Minggu, 26 April 2020

KESETIAAN ALLAH


Minggu  26 April 2020
Minggu Misericordias domini
KESETIAAN ALLAH
Roma 3:1-8
Roma 3:1-8
3:1 Jika demikian, apakah kelebihan orang Yahudi dan apakah gunanya sunat?
3:2 Banyak sekali, dan di dalam segala hal. Pertama-tama: sebab kepada merekalah dipercayakan firman Allah.
3:3 Jadi bagaimana, jika di antara mereka ada yang tidak setia, dapatkah ketidaksetiaan itu membatalkan kesetiaan Allah?
3:4 Sekali-kali tidak! Sebaliknya: Allah adalah benar, dan semua manusia pembohong, seperti ada tertulis: "Supaya Engkau ternyata benar dalam segala firman-Mu, dan menang, jika Engkau dihakimi."
3:5 Tetapi jika ketidakbenaran kita menunjukkan kebenaran Allah, apakah yang akan kita katakan? Tidak adilkah Allah -- aku berkata sebagai manusia -- jika Ia menampakkan murka-Nya?
3:6 Sekali-kali tidak! Andaikata demikian, bagaimanakah Allah dapat menghakimi dunia?
3:7 Tetapi jika kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaan-Nya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa?
3:8 Bukankah tidak benar fitnahan orang yang mengatakan, bahwa kita berkata: "Marilah kita berbuat yang jahat, supaya yang baik timbul dari padanya." Orang semacam itu sudah selayaknya mendapat hukuman.



Shalom, selamat Siang dan Selamat hari Minggu saudara-saudari dalam Kristus Yesus.

Di Minggu  Misericordias domini hari ini kita akan disapa Firman Tuhan dengan tema KESETIAAN ALLAH.
Dari sejak awal kisah Alkitab di jaman Abraham, pemilihan Israel atau Yahudi sudah jelas kita ketahui bersama bahwa pemilihan dan pemisahan Abraham dari kaum kerabatnya adalah untuk mengkhususkannya sebagai alat untuk menggenapi rencana Allah untuk memperdamaikan manusia dengan Allah. Melalui keturunan Abraham yaitu Bangsa Israel akan lahir Mesias Juru Selamat. Allah mengikat janjiNya dengan Abraham melalui sunat sebagai pertanda janji antara Abraham dan Allah (Kejadian 17:8-10). Mesias yaitu Yesus adalah penggenapan janji Allah kepada Abraham dalam Kejadian 22:18 yang mengatakan: “Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat"
Jadi kepada Abraham dan keturunannyalah yang pertama Firman itu diberikan Allah yaitu Kesepuluh Hukum. Mereka jugalah yang dipilih keturunan yang akan melahirkan Mesias, merekalah yang pertama menyaksikan dan mengalami segala kemahakuasaan Allah, merekalah yang pertama mengalami kasih dan keadilan Allah. Merekalah yang pertama merasakan kemurahan dan pengampunan Allah jika saat mereka jatuh di dalam dosa. Sehingga Paulus berkata dalam ayat 2  kelebihan mereka ada dalam segala hal.
Pemilihan inilah yang dianggap orang Yahudi sebagai keistimewaan.
Kesetiaana Allah dengan janjiNya ditunjukkan dengan tanda Sunat  sebagai pengikat perjanjianNya dengan Abraham dan keturuannya.
Tetapi apakah perjanjian ini akan batal jika ada diantara mereka yang tidak setia? (Ayat 3). Paulus menjawab TIDAK. Sebab Allah itu mutlak benar dan setia.  Allah setia dengan janjiNya dan setia dengan diriNya sendiri lewat Firman yang disampaikanNya. KesetiaanNya tidak bergantung kepada manusia.
Ketika Bangsa Israel berubah setia atau berbalik dari Allah kesetiaan Allah bukan berarti akan membenarkan pembangkangan mereka, namun kesetiaan Allah tetap kepada Firman yang disampaikanNya kepada Abraham dan keturunnya.
Salah satu contoh Firman Allah dalam Nehemia 1:8 “Ingatlah akan firman yang Kaupesan kepada Musa, hamba-Mu itu, yakni: Bila kamu berubah setia, kamu akan Kucerai-beraikan di antara bangsa-bangsa”.  Artinya tidak serta merta ketika bangsa Israel dipilih Tuhan sehingga mereka kebal terhadap segala pelanggaran dan dosa. Allah sudah berfirman bahwa Allah setia akan membawa mereka ke tanah perjanjian, dan janji nubuatan tentang mesias selama berabat-abat dan dari generasi ke generasi telah Tuhan genapi karena kesetiaanNya meskipun bangsa itu dari segala kelakuannya tidak pantas mendapatkan kesetiaan itu, tetapi kesetiaan Allah bukanlah berdasarkan keadaan bangsa itu setia atau tidak setia, tetapi berdasarkan diriNya sendiri yang adalah setia dan benar.
Allah juga sudah berfirman kepada mereka barang siapa yang berubah setia dari segala Firman dan hukum yang Tuhan sampaikan melalui hambaNya Musa akan dihukum. Allah setia dengan FirmanNya sehingga apabila bangsa Israel berubah setia, mereka akan dihukum.
Paulus juga mau mengatakan bahwa setiap ke khususan atau keistimewaan akan diikuti dengan pertanggungjawaban yang lebih besar dibanding yang tidak diberikan hak istimewa. Dan semakin besar keistimewaan itu maka hukumannya juga akan semakin besar  jika ia melakukan kesalahan.

