Ibadah minggu 26 Maret 2023
Tema:
LAKUKANLAH KEADILAN DAN KEBENARAN
Ev: Yehezkiel 45: 9-17
Ep: Kisah Para Rasul 6:1-7
Yehezkiel 45: 9-17 (TB)
45:9 Beginilah firman Tuhan ALLAH: "Cukuplah itu, hai raja-raja Israel, jauhkanlah kekerasan dan aniaya, tetapi lakukanlah keadilan dan kebenaran; hentikanlah kekerasanmu yang mengusir umat-Ku dari tanah miliknya, demikianlah firman Tuhan ALLAH.
45:10 Neraca yang betul, efa yang betul dan bat yang betullah patut ada padamu.
45:11 Sepatutnyalah efa dan bat mempunyai ukuran yang sama yang ditera, sehingga satu bat isinya sepersepuluh homer, dan satu efa ialah sepersepuluh homer juga; jadi menurut homerlah ukuran-ukuran itu ditera.
45:12 Bagi kamu satu syikal sepatutnya sama dengan dua puluh gera, lima syikal, ya lima syikal dan sepuluh syikal, ya sepuluh syikal, dan lima puluh syikal adalah satu mina.
45:13 Inilah persembahan khusus yang kamu harus persembahkan: seperenam efa dari sehomer gandum dan seperenam efa dari sehomer jelai.
45:14 Tentang ketetapan mengenai minyak: sepersepuluh bat dari satu kor; satu kor adalah sama dengan sepuluh bat.
45:15 Seekor anak domba dari setiap dua ratus ekor milik sesuatu kaum keluarga Israel. Semuanya itu untuk korban sajian, korban bakaran dan korban keselamatan untuk mengadakan pendamaian bagi mereka, demikianlah firman Tuhan ALLAH.
45:16 Seluruh penduduk negeri harus mempersembahkan persembahan khusus ini kepada raja di Israel.
45:17 Dan rajalah yang bertanggung jawab mengenai korban bakaran, korban sajian, korban curahan pada hari-hari raya, bulan-bulan baru, hari-hari Sabat dan pada setiap perayaan kaum Israel. Ialah yang akan mengolah korban penghapus dosa, korban sajian, korban bakaran dan korban keselamatan untuk mengadakan pendamaian bagi kaum Israel."
----------------
Shalom, selamat hari minggu dan selamat bersukacita saudaraku di dalam Tuhan. Bahagia rasanya bisa kembali menyapa saudara lewat renungan minggu ini yang bertemakan “LAKUKANLAH KEADILAN DAN KEBENARAN” yang di dasarkan pada kitab Yehezkiel 45:9-17. Kalau kita membaca perikop ini, kita seakan diberitahukan tentang kemarahan dan kecaman Tuhan atas perilaku raja-raja Israel. Sepertinya Tuhan sudah tidak tahan dengan tindakan tidak adil yang dilakukan raja-raja Israel kepada umat Tuhan (rakyat Israel). Dalam nas ini juga diceritakan tentang praktek korupsi para raja-raja dalam mempersembahkan persembahan yang rakyat hantarkan kepada Tuhan. Belum lagi tugas tanggungjawab raja yang seharusnya dilakukan raja menjadi dilakukan oleh orang lain untuk mengelak dari tanggungjawab.
Perilaku semena-mena dan semua praktek ketidakadilan itu telah menyebabkan kegeraman pada Tuhan dan yang mengalami kerugian adalah rakyat sendiri. Hukuman-hukuman selama ini Tuhan jatuhkan atas segala pelanggaran bangsa Israel rata-rata terjadi karena ketidaktaatan pemimpin-pemimpin atau raja-raja Israel.
Dalam konteks perikop hari ini, kita melihat bahwa raja yang seharusnya mengayomi rakyatnya malah mengusir rakyatnya dari tanahnya sendiri, memperdaya rakyatnya bahkan menipu rakyatnya demi kepentingan pribadi. Praktek eksploitasi rakyat demi keuntungan pribadi ini tentunya sangat menyakiti hati Tuhan. Kepercayaan yang Tuhan berikan kepada mereka untuk mengayomi rakyat, melayani dan memakmurkan rakyat malah tidak dikerjakan dengan benar.
