Rabu, 04 Januari 2012

Jalan menuju Pemimpin

(catatan perjalanan luar kota)

Lukas 22:25-26

Suatu hari saya berangkat ke luar kota, kurang lebih 17 jam perjalanan kami. Sampai di kota itu, kami mencari sebuah penginapan, dan akhirnya di dekat persimpangan kami menemukan sebuah hotel. Ketika mobil yang kami kendarai mau berhenti mendekat hotel itu, seorang pria paruh baya langsung berdiri dan memandu kami untuk parkir, kemudian dia menawarkan diri untuk membawa tas kami, sambil mengantarkan kami menuju resepsionis. Pakai celana puntung, dan jacket yang sudah agak pudar. Kemudian kami daftar, dia menceritakan kondisi beberapa kamar, dan dia mengantarkan kami ke kamar yang telah kami sepakati.

Pagi-pagi setelah bangun, aku melihat pria itu sudah di luar duduk-duduk menghadap jalan raya sambil merokok, minum kopi dan bercerita-cerita dengan seorang pegawai hotel itu. Akupun mendekati mereka dan ikut berbincang-bincang.

Yang pegawai langsung menawari saya duduk, dan dia mundur, sehingga saya duduk berdekatan dengan pria paruh baya tersebut. Banyak kami ceritakan, mulai dari pengalaman hidupnya yang gelap, sampai saat ini kehidupannya berubah. Dia berasal dari keluarga kaya dan keluarganya punya banyak usaha. Tetapi sejak SMA dia telah terjerumus dalam kehidupan gelap sampai kepada masuk keluar penjara. Mencuri, merampok, membunuh, mengambil ginjal orang dan dijual, dan banyak kejahatan lainnya. Sampai dia berkeluarga dan punya 3 orang anak masih begitu. Penjara-penjara besar di negeri ini sudah dilaluinya, sampai kepada penjara Nusa Kambangan. Banyak kami cerita. Dia seorang Muslim. Singkat cerita, dia baru saja berubah, Anaknya menjadi sumber pertobatannya, ketika dia terakhir dipenjara. Anak perempuannya berkata bahwa dia malu punya bapak seperti dia.

Lanjut cerita, beberapa minggu sebelumnya, ketika dia duduk-duduk di depan hotel dekat parkiran, ada mobil mewah mau bergerak masuk, dia melihatnya dan mulai memandu parkir mobil tersebut. Keluarlah seorang Bapak yang penampilannya seorang pengusaha. Lalu Pria ini menghampirinya dan menanyakan mau menginap di hotel itu atau tidak. Akhirnya mereka masuk dan menuju resepsionis. Bapak itu berkata bahwa dia bukan ingin menginap, tetapi mau melihat-lihat kamar dulu. Akhirnya pria ini dengan ramah mempersilahkan Bapak itu masuk, dan mengantarnya kesetiap kamar untuk dilihat. Satu demi satu dibuka, sampai lantai atas. Pria ini heran dan sampai kembali di bawah dia bertanya. “Pak saya heran sedari tadi bapak melihat semua kamar kita, tetapi satupun tidak ada bapak pilih, Bapak mau menginap atau apa?” tanyanya. Bapak ini menjawab. “Bukan, saya bukan mau menginap. Saya ini pemilik hotel berbintang di sini. Saya hanya heran, hotel ini dulunya sepi-sepi saja, tetapi terakhir ini mulai ramai dikunjungi tamu-tamu. Apa rahasia yang kalian terapkan?”.
“O……itu maksud kedatangan Bapak, mau cari tau rahasia hotel ini”. Kenalkan Pak, sambil mengulurkan tangannya untuk menyalam. “Bapak mau tahu rahasianya kan?. Rahasianya adalah saya”. Bapak inipun heran. “Apa maksud anda? Kok jadi kamu rahasianya?”
Pria inipun memanggil karyawan hotel ini dan berkata:’Coba kasih tau bapak ini saya siapa?. Karyawan itu berkata: “Bapak ini ini adalah Pimpinan hotel ini. Dia pemilik hotel ini.”
Bapak itu tidak percaya, menurut dia pria itu adalah tukang parkir dan pembantu di hotel itu. Pria inipun berkata : “Sudah bapak dengar kan? Saya adalah pemilik hotel ini. Dari awal datang saya sudah menjamu bapak sampai semua permintaan Bapak saya layani sendiri”. “Sayalah rahasianya”. Akhirnya setelah berterimakasih Bapak inipun pulanglah.

