Sabtu, 31 Juli 2021

BERUSAHA MEMELIHARA KESATUAN ROH

Ibadah Minggu 9 Setelah TRINITATIS 1 Agustus 2021

Tema:

BERUSAHA MEMELIHARA KESATUAN ROH

Ev. Efesus 4:1-7

Ep: Keluaran 16:11-18

 

Efesus 4:1-7 (TB)

4:1 Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu.

4:2 Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.

4:3 Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera:

4:4 satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu,

4:5 satu Tuhan, satu iman, satu baptisan,

4:6 satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.

4:7 Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus.

 

------------------

Shalom, selamat hari minggu buat saudara-saudari ku sekalian. Saya berdoa kiranya semua saudara  senantiasa berada dalam lindungan Tuhan kita Yesus Kristus.  Tidak terasa kita sudah memasuki bulan yang baru di tahun 2021 ini yaitu bulan Agustus. Bagi kita bangsa Indonesia bulan ini adalah bulan peringatan akan kemerdekaan Indonesia. Kemerdekaan ini kita raih atas berkat dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa dalam perjuangan para pahlawan dan kebulatan tekad seluruh bangsa Indonesia dari sabang sampai Merauke, untuk bersatu mengusir penjajah dari tanah air kita. Seperasaan, senasib dan sepenanggungan membuat kesatuan itu menjadi sangat kuat dan terus bergelora untuk mencapai kemerdekaan di seluruh tanah air Indonesia.

Dahulu jatuhnya Indonesia ke tangan penjajah, adalah diakibatkan rapuhnya kesatuan dan persatuan diantara sesama  rakyat Indonesia sehingga mudah sekali untuk di adu domba oleh penjajah. Akhirnya bumi dan tanah air Indonesia jatuh kedalam kekuasaan Penjajah. Tetapi syukur kepada Tuhan  bahwa semangat persatuan itu berhasil dibangun kembali dalam semangat seperasaan, Senasib dan sepenanggungan. Semangat kebersamaan ini menjadi roh penggerak dalam setiap sanubari para pahlawan dan juga rakyat Indonesia untuk berjuang merebut kemerdekaan.

            Saudaraku, semangat kesatuan adalah kekuatan besar dalam sebuah komunitas, kelompok, organisasi, Gereja, maupun suatu bangsa. Dalam ibadah minggu ke-9 setelah Trinitatis ini, Firman Tuhan berbicara kepada kita dengan tema “BERUSAHA MEMELIHARA KESATUAN ROH” yang di dasarkan pada kitab Efesus 4:1-7.  Surat rasul Paulus ke jemaat Efesus ini merupakan seruan kepada umat Allah untuk memahami dan memaknai rencana agung Tuhan Allah dalam mempersatukan seluruh umat manusia melalui Yesus Kristus yang menjadi kepala. Dalam surat ini dijelaskan bagaimana penyatuan itu terjadi mulai dari karya penebusan manusia lewat darah Kristus untuk pendamain antara manusia yang berdosa dengan Bapa. Kemudian manusia dibebaskan dan dipersatukan dengan Allah dan menjadi ahli waris kerajaan sorga. Bukan saja hanya orang Yahudi tetapi semua orang yang menerima karunia keselamatan itu menjadi satu di dalam tubuh Kristus, dan Kristus sebagai kepala. Penyatuan,  pendamaian, dan pengampunan dosa  ini Tuhan meteraikan dengan Roh Kudus sebagai jaminan akan janji penggenapan Allah.

            Allah menginginkan jemaatNya untuk bersatu dan hidup rukun di dalam kesatuan Roh dan dalam ikatan damai sejahtera. Tuhan menginginkan terjalinnya kerukunan antara setiap orang percaya. Bagaimana Nats Firman Tuhan hari ini berbicara kepada kita tentang memelihara kesatuan Roh ini? Mari kita lihat dalam uraian berikut ini.