Karena itu Tuhan menegur para pemimpin atau raja-raja itu. Selama ini Tuhan sudah memberi waktu, menahan diri, supaya mereka sadar dan tidak melakukannya. Tetapi mereka terus menerus melakukannya. Hal ini memberikan pelajaran bagi kita bahwa Tuhan itu tidak tidur, tidak berdiam diri atas segala perlakuan dan ketidakadilan yang dialami seseorang di dalam hidupnya. Sesungguhnya Tuhan perduli dan tidak tutup mata atas segala hal yang dilakukan manusia. Penipuan dan ketidakadilan yang tersembunyi sekalipun dari hadapan manusia Tuhan bisa lihat. Karena itu Tuhan tidak bisa ditipu dan diperdaya oleh siapapun. Jika waktu Tuhan sudah tiba maka kebenaran dan keadilan akan muncul dan tidak seorangpun bisa menghambatnya.
Saudara, hancur
dan runtuhnya suatu keadilan dalam suatu negara atau kerajaan, perkumpulan atau
organisasi, gereja, lembaga dan sebagainya sering sekali akibat pemimpin yang
tidak mengedepankan prinsip keadilan dan kebenaran. Keadilan mendorong
memperlakukaan semua anggota sama rata dalam hak dan kewajiban dan kebenaran
dalam hal penerapan prinsip hubungan gembala
degan domba-dombanya, dimana orientasi gembala adalah menjaga, merawat, dan
memastikan domba-dombanya bertumbuh dengan sehat dan makmur, bukan sebaliknya rakyat ditindas pemimpin makmur.
Dalam nas firman Tuhan hari ini, praktek yang dilakukan raja-raja Israel itu bertentangan dengan prinsip di atas. Karena penyimpangan yang dilakukan raja-raja itu Tuhan berkata dengan tegas ’cukuplah itu’. Artinya jangan teruskan lagi perbuatan itu kalau mau hidup yang lebih baik dan masa depan yang penuh harapan. Tiga hal pertama yang Tuhan minta dan tegaskan kepada mereka yaitu: pertama menjauhkan kekerasan dan aniaya kepada rakyat, kedua melakukan keadilan dan kebenaran, ketiga jangan mengusir umat Tuhan dari tanahnya sendiri. Tiga hal ini merupakan praktek ketidakadilan yang mereka lakukan kepada rakyatnya.
Tetapi ada satu hal lagi yang Tuhan tegur kepada raja-raja itu tentang praktek persembahan dan mengelola persembahan itu kepada Tuhan. Tuhan mengatakan bahwa semua alat ukur mereka harus ditera ulang (dilakukan standarisasi) supaya ukuran di alat ukur harus sama dengan bahan yang diukur. Misalnya kalau alat timbangan terbaca 1 kg maka beras yang ditimbangpun harus benar-benar 1 kg, bukan terbaca 1 kg tapi faktanya hanya 9 ons. Atau terbaca 1kg ternyata sudah lebih 1 kg. Praktek penipuan dan korupsi juga terjadi dalam alat-alat ukur yang mereka pakai demi memperkaya diri sendiri. Ada kewajiban rakyat itu untuk memberikan persembahan mereka kepada Tuhan dengan menghantarkan persembahan-persembahan lewat kerajaan. Tetapi ketika mereka misalnya diminta memberikan 1kg beras, maka di alat timbangan kerajaan terbaca 9 ons saja atau lebih sedikit sehingga rakyat harus menambahinya kembali supaya terbaca 1kg. Demikian seterusnya praktek pemerasan itu.