Allah berkata “Kamu adalah umat yang kudus, seharusnyalah kamu kudus”. Dia tidak berkata “Kamu adalah umat  yang kudus dan pilihan  karena itu kamu boleh bertindak sesuka hatimu”.

Namun sangat disayangkan bahwa seharusnya merekalah (Yahudi) yang dalam segala zaman yang harus memberitakan kabar baik itu kepada segala bangsa namun kita melihat hal ini terbalik bahwa bangsa lainlah yang akan memberitakan Kabar baik itu kepada mereka bahkan hingga saat ini.
Dalam Nas ini Paulus mau menegaskan kepada orang Kristen Yahudi  dan non-Yahudi bahwa kita jangan mau mencobai kesetiaan Allah dengan berkata, bahwa Allah itu setia sehingga kita boleh melakukan dosa. Kasih karunia Allah berlimpah sehingga ketika kita berdosa Dia akan mengampuni, kemudian berkata justeru ketika kita berdosa maka kasih dan kebenaran Allah akan muncul, jadi dosa itu berguna.
Kalau memang dosa itu baik dan berguna untuk apa lagi orang berdosa dihakimi?
Paulus berkata bahwa orang yang berpikir dan mengatakan hal seperti itu layak mendapat hukuman (ayat 8).Jadi Allah itu setia adalah benar, kesetiaan itu adalah terhadap apa yang sudah dijanjikanNya dan difirmankanNya.
Dalam segala pergumulan yang kita hadapi saat ini, adakah kita melihat keadilan dan kesetiaan Allah?Ketika orang percaya masuk ke dalam penderitaan, masuk kedalam kesesakan, wabah penyakit seperti saat ini, apakah yang kita pikirkan? Tidak adilkah Allah? Tidak setiakah Allah sehingga  umatNya harus ikut menanggung semua ini?. 
Bukan saudaraku, dari semula Allah sudah berfirman bahwa sejak manusia jatuh ke dalam dosa manusia tanpa kecuali akan mengalami kesakitan dan kesusahan. Namun kesetiaan Allah juga akan janjiNya bahwa Dia akan menyertai orang-orang yang percaya kepadaNya dalam menjalani semuanya itu, itu sebabnya Yesus sendiripun harus mengalaminya.
Ketika kemarau dan kelaparan di Israel selama 3 tahun, Elia Nabi Allah itu juga turut mengalaminya, tetapi kesetiaan Tuhan membawanya ke tepi sungai kerit dan memelihara Elia di sana lewat burung gagak yang membawa roti dan daging setiap hari, bahkan sesudah itu Elia dituntun Tuhan kepada janda di sarfat untuk memelihara hidupnya selama musim kemarau itu (1 Raja 17).  Kalau kita percaya kesetiaan Allah akan memelihara kita selama Pandemi Virus Corona ini, Allah mampu melakukan seperti yang dilakukanNya kepada Nabi Elia untuk memeliharanya, asalkan kita percaya dan tunduk kepada kehendak dan otoritasNya.

Akan tetapi jika seandainya selama virus corona ini kita tidak terhindar dari dampak virus ini sehingga mengalami penderitaan, bahkan kena virus Covif-19 ini dan dinyatakan positif, atau anggota keluarga kita, bahkan sampai hal terburuk yaitu kematian, ........SELA.........APAKAH KITA MERAGUKAN KESETIAAN TUHAN dan berkata TUHAN TIDAK SETIA?, Tidak saudaraku. Kesetiaan Tuhan tidak ditentukan oleh apakah kita beruntung atau tidak, terhindar atau tidak dari wabah ini, bahkan KESETIAAN TUHAN tidak hanya menyangkut hal-hal jasmani seperti kesehatan fisik, kesembuhan dari penyakit fisik, kebutuhan ekonomi, tetapi kesetiaan Tuhan jauh melampaui itu. Kesetiaan Tuhan yang paling utama adalah bagaimana supaya kita dalam segala situasi dan keadaan mampu melihat karya dan kuasa Tuhan yang  menyelamatkan dan menolong kita, dia berkenan bersama-sama dengan kita menjalani semua pergumulan itu, bahkan kesetiaanya yang utama menuntun dan membawa kita bersamanya ke dalam Sorga kerajaanNya yang penuh kebahagiaan. 

Perdamaian dengan Bapa dan kehidupan yang kekal bersama dengan Kristus adalah yang paling utama dari segala yang ada di dunia ini. Itulah yang dikerjakan Allah melalui Yesus Kristus untuk menebus kita di kayu salib dengan darahNya, untuk menunjukkan kesetiaanNya  supaya yang utama dan terutama itu kita peroleh di dalam kepercayaan kepada anakNya Yesus Kristus.

