Pandangan saya pribadi menyikapi peristiwa Wabah Virus Covid-19 saat ini.
COVID-19
adalah salah satu virus dalam kelompok Corona virus yang bisa menyerang sistem
pernapasan manusia. Covid-19 masuk dalam kelompok Beta dalam Corona Virus yaitu
virus yang bisa tertular dari binatang ke manusia. Virus ini ada kemiripan dengan
SARS dan MERS yang sempat merebak beberapa tahun lalu.
Apakah Gereja di Indonesia akan terlibat
untuk membantu menyelesaikan masalah dunia ini?
Sudah
pasti akan berkata bahwa Gereja akan ikut terlibat berkontribusi dalam setiap
permasalahan yang dialami masyarakat seperti wabah penyakit yang menyerang atau
mengancam masyarakat ataupun jemaat. Dari jaman dulu dalam penyebaran Injil, para
Missinonaris selalu juga membawa bersama mereka pengetahuan tentang penyakit yang
umum dan cara penanganan dan pengobatannya.
Untuk penyakit-penyakit yang diluar kemampuan mereka dan pengetahun yang
terbatas masa itu, kita melihat sering terjadi mujizat. Pada jaman sekarang ini
dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi kedokteran, Gereja dan para
pemberita Injil tidak lagi harus membekali diri dengan pengetahuan dan keahlian
itu. Itu sebabnya jika ada jemaat yang mengalami penyakit, Gereja sudah
menganjurkan untuk membawanya ke rumah sakit atau dokter, sebab Gereja mengakui
pengetahuan medis itu juga bersumber dari Tuhan.
Dalam
kasus wabah Covid-19 saat ini, kita
melihat dengan jelas apa ini virus, bagaimana gejalanya, bagaimana
penularannya, dan bahayanya seperti apa?. Sesungguhnya Tuhan sudah segera
memberi pengetahuan dan pertolongan terhadap manusia tentang wabah ini.
Tergantung bagaimana manusia meresponinya dan menindaklanjutinya.
Dengan
pengetahuan tentang apa dan bagaimana Virus ini, maka kita tidak perlu lagi
harus TAKUT dengan virus ini.
Dari
keterangan ahli Virulogy (ahli virus) bahwa sebenarnya virus ini akan berbahaya
kepada orang-orang yang daya tahan tubuhnya lemah jika tidak segera mendapatkan
pertolongan yang tepat. Seperti para golongan lansia, dan yang sedang mengalami
berbagai penyakit lain dalam tubuhnya sehingga antiobodinya lemah. Bagi yang
daya imumnya kuat, tubuhnya sendiri akan mengeluarkan antibodi melawan virus
ini dan dalam 14 hari akan sembuh dan imun terhadap virus ini, dan diperlukan
paling tidak 7 hari lagi untuk memastikan bahwa dalam tubuhnya tidak ada lagi
virus itu (sudah mati) yang bisa ditularkan kepada orang lain. Tingkat
kesembuhannya bisa sampai 97%, sekali lagi
jika penanganannya sudah tepat dan cepat.
Penyebaran
virus ini demikian cepat karena penularannya bisa melalui sekret yang
dikeluarkan saat bersin dan batuk, tetapi juga paling gawatnya dia bisa menular
lewat kontak badan antar manusia dengan manusia, manusia dengan benda-benda
yang bersentuhan dengan manusia itu sendiri. Ini yang membuat penyebarannya
demikian cepatnya.
Yang
menjadi pertanyaan selanjutnya dalam kasus ini adalah Bagaimana caranya Gereja menolong
dan ikut ambil bagian dalam mencegah atau memperlambat penularan virus ini?
Di
Indonesia kita melihat bahwa tingkat kematiannya cukup tinggi dibandingkan
negara lain. Sebagai contoh untuk per tanggal 21 Maret 2020, pukul 14.00 WIB, (https://www.worldometers.info/coronavirus/) ada 369 kasus di Indonesia, yang sudah sembuh
17orang (4,6%) dan yang meninggal 32
orang (8,6%). Jika dibandingkan dengan
negara tetangga kita Singapura 385 Kasus, sembuh 131 (34%), dan meninggal 0
(0%), atau Malaysia 1030 kasus, 87 orang (8,4%)sembuh dan 3 orang (0,29%)meninggal.
