Sabtu, 23 Oktober 2021

HIDUP RUKUN DENGAN SESAMA

Kotbah Minggu 24 Oktober 2021

Tema:

HIDUP RUKUN DENGAN SESAMA

 

Ev:Ulangan 24:17-18

Ep:Ibrani 13:1-3

 

Ulangan 24:17-18 (tb)

24:17 Janganlah engkau memperkosa hak orang asing dan anak yatim; juga janganlah engkau mengambil pakaian seorang janda menjadi gadai.

24:18 Haruslah kauingat, bahwa engkau pun dahulu budak di Mesir dan engkau ditebus TUHAN, Allahmu, dari sana; itulah sebabnya aku memerintahkan engkau melakukan hal ini. 

------------

 

Shalom selamat hari minggu saudara/i ku yang terkasih di dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus.  Bahagia rasanya masih bisa menyapa saudara dalam kesempatan ini di dalam berbagi renungan minggu ini.

Ibadah minggu ini mengambil tema HIDUP RUKUN DENGAN SESAMA yang di dasarkan pada Nas Firman Tuhan Ulangan 24:17-18. Tema ini merupakan tema yang umum kita dengar, sifatnya luas, dan semua agama atau kepercayaan menegaskan dan mengajarkan ini kepada setiap pengikutnya.  Bahkan  ada aliran kepercayaan tertentu yang sangat baik dan disiplin menerapkan prinsip hidup rukun dengan sesama bahkan dengan alam, tumbuhan dan binatang-binatang.

Bagaimana dengan Kekristenan?  Dalam kekristenan juga hal ini diajarkan dan ditekankan.  Supaya setiap pengikutnya menerapkan dan melakukan ajaran ini.

 

Namun bagaimana faktanya di lapangan? 

Apakah perilaku kita sesuai dengan ajaran yang kita terima perihal menyangkut tema ini?.  

Adakah kelebihan orang percaya (Kristen) dibandingkan dengan agama atau aliran kepercayaan lain?

Nas Firman Tuhan hari ini Tuhan sampaikan kepada Musa untuk diajarkan dan ditegaskan kepada bangsa Israel untuk hidup sewajarnya sebagaimana seharusnya mereka hidup. Ada hal penting yang Tuhan mau sampaikan kepada mereka dan tentunya kepada kita saat ini menyangkut  ketentraman dan kedamaian sekaligus kesaksian hidup mereka di masyarakat.

Saudaraku jika kita membaca ayat 17-18 ini kita langsung dibawa kepada suatu nasihat yang mengingatkan siapa bangsa Israel sebelumnya. Perintah ini dimulai dengan larangan yang di dasarkan atas status dan kondisi mereka sebelumnya. Sepertinya perintah Tuhan ini akrab dengan telinga kita yang sering mendengar sebuah perumpamaan : " lupa kacang akan kulitnya".

Perumpamaan ini ditujukan kepada orang yang tidak mengingat siapa dirinya sebelumnya sebelum keadaannya yang sekarang.  Kalimat ini biasanya bernada negatif.  Kalimat ini dilontarkan ketika seseorang bersikap angkuh atau tidak sepantasnya mengingat sejarah hidupnya dimasa lalu yang jauh lebih buruk dari kondisi saat ini, dan barangkali masih banyak makna lain dari perumpamaan ini.

Sebelum kita masuk ke dalam tema ini, tentunya ada beberapa hal yang perlu kita pelajari menyangkut kedua ayat dalam nas ini. Yang pertama bahwa kita perlu sekali mengenal diri sendiri. Mengenal diri sendiri seperti siapa kita, latar belakang kita, karakter dan sifat kita, kelebihan dan kekurangan kita, akan membuat kita untuk mudah menyesuaikan diri atau menempatkan diri di hadapan orang lain.

Yang kedua perlu sekali kita mengenal diri kita ini siapa di hadapan Tuhan. Dihadapan Tuhan kita hanyalah ciptaan dan dari debu tanah. Orang berdosa, orang yang patut dimurkai dan mendapatkan hukuman yang kekal. Namun yang dikasihiNya dan yang tidak membiarkan kita anak-anakNya sampai jatuh ke dalam dosa dan dibinasakan. Kita adalah orang-orang yang sudah diampuni, sudah ditebus, dan dibenarkan karena Yesus Kristus yang mati di kayu Salib. Karena kita ciptaan, maka Tuhan sebagai pencipta lebih mengetahui siapa kita daripada diri kita sendiri.

