Minggu, 28 Februari 2021

ALLAH MEMPERHITUNGKAN IMAN ORANG PERCAYA

 MINGGU REMINISCERE, 28 Februari 2021

Tema: ALLAH MEMPERHITUNGKAN IMAN ORANG PERCAYA

 

Ev:Roma 4:18-25

Ep: Mazmur 22:23-27

 

Roma 4:18-25 (TB)

4:18 Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu."

4:19 Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup.

4:20 Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah,

4:21 dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.

4:22 Karena itu hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.

4:23 Kata-kata ini, yaitu "hal ini diperhitungkan kepadanya," tidak ditulis untuk Abraham saja,

4:24 tetapi ditulis juga untuk kita; sebab kepada kita pun Allah memperhitungkannya, karena kita percaya kepada Dia, yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati,

4:25 yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita.

-----------------------------

Shalom, selamat hari minggu saudaraku yang terkasih dalam Kristus Yesus.  Selamat beribadah dan selamat merenungan Firman Tuhan. Sukacita rasanya masih bisa berbagi renungan dengan saudara-saudariku semua dimanapun berada saat ini. Tidak ada yang lepas dari kendali dan pengawasan Tuhan. Semua yang terjadi di dalam hidup kita ada dalam kuasa Tuhan.  Karena itu betapa harus berimannya kita kepadaNya dan menaruh kepercayaan yang penuh bahwa Dia Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita. Sebab tidak ada di bumi ini atau di angkasa sekalipun kuasa atau tuhan lain yang olehnya kita bisa diselamatkan dan memperoleh jaminan keselamatan.

            Dia TUHAN memberikan kita jaminan keselamatan, jaminan jawaban doa, jaminan kemenangan mengalahkan segala pencobaan dan kuasa si Iblis,  Jaminan pembimbingan menjalani hidup ini,  dan jaminan pengampunan atas dosa-dosa kita. Tidak ada tuhan yang demikian yang olehnya kita bisa tenang dan damai dalam menjalani segala badai hidup. Beriman kepada Tuhan yang menjamin ini adalah hal yang paling penting dalam kehidupan kita.

            Dalam ibadah minggu hari ini, Firman Tuhan berbicara kepada kita melalui kitab Roma 4:18-25, dengan mengambil tema: ALLAH MEMPERHITUNGKAN IMAN ORANG PERCAYA, yang mengajak kita semua untuk tidak ragu akan Tuhan dan penyertaanNya, tidak ragu atas janjiNya sekalipun sepertinya susah untuk kita fahami dan cerna semua  jalan dan rancanganNya. Sebagaimana Abraham, yang walaupun Firman dan Janji Tuhan kepadaNya adalah sesuatu yang tidak masuk akal, bahkan Sara istrinya tertawa ketika mendengar bahwa dia akan punya anak, namun Abraham tetap taat untuk setia kepada Allah dan janjiNya, dan juga taat untuk melaksanakannya.

            Pernah suatu peristiwa Abraham disuruh Tuhan untuk mempersembahkan anak satu-satunya Ishak  yang merupakan anak perjanjian, yang olehnya keturunan Abraham akan menjadi tidak terbilang banyaknya. Abraham taat untuk melakukannya meskipun jika ini terjadi maka janji Allah tentang keturunannya  ini tidak akan tergenapi lagi karena Ishak akan mati.  Tetapi Fakta Alkitab menyebutkan bahwa Abraham taat untuk melakukan perintah yang sangat berat ini, bahkan sepertinya bahwa Tuhan sudah melanggar Janji Tuhan sendiri terhadap Abraham.

Namun Alkitab menyaksikan dalam Nas Firman hari ini bahwa kalau Abraham percaya dan beriman Bahwa Tuhan akan melaksanakan apa yang difirmankanNya yaitu menjadikan Sara hamil dan memiliki keturunan dari Abraham, maka Abraham juga yakin bahwa Tuhah juga akan melaksanakan FirmanNya untuk memberikan keturunan baginya meskipun Ishak diambil lagi dari padanya lewat pengorbanan itu. Terhadap hal ini juga iman Abraham tidak sedikitpun goyah meskipun  berat ujian yang dia hadapi ini. Hal ini jelas sekali disaksikan Alkitab dalam  Ibrani 11:17-19 yang berkata:”Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal walaupun kepadanya telah dikatakan: "Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu”. Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali”. Luar biasa iman yang ada pada Abraham, sejak itu Abraham menjadi Bapa segala orang percaya/beriman. Keyakinan dan kepercayaan Abraham ini benar-benar kokoh kepada Tuhan. Karena itu dalam Nas Firman hari ini Tuhan memperhitungkannya sebagai kebenaran.

Apa yang bisa kita ambil makna dari Iman Abraham ini? Saudaraku, Kalau Abraham beriman kepada Tuhan akan janji tentang tanah perjanjian, keturunan yang tak terbilang, Keturunan yang menjadi berkat bagi semua bangsa,  dan dia setia mengimaninya maka tentunya Firman Tuhan hari ini juga mendorong dan memotivasi kita untuk juga  turut memiliki iman seperti yang Abraham miliki. Tentunya  apa yang Abraham imani berbeda dengan yang kita imani saat ini. Kita yang sekarang juga harus beriman kepada Tuhan tentang karya Allah yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, yang nyawanya diserahkan untuk menyelamatkan kita dari upah dosa yaitu maut lewat pengorbanan Yesus di kayu salib.  Kita juga harus beriman akan janji  kedatangan Yesus yang kedua kali sebagai Raja yang akan menjadikan kita semua (Gereja) menjadi pengantin wanitaNya dan Yesus sebagai pengantin prianya.

