Seperti kita baca dalam kitab Ibrani 10:32-39 ini, tentunya kita terkenang akan pelayanan masa-masa lalu. Saya percaya saudara/i pernah mengalami demikian. Semua mungkin sudah mengalami penderitaan, keletihan, dikecewakan, ditinggalkan, kadang terlambat makan bahkan tidak sempat makan, sakit, tidak diperhatikan orang, menangis dan sebagainya. Saya percaya kita sudah pernah mengalaminya. Tentunya pada waktu itu anda merasa kuat dan tetap bertahan. Akan berkata “ini demi Tuhan, ini balas jasa aku kepad Tuhan”, atau berkata “demikianlah jika mengikut Tuhan”. Bahkan kepada orang lain atau junior anda pernah berkata “bertahanlah dek, sabarlah, teruskan melayani Tuhan, jerih payahmu tidak akan sia-sia”. Atau berkata “ ini belum seberapa dibanding apa yang dilakukan Yesus di kayu salib demi dosa-dosa kita”. Dan diakhir setiap penderitaan dan keletihan itu kita sanggup untuk bersyukur kepada Tuhan dan menyatakan ini demi kebaikanku. Terima kasih Tuhan.
Kalau kita ingat-ingat lagi, itu semua kita lakukan dengan tulus, dengan penuh semangat, dan demi melakukan yang terbaik buat Tuhan. Tidak ada niat buruk atau pamrih di sana. Api semangat melayani kita menggebu-gebu, kalau bisa setiap orang yang kita jumpai segera kita layani dan dia bisa langsung bertobat.
Kapanpun ada ibadah, pengisian, atau retreat pembinaan, tidak ada yang dilewatkan. Semakin kita ikuti semakin kita dikuatkan, karena kita percaya dalam ibadah kita akan diisi dan dikuatkan dalam menghadapi hari-hari kita.
Bagaimana dengan sekarang? Masihkah militansi melayani itu kita rasakan dan alami? Apa yang terjadi sehingga begitu banyak sekarang Alumni yang akhirnya terhilang, ada yang timbul tenggelam, ada yang telah berbaur sama dengan dunia ini, ada yang putus asa dalam mengikut Tuhan dan pasrah dengan keadaan, ada juga yang terkondisi atau tergantung situasi. Meskipun masih ada yang tetap eksis di dalam pelayanan.
Kemanakah panggilan mula-mula itu?
Sejak pertama kali kita mengalami kelahiran kembali dan dipanggil untuk mnelayaniNya, maka pada hakikatnya panggilan itu akan tetap. Sekali dipanggil maka akan selamanya kita dipanggil menjadi garam dan terang dunia, atau menjadi rekan kerja Tuhan.
Dalam mengikut Tuhan, Tidak ada sesungguhnya istilah alumni yang bisa dipakai selama kita hidup di bumi ini bersama dengan Tuhan. Mungkin lokasi pelayanan dimana kita dipanggil ada yang sifatnya temporer, tetapi setelah itu sebenarnya kita sedang Tuhan persiapkan untuk ladang yang lain.
Panggilan pertama kita dalam sebuah wadah pelayanan merupakan awal atau permulaan dari pelayanan kita ke depan yang batasnya sampai Tuhan panggil kita dari bumi ini.
Ada beberapa hal yang membuat seseorang lalai dengan panggilannya semula:
Hal ini semua membuat seseorang ini merasa bahwa panggilannya sebagai pelayan Kristus, rekan sekerja Tuhan, Garam dan terang, hanya bersifat temporer dan situasional.
Terkhusus dalam era globalisasi ini tantangan dunia alumni semakin kompleks. Era modernisasi saat ini sangat kuat menarik manusia untuk hidup dalam materialisme, konsumerisme, hedonisme, dan lain sebagainya. Bahkan di jaman-jaman akhir ini dari sisi kerohanian manusia juga banyak dihantam dengan tipuan-tipuan setan melalui ibadah-ibadah palsu, teologia-teologia palsu, aliran-aliran palsu yang menawarkan kelimpahan, kemegahan, kesuksesan, kesenangan, yang senantiasa membuat yang dilayaninya terbuai dan lupa diri, sehingga lupa akan panggilan semula.