Yang ketiga kita juga harus tahu siapa kita dihadapan sesama. Bahwasanya kita adalah sama-sama ciptaan yang Tuhan.  Status kita semua sama dihadapan Tuhan, kondisi dan keadaan kita semua pada dasarnya adalah sama-sama orang berdosa (Roma 3:23) dan patut dimurkai. Namun perbedaannya saat ini ada yang sudah dimerdekakan dari dosa oleh penebusan Yesus Kristus  dan ada yang masih belum menerimanya. Namun masing-masing kita diberi beban (salib) dan tanggungjawab yang berbeda-beda sesuai kehendak Tuhan, namun tujuannya sama yaitu memikulnya sampai akhir. Pada dasarnya juga kita semua lahir ke dunia ini  tanpa bawa apa-apa dan akan kembali meninggalkan dunia ini tanpa bawa apa-apa juga (Ayub 1:21). Selama hidup, sebanyak apapun harta yang kita miliki dan setinggi apapun jabatan yag kita miliki, tetapi akhirnya semua akan sama-sama kembali ke tanah,  dengan ukuran yang sama, tanpa membawa apa-apa dari semua yang dikumpulkan itu. Yang kaya dan miskin yang berjabatan tinggi maupun rendah semua akan kembali ke tanah dengan sehelai baju saja, bahkan ada yang kembali langsung menjadi debu lewat cara kremasi (dibakar). Demikianlah status kita manusia di hadapan Tuhan dan di hadapan sesama. Sebagaimana ayat 18 ini bahwa bangsa Israel diingatkan bahwa mereka adalah hasil tebusan Tuhan dari perbudakan Mesir, demikian juga dengan kita semua saat ini adalah hasil penebusan Tuhan dari perbudakan dosa.

 

Saudara, apa yang menjadi pelajaran bagi kita saat ini?

Hampir semua yang naik sepeda pernah jalan kaki menuju tempat yang dia tuju. Hampir semua yang naik sepeda motor pernah naik sepeda dan jalan kaki menuju tempat yang akan dia tuju. Hampir semua yang naik mobil juga pernah naik sepeda motor atau naik sepeda atau jalan kaki menuju tempat yang dia tuju. Karena itu, yang naik mobil pribadi tentu pernah merasakan perasaan yang hanya memiliki sepeda motor, demikian juga yang memiliki sepeda motor pernah merasakan perasaan mereka yang tidak punya kendaraan atau hanya berjalan kaki saja.

            Empat contoh berikut ini barangkali bisa membantu kita memahami:

  1. Kalau kita melihat,  secara materi banyak keadaan orang yang sukses dalam bisnis saat ini, atau kehidupanya yang mapan di mulai dari penderitaan dan kesulitan di masa lampau. Banyak dari mereka yang dahulu mengalami banyak kegagalan, penderitaan dan kesulitan hingga mereka mencapai keberhasilan seperti saat ini. Kalau Firman hari ini diaplikasikan kepada mereka saat ini, maka tentunya mereka tidak boleh sombong dan memandang rendah orang lain yang sedang berjuang dari nol dan masih mengalami jatuh bangun bahkan kegagalan dalam merintis usaha. Sedapat mungkin berilah motivasi atau dorongan yang bisa membuat mereka berhasil mencapai kesuksesannya. 
  2. Kalau kita melihat mereka-mereka yang karirnya sudah sampai jenjang yang tinggi, dalam suatu instansi atau perusahaan, pada umumnya mereka memulainya dari bawah dengan susah payah, penuh perjuangan hingga sampai  di posisi yang tinggi saat ini. Kalau Firman hari ini diaplikasikan kepada mereka saat ini, maka tentunya mereka tidak boleh sombong dan memandang rendah orang lain yang sedang meniti karir dari bawah. Janganlah mereka membatasi bahkan menghalangi mereka yang mulai meniti karir tersebut. Sedapat mungkin berilah peluang atau motivasi atau pertolongan yang bisa membuat mereka berhasil mencapai puncak karir mereka. 
  3. Kalau kita melihat mereka-mereka yang sukses dalam rumahtangga, anak-anak sudah pada berhasil, teratur dan menjadi keluarga yang rukun, tentunya itu tidak diperoleh secara instan. Mereka memulainya dari bawah. Penuh perjuangan, mungkin banyak air mata yang sudah menetes. Tetapi dengan komitmen bersama mereka berhasil mewujudkannya. Kalau Firman hari ini diaplikasikan kepada mereka saat ini, maka tentunya mereka tidak boleh sombong dan memandang rendah orang lain yang sedang mulai membangun rumah tangga dengan banyak tantangan juga. Beban yang kita hadapi dulu dalam rumahtangga belum tentu lebih berat dari yang mereka hadapi saat ini. Namun sedapat mungkin kita berdoa bagi mereka dan kalau bisa berbagi pengalaman dengan mereka dalam melewati setiap badai rumah tangga yang kita telah lalui. Meskipun tidak sama jenis badainya tetapi menunjukkan empati kita atas proses yang sedang mereka hadapi sudah merupakan perbuatan yang sangat baik sehingga sedapat mungkin mereka punya harapan akan mencapai keluarga yang harmonis. 
  4. Kalau kita melihat mereka-mereka yang sukses dalam pelayanan, pertumbuhan rohani yang baik, serta kedewasaan pemahaman akan Firman Tuhan pada umumnya mereka capai melalui perjalanan iman yang panjang dengan tempaan yang sukar dan berat dalam mengikut Tuhan. Sebab kita tahu tidak mudah untuk mengikut Tuhan. Sebab jalan yang kita akan ikuti adalah jalan salib (penderitaan). Kalau Firman hari ini diaplikasikan kepada mereka saat ini, maka tentunya mereka tidak boleh sombong dan memandang rendah saudara-saudaranya yang belum semapan mereka dalam pelayan. Jangalah menghakimi saudara pelayan yang lain yang belum seberhasil mereka dalam pelayanan. Sebab apa yang mereka peroleh saat ini adalah hanya kasih karunia Tuhan semata. Tidak ada yang bisa disombongkan. Justru alangkah baiknya mereka mendorong dan memotivasi bahkan menolong saudaranya yang lain untuk mengalami pertumbuhan iman dan spritual, pertumbuhan pelayanan, atau berbagi kesaksian akan semua karya Tuhan dalam pelayanannya, sehingga orang lain yang mengalami proses pertumbuhan, atau yang  memulai dari bawah merasa termotivasi untuk semakin maju dalam pelayanan meskipun ditengah-tengah banyaknya penderitaan dan hambatan yang akan dialaminya. Sebab dahulupun dia seperti mereka juga dalam merintis pelayanan.

