Ibadah Minggu SEXAGESIMA, 12 Pebruari 2023
Tema:
KEBAHAGIAAN ORANG YANG HIDUP MENURUT TAURAT TUHAN
Ev: Mazmur 119:1-8
Ep: 1 Korintus 3:1-9
Mazmur 119:1-8 (TB):
119:1 Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN.
119:2 Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati,
119:3 yang juga tidak melakukan kejahatan, tetapi yang hidup menurut jalan-jalan yang ditunjukkan-Nya.
119:4 Engkau sendiri telah menyampaikan titah-titah-Mu, supaya dipegang dengan sungguh-sungguh.
119:5 Sekiranya hidupku tentu untuk berpegang pada ketetapan-Mu!
119:6 Maka aku tidak akan mendapat malu, apabila aku mengamat-amati segala perintah-Mu.
119:7 Aku akan bersyukur kepada-Mu dengan hati jujur, apabila aku belajar hukum-hukum-Mu yang adil.
119:8 Aku akan berpegang pada ketetapan-ketetapan-Mu, janganlah tinggalkan aku sama sekali.
----------------------
Shalom, selamat hari minggu saudara/i-ku sekalian. Kiranya hari ini saudara senantiasa dipenuhi kebahagiaan dan sukacita. Bahagia rasanya bisa berbagi dengan saudara-saudaraku semua tentang renungan ibadah minggu saat ini. Kebahagiaan merupakah hal yang paling dicari dan dikejar oleh setiap manusia. Tidak ada gunanya segala sesuatu yang dimiliki dan dicapai manusia jika dia tidak merasa dan mengalami kebahagiaan atas semuanya itu.
Kebahagiaan bagi seseorang tidaklah sama dengan kebahagiaan bagi orang lain. Masing-masing punya model kehagiaan masing-masing. Terkadang kita berpikir bahwa ketika kita sudah memperoleh semua yang kita inginkan maka kita akan berbahagia. Tetapi semakin kita dapatkan keinginan kita itu semakin kita merasa kekurangan dan menginginkan yang lain lagi. Kadang seseorang belum merasa puas dan bahagia sebelum ia memiliki apa yang dimiliki orang lain. Padahal pencapaian yang dialami si A sehingga dia berbahagia belum tentulah cocok dan tepat bagi si B untuk membuat dia bahagia. Itu sebabnya ada orang berpikiran bahwa seseorang yang hidupnya sederhana atau miskin itu jauh dari kebahagiaan. Padahal banyak yang hidupnya sederhana apa adanya justeru merasakan kebahagiaan lahir batin. Namun demikianlah pemikiran dan penilaian dunia.
Dalam ibadah kali ini minggu SEXAGESIMA atau enam puluh hari sebelum kebangkitan Yesus Kristus dari kematian, Kotbah minggu ini mengambil tema “KEBAHAGIAAN ORANG YANG HIDUP MENURUT TAURAT TUHAN” yang di dasarkan pada kitab Mazmur 119:1-8. Ada pesan penting bagi kita dalam nas Firman Tuhan ini yang menjadi perenungan dan penguatan bagi kita di dalam berjalan bersama Tuhan di tengah-tengah dunia ini.
Ada banyak ungkapan bahagia yang kita temukan dalam Alkitab. Baik dalam Perjanjian Lama, maupun Perjanjian Baru. Yesus sendiri mengungkapkan rumusan bahagia yang sangat terkenal dan juga sangat berbeda dengan konsep dunia ini yang merupakan bagian dari kotbah Yesus yang sangat terkenal yaitu Kotbah di Bukit (Matius 5:1-11).
Dalam ayat 1-3 dengan langsung dan mantap pemazmur menyampaikan ungkapan berbahagia yang berdasarkan atas dasar yang benar dan sesuai dengan standart Allah bukan standart manusia. Di sini disebutkan dengan jelas bahwa Yang berbahagia adalah orang yang hidup menurut Taurat Tuhan. Ada lima hal menurut nas Firman Tuhan ini yang menjadi pola hidup atau identitas seseorang yang hidup menurut Taurat Tuhan. Pertama orang demikian hidupnya tidak bercela. Kedua selalu memegang peringatan-peringatan Tuhan. Ketiga terus menerus mencari Tuhan dengan segenap hati. Keempat, tidak melakukan kejahatan dan kelima senantiasa hidup menurut jalan-jalan yang Tuhan tunjukkan. Konsistensi hidup menurut taurat Tuhan mendorong seseorang untuk hidup dengan kelima pola hidup atau identitas di atas. Hal-hal tersebutlah yang memberikan jaminan kebahagiaan sejati bagi seseorang yang takut akan Tuhan.