Iblis begitu licik dan banyak akal di dalam menjerumuskan orang percaya untuk mengerjakan panggilannya sehingga hidupnya tidak lagi berbuah. Bagi orang percaya Iblis fokus untuk menggagalkan seseorang itu untuk berbuah. Iblis tidak keberatan seseorang itu bertumbuh tetapi asalkan tidak berbuah.
Beberapa strategi Iblis dalam menjatuhkan orang percaya:
Apa tanggungjawab setelah Alumni kepada Persekutuan dimana dia melayani sebelumnya?
Seorang yang pernah melayani di suatu wadah, tidak akan mungkin dengan mudah melupakannya. Sudah banyak peristiwa dan air mata yang tercurah di sana. Kita sudah pernah menorehkan goresan tinta dalam buku sejarah perjalanan pelayanan itu. Tentunya ini tidka akan mudah kita lupakan dan tidak bisa kita sangkal lagi ada bagian yang pernah kita buat disitu.
1 Samuel 12: 23 : Tidak berhenti mendoakan mereka (bahkan merasa berdosa jika tidak mendoakan mereka-mereka yang pernah dia layani, serta wadah dimana dia pernah melayani.
Kisah 20: 18-27 : Menjadi teladan. Menjadi contoh bagi mereka-mereka yang akan menyusul kita kelak. Ketika mereka mengetahui bahwa alumni-alumninya bisa tetap eksis di dalam Tuhan dan terus melayani, maka mereka akan terinspirasi dan termotivasi untuk melakukan hal serupa.
Bagaimana supaya semangat melayani itu terus menyala?Ada beberapa aktivitas yang tepat untuk mempertahankan panggilan itu setelah alumni:
Ketika seseorang akhirnya lari dari Tuhan atau terangnya tidak bercahaya lagi, maka akan meimbulkan akibat-akibat bagi dirinya sendiri dan orang lain.
Kalau kita mengingat kisah Yunus dalam kitab Yunus, ketika dia lari dari panggilan Tuhan, maka ada kerugian-kerugian yang terjadi. Pertama kerugian mental. Dimana orang-orang sekapal dengan dia menjadi ketakutan ,histeris, dan menangis karena mereka merasa akan mati dalam badai itu. Kemudian kerugian material, sebab mereka berusaha memperingan muatan kapal dengan mebuang barang-barang bawaan mereka. Kemudian bagi Yunus sendiri dia dibuang kelaut dan ikan besar memakannya hingga 3 hari tinggal dalam kegelapan perut ikan itu. Pembangkangan Yunis itu berakibat buruk bagi banyak orang, bahkan pertobatan Niniwe tidak akan pernah terjadi.
Demikian juga dalam Ibrani 10:38 dikatakan bahwa jika kita mengundurkan dari Tuhan, dari pelayanan maka Tuhan tidak akan berkenan lagi. Bahkan kita tidak akan mendapat upah yang disiapkan untuk kita.
Jadi marilah kita tetap berjuang untuk terus melayani Tuhan, menjawab panggilannya sebagaimana kita ada, diprofesi manapun kita bekerja, di daerah manapun kita tinggal atau ditempatkan. Terus nyalakan pelita kita dengan Tetap membaca Firman , Tetap berdoa, Tetap bersekutu, dan Tetap melayani
Syalom, Tuhan memberkati.
Harles Lumbantobing
NB: Jangan lupa baca kumpulan arsip lainnya di atas....atau...
KLIK ARSIP untuk melihat tulisan lainnya
Daftar... ARSIP...
Kalau kita ingat-ingat lagi, itu semua kita lakukan dengan tulus, dengan penuh semangat, dan demi melakukan yang terbaik buat Tuhan. Tidak ada niat buruk atau pamrih di sana. Api semangat melayani kita menggebu-gebu, kalau bisa setiap orang yang kita jumpai segera kita layani dan dia bisa langsung bertobat.