Iman yang kita miliki ini haruslah hidup dan berkehidupan di dalam hidup kita, serta kita taat melaksanakan apa yang kita imani itu. Alkitab menyatakan atau menuliskan  begitu banyak janji-janji Tuhan kepada orang-orang percaya. Ketaatan kita akan FirmanNya dan melaksanakannya akan menjadi sesuatu hal yang diperhitungkan Allah. Namun saudara sebagai catatan untuk kita renungkan bahwa sampainya Allah kepada suatu kesimpulan untuk memperhitungkan iman Abraham sebagai suatu kebenaran adalah ketika Abraham sudah sampai kepada level ekstrim pembuktian imannya, yaitu mempercayai  dan melakukan sesuatu yang tidak mungkin bahkan mustahil dalam kemanuasian. Melaksanakan sesuatu yang sangat berat bahkan yang sudah melawan  kewajaran atau kenormalan. Artinya tingkat-tingkat atau level pengujian iman Abraham  yang ekstrim.

Demikian juga sesungguhnya dalam masalah perjalanan iman kita. Jika kita bandingkan dengan Abraham, tentunya Tuhan juga menginginkan kita  untuk setia beriman sampai ke level-level ekstrim. Kalau hanya setia beribadah saat gereja aman damai, tidak ada yang menghalangi, semua cukup, dan semua baik tentunya siapa saja bisa. Tapi kalau kita beribadah dibawah ancaman perang atau kematian atau intimidasi itu adalah sesuatu yang ekstrim. Kalau kita beriman bahwa Tuhan mengkehendai kita berdoa dan berkomunikasi denganNya, lalu kita berdoa menyampaikan  permohonan untuk diri kita adalah biasa, siapapun melakukannya, tetapi kalau kita berdoa supaya orang yang mencelakakan kita, menganiaya kita Tuhan berkati dan ampuni dosanya adalah sesuatu yang ekstrim.  Kalau kita beriman bahwa Tuhan akan melepaskan kita dari marabahaya adalah hal yang biasa. Tetapi kalau kita tetap beriman meskipun Tuhan tidak melepaskan kita dari marabahaya  maka itu adalah iman yang ekstrim. Untuk iman orang percaya seperti inilah Allah memperhitungkannya sebagai suatu kebenaran.

Inilah renungan bagi kita dalam ibadah minggu ini bagaimana supaya kita yang percaya kepadaNya  benar-benar  teguh beriman meskipun sepertinya berat untuk menjalaninya, meskipun berat tantangannya, meskipun susah untuk diterima akal dan pikiran manusia. Sebab bagi Tuhan tidak ada yang mustahil. Apakah iman saudara saat ini tidak bertumbuh? Ataukan iman saudara saat ini jalan ditempat? Atau malah mundur?. Saudara mari kembali ke jalan atau rel yang seharusnya menjadi rel bagi kita yang sudah Tuhan tentukan. Imani dan percayalah bahwa rancangan Tuhan tidak pernah gagal, dan janji Tuhan tidak akan pernah diingkariNya. Jika saat ini sepertinya apa yang kita yakini dan yang kita gumulkan seakan susah bahkan mustahil terlaksana, maka sebagaimana  Abraham punya keyakinan bahwa Allah sanggup menepati dan melaksanakan FirmanNya demikian juga kita punya iman dan keyakinan seperti itu.  Iman Abraham: Jika Allah sanggup memberikan Ishak bagi Abraham dan Sara, Lalu Allah berniat mengambilnya kembali, maka Allah yang sama juga pasti sanggup memberikannya bahkan menghidupkannya kembali. Bagaimana dengan iman kita?

Pegang teguh Firman Allah, Selamat beriman, selamat taat di dalam menjalani yang kita imani,  dan selamat hari minggu.

 

Shalom,

 

Ev.Harles Lumbatobing.

Baca juga topik yang menyinggung tentang Abraham ini dalam link berikut ini:  http://hartob.blogspot.com/2020/07/renungan-ibadah-minggu-5-juli-2020.html

 

KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya  di Daftar... ARSIP..

 

Sabtu, 20 Februari 2021

JANJI DAN KUASA ALLAH

 

IBADAH MINGGU INVOKAVIT 21 Februari 2021

Tema:

JANJI DAN KUASA ALLAH

 

Ev: Kejadian 9:8-17

Ep : 1 Petrus 3:18-22

 

Kejadian 9:8-17 (TB)

 

9:8 Berfirmanlah Allah kepada Nuh dan kepada anak-anaknya yang bersama-sama dengan dia:

9:9 "Sesungguhnya Aku mengadakan perjanjian-Ku dengan kamu dan dengan keturunanmu,

9:10 dan dengan segala makhluk hidup yang bersama-sama dengan kamu: burung-burung, ternak dan binatang-binatang liar di bumi yang bersama-sama dengan kamu, segala yang keluar dari bahtera itu, segala binatang di bumi.

9:11 Maka Kuadakan perjanjian-Ku dengan kamu, bahwa sejak ini tidak ada yang hidup yang akan dilenyapkan oleh air bah lagi, dan tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi."

9:12 Dan Allah berfirman: "Inilah tanda perjanjian yang Kuadakan antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup, yang bersama-sama dengan kamu, turun-temurun, untuk selama-lamanya:

9:13 Busur-Ku Kutaruh di awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi.

9:14 Apabila kemudian Kudatangkan awan di atas bumi dan busur itu tampak di awan,

9:15 maka Aku akan mengingat perjanjian-Ku yang telah ada antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup, segala yang bernyawa, sehingga segenap air tidak lagi menjadi air bah untuk memusnahkan segala yang hidup.