Tingkat
kematian di Indonesia termasuk tinggi. Ini bisa melonjak signifikan jika
Pemerintah dan masyarakat tidak segera bekerja sama menanggulanginya.
Sebagai
contoh, di suatu daerah Provinsi Rumah sakit rujukan utama masih hanya satu rumah
sakit, dengan kapasitas ruang isolasi yang masih sangat sedikit dibawah 10
ruangan (menurut pemberitaan) dan Pemerintah tentunya akan mengupayakan
peningkatannya, baik fasilitas dan rumah sakit rujukannya. Jika terjadi
lonjakan pasien yang PDP (Pasien Dalam Pemantauan), dan Pasien yang positif
Covid-19, tentu Para Medis akan kewalahan menanganinya, sehingga bisa terjadi
kepanikan, keterlambatran pertolongan, bahkan kematian pasien.
Kembali
kepada pertanyaan di atas, Bagaimana caranya Gereja menolong dan ikut ambil
bagian dalam mencegah atau memperlambat penularan virus ini?
Ada
beberapa hal yang menurut saya secara pribadi bisa diambil tindakan oleh
Gereja:
- Gereja bersama Pemerintah harus bergandengan tangan dalam menanggulanginya, sebagai salah satu tugas dan panggilan Gereja.
- Keputusan dan anjuran Pemerintah pusat dan daerah dalam kasus virus Covid-19 ini harus juga direspon Gereja dengan bijaksana jika Gereja masih mengakui pemerintahan itu berasal dari Tuhan. Keputusan dan anjuran itu sudah disampaikan dan hampir semua elemen masyarakat mengetahuinya.
- Gereja harus siap mendukung jika dibutuhkan oleh pemerintah untuk ikut ambil bagian dalam penanganan pasien-pasien PDP atau Positif Covid-19. Dukungan ini bisa berupa Doa, pemberitan dukungan motivasi dan semangat, Bantuan suplemen untuk mempercepat kesembuhan pasien, mengedukasi masyarakat, juga mengajak jemaat untuk bergotongroyong (lewat dana) memfasilitasi pengadaan vitamin dan hand sanitizer ke daerah-daerah sekitar gereja atau jemaat-jemaat yang kurang mampu.
- Gereja juga bisa berinisiatif lewat bidang yang membidanginya untuk memproduksi Hand sanitizer (sesuai standart WHO) yang tergolong mudah pembuatannya yang bisa diedarkan kepada masyarakat dan jemaat-jemaat, pengadaan masker gratis, Mobil cuci tangan keliling, Mobil penyemprotan desinfektan keliling, dsb.
- Jika kondisi mengharuskan dan jika dibutuhkan Gereja juga harus bersedia memberikan gedung gerejanya sebagai tempat untuk ruang isolasi atau pemulihan pasien-pasien baik yang berstatus PDP atau yang sudah positif virus Covid-19
Masalah yang dihadapi saat ini adalah
adanya ke-gamang-an pemimpin-pemimpin gereja untuk mendukung program
penanggulangan ini. Di satu sisi mereka mengajarkan menggunakan IMAN dalam
segala sesuatu, bahkan menggunakan ayat Alkitab untuk mendukungnya. Namun dalam
sisi lain ada yang tahu bahwa ini tidak berhubungan dengan Iman, bahwa solusi
untuk wabah ini sudah ada, dan panduan dari para Medis dan pemerintah untuk
menanganinya sudah ada, namun demi menjaga wibawa atau penilaian jemaat mereka
mengabaikannya. Apalagi ada jemaat atau para majelis yang berkata “dimana iman
kita?, “Dalam nama Yesus virus itu
dikalahkan” seakan-akan langsung menghilangkan logika dan kebenaran, sehingga
Pemimpin jemaat itu mengikut saja dan tidak berani mengambil keputusan yang pro
terhadap keselamatan jemaatnya. Dalam kasus ini demi harga diri, Para Pemimpin
tidak berani berkorban (diejek atau dihujat) demi keselamatan jemaatnya. Hal itulah yang sudah terjadi di
Gereja-gereja di belahan dunia lain, sehingga beramai-ramai jemaat dan masyarakat
mengalami dampak wabah ini yang menyebabkan penderitaan dunia. Para pemimpin
dan warga Kristen yang tidak menyadari
ini akan ikut ambil bagian sebagai korban dan juga sebagai carier (pembawa
wabah) dalam penyebaran virus ini.