 

Dari keempat contoh ini kita bisa tarik tiga hal penting yaitu:

  • Pertama bahwa kita pernah berada atau mulai dari titik teredah. Karena itu kita yang sudah pernah melewati titik-titik terendah itu hendaklah menaruh simpati dan tenggang rasa dengan mereka-mereka yang sedang mengalami titik terendah itu.
  • Kedua bahwa apabila kita bisa melakukan sikap baik seperti keempat contoh di atas, maka tentunya kita akan menjadi teman semua orang dan semua orang akan menjadi teman kita. 
  • Ketiga bahwa sebagai orang percaya yang sudah pernah melewati tititk-titik berat itu dan sampai kepada kondisi terbaik kita saat ini jangan lupa bahwa itu semua adalah karena anugerah dan pertolongan Tuhan.
 
Kalau ketiga hal ini kita sadari maka dampaknya akan tercipta kerukunan dan kedamaian dengan semua orang.

Kita harus hidup rukun dan damai dengan semua orang, karena demikianlah ajaran Tuhan kita. Status kita sebagai garam dan terang dunia harus benar-benar menggarami dan menerangi. Janganlah hidup rukun hanya dengan segolongan orang saja, hanya dengan komunitas saja, hanya dengan orang-orang yang kita sukai atau dengan orang-orang yang memungkinkan bagi kita untuk mendapatkan keuntungan dari mereka. Tetapi kita harus bisa hidup rukun dengan orang-orang yang senasib sepenanggungan seperti kita. Kita harus bisa hidup rukun dengan orang-orang  yang lebih beruntung dari kita dalam keadaan kehidupan di dunia ini. Kita tidak boleh lansung cemburu dan berpikiran negatif dengan mereka. Barangkali mereka bisa menjadi inspirator kita atau bahkan menjadi mentor kita menuju kesuksesan.  Kita juga harus bisa hidup rukun dengan mereka-mereka yang tidak lebih beruntung dari kita.  Sebagaimana saya tuliskan di atas bahwa kitapun pernah berada di titik-titik yang sukar dahulunya.

Saudara, sikap dan perilaku yang Tuhan larang dalam ayat 17 dan 18 ini adalah sesuatu yang sangat kejam dan jahat. Dalam pasal 24 ini memang ada banyak larangan dan perintah yang Tuhan sampaikan dalam kitab Ulangan ini. Namun dalam ayat 17-18 ini kita bisa melihat fokus yang Tuhan perintahkan adalah bagaimana supaya bangsa Israel tahu memperlakukan orang asing, anak yatim, dan janda-janda dalam kehidupan mereka. Supaya bangsa Israel tidak melakukan penindasan terhadap mereka, bersikap semena-mena dan memperkosa hak-hak mereka.

