Senin, 17 Agustus 2015

Perenungan untuk Periodisasi



Artikel SUARA GKPI EDISI JUNI 2015 Hal. 45-48

Perenungan untuk Periodisasi
Pemilihan Anggota  Majelis Jemaat GKPI 2015-2020
Oleh: Harles Lumbantobing

Bulan Mei 2015 ini di gereja kita GKPI di adakan periodisasi majelis gereja (Sekretaris, Bendahara dan seksi-seksi) periode 2015-1020. Kita berterimakasih buat 5 tahun pelayanan mereka-mereka yang selama ini telah memberi diri untuk melayani jemaat. Tentunya kita harus menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Hanya Yesuslah yang sempurna. Namun setiap kita yang percaya kepada Kristus harus meneladaniNya, dan berusaha untuk sempurna menuju kesempurnaan yang Yesus miliki. Sehingga setiap pelayanan yang baik yang dilakukan periode yang lalu harus dipertahankan bahkan ditingkatkan oleh Pengurus di periode selanjutnya, dan setiap kekurangan atau kelemahan diperiode yang lalu harus diperbaiki untuk kemajuan pelayanan 5 tahun kedepan.

GKPI tetap konsisten berjuang untuk pemberitaan Injil dan melayani  jemaat untuk membawa jemaat kepada VISI dan MISI yang telah Tuhan tanamkan kepada GKPI, sehingga Tema GKPI “Tuhan itu baik kepada semua orang” bisa terwujud  dimana setiap orang yang dilayani merasakan bahwa Tuhan itu baik.

Dengan demikian GKPI terus meningkatkan pelayanan dengan meminta hikmat kepada Tuhan supaya Tuhan menunjukkan dan memunculkan orang-orang yang mau dan siap dipakai oleh Tuhan melayani di ladangnya, yang memiliki karunia-karunia yang dipersembahkan dengan penuh tanggungjawab, dikerjakan dengan maksimal dan profesional di bidang masing-masing dan tentunya harus takut akan Tuhan.

Persyaratan utama dalam pemilihan dan  Anggota Majelis Jemaat (Sekretaris, Bendahara, dan seksi-seksi yang berlaku di GKPI sesuai yang tercantum dalam Pasal 18 adalah “Memperlihatkan keteladanan di tengah keluarga, jemaat, dan masyarakat”. Ayat yang digunakan sebagai dasar adalah  1 Timotius 3:1-10 dan Titus 1:5-9. GKPI mencantumkan persyaratan ini sebagai sesuatu yang sangat penting, mengingat tugas dan pelayanan yang akan mereka kerjakan memiliki tanggungjawab yang besar, dan menyangkut keselamatan jiwa jemaat yang dilayani serta masyarakat. Secara luas persyaratan keteladanan ini tidak berdiri sendiri, tetapi mengacu kepada banyak ayat dalam Alkitab sebagai dasar seseorang untuk melayani Tuhan. Paling tidak harus menyakini dan memaknai Efesus 2:8-10 bahwa dia telah diselamatkan oleh karena anugrah, dan dipersiapkan untuk pekerjaan baik. Memegang teguh Matius 28:19-20  sebagai seseorang  yang telah ditebus dosanya dan dikaruniakan keselamatan itu.

Dalam 1 Timotius 3 ayat 1 dimulai dengan perkataan: "Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah." Dalam bahasa Batak Toba, “pekerjaan yang indah” diterjemahkan dengan Ulaon nadenggan”, Dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan “good work” yang artinya pekerjaan baik.
Pekerjaan baik atau good work atau Ulaon nadenggan ini jugalah yang disampaikan Rasul Paulus di jemaat Efesus dalam Efesus 2:10 yang mengatakan: “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya”
Pekerjaan baik apa yang dikatakan dipersiapkan Allah sebelumnya bagi orang yang percaya kepadaNya? Dalam Efesus 3 dijelaskan Paulus bahwa pekerjaan baik itu adalah Pemberitaan Injil. Paulus mengatakan bahwa Keselamatan (INJIL) itu sekarang juga telah tersedia bagi orang-orang bukan Jahudi, sehingga mereka telah dapat turut serta menjadi ahli waris kerajaan sorga. Karena berita itulah kata Paulus bahwa dia menurut kasih karunia Allah telah menjadi pelayanNya, dimana tugas dia adalah untuk memberitakan kabar baik itu, supaya setiap orang yang percaya kepada berita INJIL itu turut menjadi ahli waris kerajaan sorga.