Apakah dalil iman tepat digunakan dalam
kasus ini?. Menurut saya tidak demikian. Wabah ini tidak bicara iman yang
demikian. Kita harus bisa membedakan dan menempatkan Iman itu secara benar.
Jika kasus yang kita hadapi adalah seperti Sadrakh Messakh dan Abidnego (Daniel
3), dimana Pemerintah melarang mereka beribadah kepada Allah lain, selain
kepada patung yang didirikan raja Nebukadnezar, dan apabila ketahuan tidak
menyembah patung itu akan dimasukkan ke dalam perapian yang menyala-nyala, Maka
Iman itu diuji di dalam peristiwa ini. Iman mereka bertiga kepada Allah
Abraham, Ishak dan Yakub telah melepaskan mereka dari perapian itu. Atau
peristiwa Daniel di Gua Singa (Daniel 6), Raja mengeluarkan perintah
apabila dalam 30 hari ada yang
menyampaikan doa/permohonan kepada dewa atau manusia selain Raja akan dihukum
dan dimasukkan ke Gua Singa. Dalam hal ini,
iman Daniel telah mambawanya selamat dari Gua Singa itu. Namun perlu
saya garis bawahi juga kedua contoh ini, bahwa iman mereka tidak membawa mereka
lepas dari hukuman itu, sebab mereka tetap kena hukuman. Tetapi iman mereka
membawa mereka menang terhadap (menghadapi) hukuman itu.
Bagaimana dengan Covid-19? Munculnya virus Covid-19 ini harus membawa
manusia menyadari kelemahannya dan ketergantungannya kepada Tuhan. Satu Virus
yang demikian kecil bisa melumpuhkan
dunia bahkan membuat kematian. Virus ini
juga sepatutnya semakin membawa pengharapan kepada manusia akan kedaulatan dan
pertolongan Tuhan.
Ada orang berkata:
“Apakah Virus ini ciptaan Tuhan? “
Jawaban saya: “Benar semua mahluk kita
yakini ciptaan Tuhan.
“kalau begitu Tuhan tidak akan
menciptakan virus ini untuk menyakiti orang yang beriman dan percaya kepada
Tuhan dong?”
Jawaban saya: Semua kasus di dunia atau
kita khususkan semua orang Kristen yang sudah menjadi korban sampai kepada yang
sudah meninggal, adakah yang menjamin/memastikan bahwa mereka tidak beriman?
Adakah Daniel dan teman-temannya luput dari hukuman itu karena mereka beriman?
Seperti yang saya sampaikan diatas, iman mereka tidak meluputkan mereka dari
hukuman, tetapi memberikan mereka kemenangan menghadapi hukuman itu.
Saya tergelitik membaca sebuah tulisan
di Medsos dan saya rasa ada benarnya juga, mengatakan demikian. “Kalau ada
berkata jika memang virus itu ciptaan Tuhan, maka kita beriman kita tidak akan
kenapa-kenapa dengan virus itu, Kalau begitu, Macan/harimau buas juga ciptaan
Tuhan berani gak duduk-duduk atau tinggal bersama dengan Macan/harimau itu?”