Mari memiliki iman seperti Sadrak, Mesak dan Abidnego yang berkata: "Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja;  tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu." Daniel 3:17-18
Artinya Iman dan keyakinan mereka kepada KESETIAAN ALLAH tidak akan berubah sekalipun mereka tidak dilepaskan dari perapian yang menyala-nyala itu.


Pada masa Pandemi wabah Virus Corona saat ini, Kesetiaan Allah tidak menyebabkan kita kebal terhadap virus ini dan berkata “kepadaku tidak mampan virus ini sebab Roh Allah yang ada padaku lebih besar dari virus ini”. Sehingga kita hidup dengan semberono dan tidak memperhatikan arahan dan aturan yang telah diterapkan untuk mengatasi wabah ini. Roh Allah memang lebih besar dari virus Corona bahkan lebih besar dari apapun dan siapapun sebab Dia adalah Tuhan dan pencipta. Tetapi pernyataan ini sedang menguji dan mencobai kesetiaan Tuhan. Orang demikian layak untuk dihukum kata Paulus. Jika hal itu benar lalu untuk apa lagi Tuhan berikan hikmat dan pengetahuan kepada manusia, untuk apa lagi Tuhan turunkan 10 hukum taurat kepada bangsa Israel jika Tuhan itu setia akan melindungi mereka bahkan terhadap dosa dan akibatnya? Tidak perlu lagi bukan?. Tetapi tidak demikian. Kita melihat di dalam Alkitab begitu banyaknya bangsa itu mengalami hukuman dan kematian akibat dosa dan ketidak setiaan mereka. Artinya Allah dan FirmanNya tidak  boleh dipermainkan dan disalahgunakan. Sebab FirmanNya tidak hanya berkata “Aku akan melindungimu” tetapi juga berkata “Aku akan menghukummu”.
Alkitab telah mengajarkan pemahaman, tuntunan dan arahan bagaimana mengikut Tuhan dan hidup setia kepadaNya. Karena itu kita perlu memahami Alkitab dengan benar supaya kita tidak salah mengerti tentang maksud Tuhan dalam kehidupan kita. Sebab 2 Timotius 3:16 berkata “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.”
Jadi untuk mengerti dan memahami kesetiaan Allah mari diajar oleh Allah lewat Alkitab supaya kita tetap merasakan kesetiaan Allah senantiasa.
SELAMAT MERASAKAN KESETIAAN ALLAH  dalam hidup saudara dan selamat hari minggu.

Shalom
Ev. Harles Lumbantobing

Untuk Versi .Pdf silahkan klik di ===> SINI <====

KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya  
Daftar... ARSIP...

Minggu, 19 April 2020

JIWAKU HAUS KEPADA ALLAH


MINGGU QUASIMODOGENITI
19 April 2020
Tema:” JIWAKU HAUS KEPADA ALLAH”
Mazmur 42:1-6
TB:
42:1 Untuk pemimpin biduan. Nyanyian pengajaran bani Korah.
42:2 Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.
42:3 Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?
42:4 Air mataku menjadi makananku siang dan malam, karena sepanjang hari orang berkata kepadaku: "Di mana Allahmu?"
42:5 Inilah yang hendak kuingat, sementara jiwaku gundah gulana; bagaimana aku berjalan maju dalam kepadatan manusia, mendahului mereka melangkah ke rumah Allah dengan suara sorak-sorai dan nyanyian syukur, dalam keramaian orang-orang yang mengadakan perayaan.
42:6 Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!