Kita mengetahui bahwa kebahagiaan itu senantiasa dicari oleh manusia. Karena itu pulalah dunia ini turut menawarkan kebahagiaan-kebahagiaan yang lain (yang semu) yang tentunya sifatnya sementara dan pada akhirnya nanti akan menghantarkan manusia itu kepada penderitaan dan dukacita yang tidak berakhir. Sering sekali manusia berpikiran dan berkesimpulan bahwa saya akan berbahagia jika saya sudah mandapatkan atau menerima. Itu sebabnya kebahagiaan yang sifatnya manipulatif ini senantiasa diraih dan dikejar manusia itu tiada habisnya. Padahal ini justeru mengorbankan kebahagiaannya yang sejati.
Kalau sungguh-sungguh belajar kebenaran Firman Tuhan dan memegang teguh hukum-hukum Tuhan maka dia akan berjumpa dengan kebenaran tentang kebahagiaan sijati seperti yang dikatakan Yesus bahwa “Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima” (Kisah 20:35b). Di sini kita melihat bahwa menerima itu bisa memberi kebahagiaan tetapi akan lebih berbahagia jika kita memberi.
Saudara, karena itulah sebagaimana dalam ayat 4 bahwa Allah sendirilah yang menyampaikan titah-titahNya sebagai pegangan dan penuntun mencapai hidup bahagia yang sejati. Di luar dari yang Allah berikan adalah kepalsuan semata. Allah kita secara terus terang dan terbuka menyatakan rahasia hidup bahagia ini supaya kita pegang teguh dan laksanakan dalam kehidupan kita sehari-hari. Berpegang teguh kepada Firman Allah dan ketetapan-ketetapan-Nya akan membentengi seseorang jatuh kedalam berbagai-bagai dosa yang menjadikannya malu pada akhirnya. Hal demikian disampaikan pemazmur dalam ayat 5-6. Awal kejatuhan manusia ke dalam dosa adalah ketika manusia itu tidak berpegang kepada ketetapan Tuhan dengan sungguh-sungguh.
Dalam buku Yusuf Roni yang berjudul “Makin dihambat makin merambat” di sana beliau menulis sebuah kisah tentang pentingnya memegang teguh ketetapan atau instruksi atau aturan dalam melakukan tindakan. Ada seorang pemilik kuda yang sangat sayang dengan kudanya ini. Dia sudah membesarkannya dan mengajarinya dengan instruksi-instruksi tertentu untuk melakukan perjalanan jika menungganginya. Suatu ketika karena suatu hal dia harus menjula kudanya ini. Lalu ada seorang pembeli yang tertarik untuk membelinya. Lalu pemilik kuda ini menyatakan bahwa kuda ini hanya mengerti perintah-perintah tertentu untuk menyuruhnya berjalan. Kalau mau berjalan maka dia harus menyebut “haleluya”. Kalau mau lebih kencang lagi sebut lagi “haleluya” dan seterusnya. Kalau mau berhenti harus menyebutkan kata “amin”. Akhirnya kuda inipun dibawa pemilik baru dan langsung mencobanya. Kata “haleluya” pertama disebutnya langsung kuda ini bergerak perlahan. Jalannya begitu mantap dan gagah. Demikian sampai dia beberapa kali dia mengucapkan “haleluya” kuda inipun berlari menjadi sangat kencang. Ketika di hadapannya sudah semakin dekat sebuah jurang yang dalam sementara kuda ini berlari semakin kencang, pemilik baru kuda ini pun menjadi ketakutan dan mencoba menghentikan kuda ini dengan suara “stop, berhenti, houuu, stop” sambil menarik-narik tali kekang juga sambil menendang-nendang perut kuda ini tetapi tidak berhenti. Akhirnya dia pasrah dan berdoa doa “Bapa kami”. Tepat di akhir doa itu dia berkata “amin” dan kuda itupun berhenti tepat dibibir jurang itu. Saking bahagia dan senangnya dia sudah selamat, maka dia spontan mengucap syukur kepada Tuhan dengan berkata “haleluya”. Tetapi naas bagi dia, saat mendengar kata “haleluya” kuda itupun langsung melompat ke jurang itu dan mereka berdua masuk jurang yang dalam.
Saudara, Pentingnya memegang teguh hukum-hukum Tuhan dan perintah-Nya akan memberikan kita keselamatan baik di dunia saat ini maupun di dunia yang akan datang. Allah tahu tidak mudah bagi manusia untuk menjalani hidup ini. Karena itu Dia memberikan kita aturan dan cara-cara serta penuntun di dalam menjalani hidup supaya kita berbahagia. Bahkan Allah telah memberikan AnakNya Yesus Kristus bukan saja hanya untuk mati menebus kita dari dosa tetapi sekaligus juga supaya menjadi contoh dan teladan bagi kita selama masih hidup di dunia ini.