Kapanpun ada ibadah, pengisian, atau retreat pembinaan, tidak ada yang dilewatkan. Semakin kita ikuti semakin kita dikuatkan, karena kita percaya dalam ibadah kita akan diisi dan dikuatkan dalam menghadapi hari-hari kita.
Bagaimana dengan sekarang? Masihkah militansi melayani itu kita rasakan dan alami? Apa yang terjadi sehingga begitu banyak sekarang Alumni yang akhirnya terhilang, ada yang timbul tenggelam, ada yang telah berbaur sama dengan dunia ini, ada yang putus asa dalam mengikut Tuhan dan pasrah dengan keadaan, ada juga yang terkondisi atau tergantung situasi. Meskipun masih ada yang tetap eksis di dalam pelayanan.
Kemanakah panggilan mula-mula itu?
Sejak pertama kali kita mengalami kelahiran kembali dan dipanggil untuk mnelayaniNya, maka pada hakikatnya panggilan itu akan tetap. Sekali dipanggil maka akan selamanya kita dipanggil menjadi garam dan terang dunia, atau menjadi rekan kerja Tuhan.
Dalam mengikut Tuhan, Tidak ada sesungguhnya istilah alumni yang bisa dipakai selama kita hidup di bumi ini bersama dengan Tuhan. Mungkin lokasi pelayanan dimana kita dipanggil ada yang sifatnya temporer, tetapi setelah itu sebenarnya kita sedang Tuhan persiapkan untuk ladang yang lain.
Panggilan pertama kita dalam sebuah wadah pelayanan merupakan awal atau permulaan dari pelayanan kita ke depan yang batasnya sampai Tuhan panggil kita dari bumi ini.
Ada beberapa hal yang membuat seseorang lalai dengan panggilannya semula:
- Tantangan hidup dan penderitaan sering sekali membuat seseorang lupa diri dan lupa akan panggilan.Setelah memasuki dunia Alumni, tentu sekali pergumulan pertama yang akan dialami adalah apakah dia akan mendapatkan sebuah pekerjaan. Setelah bekerja, akan mengalami tantangan dalam karir atau pekerjaan. Setelah itu akan bergumul dengan teman hidup, dengan anak, dan tentunya kebutuhan hidup keluarga. Dalam kenyataannya banyak yang akhirnya menyerah dengan penderitaan atau keadaan hidup itu, merasa sepertinya Tuhan tidak campur tangan, atau menganggap Tuhan sudah meninggalkannya. Tetapi ada juga yang tetap setia, meskipun tertatih-tatih dan jatuh bangun dalam mengikut Tuhan ditengah-tengah kehidupannya. Sehingga didalam menghadapi itu semua, tentunya kita berusaha agar iman kita tetap terpelihara.(Roma 5:3-5).
- Keinginan untuk menjadi sama dengan dunia ini yang sangat kuat semakin terasa ketika memasuki dunia alumni. Sebagaimana iblis menunjukkan kemasyuran dunia ini, dan berkata akan memberikannya kedalam kuasa Yesus jika Yesus sujud menyembahnya, demikian juga setiap alumni pelayanan kampus atau kepemudaan atau lingkungan dikala dia akan meninggalkan pelayanan itu menuju suatu kehidupan yang lain, apakah pekerjaan atau rumah tangga, dan lain sebagainya. Kita akan segera dipertontonkan dengan segala keindahan dunia, kenikmatan dunia, yang akan segera menantang dan merangsang kita untuk hidup di dalam segala keinginan dunia itu. Kita sejenak akan melihat betapa indahnya kehidupan orang-orang disekitar kita. Kekayaan dan kebahagiaan tentunya milik mereka. Gampangnya dan mudahnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan sesat seperti penipuan, pemerasan, korupsi, kebohongan, gaya hidup mewah, dan lain sebagainya yang disekitar kita begitu banyak dan sepertinya mereka semua enjoy dengan itu. Akhirnya kita berpikir “mengapa aku tidak bisa demikian” atau “barangkali aku bisa mencobanya sesekali”.