           

Perikop hari ini ditujukan Rasul Paulus kepada mereka yang sudah menerima karunia keselamatan. Mereka yang dahulunya jauh, terpisah, menjadi seteru dengan Bapa, bukan penerima janji namun oleh karena Kristus sekarang menjadi satu dengan Bapa di dalam Yesus Kristus. Nats dalam pasal 4 ini merupakan nasihat kepada jemaat itu supaya HIDUP MEREKA BERPADANAN DENGAN PANGGILAN mereka sebagai umat percaya. Panggilan itu adalah untuk memberitakan kabar baik yaitu untuk menyaksikan bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus ( Efesus 3:6). Inilah panggilan bagi Rasul Paulus yang menjadikannya begitu berani dan mengambil komitmen untuk segera memberitakan kabar sukacita ini kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi.  Karena itu jugalah dalam awal pasal  4 ini Paulus mengingatkan jemaat itu tentang siapa dirinya yaitu sebagai narapidana, orang yang terpenjara demi jemaat itu karena pemberitaan Injil.

            Dia tidak berkata aku Paulus Rasul Tuhan, atau Hamba Tuhan, atau Utusan Injil, atau salah satu dari Rasul Kristus diluar yang ke 12 itu. Tetapi ia memperkenalkan (mengingatkan) dirinya sebagai orang yang terpenjara karena Injil. Paulus mau supaya jemaat itu menyadari bahwa mereka dipanggil bukan sekedar supaya berkumpul, tanpa penderitaan, hanya dipersatukan dan menikmati persatuan itu, atau dipanggil hanya untuk selamat menerima kasih karunia itu dan menikmatinya seorang diri, tetapi supaya jemaat itu sadar akan panggilannya sebagai tubuh Kristus untuk pergi mengabarkan kabar sukacita itu yaitu keselamatan bagi semua orang bukan hanya Yahudi saja. Hal tersebut butuh pengorbanan dan resiko sebagaimana yang dialami Paulus sampai dipenjarakan. Mengikut Yesus tidak mudah. Yesus berkata bahwa kita harus menyangkal diri dan memikul salib itu. Begitu yakinnya Paulus akan panggilannya sehingga dia rela untuk menderita sampai dipenjara demi jemaat itu bahkan sampai mengalami kematian tragis sebagai martir.

            Selanjutnya disampaikan Rasul Paulus bahwa untuk bisa hidup berpadanan dengan panggilan itu maka diperlukan dua hal penting yang perlu ditekankan  untuk bisa mewujudkannya di tengah-tengah kehidupan mereka berjemaat sekaligus saksi-saksi Kristus.

Yang pertama yaitu  penekanan yang berhubungan dengan diri sendiri yaitu bagaimana secara pribadi bertumbuh dengan baik dan memiliki kualitas iman dan karakter yang baik. Dalam hal ini disampaikan 4 hal yang sangat penting yang perlu nanti digunakan dalam menjaga dan memelihara kesatuan jemaat. Keempat hal tersebut adalah:

1. Rendah Hati

2. Lemah-lembut

3. Sabar

4. Menunjukkan kasih dalam hal saling membantu.

DI dalam konsep membangun tubuh Kristus dan memelihara hubungan setiap anggota, keempat hal ini memiliki peran yang sangat besar yang tidak terpisahkan dalam mengelola kebersamaan dan kesatuan dalam jemaat.