Saya jadi teringat Yusuf di rumah
Potifar. Masalah yang dihadapi di depan matanya adalah bahwa Istri Potifar
begitu birahi dengan dia dan selalu terus menggoda Yusuf untuk bersetubuh
dengan dia. Sesuai dengan pengetahuan dan pemahaman Yusuf tentang Allahnya,
Jika dia melakukannya maka dia sudah berbuat dosa kepada Allah (Kej 39:9).
Akhirnya Yusuf melarikan diri (lari) dari istri Potifar. Dia Lari dari masalah
yang dia tahu persis bahwa dia tidak akan kuat menghadapinya. Amsal 22:3
menyatakan demikian: “Kalau orang bijak melihat malapetaka,
bersembunyilah ia, tetapi orang yang tak berpengalaman berjalan terus, lalu
kena celaka”. Kebijaksanaan Yusuf untuk mengambil keputusan itu untuk lari
telah melepaskannya dari dosa dan hukuman Tuhan.
Atau ada juga yang berkata “sebagaimana
tulah ke sepuluh di Mesir (Anak sulung mati), tidak satupun anak sulung bangsa
Israel bahkan anak sulung hewan mereka yang mati, maka demikian juga Tuhan akan
pelihara kita umatNya terhadap wabah ini”
Ini pengutipan sejarah yang tidak cocok
dengan kasus Covid-19 ini, dan pemahaman yang salah terhadap sejarah itu. Bahwa
tidak adanya satupun anak sulung bangsa Israel atau hewannya yang mati adalah
karena Tuhan perintahkan kepada Musa untuk menyuruh setiap bangsa Israel
mengoleskan darah domba ke setiap tiang
pintu rumahnya (Keluaran 12:7). Maka setiap rumah yang ada tanda itu akan dilewati/dikenali
Tuhan sehingga tidak akan ada kematian anak sulung di rumah itu. Jadi Tuhan beri perintah melalui Musa, Musa
menyampaikannya kepada bangsa itu. Hanya yang menuruti anjuran dan perkataan Musa lah (sebagai Pemimpin) yang
akan luput dari tulah itu. Sedangkan yang menentang atau tidak menurutinya tidak
akan luput, walaupun itu bangsa Israel sendiri sebagai bangsa pilihan Tuhan.
Kalau begitu di manakah dalil Iman tepat
ditempatkan dalam kasus virus Covid-19 ini?
Menurut saya ada beberapa hal yang bisa
kita perbuat dengan iman itu, sebab Iman tanpa
perbuatan adalah mati.
1.
Kita
beriman bahwa kita akan Tuhan berikan kebijaksanaan dan jalan keluar dalam menghadapi wabah Virus
Corona ini.
-->Dalam hal ini
Tuhan sudah memberikan pengetahuan itu kepada manusia, dan termasuk kita
sendiri yang kita peroleh dari berbagai
sumber yang terpercaya. Masalahnya adalah apakah kita mau melakukannya atau
tidak, sehingga nantinya iman kita ini akan melepaskan kita.
2.
Kita
beriman bahwa wabah ini tidak akan menjauhkan kita dari Tuhan kita bahkan
sampai menghujat atau menyalahkanNya.
-->Dalam hal ini
kita harus menyelidiki hati kita masing-masing apakah kita semakin mendekatkan
diri kepada Tuhan atau semakin lari dari Tuhan karena ketakutan dan kekuatiran.
Tetapi itulah iman jika nantinya ujian itu datang atau saat ini sedang kita hadapi, maka kita
akan tetap bersama Tuhan oleh iman ini.
3.
Kita
beriman bahwa Tuhan akan menolong kita melewati masa-masa kritis
seandainya kita terkena positif Virus
ini.
-->Meskipun mungkin
ini belum kita alami, tetapi inilah iman yaitu bukti dari segala sesuatu yang
belum kita lihat/alami. Ini membuat kita bersiap-siap/waspada seandainya kita
mengalaminya.
4.
Kita
beriman bahwa Tuhan akan berikan kepada pemerintah kita hikmat dan
kebijaksanaan untuk segera mengambil tindakan cepat mengatasi wabah ini serta cara
pencegahan yang efektif untuk mengatasi penyebarannya.
