katakan kepadaku harus juga dia rasakan biar 1-1. Enak saja saya yang capek
kerja dia enak-enaknya saja mengambil milikku. Dan lain sebagainya peperangan
dalam pikiran dan hati manusia sehingga tidak bisa melakukan apa yang Yesus
ajarkan.
Seorang yang disebut hamba
Tuhan sekalipun belum tentu bisa melakukan tuntutan Firman Tuhan ini.
Mungkin dia bisa melakukan yang satu tetapi melanggar yang lainnya. Sebab hal ini tidak mudah apalagi dilakukan
oleh jemaat-jemaat biasa yang bukan golongan hamba-hamba Tuhan (pelayan
jemaat). Inilah jalan yang sempit dan sesak itu tetapi inilah jalan menuju
kehidupan itu.
Saya jadi
teringat sebuah video komedi batak di media youtube yang menggunakan ayat-ayat
Firman Tuhan ini di dalam melakukan niat
jahatnya. Alkisah di sebuah rumah diadakan ibadah sektor oleh sebuah gereja di
malam hari. Kebetulan Nas ini adalah topik yang dibicarakan. Lalu seorang jemaat yang kurang senang dengan
hamba Tuhan yang sedang berkotbah ini berdiri dan mendekati pengkotbah itu.
Mungkin saja selama ini kotbahnya dia rasa sering menyintil atau menegor
pribadinya. merasa mendapat kesempatan
untuk meluapkan ketidak senangannya kepada hamba Tuhan ini. Lalu dia berdiri
dan segera menampar pipi kiri Hamba Tuhan ini. Lalu Hamba Tuhan ini mulai
marah, wajahnya merah dan hendak marah namun si penampar ini berkata “ Heit..
stop bukanlah Firman Tuhan berkata jika seseorang menampar pipi kirimu berikan
juga pipi kananmu? Sini berikan pipi
kananmu. Lalu ditamparnya kembali. Setelah itu dia duduk dengan puas. Hamba
Tuhan ini terdiam dengan wajah merah, lalu dia mendatangi jemaat tadi dan
segera menampir pipi kirinya. Sontak jemaat ini berdiri dan marah dan berkata
“kenapa bapak membalas? Kemudian Hamba Tuhan ini berkata: “aku tidak membalas,
tidak sedang melawan ayat 29 tadi, tetapi saya sedang menggenapi Firman Tuhan
di ayat 31 itu bahwa sebagaimana kamu kehendaki orang lain perbuat kepadamu
perbuat jugalah demikian. Inikan yang kamu kehendaki? Lagian ada juga tertulis dalam
Galatia 6:7 Jangan sesat! Allah tidak membiarkan
diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan
dituainya. Jadi yang kamu tuai sekarang adalah hasil dari yang kamu tabur.
Jemaat itupun terdiam dan duduk. Mungkin dalam hati dia berkata 1-1 bah.
Yang saya maksud adalah bahwa biarpun dalam suasana peribadahan, suasana tenang dan damai, atau kondisi seseorang
sebagai pelayan Tuhan atau jemaat biasa, potensi untuk mengabaikan atau
melanggar Firman Tuhan ini selalu saja ada.
Bahkan kita melihat dalam cerita video komedi di atas Firman Tuhan bisa disalahgunakan
atau dipakai untuk membalaskan sakit hati atau dendam kepada seseorang. Itu
sebabnya ada orang yang tahu Firman Tuhan bahwa kita tidak boleh membalas
kejahatan orang dengan kejahatan bahkan kita harus mendoakan mereka. Namun di
dalam doanyapun dia tetap berusaha membalas
kejahatan itu hanya saja dia minta Tuhan yang melakukannya. Barangkali dia
berdoa demikian. “Tuhan Engkau tahu bahwa
kejahatannya kepadaku demikian pedihnya. Hujatan, caci, maki, bahkan kekerasan
yang dia lakukan demikian kejamnya. Karena itu sebagai pengikutMu aku tidak
akan membalasnya tetapi biarlah Engkau yang membalasnya sebagaimana FirmanMu
bahwa pembalasan adalah hakMu ya Tuhan. Hukumlah dia ya Tuhan dengan
sekeras-kerasnya setimpal dengan perbuatannya. Biarlah dia mengalami
penderitaan yang melebihi apa yang kurasakan ini dalam namamu aku berdoa Amin”. Doa seperti ini bukanlah doa yang
Yesus inginkan ketika dikatakan jangan membalas kejahatan dengan kejahatan atau
doakanlah orang yang menganiaya dan mencaci maki kamu. Ini bukan doa pengikut
Yesus.