- Dunia baru (alumni yang dialami saat ini begitu melegakan setelah mengalami Keletihan fisik dan mental yang selama ini dirasakan. Rasanya lega, ketika seseorang memasuki dunia alumni, plong dan refresh rasanya ketika sudah tidak lagi tercatat sebagai pengurus dalam sebuah pelayanan, selesai dari kuliah. It’s looks like never before. Kita mulai merasakannya, menikmatinya dan akhirnya terbuai dan tidak ingin melepaskannya lagi, sampai akhirnya lupa dengan tanggungjawab dan panggilan Tuhan mula-mula. Hati-hati tipuan dunia. Boleh-boleh saja relaks sejenak, tetapi kita harus segera tersadar dan segera bangkit untuk melakukan terus yang terbaik bagi Tuhan, sebab Iblis sesungguhnya tidak pernah istirahat atau relaks sejenak. Tetapi senantiasa bekerja dan up to date untuk menjatuhkan orang percaya ke dalam dosa.
- Status sebagai anak Tuhan yang disandang selama ini semakin lama semakin berat memikul dan mempertahankannya. Sejak menjadi anak-anak Tuhan, tentunya kita akan mendapat hak gelar yang semakin banyak. Mulai dari orang kristen, anak-anak Allah, pewaris kerajaan Allah, Hamba kebenaran, hamba Tuhan, Alumni pelayanan A, pelayanan B dan lain sebagainya status yang kita miliki. Setiap hari kita berjalan dengan semua status atau pangkat itu. Semakin banyak kita miliki atau Tuhan percayakan, tentunya semakin besar tanggungjawabnya. Status inilah yang akan menjaga kita dan menjadi perisai untuk menghindarkan kita dari perbuatan-perbuatan dosa. Suatu ketika ada seorang teman berkata, “susah juga yah menjadi pengikut Kristus ini, aku punya teman kerja seangkatan, dna saya tau berapa gaji kami tiap bulan, tetapi sekarang dia sudaha memiliki dua mobil, dan aku tidak ada satupun”.Kemudian saya bertanya “ Saudara tahu uang beli mobil itu dari mana datangnya?” dia jawab tahu dan intinya dari cara yang tidak benar. Saya katakan bahwa kita tidak perlu cemburu atau ingin menjadi seperti mereka sebab itulah harga yang harus kita bayar dalam mengikut Tuhan.
- Keteladanan yang diharapkan muncul dari alumni senior ternyata tidak kunjung tiba. Ketika dalam pelayanan kepemudaan atau kemahasiswaan, tentunya kita memandang para senior alumni itu orang-orang hebat dan kuat di dalam Tuhan. Kita berharap dalam komunitas itu akan berjumpa lagi dengan mereka-mereka yang dulu membimbing kita, jadi teladan bagi kita waktu di pelayanan atau kampus. Tetapi kenyataan yang klita saksikan terbalik. Banyak diantara mereka yang hilang tidak tahu kemana rimbanya. Tidak lagi konsisten dalam Tuhan, jatuh dalam berbagai-bagai dosa, melebur dengan dunia ini, tidak melayani lagi, tidak pernah datang dalam pertemuan alumni lagi. Sehingga akhirnya alumni yang baru kecewa dan merasa semua selama ini yang dia lihat dan alami adalah kemunafikan, bukan keteladanan. Akhirnya diapun ikut terhilang dan tidak lagi mengerjakan panggilannya sebagai terang dunia.
Hal ini semua membuat seseorang ini merasa bahwa panggilannya sebagai pelayan Kristus, rekan sekerja Tuhan, Garam dan terang, hanya bersifat temporer dan situasional.
Terkhusus dalam era globalisasi ini tantangan dunia alumni semakin kompleks. Era modernisasi saat ini sangat kuat menarik manusia untuk hidup dalam materialisme, konsumerisme, hedonisme, dan lain sebagainya. Bahkan di jaman-jaman akhir ini dari sisi kerohanian manusia juga banyak dihantam dengan tipuan-tipuan setan melalui ibadah-ibadah palsu, teologia-teologia palsu, aliran-aliran palsu yang menawarkan kelimpahan, kemegahan, kesuksesan, kesenangan, yang senantiasa membuat yang dilayaninya terbuai dan lupa diri, sehingga lupa akan panggilan semula.