9:16 Jika busur itu ada di awan, maka Aku akan melihatnya, sehingga Aku mengingat perjanjian-Ku yang kekal antara Allah dan segala makhluk yang hidup, segala makhluk yang ada di bumi."

9:17 Berfirmanlah Allah kepada Nuh: "Inilah tanda perjanjian yang Kuadakan antara Aku dan segala makhluk yang ada di bumi."

 --------------------------

Shalom, selamat pagi saudaraku, sukacita rasanya masih bisa berbagi firman Tuhan dengan saudara sekalian. Kiranya kita semua senantiasa dalam lindungan Yang Maha Tinggi, Allah yang setia dengan janji dan perkataanNya. Kapan saudara terakhir kali melihat pelangi? Tentunya masing-masing kita pernah melihat pelangi. Pelangi yang warnanya indah dan membusur  di langit.  Kalau tidak salah saya melihatnya 2  atau 3 tahun yang lalu di suatu sore dari halaman belakang. Indah dan sangat jelas membusur di langit.  Banyak cerita dan lagu diciptakan tentang Pelangi yang indah ini. Saudara, dalam pemahaman  akan Firman Tuhan, setiap saya melihat pelangi maka saya selalu teringat akan suatu kisah dalam kitab kejadian yaitu peristiwa air bah dan juga akan janji Allah terhadap ciptaannya setelah air bah itu. Saya kira saudara juga demikian. 

Dalam minggu kali ini, Firman Tuhan berbicara kepada kita dari kitab Kejadian 9:8-17  dengan mengambil tema JANJI DAN KUASA ALLAH. Membaca kisah ini kita pasti langsung diingatkan akan peristiwa Air Bah yang terjadi sebelumnya. Peristiwa yang dasyat yang belum pernah terjadi dan yang tidak akan pernah  terjadi lagi.   40 hari lamanya air bah menerpa bumi (Kej 7:17) dan 150 hari air itu menggenangi bumi (Kejadian 7:24). Selama itu juga Nuh dan keluarganya dan seluruh binatang yang turut ke dalam bahtera itu terapung-apung di atas air bah. Kalau kita melihat kisah ini, kita melihat sepertinya kemarahan Allah sudah mencapai puncaknya.   Mengapa amarah Allah sampai demikian besarnya dan hendak memunahkan semua ciptaanNya?

Sejenak kita singgung Kitab Kejadian 6. Di sana jelas sekali disebutkan letar belakang kemarahan Allah. Dalam Kejadian 6: 12: “Allah menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi”.  Kemudian di ayat sebelumnya ayat 5-6 dikatakan: Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya”. Dosa dan kejahatan manusia yang sudah luar biasa  pada saat itu, sepertinya sudah hampir menghabiskan kesabaran Allah. Seandainya tidak ada Nuh yang hidupnya saleh dan berkenan di hadapan Allah, maka manusia dan segala ciptaan yang ada di bumi sudah habis dan terhapus (Kejadian 6:7 : Berfirmanlah TUHAN: "Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka.").

                Dalam peristiwa air bah itu, rasanya tidak terkatakan  betapa Luar biasanya pengalaman Nuh dan keluarganya pada peristiwa air bah ini. Dalam Kejadian 7: 11-12 disebutkan bahwa segala mata air samudera raya terbelah dengan dasyat, tingkap-tingkap langit terbuka, dan hujan lebat menutupi bumi selama 40 hari. Suasananya dasyat, menakutkan, mencekam, dan tak terkatakan pastinya saat peristiwa itu terjadi.  Tetapi Tuhan sudah berjanji kepada Nuh sebelum air bah itu bahwa dia keluarganya akan dipelihara dan perjanjianNnya akan dibangun  bersama Nuh (Kejadian 6:18). Selajutnya semua manusia setelah peristiwa air bah adalah keturunan Nuh.

                Dalam nas Firman Tuhan hari ini kita melihat bahwa Allah menepati janjinya kepada Nuh yang dikatakanNya sebelum air bah itu. Hukuman akibat dosa dan kesalahan manusia yang mendatangkan murka Allah terhadap manusia dan bumi ini kemudian diperbaiki Allah sendiri dengan memulai janjinya  kepada Nuh.  Isi perjanjian itu berbunyi sebagaimana kita baca dalam nas Firman ini bahwa sejak saat itu  tidak ada yang hidup yang akan dilenyapkan oleh air bah lagi, dan tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi, dan sebagai tanda atas perjanjianNya  maka Tuhan membuat busur Tuhan di langit. Dalam terjemahan lama dan Alkitab sehari-hari, busur ini diterjemahkan  sebagai pelangi. Perjanjian Allah  dan tandanya ini masih akan terus berlaku hingga saat ini sampai kesudahan zaman nanti.

            Saudara, apa yang bisa kita pelajari dari Nas Firman Tuhan hari ini?

Yang pertama bahwa dosa benar-benar menyakiti hati Allah.  

Upah dosa ialah maut (Roma 6:23). Sebelum mencapai maut itu, Allah berkenan memberikan kesempatan kepada manusia untuk bertobat, sebab Allah mengasihi manusia. Oleh karena itu Allah memberikan janji untuk menyelesaikan akibat dosa itu sejak kejatuhan manusia ke dalam dosa di Taman Eden. Yesus adalah Mesias yang dijanjikan untuk menyelesaikan  akibat dari dosa itu. Sehingga barang siapa menerima Yesus yaitu pengorbanan dan kematianNya serta kebangkitanNya, maka ia akan diselamatkan, dan yang menolak akan masuk ke dalam maut.

