Minggu, 16 Mei 2021

KEBAHAGIAAN ORANG BENAR

 

Ibadah Minggu Exaudi 16 Mei 2021

Tema:

KEBAHAGIAAN ORANG BENAR

 

Ev: Mazmur 1:1-6

Ep: Yohanes 17:6-19

 

Mazmur 1:1-6 (TB)

1:1 Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,

1:2 tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.

1:3 Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.

1:4 Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin.

1:5 Sebab itu orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman, begitu pula orang berdosa dalam perkumpulan orang benar;

1:6 sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.

-----------------

 

 

Shalom, selamat hari minggu buat saudaraku semua di dalam Tuhan kita Yesus Kristus. Saya berdoa kiranya saudara semua ada damai, dan aman selalu dalam lindungan Yang Maha Tinggi, Segeralah pulih yang lagi sakit, apakah opname, berobat jalan, atau sakit menahun. Demikian juga dengan saudara yang dalam isolasi di rumah sakit, atau isolasi mandiri akibat tertular Virus Covid-19, kiranya juga tetap semangat dan segera dipulihkan oleh kuasa Tuhan kita Yesus Kristus. Juga saudara-saudara yang dalam masa pemulihan juga segera pulih, tetaplah semangat dan berpeganglah selalu pada Firman dan janji Tuhan.  Firman Tuhan berkata dalam Yesaya  54:10 “Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak akan beranjak dari padamu dan perjanjian damai-Ku tidak akan bergoyang, firman TUHAN, yang mengasihani engkau”.

Dalam minggu Exaudi hari ini, renungan kita mengambil tema KEBAHAGIAAN ORANG BENAR,  yang didasarkan pada kitab Mazmur 1:1-6.  Ada pengajaran yang sangat berharga yang bisa kita pelajari dalam perikop hari ini. Kalau kita melihat Kitab Mazmur dengan jumlah 150 pasal diawali dengan kata “berbahagia”. Yang langsung membuat siapapun yang membacanya langsung tertarik, sebab kata ini adalah kata yang sangat diinginkan dan diidam-idamkan oleh seluruh manusia. Tidak ada satupun manusia yang tidak menginginkannya.

Kalau kita membaca tema ini KEBAHAGIAAN ORANG BENAR, mungkin langsung terpikir bagi kita beberapa pertanyaan yang mungkin muncul yaitu: Siapakah orang yang berbahagia itu?, Bisakah/sanggupkah manusia menjadi orang benar?, Lalu kebenaran seperti apakah yang dimiliki oleh orang benar itu?, lalu Benarkah bahwa kebahagiaan itu hanya milik orang benar?, tetapi kenapa di dunia ini kita melihat banyak orang yang tidak di dalam Tuhan yang hidupnya bahagia?.

Saudaraku, kata berbahagialah dalam Nats ini  langsung diikuti oleh keterangan-keterangan sekaligus syarat bagaimana seseorang itu bisa mendapatkan kebahagiaan. Dan kalau kita baca ayat 1-6 ini kita langsung diperhadapkan dengan dua golongan  manusia, dan dua jenis bahagian/upah manusia sesuai golongan itu. Golongan pertama adalah golongan orang benar dan bagian/upahnya adalah berbahagia. Golongan orang kedua adalah golongan orang fasik/orang berdosa  dan bagian/upahnya adalah tidak berbahagia sebab akan mendapatkan kebinasaan dan tidak tahan dalam penghakiman.

Siapakah orang yang berbahagia itu?

Dalam nats ini Firman Tuhan mengajarkan kepada kita bahwa ada empat tanda orang  yang berbahagia itu yaitu:

Pertama bahwa ia adalah orang yang  tidak berjalan menurut nasihat orang fasik,

Kedua bahwa ia adalah orang yang tidak berdiri di jalan orang berdosa,

Ketiga bahwa  ia adalah orang yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,

Keempat bahwa adalah orang yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.

Lalu siapakah ini yang melakukan keempat hal ini? Mazmur 1:1-6 ini menjawab bahwa ia adalah orang benar. Keempat ciri ini adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari orang  benar itu. Jadi orang benar yang berbahagia itu adalah orang yang melakukan keempat hal ini.

Saudara, melakukan keempat hal ini bukanlah syarat atau usaha yang harus dilakukan supaya menjadi orang benar. Tetapi orang benar memiliki perilaku sebagaimana disebutkan dalam keempat hal ini. Itulah sebabnya dia disebut berbahagia.