Iblis begitu licik dan banyak akal di dalam menjerumuskan orang percaya untuk mengerjakan panggilannya sehingga hidupnya tidak lagi berbuah. Bagi orang percaya Iblis fokus untuk menggagalkan seseorang itu untuk berbuah. Iblis tidak keberatan seseorang itu bertumbuh tetapi asalkan tidak berbuah.
Beberapa strategi Iblis dalam menjatuhkan orang percaya:
- Metode Singa memangsa seekor banteng. Singa akan selalu mencari cara untuk memisahkan seekor banteng dari kawanannya, sehingga dia bisa memangsanya. Sebab jika banteng itu tetap bersama dengan kawanannya maka mereka akan kuat dan susah untuk diterkam. Satu demi satu akan digiring ke luar dari kawanan sampai bisa diterkam. Demikian juga dengan para alumni, Iblis akan terus bekerja untuk memisahkan kita dari kawanan rekan-rekan seiman. Kesibukan-kesibukan dan cara-cara lihai yang lain akan dipakai sampai kita terpisah dari kumpulan saudara-saudara seiman. Setelah itu maka kita akan mudah diterkamnya, dan semakin jauh dari Tuhan.
- Metode Ular Piton melilit mangsa. Ular akan merayap diam-diam, dan seketika akan melilit binatang buruannya. Mangsa secara perlahan-lahan akan lemas dan tidak berdaya sehingga dia leluasa memangsanya. Demikian juga dalam perjalanan hidup kita. Iblis bisa menjatuhkan kita dalam dosa dan jauh dari Gtuhan dengan metoda ular piton ini. Lilitan-lilitan yang kita alami ini bisa berupa kebutuhan hidup, hutang, janji-janji yang tidak ditepati, daya saing dan percaya diri yang semakin menurun, dll yang semakin mendesak, menghimpit dan akhirnya kita tidak berdaya.
- Metode trenggiling berburu mangsanya semut. Trenggiling akan menjulurkan lidahnya yang manis, sehingga semut-semut akan pada berkumpul, akhirnya dia tinggal memakannya saja, demikian seterusnya sampai dia kenyang. Metoda inipun dipakai oleh Iblis untuk menjauhkan kita dari Tuhan dan dari pertemuan-pertemuan-pertemuan ibadah. Tawaran-tawaran dunia yang manis-manis seperti ini tentunya bisa menjadi petaka bagi anak-anak Tuhan yang tidak waspada. Jadi waspadalah.
Apa tanggungjawab setelah Alumni kepada Persekutuan dimana dia melayani sebelumnya?
Seorang yang pernah melayani di suatu wadah, tidak akan mungkin dengan mudah melupakannya. Sudah banyak peristiwa dan air mata yang tercurah di sana. Kita sudah pernah menorehkan goresan tinta dalam buku sejarah perjalanan pelayanan itu. Tentunya ini tidka akan mudah kita lupakan dan tidak bisa kita sangkal lagi ada bagian yang pernah kita buat disitu.
1 Samuel 12: 23 : Tidak berhenti mendoakan mereka (bahkan merasa berdosa jika tidak mendoakan mereka-mereka yang pernah dia layani, serta wadah dimana dia pernah melayani.
Kisah 20: 18-27 : Menjadi teladan. Menjadi contoh bagi mereka-mereka yang akan menyusul kita kelak. Ketika mereka mengetahui bahwa alumni-alumninya bisa tetap eksis di dalam Tuhan dan terus melayani, maka mereka akan terinspirasi dan termotivasi untuk melakukan hal serupa.