            Sejauh mana kita berdosa di hadapan Allah? Sejauh mana kita kompromi dengan dosa?. Masihkah kita menganggap dosa yang kita lakukan adalah dosa? Atau sudah menganggapnya biasa dan lumrah untuk dilakukan, atau berkata semua orang juga melakukannya?. Kira-kira pernahkah kita berpikir bahwa di tengah-tengah keberdosaan kita dan masih terusnya kita berbuat dosa atau jatuh ke dalam dosa, bahwa Allah menyesal menciptakan kita? Dan hendak menghukum kita?. Janji Allah tidak akan mendatangkan kembali air bah meskipun manusia berdosa hanya berlaku pada peristiwa seperti jaman Nuh yaitu pemusnahan massal baik manusia maupun ciptaan lain di bumi oleh air bah. Tetapi hukuman dan konsekuensi seperti air bah itu secara pribadi, kelompok, wilayah masih mungkin terjadi. Tetapi untuk segenap bumi dan isinya tidak lagi. Itu sebabnya Sodom dan Gomora terjadi pemusnahan wilayah akibat dosa-dosa mereka, walaupun bukan dengan air bah.

            Tetapi bagi kita yang berdosa hingga saat ini dan selamanya masih berlaku janji Allah bahwa “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (I Yohanes 1:9).

Yang kedua adalah Allah berkuasa dan berdaulat atas ciptaanNya.

Ayub pernah berkata “TUHAN yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama TUHAN (Ayub 1:21) . Juga dalam Roma 11:36 berkata :Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!”. Menunjukkan betapa Allah berdaulat penuh atas ciptaanNya.  Kuasa Allah mengatasi seluruh ciptaanNya. Mengatasi langit, bumi, cakrawala dan segala sesuatu  dari kekal sampai kekekalan. Tidak ada yang sanggup mengatasi Allah, tidak ada yang sanggup menjadi penasehat dan juga menjadi pembelaNya. Dia berdaulat menyatakan kehendaknya tanpa interferensi dan pertimbangan manusia. Jika Allah telah berfirman maka terjadilah sesuai kehendaknya. Ditengah-tengah hukuman yang Ia jatuhkan, Allah juga punya kuasa untuk memperbaiki dan merekonsiliasi segala dampak yang ditimbulkan oleh hukuman dan keadilan Allah.

 

Hal ketiga adalah bahwa janji Allah itu kekal dan Dia setia akan janjiNya dan pasti menepatinya.

Jika manusia gampang berubah dan ingkar janji, tidaklah demikian dengan Allah. Allah selalu setia dengan janjiNya dan selalu konsiten menepatinya.  Kalau kita belajar Alkitab kita menjumpai bahwa tidak ada yang meragukan dari Allah. Justeru manusialah yang selalu berubah setia. Allah tetap mengasihi manusia, dan tetap menunggu  kapan manusia itu berubah dari jalannya yang salah kembali ke jalan yang benar (Yesaya 30:18. Yesaya 1:18).  Ditengah-tengah segala kelemahan dan kegagalan manusia, Allah senantiasa setia mununjukkan kasih dan pengampunannya supaya manusia mengingat segala janji Allah dan setia untuk mengingat dan menanti-nantikan janji itu dan janji itu pasti ditepati Allah.

            Saudara, Alkitab mencatat begitu banyak janji Allah kepada kita, semakinbanyak  kita baca dan renungkan FirmanNya dalam Alkitab semakin banyak janji Allah yang bisa kita ketahui dan yakini bahwa kita semua yang percaya  kepadaNya akan menjadi penerima-penerima janji itu. JanjiNya pasti digenapi. Kita manusia sajanya yang sering sekali tidak sabar menantikan jinji Allah digenapi. Akibatnya kita tidak melihat dan mendapatkan penggenapan  janji itu. Sebab penggenapan janji itu selalu tepat pada waktunya Allah.

Sabarlah, nantikanlah Tuhan, maka kita akan melihat janji dan kuasa Allah berlaku atas kita. Selamat mengimani janji Allah, selamat melihat kuasaNya, selamat menepati setiap janji yang kita buat, dan Selamat berIMAN.

 

Selamat hari minggu dan Shalom,

 

 

Ev. Harles Lumbantobing

 

KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya  di Daftar... ARSIP..

 

KETIKA KEROHANIANKU JALAN DI TEMPAT

 

Renungan Jam Doa Kebaktian Muda-Mudi Kampung Susuk  (KMKS)

20 Februari 2021 (Zoom mode)

Tema:

“KETIKA KEROHANIANKU JALAN DI TEMPAT”

1 Yohanes 5:4-5

 

Shalom saudara-i ku di dalam Tuhan kita Yesus Kristus. Oleh kemurahan Tuhan kita bisa berkumpul dan beribadah dalam situasi pandemi saat ini. Situasi dunia saat ini tidak menghalangi kerinduan kita untuk berkumpul (walau dalam dalam media online ini), beribadah dan berdoa.  Kiranya ini semua adalah karena kerinduan dan kehausan kita akan Firman Tuhan dan kerinduan kita akan perjumpaan dengan Dia. Topik perenungan kita hari ini sebagai yang mendasari kita untuk memanjatkan doa-doa kita kepada Tuhan adalah:  KETIKA KEROHANIANKU JALAN DI TEMPAT.

Saudara ketika kerohanian kita jalan di tempat, apa yang harus kita lakukan? Dan dari mana kita ketahui bahwa kerohanian kita jalan ditempat?