Saudaraku, meskipun
demikian beratnya ajaran ini mengingat kedagingan manusia itu, tetapi inilah Firman Tuhan dan ajaran Yesus
yang dialamatkan kepada semua pengikutNya baik jemaat biasa ataupun golongan
pelayan-pelayan jemaat. Sebab hal-hal yang disebutkan dalam Firman ini adalah ciri khas atau ciri khusus yang dimiliki oleh pengikut
Yesus. Di sinilah letak perbedaan, kelebihan dan keunikan kekristenan yang
sesungguhnya dibandingkan dengan agama atau aliran yang lain.
Barangkali kita akan berkata atau bertanya adakah orang yang bisa
melakukan ini? Tentu saja ada. Sebab seperti yang saya sampaikan di atas bahwa
hal ini hanya bisa dilakukan oleh pengikut Tuhan yang setia. Tentunya kita
masih ingat dengan raja Daud yang berulangkali hendak dibunuh oleh Raja Saul
namun lolos. Lalu dia melarikan diri dan dikejar-kejar Raja Saul dan
pasukannya. Namun suatu ketika Daud
mendapat kesempatan untuk membunuh Raja Saul ketika Raja itu sedang tidur. Daud
ada disampingnya dan prajuritnya berkata
bahwa Tuhan telah menyerahkan musuhnya kepada Daud. Tetapi Daud tidak
membunuh Raja Saul tetapi hanya memotong sedikit dari jubahnya sebagai tanda.
Ketika hari terang Daud berseru kepada Raja Saul bahwa kesempatan untuk
membunuhnya sudah ada tetapi jauhlah kiranya daripada Daud untuk menjamah atau
membunuh raja yang diurapi Tuhan (maksudnya Raja Saul). Lalu Daud menunjukkan
sobekan jubah Saul yang diambilnya ketika Raja Saul tidur.
Demikian
juga dengan Yusuf dalam Epsitel kita hari ini dalam Kejadian 45:3-16. Kita tahu
betapa jahatnya saudara-saudara Yusuf kepadanya sehingga mereka berniat
membunuh Yusuf, lalu membuangnya ke dalam sumur namun selanjutnya menjual Yusuf
kepada orang Mesir. Sedangkan kepada ayahnya Yakub diberi kabar bahwa Yusuf
telah meninggal dimangsa oleh binatang buas.
Tetapi kita melihat sikap Yusuf kepada saudaranya itu. Dia bahkan berkata dalam ayat 8 “Jadi
bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah
menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan
sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir”. Seharusnya inilah
kesempatan buat Yusuf untuk balas dendam tetapi tidak dilakukannya. Bahkan
dalam kata-katanya dia tidak berkata mereka
menjual Yusuf ke Mesir, tetapi mengganti kalimatnya dengan bukan kamu yang menyuruh aku ke Mesir.