Shalom Saudara-saudariku yang terkasih dalam Kristus Yesus.
Minggu saat ini adalah minggu Quasimodogeniti yang artinya seperti bayi yang baru lahir. Seperti bayi yang selalu haus akan susu ibunya karena itulah kehidupannya. Seperti bayi yang baru lahir yang begitu lemah dan rentan terhadap bahaya dan penyakit sehingga dia harus tergantung kepada ibunya.
Nas Firman Tuhan saat ini dari Mazmur 42:1-6 ini mengambil tema “JIWAKU HAUS KEPADA ALLAH” sehingga hanya Allah sajalah yang kita rindukan untuk memuaskan rasa haus itu. Kerinduan kepada Allah diibaratkan pemazmur seperti rusa yang merindukan sungai yang berair. Jika kita melihat sungai di hutan-hutan belantara atau sungai di padang rumput, biasanya ada binatang-binatang pemangsa yang siap menerkam mangsa seperti rusa yang sedang minum. Banyak binatang yang sedang minum termasuk rusa menjadi sasaran pemangsa di tepi sungai yang berair itu. Dari dalam air ada pemangsa seperti buaya atau ular piton, dan diluar air atau dipinggiran ada singa atau harimau atau pemangsa lain yang mengintai menunggu mangsa seperti rusa yang sedang minum air sungai itu. Secara insting rusa tahu bahwa disana ada marabahaya, namun kehausannya akan sungai yang berair ini membuat dia berani menempuh bahaya asalkan bisa minum air itu.
Demikianlah hidup setiap orang percaya yang terus-menerus haus akan kebenaran Firman Tuhan, sebab Firman itu adalah Air hidup yang akan memuaskan dahaga akan kebenaran dan yang menghidupkan jiwa kita. Orang yang senantiasa rindu akan air itu akan senantiasa mencari air hidup itu yaitu Firman yang hidup, baik ditengah-tengah suasana yang aman dan tenang, maupun ditengah-tengah situasai yang sulit bahkan ditengah-tengah bahaya sekalipun,
Saudaraku, jika kita benar hidup di dalam Tuhan dan beriman hanya kepadaNya maka seharusnya Tuhanlah yang kita rindukan setiap saat, FirmanNyalah yang kita butuhkan setiap saat untuk menghilangkan dahaga hidup kita.
Kehausan rohani seseorang akan menimbulkan berbagai problem di dalam kehidupannya. Bukankah kekuatiran kita dalam hidup ini akibat kekeringan rohani yang kita alami? Bukankah ketakutan dan kecemasan menghadapi masa depan adalah bukti dari kekeringan rohani itu? Kekeringan rohani menimbulkan kehausan. Kehausan yang tidak dipuaskan akan menimbulkan berbagai dampak penyakit di dalam tubuh rohani bahkan tubuh jasmani kita.
Sebagaimana tubuh jasmani yang kekurangan air sehingga mengganggu kinerja berbagai oragan-organ tubuh sampai kepada sel-sel tubuh, bahkan jika sampai terjadi dehidrasi bisa berakibat fatal, demikian juga tubuh rohani kita yang kekurangan air hidup itu bisa berdampak buruk bagi pertumbuhan iman kita dan akan nampak dari kesaksian hidup kita sehari-hari.
Kotbah di minggu ini mengajarkan kepada kita untuk datang kepada Allah jika mengalami kehausan rohani ini. Sebab dalam sejarah manusia, ada beberapa fakta yang kita lihat yang hingga saat ini terus terjadi dalam menghadapi/menyelesaikan permasalah dan pergumulan hidup yang diakibatkan kekeringan rohani ini:

  1. Mencari air hidup ditempat yang salah dan tidak menemukan apa-apa, lalu terus mencari lagi. Orang-orang seperti ini mengalami kehausan, tetapi karena dia tidak tahu kemana tempat yang benar harus mencari air itu, maka dia pergi dari satu tempat ke tempat lain, namun tidak pernah menemukan sumber air hidup itu. Dia hanya menemukan pemuas-pemuas dahaga yang sifatnya sementara, dan tidak membawanya kepada kepuasan yang sejati. Hal itu bisa saja disebabkan tidak ada yang memberitahu dan memberitakan kepada dia dimana sumber air hidup yang benar sehingga dia bisa pergi kesana.
  2. Mencari sumber air hidup di tempat yang salah, menemukan air yang beracun dan meminumnya.Sama seperti nomor satu diatas orang-orang seperti ini mengalami kehausan, kemudian dia mendengar ada banyak sumber mata air, lalu dia juga pernah  mendengar ada sumber air hidup. lalu dia melihat bahwa ada air yang nampaknya mudah atau cepat menemukannya, bagus sajiannya, indah janji-janjinya, sehingga dia meminumnya. Ternyata dia mencari di tempat yang salah dan menemukan air yang salah. Akhirnya dia meminum air beracun yang meracuni seluruh hidupnya.
  3. Mencari air hidup ditempat yang benar tetapi tidak menemukannya.Ini adalah kelompok orang-orang yang datang ke sumber air hidup itu, namun dengan motivasi yang salah, seperti untuk mencari ketenaran atau kehormatan pribadi, untuk sekedar dikatakan orang beragama, atau untuk mencari keuntungan pribadi, atau seperti orang Farisi itu datang menjumpai Yesus hanya untuk mencari kesalahan Yesus bahkan berniat membunuhNya. Orang-orang seperti ini tidak akan pernah menemukan Air Hidup itu apalagi sampai meminumnya.
  4. Mencari air hidup di tempat yang benar, menemukan, tetapi tidak meminumnya. Dia mencoba ingin mendapatkan air hidup itu tetapi tidak mudah untuk mendapatkannya tidak semudah memikirkannya. Sama seperti orang muda yang kaya itu ketika Yesus berkata “Masih tinggal satu hal lagi yang harus kaulakukan: juallah segala yang kaumiliki dan bagi-bagikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."(Lukas 18:22), atau seperti Pemimpin-pemimpin Yahudi yang tidak mau mengakui Yesus air hidup itu hanya karena takut dikucilkan dan kehilangan kehormatannya sebagai manusia (Yohanes 12:42-43).
  5. Mencari air hidup di tempat yang benar, menemukannya dan meminumnya. Kelompok orang seperti ini adalah orang yang tahu sumber air hidup itu, datang karena kehausan dan ketergantungan kepada air hidup itu. Tidak ada baginya sumber mata air yang lain yang bisa memuaskan dahaganya selain Air kehidupan itu. Dia akan datang terus dan terus ke tempat yang sama karena baginya dalam segala suasana hanya air ini yang memberikan kelegaan. Itulah yang dialami, diimani dan dihidupi pemazmur sehingga dia akan selalu terpuaskan ketika berjumpa dengan Allah. Pengalaman hidup itu membuatnya kuat, kokoh bahkan ditengah-tengah kekalutan dia bisa berkata “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!(ayat 6). Atau bahkan seperti dalam Mazmur 116: 7 berkata: “Kembalilah tenang, hai jiwaku, sebab TUHAN telah berbuat baik kepadamu”. Hal inipun anugerah dari Allah ketika kita mampu  mencarinya di tempat yang benar, menemukannya dan meminumnya. Sehingga kita juga berkata seperti pemazmur “Sebab aku bersyukur lagi kepedaNya
Satu-satunya air hidup yang menghidupkan adalah Allah. DaripadaNyalah kita berasal, daripadaNyalah kita hidup. Diluar Allah kita semua binasa. Kalau diluar Allah kita binasa maka tidak akan mungkin ada air lain yang bisa menghidupkan selain Allah. Jika  kita benar-benar percaya akan hal ini bahwa Yesus adalah air hidup ini  dan minum daripadanya maka Yesus berkata “dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup” (Yoh 7:38). Artinya jika dari dalam hatinya sudah mengalir aliran-aliran air hidup itu berarti dia sudah benar-benar hidup. Akibatnya adalah bahwa hidupnya sehari-hari akan menjadi hidup yang memberi buah, hidup yang berdampak baik bagi orang lain dan juga lingkungan.
Dalam masa pandemi Corona Covid-19 ini sungguh-sungguh diperlukan dan dibutuhkan orang-orang yang betul-betul percaya kepada Yesus sebagai Air Hidup, yang minum daripadaNya senantiasa, lalu dengan itu kehausannya terpuaskan, sehingga daripadanya akan mengalir aliran air hidup, yang diwujudnyatakan dengan tindakan nyata. Tindakan nyata ini adalah bagaimana kita turut serta di dalam memutus mata rantai penyebaran virus ini, turut serta dan terpanggil dalam menanggulangi dampak virus Corona ini pada kehidupan manusia saat ini. Kita bisa melihat dampaknya terhadap kemiskinan akibat  PHK, penghasilan yang menurun drastis bagi pekerja harian, penghasilan yang drastis jatuh akibat program bersama untuk dirumah saja sehingga banyak sektor pekerjaan yang tidak bisa berjalan lagi seperti biasanya sehingga penghasilan menurun bahkan sampai memprihatinkan. Petugas kesehatan/paramedis yang bekerja ekstra dan penuh resiko, kehilangan kebersamaan dengan keluarga bahkan ada yang  sudah kehilangan nyawa, dan lain sebagainya. Bahkan juga berdampak terhadap kebutuhan rohani seperti ibadah raya yang sementara tidak bisa dilakukan lagi dirumah-rumah ibadah sampai ada pemberitahuan dari pemerintah bahwa beribadah bersama sudah boleh dilaksanakan lagi.
Saudaraku dalam Yesus Krisus,  kita melihat dalam nas ini betapa pemazmur mengalamatkan kehausannya hanya kepada Allah yang hidup, dan senantiasa rindu kepada Allah atau kalau kita baca dan simak lagi, terdapat kesan bahwa  pemazmur ini “rindu berat” akan Allah sehingga dia berkata “Bilakah aku boleh datang melihat Allah? (ay 3).
Dalam pengalaman hidupnya pemazmur berkata bahwa dalam suasana gundah gulana sekalipun dia berusaha di dalam kepadatan dan keramaian manusia untuk selalu mendahului orang lain untuk sampai  ke rumah Allah lebih dahulu dalam sorak-sorai dan ucapan syukur (ayat.5).
Pernyataan ini suatu bukti bahwa selama ini dia minum dari air hidup itu, dan sudah merasakannya, bahkan mengalir dalam hidupnya. Sehingga dia selalu berusaha sebagai yang terdahulu dari orang lain untuk meminum kembali akir hidup itu. Sehingga dalam suka maupun duka atau dikatakan gundah gulana, dia tetap berjuang untuk berjumpa dengan Allah. 
Inilah seperti yang saya jelaskan diatas tentang kiasan rusa yang rindu akan sungai yang berair, baik dalam suasana aman ataupun pada saat ada pemangsa disekitarnya yang siap menerkamnya, dia akan berjuang untuk turun kesungai itu untuk minum air dari sungai itu, walaupun hanya seteguk.
Dalam Mazmur 42 ini, pemazmur menyatakan betapa hidupnya penuh dengan tekanan, himpitan musuh (ay 10), bahkan dia menjadi bahan ejekan dan olok-olokan ( ay 4,11 ). Namun dia selalu mengingat pertolongan Allah dan kemahakuasaan Allah (ay 7-9),  Karena itu, dalam suasana tertekan jiwanya, suasana gundah gulana hatinya dengan mantap pemazmur berkata “Kembalilah tenang hai jiwaku sebab Tuhan telah berbuat baik kepadamu”.
Saudara adakah saudara hari ini gundah gulana?, tertekan oleh  beratnya hidup saat ini, terkekang akibat kebebasan yang tidak bisa lagi kita rasakan seperti semula karena pandemi virus corona ini? Rindukah saudara akan Tuhan? Hauskah saudara akan perjumpaan dengan Allah yang hidup? Jika Ya, mari baca dan renungkan FirmanNya senantiasa, ambil waktu untuk berdoa, ambil waktu untuk bersekutu dengan Allah secara pribadi dan juga dengan persekutuan keluarga. sebagaimana pemazmur, ingatlah segala kebaikan Tuhan selama ini. Datanglah hanya kepada Allah untuk menghilangkan dahaga hidup saudara, minumlah daripadaNya, terimalah air hidup itu yaitu Yesus yang telah mati disalibkan di Golgata untuk saya dan saudara, tetapi yang kemudian bangkit pada hari yang ketiga untuk mengalahkan maut dan memenuhi janjiNya, sehingga kita semua akan menjadi pemenang seperti Dia, maut tidak lagi menakutkan sebab telah dikalahkan. Sehingga kelak kita yang percaya kepadaNya juga akan turut dibangkitkan bersama-sama dengan Dia.
Kemudia katakanlah kapada jiwa saudara “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!”

