
Dalam
pelayanan di sebuah Gereja di sebuah desa dengan jumlah jemaat sekitar duapuluhan KK di minggu yang lalu,
ada sebuah pelajaran yang bisa saya petik dari sebuah kebiasaan sederhana yang kita alami/lihat sehari-hari.
Setelah ibadah di gereja selesai, kembali saya melayani selanjutnya dalam ibadah
keluarga (ibadah sektor) di rumah
jemaat. Karena jumlah jemaatnya yang
sedikit mereka hanya membagi sektor dalam satu sektor saja. Jadi rata-rata yang hadir
ibadah minggu di gereja hadir juga dalam ibadah sektor itu.
Setelah ibadah selesai, tuan rumah menghidangkan makan siang bersama. Yah wajar
saja sebagai ucapan syukur mereka atas ibadah di rumah mereka, mereka menjamu
tamu yang datang dengan makan siang dengan menu sesuai kemampuan mereka. Walau tidak ada patokan harus menghidangkan makan siang. Lagi pula setelah selesai ibadah memang sudah
waktunya makan siang.
Satu hal
yang menarik perhatian saya adalah porsi makan yang banyak-banyak. Semua bergembira
dengan makan yang lahap, seperti halnya juga semua bergembira atas makanan
Rohani (Firman Tuhan) yang mereka nikmati. Saya mengamati: sudah porsi yang banyak, tambah pula dengan banyak. Sejenak saya
berpikir Wow…? Namuan segera saya menyadari dan berbicara dalam hati “memang
begitulah seharusnya, mereka kan bekerja kuat di sawah/ladang dengan aktifitas
fisik yang banyak. Jadi untuk itu perlu
banyak asupan makanan untuk mendukung aktifitas fisik yang kuat bekerja itu”.
Di
perjalanan pulang saya merenungkan hal tersebut bahwa keadaan untuk tubuh
jasmani itu juga berlaku untuk tubuh rohani kita. Sehari kemudian istri saya
yang saya ajak pelayanan juga menyatakan demikian, “kuat-kuat ya mereka makan”.
Sebab memang sudah jarang kita lihat yang seperti itu. Di kota misalnya porsi
makan sedikit-sedikit baik Ibu-Ibu maupun bapak-bapak. Alasannya beragam, mulai
dari karena mengidap penyakit tertentu, diet, pandangan terhadap makan banyak
bisa menimbulkan banyak penyakit, menjaga harga diri supaya tidak dibilang rakus,
dll.
Saya
merenungkan bahwa semakin banyak aktifitas yang melibatkan pikiran dan kerohanian
kita maka sesungguhnya tubuh rohani kita akan semakin butuh banyak makanan (rohani),
supaya tetap kuat, tidak sakit dan kecukupan
nutrisinya terpenuhi, bila perlu tambah dan tambah sampai kenyang. Makanan
jasmani sifatnya jasmani, makanan rohani sifatnya rohani. Untuk tetap kuat, bertumbuh dan bertenaga jasmani kita perlu
makanan jasmani, dan untuk terus hidup dia perlu oksigen untuk bernafas. Makanan rohani kita adalah Firman Tuhan untuk
memberikan kita pertumbuhan, kekuatan dan daya menghadapai semua peperangan dan pergumulan
rohani. Sekaligus untuk kita bagikan kepada orang lain. Untuk tetap hidup kerohanian kita harus bernafas dan nafas kehidupannya
adalah Doa (hubungan pribadi/komunikasi) yang tiada putusnya.
Di sinilah
letak permasalahan yang sering dialami banyak manusia pada umumnya. Sering
sekali kita mengabaikan pentingnya makanan (rohani) yang tercukupi untuk kerohanian
kita. Kecenderungan manusia pada masa ini adalah hanya memikirkan kebutuhan
jasmani dan mengabaikan kebutuhan rohani. Ada banyak manusia saat ini tidak sadar bahwa di dalam dirinya ada dua
kebutuhan yang harus dicukupi. Ada dua
tubuh sebenarnya yang menyatu sebagai satu kesatuan di dalam diri seseorang.
Kedua tubuh ini harus dijaga dan dirawat dengan baik dan diseimbangkan, dan
kebutuhannya dicukupi dengan baik. Tuhan menciptakannya demikian. Jadi tidak
hanya untuk jasmani saja kita perlu KUAT MAKAN (dan cari makan), tetapi juga untuk kerohanian
kita perlu KUAT MAKAN (dan cari makanan rohani).
Dalam kenyataannya segala sesuatu peristiwa dan keadaan yang dialami
manusia apakah itu kondisi baik atau
kondisi buruk, sifat baik atau sifat jahat bukanlah disebabkan oleh faktor kebutuhan
jasmani. Walau pada umumnya manusia
memandangnya hanya karena faktor kebutuhan
atau keperluan jasmani. Tetapi sesungguhnya
keadaan itu dipicu atau ditentukan oleh kondisi kerohanian seseorang.