Lalu yang kedua yaitu  penekanan yang berhubungan antara pribadi dengan pribadi orang lain (sesama umat). Di ayat 3 jelas sekali dikatakan bahwa jemaat itu harus berusaha memelihara kesatuan Roh.  Sebagaimana tema kita di minggu hari ini. Kalimat ini dimulai dengan kata berusaha. Kata ‘berusaha’ ini menunjukkan bahwa tidak mudah untuk mendapatkan kesatuan Roh itu. Untuk mendapatkan kesatuan Roh itu dibutuhkan usaha, tekad dan kerja keras. Padahal setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus memiliki Roh Kudus yang sama di dalam mereka. Namun dikatakan ‘berusahalah’. Hal ini menunjukkan bahwa hidup rukun dan satu di dalam kesatuan Roh tidaklah mudah. Hal tersebut diakibatkan  setiap pribadi lepas pribadi memiliki perbedaan-perbedaan yang mendasar yang tidak sama yang sering memicu perpecahan. Bisa saja perbedaan itu menyangkut Sifat yang berbeda, karakter yang berbeda, tingkat ekonomi yang berbeda, tingkat pendidikan yang berbeda,  kemauan yang berbeda, pola dan cara berpikir yang berbeda. Sehingga akhirnya kalau tidak diusahakan dan dikelola dengan baik akan menjadi  masalah dalam tubuh Kristus(jemaat) dan akan menjadi penghalang Injil untuk diberitakan ke segala penjuru bumi.

Dalam bagian kedua ini disampaikan bahwa untuk memelihara kesatuan Roh itu diperlukan ikatan damai sejahtera dalam hubungannya dengan sesama. Kesatuan-yang diharapkan Rasul Paulus di sini bagi kita adalah kesatuan yang mencakup  7 (tujuh) kesatuan yang sangat mendasar yaitu:  satu tubuh, satu Roh, satu Pengharapan, satu Tuhan, satu Iman,  satu Baptisan, serta satu Allah dan Bapa. Jemaat harus memiliki kesatuan pemahaman, kesatuan keyakinan akan ke-7 hal ini. Sebab di ketujuh bagian inilah setan dan para aliran-aliran sesat bekerja begitu kerasnya untuk menghancurkan kekristenan. Sudah terbukti selama berabad-abad  bahwa ketujuh hal ini selalu dipakai oleh Iblis untuk memecah belah umat Allah.

Untuk mengelola semua ini maka Allah mengaruniakan pemberian-pemberian kepada jemaat itu sebagai kasih karunia. Dalam ayat 7 dikatakan bahwa pemberian karunia itu adalah berdasarkan ukuran Kristus. Artinya tidak semua orang menerima pemberian yang sama. Tetapi sesuai dengan kehendak dan ukuran yang Tuhan telah tetapkan,  Jadi karunia yang Tuhan berikan kepada masing-masing jemaat tidak sama dan berbeda-beda. Semua itu tergantung Allah dan kedaulatan Allah. Namun dalam perbedaan inilah terletak sebuah kekuatan tubuh yang jika dipersatukan akan menjadi sebuah kekuatan yang sangat besar yang apabila dijalankan secara bersamaan dimana Kristus sebagai kepala maka akan membawa jemaat itu kepada kehidupan yang sepadan dengan panggilannya yang sesungguhnya. Dalam ayat 8-12 dikatakan bahwa pemberita karunia yang berbeda-beda itu adalah untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus,

Jadi kesatuan Roh itu akan tercapai jika semua anggota yang diberi pemberian-pemberian khusus mengetahui dan menyadari karunianya dan fungsinya masing-masing, lalu mengerjakannya dengan rendah hati, lemah-lembut, dan sabar. Sebab tidak mudah untuk mengelola perbedaan itu. Tidak mudah untuk merajut kebersamaan di tengah-tengah banyaknya perbedaan, walaupun jemaat itu memiliki persamaan yaitu sama-sama satu tubuh, satu Roh, satu Pengharapan, satu Tuhan, satu Iman,  satu Baptisan, serta satu Allah dan Bapa. Bahkan menyatukan jemaat yang sama-sama memiliki kesamaan inipun juga tidak mudah. Apalagilah menyatukan jemaat-jemaat yang memiliki banyak perbedaan pasti lebih sulit. Karena itu dalam ayat 3 Rasul Paulus berkata “BERUSAHALAH” memelihara kesatuan Roh.