Padahal faktanya saudara-saudaranyalah yang menjualnya ke Mesir. Bahkan juga
dalam Kejadian 50:20
Yusuf katakan : “Memang kamu telah
mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya
untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini,
yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar”
Tentunya Yesus sendiri dalam kemanusiaanNya menjadi teladan bagi
kita. Kepadanya yang ditimpakan hukuman berat, cambukan, penaniayaan, hinaan,
caci-maki, mahkota duri, pukulan, tamparan bahkan juga diludahi, dan aniaya
fisik yang luar biasa sampai-sampai kitab Yesaya menggambarkannya sebagai
seseorang yang tidak dikenali lagi karena hancurnya tubuhnya akibat
penganiayaan ini. Tetapi dari atas kayu salib Yesus berkata “ Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak
tahu apa yang mereka lakukan. Semua ini menjadi sesuatu yang diajarkan
Yesus selama hidupnya dan juga dilakukan/dipraktekkan Yesus dengan setia sampai
akhir.
Bagaimana dengan kehidupan saat ini masih adakah orang yang bisa
melakukan ini selain tokoh-tokoh dalam Alkitab?. Ya tentu. Ajaran Yesus ini
berlaku kepada siapa saya yang mau melakukannya dengan tulus dan setia. Saya
mengenal seorang ibu yang diawal hidupnya berumah tangga dan memiliki anak yang
kecil-kecil dia dibenci dan tidak
disukai oleh sebagian besar keluarga suaminya. Sebab suaminya menikah lagi
dengan wanita lain. Bahkan keluarga suaminya berusaha bagaimana supaya mereka
disingkirkan. Secara psikologis mereka juga dianiaya dan mengalami banyak
tekanan. Namun selang puluhan tahun sesudah itu semua berbalik. Mereka kembali
dikasihi, diperlukan, diperhitungkan, oleh keluarga besar itu.
Suatu ketika saya merasakan ada sikap yang tidak baik oleh seorang
kenalan. Sikapnya sering sekali hendak melecehkan saya. Saya semakin mencium
gelagatnya yang tidak menyukai saya dalam beberapa kali pertemuan. Suatu ketika
ada situasi ketika dia membutuhkan pertolongan. Ketika semua teman-teman di
minta untuk membantu tidak ada yang bersedia. Lalu saya segera menawarkan diri
dan saya membantunya sampai selesai. Sejak saat itu sikap dia berubah derastis
dan hubungan kami semakin baik. Selain
itu tentunya kita pernah juga membaca atau mendengar kesaksian-kesaksian
berbagai orang yang Tuhan pakai sebagai saksi-saksi pelaku FirmanNya.
Beberapa waktu yang lalu ada seorang pencuri datang ke rumah kami
dan mengambil sebuah laptop dan Handphone. Tetapi ada orang lain yang tidak
kami sangka yang memberitahukan bahwa ada orang mencurigakan keluar dari rumah
dan membawa laptop dan memasukkannya ke dalam bajunya dan pergi dengan angkutan
umum. Lalu kami mengejarnya dengan orang tersebut. Lalu kami berhasil
menyusulnya dan dia kita keluarkan dari bus, dan kita bawa ke pinggir jalan dan membuat situasi untuk tidak menarik perhatian masyarakat.
Singkat cerita kita ambil laptopnya namun tidak menduga handphone juga turut
dia curi. Saya berkata bahwa jika saya
bukan kristen maka nasibnya tidak akan seperti itu. Lalu saya katakan pergilah
dan bertobatlah selagi masih ada waktu. Saudara tidak mudah untuk melakukan tetapi itulah tugas kita dalam memikul salib itu. Kadang kita berhasil kadang kita gagal. tetapi yang penting komitmenkita untuk berjuang menjadi pengikut Kristus yang setia.
Saudara, ada
dua yang diselamatkan jika seseorang tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.
Yang pertama adalah dirinya sendiri.
Jika dia tidak membalas dengan kejahatan, maka tentunya jiwanya akan tenang
sehingga dia bisa berdoa. Ketika pengampunan dilepaskan maka ada damai
sejahtera. Lagi pula seandainya yang jahat itu tidak diampuni malah dibalas
kejahatannya maka kita akan berhadapan dengan Allah sebagai seteru. Kenapa
tidak? Bahkan doa-doa kita akan ditolak
oleh Tuhan. Yesus pernah berkata Markus
11:25 Dan jika kamu berdiri untuk
berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap
seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu.".