Jadi siapakah yang bisa melakukan keempat hal ini? Yaitu “orang benar”,

Lalu  apa yang didapatkannya ketika melakukan keempat hal ini? “Berbahagia”.

Namun pertanyaan berikutnya adalah bisakah/sanggupkah manusia menjadi orang benar?,  atau bagaimana caranya menjadi orang benar? sebab di atas saya sebutkan bahwa melakukan keempat hal di atas bukanlah syarat supaya menjadi orang benar, tetapi orang yang statusnya sudah menjadi orang benar-lah sehingga harus melakukan keempat hal diatas.

Saudaraku, tidak ada satupun manusia yang sanggup menjadi orang benar. Sebab Alkitab berkata “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,” (Roma 3:23), artinya manusia itu sudah dalam cap salah dan manusia tidak mungkin bisa menghilangkan cap salah itu dengan cara apapun, termasuk dengan melakukan kebaikan ataupun keempat hal di atas supaya dia akhirnya menjadi orang benar.

Lalu kebenaran seperti apakah yang dimiliki oleh orang benar dalam Mazmur 1 ini?. Saudaraku kebenaran  yang dimiliki oleh orang benar dalam perikop ini adalah kebenaran yang bersumber dari hasil pembenaran. Manusia siapapun dia sudah dalam status berdosa (salah) dan tidak ada jalan keluar untuk bisa menjadi orang benar yang layak masuk dalam kebahagiaan dan kemuliaan Allah kelak. Namun syukur kepada Allah saudaraku  Bahwa Roma 3:23 di atas  tidak berhenti dengan titik, tetapi koma dilanjutkan dengan ayat 24 yang artinya bahwa karena kasihNya kepada kita yang berdosa (sudah ter-cap-salah) Allah berinisiatif untuk membenarkan kita. Roma 3:24 berbunyi : “dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.”  Jadi Allah-lah yang telah merubah status kita yang bersalah/berdosa menjadi orang benar oleh pembenaran Kristus Yesus, meskipun sebelumnya kita dalam status salah/berdosa. Jadi Allah yang aktif (bertindak) dan manusia yang berdosa pasif (dianugerahkan=dibenarkan).

Jadi setiap orang yang telah menerima karunia keselamatan itu yaitu karunia pembenaran oleh Kristus statusnya sekarang menjadi orang benar. Itulah sebabnya dalam Nats ini merupakan perbandingan antara orang benar dan orang fasik/orang berdosa. Walau dalam perikop ini tidak disebutkan tentang perilaku orang fasik (tetapi dalam pasal-pasal selanjutnya ada disebutkan), namun dampak atau akibat perbuatannya dijelaskan dalam perikop ini. Tentunya jika orang benar melakukan keempat gaya hidup di atas, maka orang fasik adalah melakukan sebaliknya.

Lalu Benarkah bahwa kebahagiaan itu hanya milik orang benar?, tetapi kenapa di dunia ini kita melihat banyak orang yang tidak di dalam Tuhan yang hidupnya justeru bahagia?. Saudara, kebahagian yang sejati bukanlah kebahagiaan yang selalu harus nampak oleh mata jasmani kita. Benar bahwa ada banyak manusia yang tidak mengenal Kristus  nampaknya lebih bahagia, lebih sukses, lebih kaya, lebih pintar dan lain sebagainya. Namun benarkah demikian? Ada banyak orang berkecukupan bahkan berkelebihan tetapi hidupnya selalu dalam ketakutan atau kekuatiran. Ada orang yang nampaknya berilmu tinggi dan jabatan tinggi namun selalu diselimuti kecemasan oleh beragam hal. Ada orang  yang sepertinya sudah memiliki seluruh dunia ini, tetapi dia selalu ketakutan manakala berita kematian menghantuinya. Sebaliknya, dalam kehidupan orang beriman kita melihat bahwa ada orang yang hidupnya pas-pasan, tetapi tidak pernah kuatir perubahan ekonomi apapun yang terjadi dalam dunia ini. Ada orang beriman yang sepanjang hidupnya sakit-sakitan, tetapi dia senantiasa bersukacita dan penuh pengharapan, bahkan ditengah-tengah penderitaannya dia mampu menjadi berkat bagi banyak orang. Ada juga orang beriman yang hidupnya berkecukupan atau kaya dalam ukuran dunia, namun dia meyakini bahwa sumber kebahagiaannya   bukanlah dari hartanya, tetapi dari si pemberi harta yaitu TUHAN sehingga hartanya hanyalah salah satu alat yang digunakan untuk membahagiakan Sipemberi yaitu Tuhan.