-->Hal ini sudah
Tuhan nyatakan, walau dari setiap pemerintahan dunia ada yang cepat
meresponinya, ada yang lambat meresponinya. Kita Bersyukur Pemerintah
Indonesia sudah mengambil tindakan, dan memberikan arahan-arahan dalam
menghadapi virus ini, termasuk beberapa Pimpinan-pimpinan pusat Gereja. Tinggal
tergantung bagaimana masyarakat dan Gereja menyikapi dan melaksanakannya. Jika
kita menyatakan diri beriman maka kita harus berbuat.
5.
Kita
beriman bahwa Tuhan akan menolong setiap para medis yang bekerja siang malam
bahkan sampai mengorbankan dirinya dan keluarganya untuk membantu para pasien.
--> Hal ini terus
kita imani, karena merekalah gugus paling depan
untuk merawat semua pasien hingga bisa dinyatakan sembuh dan bisa
berkumpul lagi dengan keluarganya. Padahal mereka belum tentu bisa berkumpul
dengan keluarganya sebab mereka harus menangani pasien-demi pasien selanjutnya,
dan juga harus menjaga jarak dengan keluarganya supaya tidak ada kemungkinan
keluarganya tertular dari mereka.
6.
Kita
beriman bahwa Tuhan akan membukakan rahasia tentang virus ini sehingga para
ahli virus dan penyakit bisa segera menemukan vaksinnya.
--> Dari berita hari
ini (21/3/2020) di media sudah disebutkan salah satu negara sudah mulai
menemukan vaksinnya, kita beriman bahwa Anugerah pengetahuan yang Tuhan berikan
kepada manusia akan bisa menemukannya.
7.
Kita
beriman bahwa ini pasti berakhir dan nama Tuhan akan dipermuliakan, serta
mendatangkan kebaikan pagi setiap orang yang percaya kepadaNya.
-->Segala sesuatu
pasti mendatangkan kebaikan bagi setiap orang yang mengasihi Tuhan (Roma 8:28)
Baiklah saya masukkan pernyataan iman
yang berikut ini bahwa: “Kita beriman bahwa virus itu tidak mampan kepada kita
yang beriman kepada Tuhan”
-->Tetapi apakah
orang beriman yang tidak mampan virus ini
akan menjadi pembawa wabah penyakit
kepada manusia yang lain yang tidak kebal seperti dia?
Sejalan dengan itu maka saya menyarankan
bahwa ada yang harus kita perbuat dengan pernyataan iman seperti di atas yaitu:
- Orang percaya harus berdoa dan berusaha supaya tidak kena wabah ini supaya bisa menolong orang lain yang kena wabah ini. Walaupun pertolongan ini bukan selalu harus bersifat fisik (karena potensi penularannya lewat fisik) tetapi bisa dengan banyak cara seperti diatas tentang apa yang bisa dilakukan Gereja.
- Menolong orang lain dengan tidak menjadi Carier (pembawa dan penyebar virus) kepada orang lain. Dalam hal ini perlu kita perhatikan anjuran dan saran dari pemerintah dan para medis tentang cara penanggulangannya.
- Janganlah bersikap seolah-olah kita kebal kepada wabah penyakit, sebab itu bisa berdampak buruk buat diri sendiri dan orang lain. Setidaknya ada dua sikap masyarakat tentang hal ini. Saya khususkan saja orang Kristen yang berkata ini yaitu:
a. Mereka
berkata bahwa saya kuat karena saya makan ini, itu, saya pakai ini, itu (sebut
saja makanan atau minuman atau herbal tertentu) dan virus itu tidak mampan
kepada saya.
b. Firman
Tuhan berkata bahwa Tuhan akan melindungi kita dari segala wabah penyakit dan
melepaskan kita dari bencana, jadi itu tidak akan menimpa kita kalau kita
beriman, Jadi gak usah takut, dengan mengutip beragam ayat Firman Tuhan.