Penindasan dari jaman dahulu kala hingga saat ini terus merajalela. Roh (-bukan Roh Kudus)  penindasan ini  yang merupakan roh-roh jahat begitu keras bekerja dari jaman ke jaman untuk menghancurkan kemanusiaan dan toleransi antar manusia. Sepanjang jaman hal ini terus terjadi. Penindasan dari atasan/bos kepada bawahan, pemimpin kepada rakyatnya, yang kaya kepada yg miskin, yang kuat kepada yang lemah, yang pintar kepada yang bodoh, suami kepada istri, istri kepada suami, orangtua kepada anak-anaknya, anak-anak kepada orangtua, dan juga yang lebih tua kepada yang lebih muda. Hampir di semua golongan bisa terjadi penindasan. Namun dari renungan hari ini kita melihat  bahwa Allah tidak akan pernah diam melihat terjadinya seuatu penindasan. Cepat atau lambat Tuhan pasti akan bertindak sesuai waktunya Tuhan. Tuhan adalah pembela orang lemah dan teraniaya. Kasih sayang Tuhan begitu besar bagi mereka yang lemah dan teraniaya. Sebaliknya murka dan amarah Tuhan akan dasyat kepada mereka-mereka yang melakukan penindasan. Alkitab telah mencatat hal-hal yang demikian sebagai pelajaran dan pegangan bagi kita.

Tidak menindas orang lemah seperti janda, anak yatim, orang asing bukanlah satu-satunya sikap yang harus dihindarkan dalam menjalin kerukunan dengan sesama. Namun memperlakukan semua orang sebagaimana seharusnya adalah hal yang sangat baik dalam menjalin kerukunan dengan sesama. Seperti dalam Epistel Ibrani 13: 1-3 disebutkan: 

"Peliharalah kasih persaudaraan, Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat.Ingatlah akan orang-orang hukuman, karena kamu sendiri juga adalah orang-orang hukuman. Dan ingatlah akan orang-orang yang diperlakukan sewenang-wenang, karena kamu sendiri juga masih hidup di dunia ini".

Karena itu, mari jalinlah hubungan yang baik dengan semua golongan. Namun  bijaksanalah dalam pergaulan. Sebab pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik (1 Korintus 15:33)  maka gunakan selalu fungsi Garam dan Terang yang sudah ada pada anak-anak Allah (orang percaya). Kalau tidak kita sendiri akan melebur dengan pergaulan buruk dan menjadi lebih gelap dari kegelapan itu sendiri.

            Saudara yang terkasih dalam Kristus Yesus. Sebagaimana saya katakan dalam pembukaan di atas  bahwa semua agama dan aliran kepercayaan menekankan betapa pentingnya hidup rukun. Namun sebagai orang percaya kita berusaha untuk hidup rukun bukan sekedar karena melakukan perintah ajaran agama, tetapi ini adalah menjadi identitas orang-orang yang sudah ditebus Tuhan. Identitas ini kita miliki karena setiap orang yang beriman dan percaya kepada Yesus Kristus sudah menjadi garam dan terang dunia. Melakukan perintah Allah  untuk melakukan kebaikan termasuk hidup rukun adalah sebagai ucapan syukur karena kita sudah ditebus dari perbudakan dosa. Sehingga apapun yang kita lakukan itu bukanlah untuk mencari keuntungan atau mencari selamat di tengah-tengah dunia ini. Sebab yang terbaik dari kerajaan sorga sudah Tuhan berikan kepada kita yaitu AnakNya yang tunggal Tuhan kita Yesus Kristus, dan Roh Kudus yang melebihi dan mengatasi segala Roh ada bersama-sama dengan kita. Sehingga menabur kebaikan di dunia ini terhadap semua orang adalah sebagai ucapan syukur kita kepada Tuhan. Inilah yang membedakan kekristenan dengan yang lainnya. Namun sangat disayangkan banyak orang percaya yang tidak memahami ini, atau tidak mengetahuinya, atau tahu tetapi tidak mau perduli untuk melakukannya. Akibatnya wajah kekristenan tercoreng  oleh sikap dan tindakan mereka.

Akhirnya saudara, mari jangan lupakan siapa kita dahulunya, jangan lupa kacang akan kulitnya. Mari hidup rukun dengan sesama, dengan demikian kita dan orang lain akan mengalami kedamaian, ketenteranan batin. Sebab hal tersebut merupakan perintah Tuhan dan tentunya  akan  memuliakan Tuhan kita. Jangan mudah marah, jangan mudah berprasangka buruk dengan orang lain, rajinlah memberi pertolongan, mudah berempati dengan kondisi orang lain, ingat dan jangan lupakan segala kebaikan dan pertolongan orang lain, dengan demikian kita juga bisa melakukan hal yang sama terhadap orang lain, tetapi segeralah lupakan segala kesalahan dan perbuatan buruk orang lain terhadap kita dengan demikian kita akan menemukan kerukunan yang sejati.

Selamat hidup rukun, selamat hari minggu, Tuhan Yesus memberkati.

 

Shalom,

 

 

Ev. Harles Lumbantobing.

KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya  di Daftar... ARSIP..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda yang baik, sopan dan bahasa yang mudah dimengerti. terimakasih