Saudara hidup menurut Taurat Tuhan menjadikan kita semakin mengasihi Tuhan. Dengan demikian kita juga akan mengasihi sesama manusia. Mempelajari hukum-hukum Tuhan yang adil dan benar membuat kita tahu apa arti hidup kita dan sejauh mana Tuhan telah berkarya di dalam kita dan kita di dalam Tuhan. Dalam Mazmur 119:7 ini dikatakan “Aku akan bersyukur kepada-Mu dengan hati jujur, apabila aku belajar hukum-hukum-Mu yang adil”. Ayat ini menunjukkan bahwa ketika seseorang tidak mau belajar Firman Tuhan dan merenungkannya siang dan malam, hal tersebutlah yang menyebabkan mangapa seseorang tidak bisa atau susah untuk bersyukur setiap hari dalam hidupnya dengan apapun yang terjadi. Dia tidak akan pernah bisa melihat bahwa ketika kita menghadapi teguran Tuhan atau hajaran Tuhan sekalipun sesunggunya kita tetap harus bersyukur sebab dengan cara itu jugalah Tuhan sedang menyatakan bahwa Tuhan mengasihi kita dan kita adalah anak-anakNya, dan di situlah salah satu letak kebahagiaan sejati itu. Orang yang bersyukur adalah orang yang berbahagia.
Terakhir dalam ayat 8 dinyatakan “Aku akan berpegang pada ketetapan-ketetapan-Mu, janganlah tinggalkan aku sama sekali”. Pernyataan “janganlah tinggalkan aku sama sekali” ini sesungguhnya adalah hal yang tidak akan Tuhan lakukan kepada setiap anak-anakNya yang berpegang kepada ketetapan Tuhan. Tetapi pergumulan dan persoalan hidup yang terjadi sering sekali bisa melemahkan keyakinan umat Tuhan bahwa Tuhan senantiasa menyertainya. Kadang mereka berpikir bahwa jika hidup mereka senantiasa senang, tanpa masalah, tanpa pergumulan dan penderitaan maka di situlah Tuhan sedang melawat mereka dan tinggal bersama-sama dengan mereka.
Hal ini sering sekali dimanfaatkan oleh Setan lewat pengajaran teologia-teologia sesat yang menyatakan bahwa jika seseorang masih hidup dalam penderitaan, kemiskinan, sakit penyakit, kegagalan maka dia belum hidup di dalam Tuhan dan Tuhan di dalam dia. Penyertaan dan kehadiran Tuhan mereka tafsirkan dengan hidup makmur tanpa masalah dan penderitaan.
Padahal justeru dalam pergumulan dan persoalan hidup yang kita hadapi itulah kita bisa melihat Tuhan dan pertolonganNya dengan jelas.
Karena itu Tuhan tidak mungkin membiarkan kita hidup tanpa masalah selama berada di dunia ini, sebab dunia yang kita tempati ini adalah dunia yang penuh masalah. Tetapi dalam penyertaaan Tuhan lewat pengamalan hukum-hukumNya maka kita yang percaya kepadanya akan turut menjadi pemenang atas pergumulan hidup. Itulah bagian setiap pengikut Kristus. Yesus pernah berkata dalam Yohanes 16:33: “Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia." Sehingga setiap kita yang beriman dan percaya kepada Yesus kita juga akan turut menjadi pemenang-pemenang. Di sinilah letak kebahagiaan itu. Bahagia ada karena ada peristiwa duka, kesulitan, atau penderitaan yang dilewati. Seseorang tidak akan mengenal apa itu bahagia tanpa penderitaan, duka atau kesulitan. Sama seperti ungkapan“tidak ada orang kaya jika tidak ada orang miskin”. Tidak ada seorangpun yang disebut pemenang jika dia tidak bertempur, bertarung, atau bertanding. Dalam hal inilah dia mengalami berbagai-bagai penderitaan atau kesulitan sampai menjadi pemenang. Di sinilah letak kebenaran itu bahwa orang yang hidup menurut Taurat Tuhan akan berbahagia.
Saudara sudahkah saudara berbahagia hari ini? Mari tetap hidup menurut Taurat Tuhan. Selamat Hari Minggu, Selamat beribadah dan Selamat Berbahagia, Tuhan Yesus memberkati.
Shalom,
Ev. Harles Lumbantobing
KLIK ARSIP untuk melihat tulisan lainnya
di Daftar... ARSIP..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda yang baik, sopan dan bahasa yang mudah dimengerti. terimakasih