Dalam waktu yang singkat ini ijinkan saya langsung menyampaikan bahwa sesungguhnya yang tahu kerohanian kita sedang jalan ditempat atau tidak adalah diri kita sendiri. Sebagai sama-sama anak Tuhan, Kalau kita jujur terhadap diri kita sendiri, kita akan tahu bahwa kita sedang dalam situasi ini atau tidak. Untuk mengeceknya tentunya saudara akan membandingkan siapa saudara hari ini dibanding kemarin, bulan lalu, tahun lalu, sebelum pandemi, atau sebelum saudara bertobat. Adakah kegairahan rohani yang saudara rasakan dulu dengan belakangan ini  rasanya begitu-begitu saja, atau jangan-jangan justeru sudah semakin menurun. Yah, mungkin saudara akan segera menuduh bahwa situasi dunia dengan Pandemi Covid-19 ini menjadi penyebab atau pemicu semua ini terjadi. Namun Spritualitas anak-anak Tuhan sesungguhnya tidak akan pernah digoyahkan oleh situasi dan kondisi dari luar dirinya, sebab yang terbesar dari segala sesuatu ada di dalam dirinya yaitu Roh Kudus. Dunia seharusnya tidak bisa merubah anak-anak Tuhan  tetapi anak-anak Tuhanlah  yang merubah dan mengalahkan dunia. Lihat apa yang dikatakan I Yohanes 5:4-5:   “sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita. Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah?”

Karena itu seseorang bisa mengalami stagnan rohani atau bahkan kemunduran rohani adalah karena dia tidak menyadari dan mengimani lagi bahwa kekuatan besar ini ada padanya sehingga dia mengijinkan dirinya dikalahkan oleh situasi dan kondisi dunia ini. Bukankah ini yang diinginkan si Iblis? Membuat penglihatan rohani anak-anak Tuhan kabur/buram bahkan meragukan iman dan kekuatan yang ada di dalam dirinya, dengan demikian tidak ada lagi pencapaian dan lompatan rohani yang bisa dia buat dan kerjakan.

Saudara, jika saudara sadar kerohanian saudara sedang jalan di tempat, bahkan sedang mundur, dan saudara rindu untuk bangkit kembali, maka saudara masih bisa untuk bangkit dan melaju kembali. Namun jika seseorang sudah tidak menyadarinya lagi, ini yang berbahaya,  maka dia semakin lama akan semakin tenggelam, dan tidak akan berbuah lagi. Jika kondisi “jalan di tempat” ini sedang kita alami maka ada beberapa hal-hal praktis yang saya mau bagikan bagi kita dalam kesempatan kali ini.

1. Anda Butuh Retreat

        Kita perlu berhenti sejenak untuk evaluasi diri dan mempersilahkan Tuhan untuk menyelidiki hati saudara sampai yang terdalam. Mengijinkan Roh Kudus menyelidiki panggilan dan visi pribadi saudara sebagai anak-anak Tuhan. Tentunya rertreat yang biasa kita lakukan bersama dengan saudara-saudara kita seperti biasa tidak memungkinkan kita lakukan dalam masa pandemi ini, namun bisa kita lakukan dengan model “Retreat of silent” pribadi sebagaimana yang biasa kita lakukan di dalam acara-acara retreat umum.  Lihatlah apa kata pemazmur dalam Mazmur 139:23-24: “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!”. Kita juga bisa mengatakan hal yang sama atau bahkan berkata kepada Tuhan “Ujilah aku dan lihatlah apakah langkahku jalan di tempat”.

2. Tetap makan makanan rohani yang sehat.

Jangan-jangan saudara sedang kelaparan rohani, atau kebanyakan menyerap makanan rohani yang tidak sehat (junk food), yang tidak memberikan kehidupan dan kegairahan. kerohanian yang jalan di tempat bisa di dalangi oleh hal ini. Bacalah Alkitab dengan kontiniu, buku-buku rohani berkualitas dan terpercaya, sumber-sumber media yang jelas. Apalagi dalam masa pandemi sekarang Jangan banyak nonton perdebatan-perdebatan teologis atau perdebatan agama di media sosial yang susah saudara cerna bahkan membuat pikiran saudara kabur dan rusak. Isilah hati dan pikiran saudara dengan Firman Tuhan (Alkitab) lalu nikmati (saat makan), lalu cerna dan serap dengan baik. Inilah makanan yang paling utama.  Coba kita perhatikan Mazmur Daud dalam Mazmur 63:2 ini: “Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair”. Seperti tanah yang kering dan tandus demikianlah harusnya hati kita rindu akan air Tuhan yaitu FirmanNya, sebab itulah yang memuaskan, mengenyangkan dan menghidupkan. Tetapi ingatlah saudara terus menerus diisi tanpa mengisi atau berbagi tidak akan berguna dan membuat kita berjalan melaju.  Hal-hal berikut  ini Selanjutnya (poin 3-5) haruslah ada.