Tetapi bagian untuk dipersembahkan untuk Tuhan juga mereka korupsi. Mereka tidak memberikan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, malah mengorupsi apa yang seharusnya menjadi bagian Tuhan. Jadi korupsi terhadap rakyat dan juga korupsi terhadap Tuhan. Hal-hal ini lah yang menyakiti hati Tuhan sehingga Tuhan memberikan peringatan keras dan perintah supaya mereka berubah dan tidak melakukannya kembali. Dalam hal ini Tuhan mau mengatakan supaya memberikan persembahan kepada Tuhan dengan timbangan dan ukuran yang benar. Tera kembali semua alat ukur supaya tidak terjadi kecurangan dan ketidakadilan.
Penyalahgunaan jabatan selama ini juga Tuhan koreksi. Bahwasanya mulai saat ini Raja sebagai pemimpin bangsa itu yang sudah diberi tugas untuk menanggungjawabi semua praktek persembahan supaya melakukannya dengan benar. Hal ini disampaikan dalam ayat 17 perikop ini. Persembahan-penyembahan harus dikembalikan kepada porsinya yang benar. Peran serta raja harus dikembalikan kepada yang sebenarnya.
Saudaraku, kalau kepala rusak maka rusaklah semua tubuh. Kalau pemimmpin atau raja rusak maka rusaklah rakyatnya. Ikan busuk dimulai dengan kepala lalu sampai kepada ekor. Demikian juga dalam segala kepeminpinan yang ada. Perlunya pemimpin yang adil dan berjalan dalam kebenaran. Apakah itu di lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan, lembaga, gereja, bahkan negara. Apapun kondisi dan perilaku pemimpin akan menunjukkan kondisi dan keadaan rakyatnya. Karena itu penting sekali menjaga marwah kepemimpinan di segala bidang.
Bagaimana supaya seseorang bisa menjadi pemimpin yang amanah dalam kepemimpinannya?. Prinsip keadilan tidak didapat secara spontan. Tetapi seorang sukses di dalam kepemipinan ketika dia sendiri berdiri diatas keadilan yang paling mendasar. Keadilan yang paling mendasar ini maksud saya adalah bahwa keadilan tidak hanya menyangkut hal-hal lahiriah saja, tetapi juga hal-hal rohaniah.
Kita terdiri atas unsur jasmani (tubuh fisik) dan rohani (jiwa dan roh). Ketidakseimbangan yang jasmani dengan yang rohani akan menimbulkan banyak masalah dalam kehidupan seseorang. Sering sekali seseorang bersusah payah mengejar kebutuhan yang jasmani bahkan tidak megenal waktu, cuaca, dan situasi. Namun tidak bergiat dan berniat untuk memperhatikan kebutuhan yang rohani. Mengutamakan kebutuhan tubuh yang satu dan mengabaikan kebutuhan tubuh yang lain. Yesus pernah berkata bahwa manusia bukan hidup dari roti saja, tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah (Matius 4:4). Artinya kebutuhan jasmani memang perlu tetapi kita hidup bukan dari situ saja tetapi juga dari Firman Allah. Hal ini menegaskan bahwa yang rohani mendorong yang jasmani, yang rohani menginspirasi yang jasmani dan yang rohani menghidupkan yang jasmani.
Karena itu adillah kepada diri sendiri, dengan demikian kita akan memperoleh kekuatan dan kemampuan untuk menjadi adil bagi suami/istri, bagi anak-anak, gembala gereja dengan jemaatnya, pemimpin pemerintahan dengan rakyatnya, pemimpin perusahaan dengan karyawan dan bawahannya bahkan juga adil terhadap Tuhan kita. Jangan kita berkata Tuhan di dalam mulut tetapi dalam praktek Dia (Tuhan) tidak menjadi tuan dalam kehidupan kita.