Karena itu sebelum kita mengampuni maka sia-sialah doa permohonan kita kepada
Tuhan untuk minta kesehatan, minta berkatnya, minta anak-anak kita diberkati,
dan segudang permintaan-permintaan kita kepada Tuhan yang sering kita doakan.
Semua doa itu tidak akan pernah Tuhan jawab. Dia akan selalu berkata “sana pergi dulu berdamai atau ampuni dulu
saudaramu itu baru datanglah berdoa kepadaKu”. Jadi kalau kita tidak
membalas kejahatan dengan kejahatan maka bisa saja kita akan diuntungkan.
Yang kedua yang diselamatkan adalah orang yang jahat kepada kita itu.
Orang yang jahat ini bisa saja orang yang tidak kita kenal, bisa juga
orang-orang yang sebelumnya kita kenal, dekat dan akrab dengan kita. Ketika
kita mengampuninya, tidak membalas kejahatan yang dia lakukan serta kita doakan
dia untuk pertobatannya, memohon kepada Tuhan supaya Tuhan merubahnya dan
menyelamatkannya, maka kita akan mendapatkannya kembali. Kalau itu adalah
saudara kita maka kita akan mendapatkan saudara kita kembali, kalau itu istri
atau suami kita maka kita akan mendapatkannya kembali. Kalau itu orangtua kita
atau anak-anak kita maka kita akan mendapatkan mereka kembali. Kalau itu
sahabat kita maka kita akan mandapatkan sahabat kita itu kembali dan
memperbaiki hubungan kita lagi. Kalau dia seorang penjahat yang tidak kita
kenal maka perubahan dan pertobatannya akan mandatangkan kebaikan bagi
masyarakat dan dirinya sendiri. Intinya orang lain itu yang telah melakukan
kejahatan atau tindakan membenci, menganiaya, atau mencaci maki kita itu selain
mendapatkan hubungan yang baik kembali dengan kita mereka juga lepas dari masalah
yang lebih besar lagi. Jika tidak maka keadilan Tuhan akan berlaku kepada dia.
Jadi jika kita rela untuk mengampuni yang bersalah kepada kita,
atau mendoakan mereka yang berbuat jahat kepada kita maka hal tersebut tentunya akan menguntungkan bagi diri sendiri
dengan yang bersengketa, orang lain, rumah tangga, masyarakat, bahkan bangsa dan negara.
Sebaliknya ada dua yang dikorbankan oleh orang yang membalas kejahatan dengan kejahatan. Yang
pertama adalah dirinya sendiri, dimana dia akan menjadi seteru dengan Allah
sebab Allah membenci orang yang membenci orang lain dan tidak mengampuninya
sekalipun musuhnya. Dengan kondisi demikian bagaimanakan dia akan berdoa kepada
Tuhan dan memohon berkatNya?. Ditambah lagi kemungkinan kita lepas kendali dan
sampai melakukan tindak kriminal kepada orang tersebut bisa saja terjadi dan
akhirnya kita bisa masuk penjara dan menjadi seorang penjahat. Atau paling
tidak permusuhan akan semakin tajam yang bisa berdampak kepada orang-orang yang
dekat dengan kita atau keluarga kita. Bagaimana kalau orang tersebut adalah
orang yang satu rumah dengan kita atau tetangga kita? Tentunya kerugian juga
akan kita alami. Damai sejahtera akan hilang lalu seandainya terjadi apa-apa
dengan kita siapakan yang akan lebih dahulu memperhatikan atau melihat kita
kalau bukan orang yang serumah dengan kita atau tetangga kita?. Korban yang
kedua adalah orang yang berbuat jahat kepada kita itu. Atau orang yang
membenci, mencaci maki kita, atau melakukan kesalahan kepada kita itu. Dia juga
akan menjadi seteru Tuhan karena kejahatannya, sikap dan perbuatannya bisa saja
semakin jahat dan semakin memakan banyak korban termasuk diri kita sendiri.