Pemberitaan Injil tidaklah dimaknai dengan sempit, dimana banyak orang berpikiran bahwa Memberitakan Injil adalah hanya dengan cara pelayanan mimbar yang artinya secara verbal (dengan kata-kata) menyampaikan firman Tuhan kepada jemaat. Namun di dalam Alkitab banyak disampaikan pemberitaan injil itu bukan sekedar kata-kata, namun setiap ucapan, sikap dan tindakan kita adalah senantiasa pemberitaan injil kepada setiap orang yang mendengar dan melihatnya. Jadi bukan saja kepada yang mendengar, tetapi juga bagi setiap yang melihat kita. Artinya tindakan kita juga menunjukkan iman atau kepercayaan kita. Dalam Yakobus 2:26 dikatakan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati. Firman Tuhan yang disampaikan secara verbal tanpa dilandasi perbuatan juga adalah mati, tidak berkekuatan mengubah apa-apa, apalagi membawa orang-orang  kepada pertobatan atau kebenaran. Hal ini bisa kita fahami dari surat Paulus dalam II Korintus 3:2-3  Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang. Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia”. Dalam ayat ini Paulus mengatakan bahwa orang-orang  percaya itu adalah surat-surat Kristus yang setiap saat bisa dibaca orang lain. Apa yang dibaca oleh orang lain dari sikap dan tindakan kita mencerminkan siapa kita dan siapa yang kita percayai sebenarnya. Itulah sebabnya banyak orang yang gugur  imannya, yang tersandung kehidupannya, yang menolak Firman Tuhan yang diberitakan, yang menepis bahkan mengabaikan nasehat yang disampaikan apabila sebagai surat-surat Kristus dia (sipemberita/sipenasihat) itu terbaca orang lain atau jemaat tidak hidup sesuai dengan apa yang diucapkan atau disampaikan.

Apa-apa sajakah yang bisa dikategorikan sebagai pelayanan pemberitaan Injil?
Dalam 1 Korintus 12 banyak diajarkan Rasul Paulus tentang “Kesatuan Tubuh”. Paulus menganalogikan setiap jabatan, posisi, ataupun status dalam tubuh Kristus (gereja) itu sebagai anggota-anggota tubuh manusia. Rasul Paulus mau mengatakan bahwa untuk mencapai suatu tujuan (pekerjaan baik) tidak semua orang dijadikan Tuhan sebagai nabi, atau pengajar, atau rasul dan sebagainya sebagaimana tubuh manusia tidak semuanya tangan atau mata atau kaki. Namun untuk mengambil segelas air minum ketika seseorang haus membutuhkan kaki untuk melangkah, mata untuk melihat arah dan gelas yang akan diangkat, dan tangan untuk mengangkat dan memasukkan air ke dalam mulut. Bahkan semua anggota tubuh kita bekerja hanya untuk mengambil segelas air dengan tujuan menghilangkan rasa haus. Demikian juga di dalam kehidupan berjemaat dalam tujuan Pemberitaan Injil (Pekerjaan baik) tersebut. Dalam menyatakan Visi Allah bagi dunia (KESELAMATAN) maka semua anggota tubuh Kristus harus berperan sebagaimana fungsinya. Berikut beberapa cara seseorang untuk melayani Tuhan sesuai dengan karunia yang diberikan kepadanya, dan hal ini SANGAT PERLU kita fahami, perhatikan dan lakukan:

  1. Melayani secara Verbal, yaitu aktif didalam pelayanan pemberitaan Firman Tuhan sebagai pembicara mimbar atau pengajar. Mereka mengerjakan karunia yang diterima dari Tuhan ini dengan sungguh-sungguh dan di dalam kebenaran.
  2. Melayani sebagai inspirator yang dapat melahirkan buah pikiran, saran-saran dan ide-ide yang baik dan bersifat membangun.
  3. Melayani dengan daya dan tenaga; yaitu seseorang yang dalam setiap perjalanan kegiatan pelayanan pemberitaan injil bersedia memberikan tanaga dan kekuatan yang ada padanya sebagai karunia dalam mensukseskan  sebuah pemberitaan injil. Apakah dia sebagai pengangkut barang, memanjat sesuatu ketika dibutuhkan, berjalan sejauh mungkin jika diperlukan untuk mengantar atau menjemput sesuatu untuk keperluan pemberitaan Injil, membentang atau menggelar tikar ataupun menyusun kursi dalam sebuah ibadah, dan lain sebagainya untuk pelayanan yang membutuhkan tenaga.
  4.  Melayani dengan Inteligensia atau pengetahuan yang dimiliki; Artinya seseorang bisa melayani Tuhan dalam rangka melancarkan pemberitaan Injil dengan melalui karunia kepintaran akademis, skill, ataupun talenta yang dia miliki. Seperti pengelola keuangan atau Bendahara jemaat, manager (pengelola) sebuah acara ibadah, pembawa acara (MC), pemusik, operator sound system, operator slide proyektor, supir bus pelayanan, ahli listrik gereja, penata ruangan dan keindahan altar dan taman gereja, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan skill, pengetahuan dan kepintaran.
  5. Melayani dengan dana atau materi; Artinya seseorang juga dapat melayani bahkan mensukseskan sebuah pelayanan pemberitaan Injil dengan memberikan berkat materi yang dia terima dari Tuhan. Ada banyak pelayanan besar yang  berhasil bahkan menjangkau sampai ke tempat-tempat yang sebelumnya tidak terjangkau dengan adanya orang-orang yang senantiasa turut memberitakan Injil lewat berkat materi yang dia terima atau dipercayakan Tuhan kepadanya.
  6. Melayani dengan DOA. Kita tahu bahwa doa itu sangat besar kuasanya. Dalam Yakobus 5: 16 dikatakan “doa orang yang benar jika  jika dengan yakin didoakan sangat besar kuasanya”. Pelayanan  apapun tidak akan bisa berjalan dengan baik jika tidak didoakan dengan iman kepada Tuhan. Untuk itu pelayanan sebagai pendoa itu di dalam jemaat sangatlah penting sebagai pendukung, penyokong, pelayanan pemberitaan Injil ditengah-tengah Jemaat. Pelayanan ini memang tidak terlihat, tersembunyi, tidak diketahui orang, tetapi Tuhan melihat dan mengetahuinya. Pelayanan sebagai pendoa ini merupakan kekuatan setiap Jemaat (gereja) supaya gereja itu tetap bisa berdiri teguh di jalan yang benar dalam tugas dan pelayanannya.
  7. Melayani dengan tubuh hidup; Artinya kehadiran dan keikut-sertaan seseorang dalam sebuah kegiatan pemberitaan Injil baik itu Ibadah, penginjilan ke lapangan, kunjungan sosial jemaat, berbagai acara-acara atau kegiatan digereja, akan turut berperan dalam mensukseskan sebuah acara dalam tujuan Pemberitaan Injil. Meskipun dia tidak bisa melayani seperti orang-orang pada point 1-6 di atas, namun kehadirannya memberikan semangat, inspirasi, motivasi bagi yang lain. Kita bisa melihat bahwa selalu saja ada orang-orang tertentu yang semangat rohaninya bisa bangkit jika melihat seseorang (si A) ada ditengah-tengah mereka, dan jika si A tersebut itu tidak ada dia merasa kecarian atau kehilangan. Meskipun si A ini tidak bicara, hanya duduk saja, dengar-dengar dan melihat-lihat saja. Kehadiran si A ini menginspirasi, menyemangati setiap komponen yang hadir dalam sebuah ibadah atau aktifitas pemberitaan Injil. Bahkan kelangsungan sebuah program atau acara bisa terhambat tanpa kehadiran orang-orang yang bisa melayani dengan tubuh hidup ini.


Dari apa yang disampaikan diatas bahwa apapun yang dilakukan atau diberikan seseorang sebagai karunia di dalam sebuah pelayanannya adalah hanya untuk satu tujuan  yaitu PEMBERITAAN INJIL.  Karena sia-sialah dia berkata-kata, berbuat dengan tenaga, memberi materi yang dia punya, turut menghadiri dan meramaikan sebuah ibadah, kalau ternyata itu bukan untuk melayani Tuhan dalam rangka pemberitaan Injil. Ternyata semua orang percaya bisa melayani. Sehingga tidak ada alasan mengatakan bahwa saya tidak bisa ini itu, sehingga tidak mau terlibat dalam pelayanan.

Karena itu, menyangkut pemilihan Anggota  Majelis Jemaat yang akan diadakan di GKPI, marilah kita melihat bahwa setiap orang jemaat GKPI ternyata bisa melayani di GKPI. Tidak semua harus penatua, tidak semua harus BPHJ, tidak semua harus ketua seksi, namun sebagai jemaat pun bisa turut ambil bagian dalam proses Pemberitaan Injil.