Ternyata Pria itu adalah pemilik hotel itu. Hotel itu salah satu dari banyak usaha yang dikelola orangtuanya. Setelah dari Penjara dia meminta kepada mamanya untuk diberikan satu, dan dia mau hotel itu dikelolanya. Berat orangtuanya memberikan, tetapi akhirnya diberikan juga.

Perbincangan kami pagi itu sangat menginspirasi saya. Saat ini sangat banyak pemimpin yang tidak bersikap sebagai pemimpin yang benar. Banyak pemimpin yang menempatkan dirinya setinggi mungkin, hingga para bawahannya tidak bisa menyentuh atau berbicara kepada dia. Banyak pemimpin yang membangun sebuah kerajaan yang membuatnya harus disembah dan ditakuti oleh para bawahanya.

Yesus pernah berkata, “barang siapa hendak menjadi yang terbesar harus menjadi yang terkecil dulu Lukas 22:26. Siapa yang mau jadi Pemimpin harus melayani. Inilah rahasia seorang pemimpin yang sebenarnya. Seorang kepala atau menager, atau direktur, belum tentu bisa jadi pemimpin. Antara direktur dan pemimpin ada perbedaan yang jauh. Tidak semua jabatan-jabatan atas sukses dan bisa menjadi pemimpin. Pemimpin adalah orang yang mau melayani. Pemimpin adalah orang yang dihormati dan ditaati para bawahannya, bukan ditakuti. Pemimpin adalah orang yang mau menerima masukan dari bawahannya, dan pemimpin adalah orang yang membawa mereka-mereka yang dipimpin kepada kemerdekaan dan kesejahteraan.

Pola pemimpin saat ini yang kita jumpai sangat beragam, dari diktator sampai kepada pemeras keringat bawahannya tanpa perduli kondisi bawahannya, yang penting dia makmur dan kaya. Mereka ingin ditakuti, sehingga jelas saja banyak karyawannya yang bekerja dibawah ketakutan, bukan ketulusan. Sudah bisa kita bayangkan kualitas kerja seorang yang dibawah ketakutan dengan seorang yang bekerja dibawah sukacita dan ketulusan.

Nah saudara-saudara, sebelum anda jadi pemimpin, mari bekerja dan berkarya sebagai bawahan yang taat dan sungguh-sungguh, dan jika sudah tiba saatnya jadi pemimpin, memimpinlah dengan model Tuhan kita Yesus Kristus yang memimpin dengan melayani. Dia tidak menggunakan posisinya untuk semena-mena kepada yang dipimpinnya, tetapi melayani mereka dengan tulus. Hasilnya bisa kita lihat, keselamatan dan kemenangan bagi setiap pengikutNya, dan yang paling besar kita lihat banyak para pengikutNya yang akhirnya rela mati martir demi Yesus. Berbeda dengan seorang pemimpin yang tidak benar, yang semena-mena, dan menaburkan ketakutan kepada bawahannya, dan membuat jarak yang sangat jauh dengan bawahannya, Bisa kita katakan tidak akan ada satu orangpun bawahannya yang rela mati untuk dia.

Jadi… saudara, sudah siap jadi pemimpin? Mari belajar dari Yesus.

Syalom,

Harles lumbantobing.

KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya  
Daftar... ARSIP...

1 komentar:

  1. Seandainya saya memiliki kesempatan menjadi peminpin... Mampukah saya seperti sang manajer hotel itu...
    Sepertinya untuk mampu seperti itu, kita harus mempersiapkan hati kita terlebih dahulu, ya sama seperti Yesus sebelum melakukan misinya... maka Dia pun harus melalui tantangan dan ujian terlebih dahulu.
    Yuk.. belajar untuk mampu...
    Thanks, tulisannya bagus.

    BalasHapus

Silahkan berikan komentar anda yang baik, sopan dan bahasa yang mudah dimengerti. terimakasih