Saudara, apakah Yesus menginginkan kita untuk melakukan apa yang
tertulis dalam ayat 27-35 di atas secara
harfiah? Dan apa mungkin kita manusia bisa melakukannya secara harfiah?.
Ya, kalau memang harus harfiah maka
tentunya para pengikut Yesus bisa melakukannya. Namun lebih dari situ ada
beberapa poin penting yang ditekankan
dan ditegaskan Yesus dalam Nas Firman hari ini. Dalam ayat 36-37 di sinilah
kita menemukan arah pembicaraan Yesus yang sesunguhnya kepada setiap orang yang
mau mengikut Dia.
Yang pertama adalah: Hendaklah
kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." Murah hati
dalam memberi, dalam mengampuni, dalam mengasihi. Orang yang melakukan seperti
apa yang Yesus katakan ini di ayat 27-35 adalah orang yang murah hati.
Yang kedua adalah Janganlah
menghakimi, dan janganlah menghukum. Dalam kitab Roma 12;19 juga dikatakan
bahwa Saudara-saudaraku yang kekasih,
janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka
Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan
menuntut pembalasan, firman Tuhan. Hal ini selaras dengan apa yang Yesus
katakan dalam memperlakukan orang yang memusihi kita, mencacimaki, atau orang
yang berbuat jahat terhadap kita. Selanjutnya dalam ayat 20 dalam Roma 12 juga
dikatakan “Tetapi, jika seterumu lapar,
berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian
kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya.
Tentunya hal ini bisa kita fahami demikian bahwa seandainya kita
membalas kejahatan yang orang lain lakukan pembalasan model apakah yang bisa
kita lakukan?. Bisa saja pembalasan yang kita lakukan akan semakin memperuncing
keadaan, memperluas pertengkaran, ditambah lagi keuntungan dan kerugian yang
akan dialami kedua belah pihak bahkan pihak yang lain sebagaimana saya tuliskan
di atas. Mungkin hanya akan memuaskan diri kita sebentar saja, lalu sebentar
lagi kepuasan itu akan sirna, sebab sebentar lagi akan datang lagi balasan, dan
terjadi;ah dendam yang tiada habisnya. Namun jika semuanya itu kita serahkan
kepada Tuhan maka akan membuat semuanya
indah pada waktunya. Pembalasan yang dari pada Tuhan selalu tepat waktu dan
berdampak baik bagi semua. Bukankah itu yang terjadi kepada Yusuf?. Dari Firman Tuhan hari ini kita menemukan
bahwa kalaupun harus membalas, balaslah
dengan kebaikan.
Yang ketiga adalah:
“Mengampunilah”. Yesus
berkata dari kayu salib: “ Bapa ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa
yang mereka perbuat”. Juga dalam Markus
11:25 dikatakan : “Dan jika kamu berdiri
untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu
terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni
kesalahan-kesalahanmu.". Sebab kedatangan Yesus ke bumi ini adalah
membawa pengampunan bagi manusia yang berdosa. Tanpa pengampunan tidak ada
keselamatan. Karena itu Tuhan menginginkan kita semua untuk saling mengampuni
satu dengan yang lain, Dari Markus 11;25 ini kita fahami bahwa tidak akan ada
gunanya kita datang berdoa kepada Bapa di sorga jika kita tidak lebih dahulu
mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Kalau kita masih menyimpan benci,
dendam atau amarah kepada orang lain maka jangan harap ada doa kita yang akan
diterima Tuhan. Kita berdoa mohon kesehatan, mohon perlindungan, mohon berkat
bagi anak-anak, bagi orang tua dan segudang permohanan lain kepada Tuhan,
sangka kita bahwa Tuhan akan mengabulkannya? Tidak saudaraku. Rumus mendapat
pengampunan dalam doa Bapa kami itu sangat jelas sekali “ ampunilah kami seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada
kami”. Karena itu semakin cepat kita mengampuni orang lain dan berdamai
dengan mereka maka itu semakin baik, sebab doa adalah nafas hidup orang
percaya.