Kedua
hal ini artinya bahwa gak usah ikutin anjuran dan peraturan pemerintah itu,
bahkan termasuk seruan para Pimpinan gereja itu.
OK
baiklah saya anggap keduanya benar dan saya anggap faktanya mereka kebal
terhadap virus itu. Tetapi fakta berikutnya yang harus diketahui adalah:
1. Mereka menjadi
pembawa wabah (penyakit) kepada saudara-sauradanya yang lain bahkan
keluarganya. Mereka akan menjadi pembawa penyakit kepada manusia-manusia yang
lain, sebab di tubuh mereka menempel wabah-wabah penyakit yang tidak mampan kepada
tubuh mereka, tetapi kepada orang lain bisa membinasakan.
2. Mereka
akan menjadi penyebab semakin banyaknya perpisahan orang-orang yang saling
mengasihi karena ada anggota keluarganya yang harus masuk ruang isolasi
selama paling tidak 21 hari, kalau itu kedua orangtua maka siapa yang akan
mengurus anak-anaknya sementara keduanya dikarantina, dan anak-anaknyapun
dicurigai tertular juga, Kalau itu seorang nenek, maka tinggallah kakek itu
sendiri dirumah tak bisa ngurus diri sendiri, semantara istrinya (nenek) itu di
ruang isolasi, Anggota keluarga ada diluar kota, masyarakat sekitar enggan
berhubungan dengan kakek itu sebab pasti akan diduga terkena juga. Atau seorang
tulang punggung keluarga yang kerja
harian, harus diisolasi, sementara istri dan anak-anaknya akan
terlunta-lunta sampai dia sembuh (kalau dia berhasil sembuh).
3. Mereka
akan menjadi penyebab para tim-tim medis yang menangani pasien-pasien di ruang
karantina juga harus berpisah dengan
keluarganya dengan waktu yang tidak bisa ditentukan. Mereka memikirkan antara
tugas panggilan dan juga keselamatan dirinya dan keluarganya.
Virus Covid-19 ini hanyalah salah satu
virus yang tidak lebih berbahaya dari wabah-wabah sebelumnya. Namun adakah
diantara kita yang beriman berani berkata: “Saya beriman kepada Tuhan karena
itu saya tidak takut dan tidak akan kenapa-kenapa jika menggunakan jarum suntik
bersama penderita HIV/AIDS atau
bersentuhan dengan cairan tubuhnya atau darahnya”, Atau biar saya merawat
penderita Virus SARS atau MERS itu sebab saya beriman, virus itu tidak akan
mampan kepada saya. Kalau memang kita
sebagai orang beriman kebal terhadap semua wabah penyakit, mengapa orang beriman juga mendukung fogging atau penyemprotan nyamuk aedes agypty
penyebar Demam Berdarah, dan jika kita
positif mengidap DBD apakah dengan iman kita akan berharap Muzijat Tuhan tanpa
berbuat apa-apa?, saya kira anda akan segera berangkat opname ke rumah sakit
untuk kesembuhan. Mengapa orang beriman mendukung untuk tidak makan sembarangan
makanan yang mungkin tidak steril untuk menghindari bakteri salmonella thyposa
penyebab penyakit tifus. Demikian juga untuk penyakit lainnya. Jawabannya adalah karena kita semua sudah
mendapat pengetahuan tentang penyakit itu.
Karena itu perlulah sebagai orang yang
beriman, yang Tuhan berikan kita hikmat, pengetahuan dan kebijaksanaan untuk
mengambil sikap yang tepat dalam turut serta
menghadapi dan menanggulangi wabah yang sedang melanda dunia ini.
Syukur kepada Tuhan, lewat ilmu
pengetahuan yang dibrikanNya kepada manusia, Wabah covid-19 ini sudah dikenali
dan diketahui bagaimana dampaknya, sifat dan penularannya.