Bagaimana supaya semangat melayani itu terus menyala?Ada beberapa aktivitas yang tepat untuk mempertahankan panggilan itu setelah alumni:
- Ibrani 10:25; Jangan menjauhkan diri dari pertemuan ibadah. Saling menasihati dan giat melakukannya. Semakin kita giat beribadah, semakin susah iblis memisahkan kita dari kumpulan itu. Jika hari ini atau minggu ini kita jatuh dalam dosa, maka segeralah datang ke dalam pertemuan ibadah. Di sana kita minta ampun , di sana kita akan dikuatkan lagi, diteguhkan, sehingga hari-hari selanjutnya kita kuat di dalam menghadapi cobaan dan godaan.
- Saling memanaskan (metode Kayu bakar) supaya tetap terbakar. Kayu bakar bisa terbakar dan apinya besar sampai bisa memasak makanan adalah karena kayu itu dibakar dan dipanaskan kayu yang lain. Jika kita mengambil satu kayu dari kumpulan kayu itu maka sebebtar saya apinya akan mulai redup dan akhirnya menjadi padam. Ketika dia bersama kumpulan itu, maka dia akan dibakar dan dipanaskan oleh orang lain, demikian juga dia sebaliknya akan memanaskan dan membakar yang lain, sehingga terjadilah api yang besar. Begitu pentingnya saling memanaskan atau membakar ini, untuk mempertahankan setiap pribadi-pribadi tetap bercahaya dan menyala terus untuk melakukan panggilan Tuhan. Saling memanaskan ini bisa dalam bentuk saling mendoakan, saling mengingatkan, saling menasihati, bersama-sama beribadah, dan lain sebagainya.
- Roma 12:11: Tetap melayani. Ini cara paling efektif untuk mempertahankan iman kita dan menjaga supaya kita tetap dalam jalur dan panggilan semua. Ketika kita tetap melayani, sekaligus kita sudah terbentengi dari rupa-rupa tipu daya iblis.
- Lukas 12:35 : Pinggang tetap terikat dan pelita tetap menyala. Ini menunjukkan bahwa kita harus tetap sigap dan siap sedia kapanpun Tuhan pakai kita dan dimanapun Dia menginginkan kita.
- Ibrani 10: 35; Jangan melepaskan kepercayaan sebab besar upah yang menantinya. Setia dan tahan menderita di dalam mengikut Tuhan. Jangan mudah menjual iman hanya karena uang, jabatan atau posisi ataupun hawa nafsu. Tekunlah dalam mengikut Tuhan dan jangan gampang menyerah.
Ketika seseorang akhirnya lari dari Tuhan atau terangnya tidak bercahaya lagi, maka akan meimbulkan akibat-akibat bagi dirinya sendiri dan orang lain.
Kalau kita mengingat kisah Yunus dalam kitab Yunus, ketika dia lari dari panggilan Tuhan, maka ada kerugian-kerugian yang terjadi. Pertama kerugian mental. Dimana orang-orang sekapal dengan dia menjadi ketakutan ,histeris, dan menangis karena mereka merasa akan mati dalam badai itu. Kemudian kerugian material, sebab mereka berusaha memperingan muatan kapal dengan mebuang barang-barang bawaan mereka. Kemudian bagi Yunus sendiri dia dibuang kelaut dan ikan besar memakannya hingga 3 hari tinggal dalam kegelapan perut ikan itu. Pembangkangan Yunis itu berakibat buruk bagi banyak orang, bahkan pertobatan Niniwe tidak akan pernah terjadi.
Demikian juga dalam Ibrani 10:38 dikatakan bahwa jika kita mengundurkan dari Tuhan, dari pelayanan maka Tuhan tidak akan berkenan lagi. Bahkan kita tidak akan mendapat upah yang disiapkan untuk kita.
Jadi marilah kita tetap berjuang untuk terus melayani Tuhan, menjawab panggilannya sebagaimana kita ada, diprofesi manapun kita bekerja, di daerah manapun kita tinggal atau ditempatkan. Terus nyalakan pelita kita dengan Tetap membaca Firman , Tetap berdoa, Tetap bersekutu, dan Tetap melayani
Syalom, Tuhan memberkati.
Harles Lumbantobing
NB: Jangan lupa baca kumpulan arsip lainnya di atas....atau...
KLIK ARSIP untuk melihat tulisan lainnya
Daftar... ARSIP...