3. Pengalaman dan latihan rohani.

Pengalaman dan latihan rohani ini sangatlah penting untuk menjaga kebugaran rohani kita. Bukan hanya tubuh jasmani kita yang butuh latihan dan olah raga, tetapi tubuh rohani kita juga. Firman Tuhan dalam 1 Timotius 4:8  berkata: "Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang". Apa yang bisa kita lakukan dalam kondisi Pandemi saat ini?.  Pengalaman dan latihan rohani yang bisa saudara lakukan di tempat saudara masing-masing saat ini tentunya bisa beragam, tergantung di mana saudara tinggal dan bagaimana lingkungan saudara saat ini. Namun ada beberapa hal yang bisa kita lakukan. Dalam rangka pemberitaan injil tentunya kita masih bisa  melakukan hal-hal berikut:

  • Ber-PI pribadi secara langsung, walau dengan hikmat karena situasi untuk melakukannya. 
  • Menulis renungan-renungan (bisa saja hasil PA Pribadi) dan membagikannya secara online.
  •  Ber-PI pribadi kepada kenalan/orang tertentu secara online
  •  Menulis traktat dalam bentuk selebaran, memperbanyaknya (sesuai kemampuan dana) dan membagi-bagikannya kepada orang-orang yang bisa kita jumpai, baik di lingkungan rumah, gereja atau yang lain. 
  • Tetap bergaul sebagai kesaksian hidup (walau dengan penerapan Protokol kesehatan). 
  • Berdiakoni atau kegiatan sosial yang bisa dilakukan di daerah masing-masing 
  • Mengajar anak-anak  di lingkungan saat ini baik Ilmu pengetahuan ataupun keagamaan.

Atau ada ide lain yang mungkin bisa saudara temukan. COBA  saja dulu, nanti saudara akan melihat dan menemukan sesuatu di sana. Kalau latihan rohani ini tidak ada maka bisa saja saudara akan mengalami kondisi kerohanian yang jalan di tempat.

4. Rasakan semua aktifitas kebersamaan bersama siapapun sebagai bagian dari mempraktekan Firman.

Saudara tentunya ingat Firman ini: Kolose  3:23 “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”.  Apakah saat saudara sedang bercakap-cakap dengan siapapun, saat menolong orangtua di kampung, atau saat melakukan apapun, dedikasikanlah semuanya itu untuk kemuliaan Tuhan. Yakini dan sadarilah bawa kita sesungguhnya hanya pelaku firman. Kerohanian yang jalan di tempat juga bisa di dalangi oleh sifat egosentris, bahwa kita merasa semua adalah hanya tentang saya, tentang kita.  Harusnya semua ini adalah tentang Kristus (Kristosentris) yang bekerja di dalam kita, dan tentang kita sebagai alat kemuliaanNya. Jika ini benar-benar kita rasakan, maka situasi dunia saat ini tidak akan membuat kita tawar hati.

5. Tetapkan goal dan tujuan di depan dan fokus lah ke sana.

Selama di KMKS kita sudah banyak belajar tentang Visi dan misi. Tentunya secara pribadi kita harus melihat dan mengimani apa visi yang Tuhan telah tanamkan di dalam hati kita. Lalu dengan Visi itu kita membuat misi-misi jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang di dalam kehidupan kita. Baik di dalam masa depan studi bagi yang masih kuliah, masa depan pekerjaan  bagi seorang profesional, wiraswastawan, para pemberita-pemberita Injil, dan lain sebagainya. Tentunya semua ini kita tetapkan dalam rangka sebagai pelayan-pelayan Kristus dalam panggilan masing-masing. Kerohanian yang jalan di tempat juga bisa di dalangi oleh tidak adanya goal atau tujuan hidup di depan yang akan dia raih.

Ada orang berprinsip “mengalir saja dalam hidup ini  mungkin prinsip ini tidak salah supaya dia tidak gampang putus asa dengan keadaan, namun kalau mengalir saja tanpa tidak tahu mengalir kemana dan dibawa arus kemana maka hidup ini bisa saja menjadi sia-sia.  Kalau mengalir dan akhirnya alirannya menuju tempat yang baik dan seharusnya maka sangat baik. Namun kalau akhirnya mengalir dan terbawa arus ke tempat yang tidak seharusnya maka tidak akan ada terasa dampaknya, bahkan merugikan.

Poin 1-5 diatas merupakan hal-hal praktis yang bisa saya bagikan dan bisa saudara lakukan saat ini untuk mencegah obesitas rohani dan sprituliatas yang jalan di tempat. 

Saudara, apakah saat ini saudara sedang merasakan kondisi kerohanian yang  jalan di tempat? Cobalah lima langkah-langkah di atas, Ingatlah Firman Tuhan di atas bahwa kita semua yang lahir dari Allah adalah orang-orang yang mengalahkan dunia karena iman kepada AnakNya Yesus Kristus. semoga saudara menemukan kegairahan rohani kembali, dan menjadikan  hidup kita lebih hidup, lebih berguna dan berdampak untuk kemuliaan Tuhan.

Selamat melangkah dan berjalan kembali, selamat tinggal jalan ditempat, dan semangatlah dalam menjalani hidup.

 

Shalom,

Ev. Harles Lumbantobing

KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya  di Daftar... ARSIP..

 

Minggu, 14 Februari 2021

PELAYAN TUHAN YANG SETIA

 RENUNGAN IBADAH MINGGU

14 Februari 2021

Tema:

PELAYAN TUHAN YANG SETIA

 

Ev. 2 Korintus 4:1-6

Ep. 2 Raja-Raja 2:1-12

4:1 Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati.

4:2 Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah.

4:3 Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa,

4:4 yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.

4:5 Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus.

4:6 Sebab Allah yang telah berfirman: "Dari dalam gelap akan terbit terang!", Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus.

 

----------------

Shalom, Selamat hari minggu buat saudara/i ku sekalian. Setengah dari bulan Februari ini sudah kita jalani, kiranya kita semua tetap kuat di dalam Tuhan dan hanya berharap kepadaNya saja. Terkhusus dalam siatusi Pandemi Covid-19 yang masih terus merebak dan mempengaruhi semua bidang dalam kehidupan kita. Pertolongan kita hanyalah dari Tuhan pencipta langit dan bumi dan yang tidak meninggalkan jadi-jadianNya.