Penularannya sangat cepat, kesiapan medis
dunia dan fasilitasnya belum memadai untuk menghadapi dampak virus ini terhadap
tubuh, sementara virusnya sendiri tidak ada obatnya. Itu sebabnya solusi
SEMENTARA sampai ditemukan vaksin dan alur penanganan yang cepat dan tepat,
dilakukanlah seperti apa yang diserukan para medis lewat Pemerintah pada saat
ini. Ketika seseorang terinfeksi, maka
dia akan mengalami gejala mirip influensa, sampai kepada demam, sesak napas dan
nyeri di dada atau paru-paru. Hal ini lebih berampak pada golongan usia lanjut
dan orang yang sedang dalam keadaan tidak sehat (imun tubuh lemah). Kalau tidak
segera ditangani ini bisa berdampak buruk sampai kepada kematian. Jika
Fasilitas peralatan dan tenaga paramedis cukup memadai maka itu akan bisa
menolong banyak pasien yang terkena infeksi, bisa mencapai 97% (Ini berdasarkan
ilmu dan pengetahuan yang manusia miliki).
Jadi, ada 10 hal yang perlu saya
sarankan atau beri masukan dalam hal ini yaitu:
1.
Kita
jangan takut dan panik, tetapi punya iman bahwa Tuhan akan beserta kita melawan
atau melewati wabah penyakit ini.
2.
Hendaklah
kita bijak dalam menyikapi situasi, jika di daerah kita sudah ada PDP atau
positif terinfeksi, maka sebaiknya kita waspada.
3.
Kalau
kita percaya bahwa ilmu pengetahuan juga bersumber dari Tuhan, dan Pemerintah
juga adalah wakil Tuhan untuk kesejateraan kita maka marilah kita turut serta
ikut melawan penyebaran virus ini dengan mengikuti alur dan aturan yang
disarankan.
4.
Mari
Gereja dan jemaat ikut serta bersama Pemerintah
mendukung program untuk mencegah penyebaran virus ini untuk tetap tinggal
dirumah bersama dengan keluarga sesuai
dengan batas waktu yang diberikan pemerintah. Ibadah minggu sementara bisa dilakukan
di rumah masing-masing dengan dipimpin
oleh kepala rumah tangga masing-masing.
5.
Untuk
tempat fasilitas umum seperti Gereja dan tempat-tempat perkumpulan ibadah rumahan, yang tidak mengindahkan
anjuran untuk sementara meniadakan perkumpulan atau menguranginya, maka Gereja (Pemimpin) melakukan tindakan
preventif (pencegahan) kepada umatnya dengan menyediakan Hand Sanitizer,
Penyemprotan desinfektan, penyediaan sabun dan cuci tangan dengan air mengalir,
dan pendeteksi suhu tubuh, demi mencegah dan memberikan rasa aman bagi jemaatnya.
6.
Mari
merendahkan hati dan saling menjaga satu dengan yang lain, supaya kita semua
bisa terhindar dari virus itu.
7.
Gunakan
dan andalkan iman dengan benar supaya kita tidak sampai mencobai Tuhan.
8.
Hal
ini sifatnya sementara sampai ada instruksi dari yang berwenang untuk
menyatakannya sudah aman atau
terkendali.
9.
Mari
sadar dan instropeksi diri, jaman ini sudah banyak orang tidak mau datang lagi
beribadah ke gereja. Saat ini juga orang yang datang ke Gereja banyak yang sudah
tidak benar lagi motivasinya untuk beribadah. Tubuhnya memang duduk di dalam
gedung gereja tetapi hati dan pikirannya entah dimana. Banyak yang perhatiannya
sudah tidak lagi kepada Firman Tuhan tetapi kepada Gadget (Android) yan dipegangnya.
Baik jemaat maupun Pelayan semua harus instropeksi diri.
10.
Mari
beriman bahwa wabah ini pasti berlalu, Dan dibalik semua ini sebagai orang percaya
masing-masing kita harus menemukan apa kehendak Tuhan buat kita masing-masing dengan
adanya peristiwa ini.
Kiranya Tuhan menolong kita semua dan penduduk
dunia dalam menghadapi semua ini.
Shalom,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda yang baik, sopan dan bahasa yang mudah dimengerti. terimakasih