Selamat hari minggu Tuhan Yesus memberkati.


Ev. Harles Lumbantobing


Untuk download dokument .Pdf  bisa diklik ((DISINI))

KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya  
Daftar... ARSIP...

Kamis, 09 April 2020

IBADAH KAMIS PUTIH


IBADAH KAMIS PUTIH
Tema: perjamuam kudus
1 Korintus 11:23-32
 =================================

Bapak Ibu saudara/i yang terkasih,
Ibadah Malam kamis Putih saat ini kita rayakan masih dalam suasana Pandemi  wabah Virus Corona Covid-19 dan kemungkinan masih melakukan Ibadah di rumah masing-masing.

Sebelum masuk kedalan Nas Firman Tuhan malam ini, mari kita perhatikan dulu bahwa dalam pasal 11 ini ada dua hal mendesak yang mau Rasul Paulus aturkan dan tegaskan kepada jemaat di Korintus yaitu masalah sikap beribadah laki-laki dan perempuan kemudian masalah Makan Perjamuan Kudus. Selain dari pada itu Paulus berkata akan diaturkan kembali jika ia sudah datang ( 1 Kor 11:34).

Nas Firman Tuhan di Kamis Putih malam ini, adalah menegur jemaat itu atas sikap mereka yang tidak sepantasnya dalam makan perjamuan kudus. Bisa saja apa yang sudah pernah diajarkan Rasul Paulus tentang tata cara makan perjamuan kudus  akhirnya difahami dan dipraktekkan dengan salah oleh jemaat itu saat Rasul Paulus tidak ada.

Tetapi barangkali jemaat di Korintus telah mengalami pergeseran pemahaman akan setiap Firman Tuhan yang Rasul Paulus sampaikan. Kita bisa melihat dalam pasal-pasal sebelumnya bagaimana Paulus menegur jemaat itu atas kesaksian hidup yang tidak sesuai dengan ajaran Firman Tuhan.

Kalau kita melihat sikap-sikap jemaat ini  yang banyak menyimpang  dari praktek hidup yang benar maka  benarlah apa yang sampaikan oleh Rasul Paulus tentang jemaat ini bahwa mereka masik seperti kanak-kanak : Seperti tertulis dalam  1 Kor 3:1-2 : “ Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus.Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarang pun kamu belum dapat menerimanya.”

Ketidak dewasaan mereka dalam kerohanian/spritualnya  telah menyebabkan mereka jatuh dalam berbagai-bagai praktek hidup yang menyimpang dari kebenaran Kristus.  Itu sebabnya dalam hal makan perjamuan kudus  itupun mereka bisa melakukannya dengan cara dan sikap yang tidak layak.

Apa yang mereka lakukan dalam hal makan Perjamuan itu?

Saudara,  mengapa jemaat di Korintus sampai melakukan hal demikian? Mengapa Rasul Paulus begitu tegas memperingatkan ini? Sebab Makan Perjamuan kudus itu  bukan suatu hal yang tidak berarti, bukan suatu hal yang nilainya  murahan, bukan seremonial semata, tetapi itu adalah tanda Peringatan akan Yesus, tanda perjanjian antara Allah dengan umatNya  yang menjadikan umatNya itu menjadi satu dengan Kristus dalam kematiannya, dan akan dibangkitkan sama seperti Kristus. Setiap orang yang ikut ambil bagian dalam perjamuan itu harus melihat dirinya sebagai orang berdosa yang harus dihukum dan dibinasakan, namun oleh  kasih karunia Allah, hukuman itu ditimpakan kepada Yesus di kayu Salib sampai Yesus mati di kayu salib. Namun tidak berhenti sampai disitu, bahwa akhirnya Yesus menang mengalahkan maut sehingga Dia bangkit pada hari yang ketiga dan  memberikan kabar sukacita kepada umatNya yang sudah ditebusNya bahwa kematian telah dikalahkan dan setiap orang yang percaya kepadaNya akan turut dalam kemenangan itu.