Namun dikatakan persyaratan utama dalam pemilihan Anggota Mejelis Gereja berdasarkan I Timotius 3:1-10, Titus 1:5-10 bahwa haruslah dianya seorang yang Memperlihatkan keteladanan di tengah keluarga, jemaat, dan masyarakat. Mengapa? Karena apa yang akan dikerjakannya adalah Pekerjaan Baik seperti yang dijelaskan diatas. Kalau mengacu kepada ayat-ayat dalam kedua kitab ini jelas bagi kita bahwa seseorang yang akan turut serta dalam pelayanan ini adalah orang-orang yang telah terpanggil dan terpilih. Yaitu mereka-mereka yang karena iman kepercayaan kepada Kristus Yesus harus hidup sebagai teladan ditengah-tengah keluarganya. Sebab bagaimana dia bisa melayani, turut dalam pemberitaan Injil, menasihati orang lain, sebagaimana dalam kitab Titus 1:5-10 kalau di tengah-tengah keluarganya sendiri dia tidak bisa menjadi teladan. Bagaimana hatinya akan tulus melayani dan membangun orang lain jika di dalam keluarganya sendiri tidak bisa dia membangun dan kata-katanya tidak didengarkan karena dia tidak bisa menjadi teladan di keluarganya sendiri. Dia akan selalu tertuduh di saat akan melayani sehingga ini akan menjadi halangan baginya dalam melayani. Begitu juga keteladanan di dalam Jemaat. Bagaimana mungkin seseorang dipilih untuk melayani sebagai pengurus jemaat sementara di dalam kehidupan berjemaatnya dia tidak menjadi saksi yang baik. Tidak aktif dalam setiap kegiatan gereja, baik mengikuti kegiatan ibadah raya ataupun kebaktian sektor, kewajiban-kewajiban yang harus diberikan kepada gereja menyangkut persembahan (kolekte, persembahan bulanan, ucapan syukur dan lain sebagainya), kepanitiaan-kepanitiaan, kegiatan sosial gereja dan lain sebagainya.

Bagaimana dengan keteladanan di tengah-tengah masyarakat? Mungkin kita sering mendegar komentar orang-orang disekitar kita yang mengatakan “Percuma dia itu penatua, percuma dia itu pengurus gereja, aktif di gerja” percuma…percuma…dan seterusnya. Mereka sering melontarkan itu ketika di tengah masyarakat, lingkungan, kantor atau perkerjaan si pelayan tersebut hidupnya tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Mengapa? Karena sejak dia ikut ambil bagian dalam pelayanan sebagai pengurus (Anggota Majelis Jemaat) maka saat itu dia akan semakin menjadi pusat perhatian si Iblis. Iblis akan bekerja lebih keras lagi untuk membuat bagaimana supaya kesaksian hidup dia di masyarakat tidak baik dengan tujuan supaya Injil terhambat untuk diberitakan bahkan ditolak karena sikap dan tingkah laku dia dimasyarakat yang sangat buruk (tidak bisa diteladani). Sebab perbuatan kita akan lebih banyak berbicara di tengah-tengah masyarakat dari pada perkataan kita.

Perhatikan dalam II Korintus 3:2-3 di atas bahwa kita adalah surat-surat Kristus yang terbuka dan dapat dibaca oleh semua orang. Itulah sebabnya Berdasarkan Kitab I Timotius 3:1-10 dan Titus 1:5-9 tersebut GKPI mengintisarikan KETELADANAN  sebagai syarat utama dalam pemilihan Anggota Majelis Jemaat di semua gereja GKPI. Pekabaran Injil akan terhambat, Pertobatan seseorang bisa terhambat, Pelayanan akan terganggu dan terhambat pertumbuhannya jika seseorang pelayan jemaat itu tidak bisa menjadi teladan ditengah-tengah KELUARGA, JEMAAT,  dan MASYARAKAT. Sehingga dalam proses pemilihannya seluruh anggota jemaat gereja dalam hal ini Sidang Umum Jemaat perlu memperhatikan ini ketika akan melakukan pemilihan Anggota Majelis Jemaat tersebut.