Sesungguhnya kebahagiaan sejati itu adalah sebagaimana diumpamakan dalam Nats ini di Mazmur 1:3 bahwa “Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.

Mari kita lihat pohon  di tepi aliran sungai. Setiap terjadi perubahan musim apakah musim hujan, musim kemarau, dan musim-musim yang lain, pohon ini akan tetap hidup, dan tidak layu daunnya. Jika musim berbuah muncul maka dia akan berbuah. Mengapa? karena akarnya selalu terhubung dengan aliran air itu. Demikianlah orang benar itu. Semua musim akan dialami bersama-sama dengan orang fasik. Ada musim penderitaan, ada musim kesuksesan, ada musim kegagalan, ada musim keberhasilan. Orang benar mengalami ujian, orang fasik juga mengalami ujian, tetapi hasil dari keduanya akan berbeda.

Ketika ada penderitaan atau kegagalan, maka orang benar akan bertahan dan berdiri kokoh sebab Tuhan yang adalah sumber kemenangan dan kehidupan ada bersama dengan dia, sehingga dia akan tetap bisa berbahagia atau bersyukur dalam hal-hal/situasi yang tidak baik. Sedangkan orang fasik tidak akan tahan berdiri, dia akan putus asa bahkan mengutuki hari kelahirannya.  Ketika ada situasi yang sulit sekalipun orang benar tidak akan mengutuki Tuhan, justeru dia akan mencari Tuhan dan akan tetap kokoh berdiri. Tetap tegar, tetap berbuah meskipun di masa sulit.

Ketika ada sukacita atau keberhasilan, atau kesuksesan, maka orang benar tidak akan sombong dan dia akan berbahagia menikmati berkat-berkat itu di dalam kerendahan hati. Saat hidupnya harus berbuah (menjadi berkat bagi banyak orang) maka dia akan mampu menjadi berkat bagi semua orang di dalam sukacita dan kebahagiaan. Sedangkan orang fasik dia akan sombong dan berkata bahwa semuanya karena usahanya dan kekuatannya sehingga dia tidak akan pernah bisa menjadi berkat (berbuah) bagi orang lain. Kalaupun pernah dia memberikan buah, buahnya adalah buah yang busuk sebab apa yang dilakukannya selalu mengharapkan imbalan, pujian, atau “ada udang di balik batu”.

Baik selama hidup  dunia maupun  nanti dikehidupan yang kekal (langit dan bumi yang baru) orang benar akan tetap berbahagia. Tetapi orang fasik dikatakan di ayat 4 dan 5 di dunia dia akan mudah diombang-ambingkan bahkan tidak punya bobot/kekuatan sama sekali karena diumpamakan seperti sekam yang ditiupkan angin. Kalau ada masalah dia akan lekas jatuh, kalau ada keberhasilan dia akan lekas sombong dan serakah sehingga jatuh di dalam dosa yang semakin dalam, dan dia tidak akan pernah bersyukur. Demikian juga di dalam kekekalan orang fasik tidak akan tahan berdiri dalam penghakiman bahkan hukumannya adalah kebinasaan (Neraka).

Jadi saudara apakah yang diajarkan Nats ini sebagai resep kebahagiaan orang benar itu? Resepnya adalah tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,  tetapi kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan merenungkan Taurat itu siang dan malam

Apakah saudara merasa tidak berbahagia atau kurang berbahagia saat ini? Cobalah tinjau kembali ayat 1-2  dalam Mazmur 1 ini.

Saudara, anda yakin anda orang benar? Jika anda menjawab Ya, Puji Tuhan, maka tunjukkanlah dengan melakukan keempat  cara hidup orang benar di atas maka anda akan berbahagia. Jika anda menjawab tidak, maka datanglah kepada Yesus sumber kasih karunia itu, supaya saudara dikaruniakan hidup yang baru sehingga anda dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan Kristus Yesus.

Kiranya renungan ini menguatkan dan memberkti saudara. Mari terus merenungkan dan melakukan FirmanNya sebab FirmanNya adalah pelita bagi kaki kita dan terang bagi jalan kita. Selamat Hari Minggu Tuhan Yesus memberkati.

 

Shalom,

 

Ev. Harles Lumbantobing

 

KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya  di Daftar... ARSIP..

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda yang baik, sopan dan bahasa yang mudah dimengerti. terimakasih