Saudaraku, Firman Tuhan hari ini mengajak kita untuk merenungkan sejauh mana kita mengimani bahwa kita yang percaya kepada Yesus Kristus adalah satu tubuh. Tidak perduli apakah saudara orang Yahudi atau Yunani, atau suku apa, bangsa apa, berkulit  apa. Asalkan percaya Yesus maka kita adalah satu saudara di dalam Yesus, dan selanjutnya memiliki satu panggilan yang sama sebagai Garam dan Terang dunia serta menjadi berkat bagi banyak orang.  

Firman Tuhan hari ini juga mengajak kita merenungkan sejauh mana pengaruh dan keterlibatan kita dalam merajut kebersamaan dan persatuan  di gereja kita masing-masing atau di komunitas kita masing-masing. Sejauhmana potensi persamaan yang kita miliki dengan orang lain bisa kita kerjakan untuk mendatangkan kebaikan bagi banyak orang. Sejauh mana juga perbedaan yang kita miliki masing-masing dalam hal karunia dari Tuhan yang bisa kita kerjakan untuk pembangunan tubuh Kristus dan kita pertanggungjawabkan kepada Tuhan?. Apakah kita jemaat yang aktif atau pasif di dalam menjalankan fungsi kita masing-masing sebagai umat Tuhan yang telah dipanggil untuk memelihara kesatuan itu?

Mari saudaraku kita semua berusaha untuk melaksanakan Firman Tuhan, meskipun tidak mudah, tetapi mari lakukan sesuai peran kita masing-masing, sesuai dengan bagian dan karunia kita masing-masing. Kita bisa melihat saat ini banyaknya perpecahan di tubuh Kristus yaitu gereja. Semakin mendekati akhir jaman gereja terus-menerus mengalami pergolakan dan perpecahan. Beragam alasan dan kepentingan terjadi sehingga Gereja bisa terpecah, Jemaat berkelahi, Antar gereja saling menjelekkan, antar Hamba Tuhan saling menjelekkan satu dengan yang lain, antar jemaat saling meninggikan hati, Perbedaan semakin ditonjolkan, sebaliknya persamaan semakin diabaikan bahkan tidak dinampakkan lagi. Tubuh Kristus terus menerus dicabik-cabik dari dalam dan dari luar. Kedengkian, iri hati, persaingan dan kesombongan terus menerus dipertontonkan sehingga jemaat  terus menerus terpecah belah. Dengan demikian sepertinya Iblis sukses membuat gereja melupakan panggilannya yang sesungguhnya. Tetapi syukur karena Roh Kudus hingga saat ini Gereja masih tetap eksis di tengah-tengah banyaknya gejolak, walau tidak kita pungkiri perpecahan masih banyak terjadi.

Saudaraku mari sadar. Sebagaimana dalam pendahuluan di atas bahwa bangsa Indonesia akhirnya dijajah adalah karena rakyatnya berhasil dipecah-belah oleh musuh. Rakyat dibuat saling mencurigai satu dengan yang lain sehingga saling membunuh, akhirnya bangsa ini mudah dikuasai oleh musuh. Demikian juga dalam Gereja. Musuh dan aktor di belakang perpacahan itu adalah Iblis yang terus menerus menabur politik perpecahan di tengah-tengah jemaat, menabur benih-benih kesombongan, benih-benih kecurigaan, amarah, dan keserakahan sehingga jika jemaat lengah dan terpancing akan hasutannya maka terjadilah perpecahan dan jemaatpun dikuasai dan dijajah.   I Petrus  5:8 berkata:

Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya”.

Jangan lalai. Bahwa musuh persatuan adalah perpecahan, dan di belakang perpecahan itu ada si Iblis yang siap menuai atas kelalaian kita. Karena itu waspadalah, sadarlah selalu. Di akhir khotbah ini saya menyerukan Selamat berusaha memelihara kesatuan Roh, Sadar dan waspadalah dan selamat hari minggu, Tuhan Yesus memberkati.

 

Shalom,

 

 

Ev. Harles Lumbantobing

  KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya  di Daftar... ARSIP..

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda yang baik, sopan dan bahasa yang mudah dimengerti. terimakasih