Kelaparan rohani akan memunculkan
penyakit-penyakit rohani. Penyakit-penyakit rohani ini akan mendorong
dan menginspirasi tubuh jasmani untuk bertindak sesuai dengan keinginan jasmani
(duniawi) dengan tidak terkendali. Sehingga tubuh jasmani dikendalikan dan
diarahkan oleh tubuh jasmani. Tubuh Rohani menjadi tali kekang terhadap tubuh jasmani. Dalam Matius 6:31-33 Tuhan berkata: “Sebab
itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang
akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa
yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu
memerlukan semuanya itu. “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan
kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Artinya bagaimana
kita mengutamakan yang rohani daripada yang jasmani. Mengutamakan Tuhan daripada semua pemberian dan berkat Tuhan
yang diperlukan jasmani.
Dalam Yohanes 6: 26-27 Firman Tuhan: Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu
mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu
telah makan roti itu dan kamu kenyang.Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan
dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang
kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan
oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya."
Firman ini mau mengatakan bahwa kecenderungan manusia adalah
memikirkan (mengutamakan) yang jasmani melebihi yang rohani yang akan membawa mereka
kepada kebinasaan. Sementara makanan rohani (yang
bertahan sampai kehidupan yang kekal) akan membawa kepada kehidupan yang
kekal.
Contoh sederhana bisa kita lihat dalam kenyataan yang pernah
terjadi bahwa dalam sebuah perkumpulan/pesta dimana akan diadakan jamuan makan,
ketika seseorang tidak mendapat makan apakah karena kurang, atau karena tidak
diberikan kepada dia, maka dia bisa marah-marah, bisa terjadi perpecahan,
bahkan sampai bunuh-bunuhan. Itu
penyebabnya bukan sekedar karena kelaparan jasmani tetapi karena kelaparan rohani. Seandainya kerohaniannya
kenyang (baik kondisi rohaninya) maka meskipun
dia tidak dapat makanan jasmani dia pasti bisa tenang,sabar dan menahan diri dan mencari alternatif lain
untuk makan. Yesus pernah perkata melawan Iblis dalam Matius 4:4 “Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis:
Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari
mulut Allah." Karena ada kata 'saja" dan 'tetapi' Kalau kita balik untuk mempermudah pemahaman menjadi demikian:
“Manusia hidup dari setiap firman yang
keluar dari mulut Allah bukan dari roti saja”. Artinya bahwa Makanan Rohani
(Firman) adalah yang utama.
Benar bahwa sebagaimana untuk tubuh jasmani ada makanan sehat dan ada makan tidak sehat maka untuk tubuh rohani juga demikian ada makanan rohani yang sehat ada juga makanan rohani yang tidak sehat. Makanan rohani yang sehat akan membawa kita semakin dekat kepada Tuhan, dan buah dari pada itu adalah buah Roh (Galatia 5:22-23: Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu) yang akan ditunjukkan dan dibuktikan oleh tubuh jasmani kita juga. Sebaliknya makanan rohani yang tidak sehat akan membawa kita semakin jauh dari Tuhan bahkan menjadi seteru Tuhan dimana tubuh jasmani kita juga akan mengikutinya dan membuktikannya sebagai anti dari buah Roh sebagaimana dalam Galatia 5:22-23 tersebut di atas.
Sebagaimana jemaat butuh makanan rohani yang cukup, demikian juga
setiap yang melayani jemaat itu membutuhkan makanan rohani yang jauh lebih besar pula, sebab dia bukan
hanya perlu makan rohani untuk dirinya sendiri tetapi juga dia harus membagikan
makanan rohani itu kepada yang membutuhkan. Apa yang akan dia bagi jikalau dia
sendiri kekurangan/kelaparan?
Jadi perlulah juga bijak dan berhikmat untuk memilih jenis makanan yang
akan kita makan, baik makanan jasmani maupun makanan rohani. Aktifitas fisik
yang banyak membutuhkan nutrisi yang banyak dari makanan, dan aktifitas roh (rohani)
yang banyak membutuhkan nutrisi rohani yang banyak dari makanan rohani. Tetapi ingat sebagaimana tubuh jasmani kita
tidak boleh lupa/berhenti untuk bernafas (Mengirup Oksigen) demikian juga tubuh rohani kita
jangan sampai lupa untuk bernafas (berdoa).
Jadi MARI MAKAN jangan sampai lapar…..
Ev. Harles Lumbantobing
KLIK ARSIP untuk melihat tulisan lainnya
Daftar... ARSIP...