Paulus berkata bahwa diantara mereka ada yang saling mendahului satu  dengan yang lain, sehingga yang  pertama makan dengan banyak bahkan sampai kenyang, sehingga orang yang belakangan tidak mendapatkan lagi.  Ada pergeseran makna yang telah mereka praktekkan dalam perjamuan itu, yaitu  bahwa acara perjamuan kudus itu mungkin saja difahami  “bisa sekaligus” untuk memberikan rasa kenyang bagi yang lapar dan juga menghilangkan dahaga bagi yang haus. Sehingga jika ada acara itu diadakan maka ada dari mereka yang  tidak makan di rumah supaya bisa sekaligus makan di acara perjamuan itu saja, sehingga akibatnya akan ada yang tidak kebagian roti perjamuan itu ( 1 Kor 11: 34). Atau baragkali juga bisa mereka gagal faham dengan makna yang terkandung dalam perjamuan itu baik roti yang dimakan atau anggur yang diminum. Bisa saja mereka menyangka bahwa jika itu tubuh dan darah Yesus sebagai tanda perjanjian, makan dengan memakan lebih banyak dan meminum lebih banyak berkat dan kuasanya bisa lebih banyak atau lebih besar. Karena mungkin menurut mereka ketika didoakan dan diadakan pengucapan syukur maka roti dan anggur itu sudah memiliki kekuatan dan kuasa. Demikian disinggung Rasul Paulus tentang kelakuan mereka dalam 1 Korintus 11:20-21, sehingga dalam ayat 34 dia berkata kalau ada yang lapar makan dahululah dirumah masing-masing supaya dalam acara perjamuan  kudus mereka bukan mau memuaskan rasa lapar dan haus mereka, dan saling menunggulah satu dengan yang lain.

Memang dalam masa sekarang ini tidak ada lagi yang kita jumpai praktek Perjamuan kudus yang demikian, sebab dalam kenyataannya tidak mungkin lagi makan roti yang kecil dan tipis itu bisa buat kenyang, atau minum dari cawan kecil itu bisa sampai puas bahkan mabuk seperti jemaat korintus itu, namun masih tetap dimungkinkan adanya penyimpangan dalam pelaksanaan Perjamuan Kudus itu (istilah Paulus dengan mengatakan makan perjamuan kudus “dengan cara yang tidak layak” (Ayat 27).

Sadauaraku,

Jemaat pada saat ini juga masih banyak yang belum dewasa, yang umur sudah tua tetapi sikap hidup dan kerohaniannya masih seperti kanak-kanan.  Ikut Tuhan sudah lama tetapi pertumbuhan masih kerdil. Umur Gereja sudah puuhan tahun bahkan ratusan tahun tetapi  aktifitas pelayanannya, misinya, gerakannya masih seperti  gereja-gereja yang baru bertumbuh bahkan gereja yang baru bertumbuh bisa lebih dewasa dari gereja-gereja terdahulu itu. Jemaat yang  masih rentan dengan perselisaihan, sakit hati, saling memegahkan diri, mementingkan penampilan diri dan egois, tidak punya gerakan untuk misi, cenderung eksklusif dan lain sebagainya, seperti jemaat di Korintus yang menunjukkan ketidak dewasaan iman.

Saudara-saudari yang terkasih dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus, Firman Tuhan pada saat ini dalam Ibadah Malam Kamis Putih ini mengambil tema “PERJAMUAN KUDUS”.
Perjamuan kudus merupakan salah satu dari dua sakramen dalam Protestan yang mengandung janji. Sakramen (Sacramentum=Latin) sudah dilazimkan oleh Tertulianus (sekitar tahun 200) bisa diartikan sebagai “tanda suci” atau “perbuatan suci” atau “rahasia suci”.
Sakramen merupakan tanda dan meterai yang mengandung janji.

Agustinus berkata bahwa sakramen itu merupakan “Firman yang kelihatan” Tentunya ini bisa dijelaskan dengan Firman Tuhan dan ditangkap dan dimengerti dengan iman.
Sakramen Perjamuan kudus ini berasal dari perjamuan malam yang diadakan Yesus beserta murid-muridNya dimalam sebelum Ia ditngkap dan disalibkan (1 Kor 11:23-25; Lukas 22:14-20, dsb). Perjamuan malam ini dilakukan Yesus dan murid-murid berhubung sedang berlangsungnya hari raya Paskah bagi umat Yahudi, Paskah berasal dari kata kerja Ibrani: Pesakh yang artinya berlalu atau melewati.