            Firman Tuhan yang boleh menyapa kita dalam ibadah minggu kali ini mengambil tema PELAYAN TUHAN YANG SETIA,  yang di dasarkan pada Nas 2 Korintus 4:1-6. Kalau kita membaca tulisan kedua dari Rasul Paulus  kepada jemaat  Korintus ini  kita mendapat kesan sepertinya  Rasul Paulus dan pelayan-pelayan lainnya sedang memberikan pembelaaan atas tuduhan-tuduhan terhadap kemurnian dan ketulusan mereka dalam melayani. Dan ketika ada yang menganggap mereka mencari kemegahan diri sendiri,  Paulus berkata dalam pasal 2 Kor 1:12 “Inilah yang kami megahkan, yaitu bahwa suara hati kami memberi kesaksian kepada kami, bahwa hidup kami di dunia ini, khususnya dalam hubungan kami dengan kamu, dikuasai oleh ketulusan dan kemurnian dari Allah bukan oleh hikmat duniawi, tetapi oleh kekuatan kasih karunia Allah”. Dalam pernyataannya tentang apa yang mereka lakukan dan niat pelayanan yang sedang mereka kerjakan Paulus juga sekaligus mengajarkan beberapa prinsip pelayanan yang sesungguhnya kepada jemaat  itu. Terkhusus dalam pasal 4 nas Firman hari ini  Paulus mengajarkan beberapa hal bagi jemaat itu dan bagi kita saat ini tentang prinsip-prinsip pelayanan yang sesungguhnya dan yang sedang mereka kerjakan.

            Dalam suratnya ini Paulus mengajarkan kepada jemaat itu bagaimana seharusnya pelayan-pelayan perjanjian baru itu hidup dan melayani. Sebutan pelayan-pelayan perjanjian baru dalam pasal 3 2 Korintus ini adalah sebutan untuk para pengikut-pengikut Kristus yang telah menerima hidup yang baru dan mengakui kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.

Ada beberapa hal prinsip-prinsip penting yang bisa kita lihat dalam Nas Firman Tuhan hari ini yang akan menolong kita menjadi pelayan-pelayan Tuhan yang setia.

 

1. Pengakuan bahwa hidup dan pelayanannya adalah karena kemurahan Tuhan.

Hal ini disebutkan dalam pasal 4:1 yang berbunyi: “Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini”.  Senada dengan ini juga Paulus mengungkapkannya dalam 2 korintus 3:5 “3:5 Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah.”  dan juga dalam 2 Korintus 4:7: “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.”.   Jika pengakuan ini dipegang teguh dan dihidupi setiap pelayan maka dalam perjalanan pelayanannya yang penuh  resiko dan tantangan dia tidak akan pernah tawar hati. Mengapa banyak orang mundur dari pelayanan, mengapa banyak orang bersungut-sungut, merajuk, dan bahkan putus asa dalam pelayanannya, adalah karena tidka menyadari dan mengakui bahwa hidaup dan pelayananya adalah hanya kemurahan Tuhan. Pernyataan Paulus ini juga didukung oleh bukti-bukti yang dia ceritakan selanjutnya dalam ayat 8-12, bahwa mereka juga mengalami penindasan, habis akal, dihempaskan, ancaman kematian dan lain sebagainya di dalam perjalanan pelayanan mereka.

 

2. Tidak memiliki dosa tersembunyi atau niat jahat yang tersembunyi.

Prinsip ini kita jumpai dalam pasal 4: 2a yang berkata: “Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah”.  Perbuatan ini adalah dosa-dosa pribadi yang tidak dilihat jemaat itu atau orang-orang tertentu. Termasuk juga penggunaan Firman Tuhan untuk niat jahat atau niat menipu orang lain. Juga penggunaan ayat Firman Tuhan untuk mendapatkan keuntungan pribadi.  Demikian juga dengan meyampaikan dan mengajarkan Firman Tuhan, tetapi tanpa sepengetahuan jemaat pelayan itu sendiri melanggarnya di tempat lain yang tidak diketahui jemaat itu. Firman Tuhan hari ini mengajarkan  kepada kita bahwa apa yang kita perkatakan maka seharusnya itulah yang kita lakukan di semua tempat.

 

3. Hanya mengakatan dan menyampaikan kebenaran Tuhan semata serta melakukan/mempraktekkannya, dan siap untuk dikoreksi atau siap untuk mempertanggungjawabkannya.

Prinsip ini bisa kita lihat dalam Pasal 4:2b yang berbunyi: “Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah”.  Jadi hanya kebenaran Firmanlah yang diajarkan, dinyatakan, dan diberitakan. Bukan kebenaran yang lain. Hanya hikmat Tuhan, bukan hikmat pribadi dan dunia ini. Bukan nasehat-nasehat pribadi atau motivasi-motivasi dari dunia ini, tetapi hanya kebenaran Firman Tuhan semata. Pelayan yang melakukan tepat seperti ini adalah pelayan yang benar-benar mengakui hidupnya hanya kemurahan Tuhan. Kemudian kebenaran itu dilakukan dan dilaksanakan menjadi kesaksian hidup bagi semua orang.  Hal inilah yang telah dilakukan Rasul Paulus dan rekan sepelayanannya sehingga dengan berani mereka mengatakan bahwa mereka siap untuk  dipertimbangkan atau siap untuk  dimintai pertanggungjawaban sebab kebenaran yang mereka katakan adalah kebenaran yang mereka lakukan.