Sebagai jemaat apa yang harus dilakukan dalam rangka proses pemilihan Anggota Mejelis Jemaat  yang akan datang?
Dalam proses pemilihan Anggota Majelis Jemaat, seluruh jemaat yang telah menjadi anggota sidi Gereja GKPI dan telah lepas sidi, wajib untuk turut serta  dan proaktif dalam proses pemilihan ini. Semua orang pasti menginginkan pemimpin atau pelayan yang terbaik, yang takut akan Tuhan, yang jujur dan bertanggungjawab dan bisa membawa jemaat kepada kemajuan secara rohani dan jasmani. Untuk itu ada beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai jemaat untuk mensukseskan proses pemilihan ini:

  1. Berdoa. Seluruh jemaat harus berdoa dengan sungguh-sungguh, baik secara pribadi, keluarga, kelompok-kelompok pelayanan seperti kelompok koor, sektor, dan lain sebagainya. Meminta kepada Tuhan supaya Tuhan memilih atau mengirimkan seseorang yang akan menjadi pelayanNya  untuk melayani jemaat di bidang yang pas sesuai dengan karunianya dan tentunya sesuai dengan kehendak Tuhan. Sering sekali jemaat tidak mengutamakan doa ini (tidak mengutamakan TUHAN) dalam proses ini. Padahal pelayanan ini adalah pelayanan untuk Tuhan. Seharusnyalah kita meminta kepada Tuhan supaya yang berkenan kepadaNya untuk dipakaiNya.
  2. Jangan cuek (tidak mau tau) bahkan harus Proaktif selama pra-pemilihan dalam hal mengetahui siapa-siapa bakal calon atau calon-calon yang akan dipilih sebagai Anggota Majelis Jemaat. Tujuannya supaya  bisa menggumulkan mereka dan mendoakan mereka kehadapan Tuhan sesuai dengan pengenalan mereka tersebut.
  3.  Tidak mengkampanyekan seseorang calon tertentu kepada yang lain supaya dipilih padahal dia tahu bahwa orang tersebut jauh dari persyaratan yang ditentukan GKPI seperti yang dijelaskan diatas. Terlebih jika dia tahu masih ada calon lain yang lebih  pas (berdasarkan kesaksian hidup, keteladanan sebagaimana dijelaskan di atas)  dibanding orang tersebut.
  4. Turut serta dalam pemilihan dan memilih dengan sportif terutama sesuai dengan gerakan Roh Kudus dalam hatinya saat menentukan pilihan. Banyak orang memilih bukan berdasarkan gerakan roh Kudus dan kebenaran sesuai dengan Firman Tuhan, tetapi cenderung melalui faktor hubungan sosial kekeluargaan, hubungan emosional,  faktor menguntungkan bagi dia secara pribadi atau tidak, bahkan ada sampai menyangkut unsur materi.
  5. Jemaat harus menerima dengan baik siapapun yang terpilih sebagai Anggota Mejelis Jemaat, Sebab mereka telah dipilih berdasarkan tatacara pemilihan yang berlaku di GKPI, dan jemaat harus mendukung pelayanan mereka dengan rasa tanggungjawab penuh sebagai jemaat pemilih. Secara iman Jemaat harus menerima mereka sebagai yang TUHAN pilih untuk melayaniNya di GerejaNya.

Mengapa jemaat dalam hal ini penting melakukan ini? Sebab siapa yang dipilih Sidang Umum Jemaat nantinya akan melayani 5 tahun kedepan, akan sebagai motor penggerak pelayanan kedepan. Segala kebijakan pelayanan yang mereka buat akan berdampak kepada pertumbuhan jemaat GKPI.  Visi GKPI yaitu “GKPI sebagai tubuh Kristus, yang memiliki kerohanian yang berkualitas, dan berperan memberitakan Kabar Baik bagi pembaharuan Gereja dan masyarakat Indonesia” tidak akan mungkin tercapai jika para pelayan-pelayan di dalam gereja ternyata tidak menghidupi visi tersebut. Demikian juga dengan Misi serta program strategis yang telah ditetapkan GKPI tidak akan tercapai jika ternyata orang-orang yang duduk dalam Majelis Gereja ternyata terpilih dengan tidak sepatutnya, atau sebaliknya apabila mereka-mereka yang terpilih itu tidak dirima dan didukung seluruh jemaat dengan baik.
Sehingga dari sini kita melihat bahwa peran serta jemaat dalam pra-pemilihan dan pasca-pemilihan Anggota Majelis Jemaat ini sangatlah penting.

Jadi marilah kita semua berdoa dengan sungguh-sungguh meminta kepada Tuhan untuk mengirim pekerjaNya di ladangNya yang sesuai dengan kehendakNya, dan juga turut berperan aktif dalam proses periodisasi Anggota Majelis Jemaat GKPI di gereja masing-masing sebagaimana fungsi kita masing-masing. Kiranya Tuhan kita Yesus Kristus Kepala Gereja menyertai kita semuanya.Syalom, Amin.

Harles Lumbantobing
Jemaat GKPI Sei Agul Medan.

1 komentar:

Silahkan berikan komentar anda yang baik, sopan dan bahasa yang mudah dimengerti. terimakasih