Perayaan ini mengingat peristiwa di Mesir saat Allah membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir. Paskah berarti Hukuman Allah akan melewati/berlalu dari setiap pintu yang ada tanda darah anak domba Paskah (keluaran 12:13; Ulangan 16:1)
Pada saat Yesus merayakan paskah dengan makan roti Paskah di malam itu, Yesus mengambil roti tak beragi itu memecah-mecahnya lalu membagi-baginya dan berkata:”inilah tubuhKu yang kuserahkan bagi kamu. Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (I Kor 11:24), kemudian mengambil cawan berisi anggur dan berkata: “Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darahKu, perbuatlah ini setiap kali kamu meminumnya menjadi peringatan akan Aku” ( 1 Kor 11:25).

Ketika Yesus mengatakan kedua pernyataan itu tentang roti (tubuhNya) dan cawan berisi anggur (darahNya) Dia mengatakan bahwa itu harus dijadikan sebagai perjanjian yang baru (makna yang baru) tentang memakan roti itu dan meminum anggur pada perjamuan Paskah itu. Sehingga ketika melakukan acara itu bukan lagi mengingat Allah pembebasan Allah bagi Israel dari perbudakan Mesir, tetapi merupakan Perjanjian yang diadakan Allah dengan umatNya di Golgata (Perjanjian baru), dimana Yesus (anakNya) sudah menjadi domba Paskah yang disembelih dan dikorbankan sekali untuk selamanya ( 1 Kor 5:7). Jadi ketika kita mengadakan Perjamuan Kudus itu serta merta meghadapkan kita kepada kematian Yesus, namun tetap harus kita sikapi dengan sukacita bahwa kematian Yesus itu telah memberikan kita kemenangan sebab Dia akan bangkit mengalahkan maut, sehingga setiap orang yang percaya kepada kematiannya akan turut juga dibangkitkan sebagai pemenang. Artinya bahwa kita dijadikan satu dengan Kristus dalam kematianNya, supaya kita beserta Dia dibangkitkan  dalam hidup dan persekutuan dengan Dia sebagai manusia yang baru (Roma 6:5)

Ketika kita mengikuti Perjamuan Kudus, bisa dikatakan kita sedang diajak untuk merayakan satu paket Peristiwa Paskah (mulai dari Penangkapan Yesus, kematian dan  kebangkitan Yesus) dan sekaligus akan mengingatkan kita kepada kenaikanNya untuk mempersiapkan tempat bagi orang percaya serta janji kedatanaganNya kembali.
Sehinga Apabila Perjamuan Kudus itu dilakukan:
  1. Kita sedang memperingati kematian Yesus Kristus,
  2. Mengingatkan kita bahwa kita ditebusNya dan diperdamaikan kembali dengan Bapa karena dosa kita (Efesus 2:14-16)
  3. Akan menyatukan semua orang percaya dalam kematian dan kebangkitan Yesus.
  4. Akan membawa kita kepada persekutuan yang hidup dengan Kristus Tuhan yang hidup.

Kita semua yang minum dari cawan itu menjadi satu persekutuan dengan darah Kristus dan kita semua yang makan dari roti yang kita pecah-pecahkan itu menjadi satu dalam persekutuan dengan tubuh Kristus. Kita semua (meskipun banyak ) yang makan roti perjamuan itu menjadi satu dengan tubuh Kristus  dan mendapat bagian dalam roti yang satu itu ( 1 Kor 10:16-17)
Jadi sikap yang tidak layak yang diterapkan oleh jemaat di Korintus dalam hal makan perjamuan itu adalah sesuatu yang menistakan makna dari Perjamuan Kudus yang Tuhan Yesus pesankan itu, bahwa itu akan dilakukan sebagai peringatan akan Yesus (Lukas 22:19). Sehingga kita melihat Paulus berkata di ayat 30 bahwa kelemahan, penyakit dan kematian yang mereka (jemaat Korintus)  alami itu juga akibat perbuatan mereka yang tidak layak dalam Perjamuan Kudus.

Saudara-saudari ku dalam Kristus Yesus,
Karena itu sebagaimana Firman Tuhan dalam ayat 26 dikatakan: “Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang”. Maka hendaklah kita fahami dahulu makna ini barulah kita mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus,  Kemudian seperti dalam 1 Korintus 11:28-29 supaya kita menguji diri kita dulu apakah kita sudah sungguh-sungguh, bahwa kita adalah orang berdosa yang lalu kemudian mengakui kematian dan kebangkitan Yesus dan  mengakui  bahwa roti yang kita makan itu adalah benar-benar disertai tubuh Tuhan (Firman yang hidup).   
Kiranya Firman Tuhan ini menguatkan dan meneguhkan kita di Kamis putih ini, untuk membawa kita semakin dekat dengan Yesus, memaknai dan mensyukuri pengorbananNya, lalu dengan pemahaman dan pengertian yang benar kita ikut ambil bagian dalam setiap Perjamuan Kudus yang diadakan.

Shalom, Tuhan Yesus memberkati,

Ev. Harles Lumbantobing

KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya  
Daftar... ARSIP...