Ketiga hal
inilah sebagai pegangan bagi kita dalam bersikap kepada orang yang bebuat jahat
kepada kita. Yaitu murah hati, tidak menghakimi atau menghukum, dan mengampuni.
Ketiga sikap ini jika kita gunakan
sebagai pegangan akan membuat suatu persengketaan segera berakhir dan hati kita
akan segera pulih dan damai sejahtera.
Apa yang
kita tabur itu juga yang akan kita tuai. Tidak selamanya kita bisa hidup lurus
dan benar. Mungkin akan ada suatu masa atau situasi bahwa kita bisa saja jahat
kepada orang lain, bisa saja karena situasi kita meminta sesuatu kepada orang
lain, meminjam uang atau barang kepada orang lain, atau menyakiti hati orang
lain. Hidup ini seperti roda yang
berputar, kadang di atas kadang di bawah. Suatu saat mungkin bukan kita
tetapi bisa saja anak-anak kita atau orang-orang yang kita kasihi jatuh dalam
dosa dan melakukan hal yang jahat kepada orang lain. Tentunya kit juga berharap
mereka memaafkan kita tidak menghakimi kita tau anak-anak kita. Kita pasti
mengharapkan orang lain mau berbuat baik kepada kita meskipun kita terlanjur
berbuah jahat kepada mereka. Karena itu dengan jelas Yesus berkata dalam ayat
31: “Dan
sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga
demikian kepada mereka”.
Sebab sebagaimana dalam galatia 6:7 itu bahwa prinsip tabur-tuai itu masih
tetap berlaku di dalam hidup dan hubungan kita degan orang lain.
Saudaraku, Firman Tuhan hari ini yang
memang dari segi kemanusiaan berat melakukannya dan sepertinya kta rugi jika melakukannya adalah merupakan
suatu Firman yang hidup yang menjadi identitas bagi setiap orang percaya atau
pengikut Kristus. Pernyataan Yesus dalam ayat 32-34 bahwa kita tidak ada
lebihnya sedikitpun dari orang yang tidak percaya jika hanya mengasihi orang
yang mengasihi kita, berbuat baik kepada orang yang baik kepada kita, atau
meminjamkah sesuatu kepada orang lain karena ada yang kita harapkan
daripadanya, menunjukkan bahwa para pengikut Yesus yaitu orang yang menyatakan
dirinya orang Kristen atau orang percaya memiliki kasih yang ekstra ordinary (di luar kebiasaan),
kebaikan yang ekstra ordinary. Mampu melebihi kebiasaan manusia pada umumnya
sebab di dalam hatinya ada Yesus, ada Firman yang menjadi sumber kekuatan.
Mampu melebihi manusia umumnya dalam hal mengasihi, memberi, dan mengampuni.
Kalau hal ini tidak dimiliki tentunya kekristenannya dipertanyakan.
Firman Tuhan hari ini mengarahkan kita
kepada hal ini yaitu identitas Kristiani kita yang harus semakin jelas dari
hari ke hari. Dengan demikian nama Tuhan dipermuliakan. Sikap hidup, dam kesaksian
hidup kita yang ekstra seperti di atas menjadi simbol atau tanda yang terus
menerus kita kenakan atau bawa dalam setiap gerak hidup kita di dalam
berinteraksi dengan sesama manusia. Kiranya Tuhan menolong kita didalam
melakukannya. Shalom Tuhan Yesus memberkati.
Salam
sehat,
Ev.
Harles Lumbantobing
KLIK ARSIP untuk melihat tulisan lainnya di Daftar... ARSIP..