Di jaman saat ini terlalu banyak praktek ketidakadilan yang kita lakukan dalam kehidupan kita dengan orang-orang di sekitar kita. Ada suami/istri yang ramah dan lembut bertutur sapa dengan istri/suami orang lain tetapi dengan pasangannya sendiri selalu kasar dalam perkataan dan jauh dari kata mesra. Ada suami yang royal kepada teman-teman dan sahabat-sahabatnya di luaran sana, tetapi kepada istri dan anak-anaknya banyak pertimbangan. Ada anak-anak yang hormat kepada orangtua yang lain, tetapi kepada ayah/ibu nya selalu kasar dalam menjawab, sebaliknya ada orangtua yang tidak memberikan hak anaknya untuk mengenal Tuhan lewat ibadah sekolah minggu tetapi tidak mau mengantarkannya ke gereja dengan banyak dalil dan alasan. Anak-anak yang perlu mendapatkan pembinaan iman dalam masa remaja atau pemuda tetapi tidak diarahkan dan diperhatikan. Mereka punya hak mendapat kasih sayang seorang ayah atau ibu tetapi tidak diberikan malah waktu orangtuanya habis untuk dunia luar. Jemaat yang butuh diperhatikan dalam banyak hal pergumulan namun tidak diberikan dan digembalakan dengan baik. Pilih-pilih kasih terhadap jemaat dalam suatu gereja, anak-anak dalam keluarga, anggota-anggota dalam organisasi dan banyak lagi praktek ketidakadilan disekitar kita yang harus kita koreksi dan perhatikan sebagai pengikut-pengikut Kristus.
Saudara dalam minggu JUDIKA hari ini yang berarti “Berilah keadilan kepadaku ya Allah” dengan tema: LAKUKANLAH KEADILAN DAN KEBENARAN mengajarkan kita 5 hal:
- Ketika kita mengalami praktek ketidakadilan dalam hidup kita percayalah Allah maha melihat dan perduli. Pada waktunya Tuhan akan datang bersegera untuk menolong kita. Hal utama yang perlu kita lakukan yang menjadi bagian kita adalah kekonsistenan iman dan kepercayaan kita kepadaNya. Jangan ada kuasa lain atau kekuatan lain yang kita andalkan di dunia ini dalam menghadapi semua pergumulan itu.
- Sebagai seorang pemimpin dalam konteks apa saja (pemimpin atas diri sendiri, pemimpin rumahtangga, gereja, dan lain sebagainya) ingatlah tetaplah bersikap adil terhadap semua yang dipimpin dan jangan memperalat dan menganiaya mereka demi kepentingan sendiri sebab Tuhan tidak tidur dan dia akan menjadi lawan kepada setiap pemimpin yang tidak adil. Berilah apa yang menjadi hak mereka dan jangan menuntut mereka lebih dari kewajiban mereka.
- Tidak hanya pemimpin, rakyat atau yang dipimpinpun perlu berlaku adil kepada semua yang memimpin mereka. Berilah penghormatan kepada para pemimpin, dan patuhilah mereka. Sebab jika kita mengharapkan hak kita sebagai yang dipimpin maka kita juga wajib memberikan kewajiban-kewajiban kita sebagai anggota. Dengan demikian prinsip keadilan akan terpelihara dengan baik.
- Selain menerapkan prinsip keadilan dan kebenaran kepada orang lain, adil kepada diri sendiri (keseimbangan jasmani dan rohani) merupakan dasar dari praktek keadilan kepada orang lain.
- Demikian juga keadilan kepada Tuhan dalam hal penyembahan-persembahan yang seharusnya dan sepantasnya harus kita berikan kepada Tuhan di dalam kebenaran. Jangan menipu Tuhan dengan persembahan yang curang, persembahan yang tidak tulus, tidak pantas, dan bukan yang terbaik. Belajar dari kisah Kain dan Habil menolong kita untuk adil di dalam memberikan persembahan kepada Tuhan.
Kiranya renungan ini menolong dan memberkati kita semua untuk menjadi pelaku-pelaku firmanNya di tengah-tengah kehidupan kita. Selamat hari minggu, Selamat berjalan bersama Tuhan dan Tuhan Yesus memberkati.
Shalom,
Ev. Harles Lumbantobing
KLIK ARSIP untuk melihat tulisan lainnya
di Daftar... ARSIP.......