 

4. Jangan memberitakan atau menonjolkan diri sendiri.

Hal ini kita jumpai dalam pasal 4:5. “Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus”.  Dalam ayat ini kita melihat bahwa inti pemberitaan Rasul Paulus dan teman sepelayanan semua adalah Kristus.  Kristus adalah pusat dari pemberitaan Injil. Dan kalaupun mereka memberitakan diri mereka sendiri itupun hanya sebagai hamba bagi jemaat itu, dan juga sekaligus menjadi bukti bahwa mereka juga melakukan apa yang mereka ajarkan.  Sering sekali pelayan-pelayan bukan menonjolkan Kristus, tetapi menonjolkan diri sendiri.

 

5. Memposisikan diri sebagai hamba bagi yang dilayani.

Masih dari Pasal 4:5 ini, yaitu: “….dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus “. Mungkin ini bukan berita yang menyenangkan, namun demikianlah faktanya bagi setiap pengikut Kristus. Bahwa para pelayan harus menjadi hamba bagi yang dilayani. Hal ini menjadi demikian adalah karena kehendak Yesus. Sebab Yesus juga bersedia mengosongkan dirinya dan menjadi sama dengan manusia  untuk melayani manusia. Dia mau menjadi hamba yang setia supaya manusia beroleh pendamaian dengan Bapa karena dosa. Dengan demikian manusia beroleh selamat. Ini jugalah yang Tuhan kehendaki dilakukan oleh setiap pengikut Kristus yang setia. Kalau kita mengatakan diri kita Kristen dan pengikut Yesus maka kita harus meneladani Dia (Kristus).

Kalau pelayan ternyata ingin menjadi tuan, ingin menjadi bos, ingin dilayani, ingin dihormati, maka sesungguhnya dia bukan pelayan yang setia bagi yang dilayani, tetapi hendak melayani dirinya sendiri, dan membesarkan namanya sendiri. Sebagaimana Yesus yang berkorban bagi manusia yang dilayaninya, maka demikianlah pengikut Yesus harus harus melakukan hal yang sama bukan sebaliknya.

 

6. Menjadi terang.

Hal ini bisa kita jumpai dalam pasal 4:6 yang berbunyi: “ Sebab Allah yang telah berfirman: "Dari dalam gelap akan terbit terang!", Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus”.  Saudara mungkinkah dari dalam kegelapan terbit terang? Tidak mungkin. Dari terang (sumber terang)lah seharusnya muncul terang. Namun ayat ini menyatakan demikian bahwa dari dalam kegelapan sendiri akan muncul terang. Bagaimana hal ini bisa terjadi?.  Hal ini dijawab oleh Rasul Paulus dengan berkata bahwa  Yesus yang adalah terang dunia telah membuat terangNya bercahaya di dalam hati kita yang gelap. Sehingga kita yang dalam gelap akhirnya menjadi bisa bercahaya untuk turut menerangi dunia ini.  Jadi panggilan kita untuk bisa menjadi terang bukan dari kemampuan diri kita sendiri tetapi karena Kristus yang menerangi kita lalu terang itu kembali kita pancarkan kepada semua orang. Itu sebabnya dari kegelapan akan terbit terang.  

Dari sini kita melihat bahwa  kesanggupan kita untuk menjadi terang dan melayani ini bukanlah dari diri kita sendiri tetapi karena pekerjaan Allah dan demikian jugalah  pengakuan Rasul Paulus  ( 2 Koriintus 3:5). Bahkan Paulus di pasal 4:7 berkata bahwa “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami”. Ini menunjukkan betapa rapuh dan lemahnya kita sesungguhnya seperti bejana tanah liat, bahkan nilainya tidak seberapa. Bejana yang mudah untuk pecah, namun ketika di dalamnya ada harta yang tidak ternilai yaitu Kristus, maka bejana tanah liat yang menjadi wadah harta ini ikut menjadi berharga karena harta yang di dalamnya. Dengan demikian jelas sekali pengakuan Rasul Paulus dan para teman-teman sepelayanannya tentang sumber kekuatan dan kemampuan yang mereka miliki untuk  sanggup menjadi pelayan-pelayan perjanjian baru.

Karena itu menjadi terang adalah panggilan setiap orang percaya atau pelayan-pelayan Kristus yang harus dikerjakan. Bagaimanakah menjadi terang itu?.  Bicara terang berarti bicara apa yang bisa dilihat orang. Sebab terang bisa dilihat dan harus terlihat dari sudut manapun dalam kegelapan, meskipun terang itu sangat kecil. Bicara terang berarti bicara kesaksian hidup dan keteladanan yang bisa disaksikan oleh semua orang.  Katika terang itu bersinar maka semua akan menjadi telihat dan orang yang diterangi juga akan bisa melihat dalam kegelapan itu.

Saudaraku di dalam Kristus. Betapa indahnya Firman Tuhan ini, bahwa kehendak Tuhan supaya kita semua menjadi pelayan yang setia ternyata sudah lebih dahulu Tuhan kerjakan di dalam kita, sehingga kita beroleh kekuatan untuk bisa melakukannya.  Kita semua adalah pelayan bagi sesama kita.  Baik di gereja, baik di rumah, dilingkungan pekerjaan, dan juga masyarakat.  Enam hal yang telah disampaikan di atas menjadi panggilan kita di dalam menjalankan fungsi kita sebagai pelayan-pelayan yang setia. Mari belajar dari pelayanan Paulus dan teman-teman sepelayanannya yang tidak sedikitpun gentar dan tawar hati di dalam pelayanan mereka meskipun begitu banyak tantangan dan rintangan yang mereka hadapi.


Selamat menjadi pelayan  dan selamat melayani saudaraku semua, Jadilah pelayan Tuhan yang setia. Selamat beribadah dan selamat hari minggu.

 

Shalom,

 

Ev. Harles Lumbantobing

 

KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya  di Daftar... ARSIP..