IBADAH KAMIS PUTIH
Tema: perjamuam kudus
1 Korintus 11:23-32
=================================
Bapak
Ibu saudara/i yang terkasih,
Ibadah
Malam kamis Putih saat ini kita rayakan masih dalam suasana Pandemi wabah Virus Corona Covid-19 dan kemungkinan
masih melakukan Ibadah di rumah masing-masing.
Sebelum
masuk kedalan Nas Firman Tuhan malam ini, mari kita perhatikan dulu bahwa dalam
pasal 11 ini ada dua hal mendesak yang mau Rasul Paulus aturkan dan tegaskan
kepada jemaat di Korintus yaitu masalah sikap beribadah laki-laki dan perempuan
kemudian masalah Makan Perjamuan Kudus. Selain dari pada itu Paulus berkata
akan diaturkan kembali jika ia sudah datang ( 1 Kor 11:34).
Nas
Firman Tuhan di Kamis Putih malam ini, adalah menegur jemaat itu atas sikap
mereka yang tidak sepantasnya dalam makan perjamuan kudus. Bisa saja apa yang
sudah pernah diajarkan Rasul Paulus tentang tata cara makan perjamuan
kudus akhirnya difahami dan dipraktekkan
dengan salah oleh jemaat itu saat Rasul Paulus tidak ada.
Tetapi
barangkali jemaat di Korintus telah mengalami pergeseran pemahaman akan setiap
Firman Tuhan yang Rasul Paulus sampaikan. Kita bisa melihat dalam pasal-pasal
sebelumnya bagaimana Paulus menegur jemaat itu atas kesaksian hidup yang tidak
sesuai dengan ajaran Firman Tuhan.
Kalau
kita melihat sikap-sikap jemaat ini yang
banyak menyimpang dari praktek hidup
yang benar maka benarlah apa yang
sampaikan oleh Rasul Paulus tentang jemaat ini bahwa mereka masik seperti
kanak-kanak : Seperti tertulis dalam 1
Kor 3:1-2 : “ Dan aku, saudara-saudara,
pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani,
tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus.Susulah
yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat
menerimanya. Dan sekarang pun kamu belum dapat menerimanya.”
Ketidak
dewasaan mereka dalam kerohanian/spritualnya
telah menyebabkan mereka jatuh dalam berbagai-bagai praktek hidup yang
menyimpang dari kebenaran Kristus. Itu
sebabnya dalam hal makan perjamuan kudus
itupun mereka bisa melakukannya dengan cara dan sikap yang tidak layak.
Apa
yang mereka lakukan dalam hal makan Perjamuan itu?
Saudara, mengapa jemaat di Korintus sampai melakukan
hal demikian? Mengapa Rasul Paulus begitu tegas memperingatkan ini? Sebab Makan
Perjamuan kudus itu bukan suatu hal yang
tidak berarti, bukan suatu hal yang nilainya
murahan, bukan seremonial semata, tetapi itu adalah tanda Peringatan
akan Yesus, tanda perjanjian antara Allah dengan umatNya yang menjadikan umatNya itu menjadi satu
dengan Kristus dalam kematiannya, dan akan dibangkitkan sama seperti Kristus.
Setiap orang yang ikut ambil bagian dalam perjamuan itu harus melihat dirinya
sebagai orang berdosa yang harus dihukum dan dibinasakan, namun oleh kasih karunia Allah, hukuman itu ditimpakan
kepada Yesus di kayu Salib sampai Yesus mati di kayu salib. Namun tidak
berhenti sampai disitu, bahwa akhirnya Yesus menang mengalahkan maut sehingga
Dia bangkit pada hari yang ketiga dan
memberikan kabar sukacita kepada umatNya yang sudah ditebusNya bahwa
kematian telah dikalahkan dan setiap orang yang percaya kepadaNya akan turut
dalam kemenangan itu.
Paulus
berkata bahwa diantara mereka ada yang saling mendahului satu dengan yang lain, sehingga yang pertama makan dengan banyak bahkan sampai
kenyang, sehingga orang yang belakangan tidak mendapatkan lagi. Ada pergeseran makna yang telah mereka praktekkan
dalam perjamuan itu, yaitu bahwa acara
perjamuan kudus itu mungkin saja difahami
“bisa sekaligus” untuk memberikan rasa kenyang bagi yang lapar dan juga
menghilangkan dahaga bagi yang haus. Sehingga jika ada acara itu diadakan maka
ada dari mereka yang tidak makan di
rumah supaya bisa sekaligus makan di acara perjamuan itu saja, sehingga
akibatnya akan ada yang tidak kebagian roti perjamuan itu ( 1 Kor 11: 34). Atau
baragkali juga bisa mereka gagal faham dengan makna yang terkandung dalam
perjamuan itu baik roti yang dimakan atau anggur yang diminum. Bisa saja mereka
menyangka bahwa jika itu tubuh dan darah Yesus sebagai tanda perjanjian, makan
dengan memakan lebih banyak dan meminum lebih banyak berkat dan kuasanya bisa
lebih banyak atau lebih besar. Karena mungkin menurut mereka ketika didoakan dan
diadakan pengucapan syukur maka roti dan anggur itu sudah memiliki kekuatan dan
kuasa. Demikian disinggung Rasul Paulus tentang kelakuan mereka dalam 1
Korintus 11:20-21, sehingga dalam ayat 34 dia berkata kalau ada yang lapar
makan dahululah dirumah masing-masing supaya dalam acara perjamuan kudus mereka bukan mau memuaskan rasa lapar
dan haus mereka, dan saling menunggulah satu dengan yang lain.
Memang
dalam masa sekarang ini tidak ada lagi yang kita jumpai praktek Perjamuan kudus
yang demikian, sebab dalam kenyataannya tidak mungkin lagi makan roti yang
kecil dan tipis itu bisa buat kenyang, atau minum dari cawan kecil itu bisa
sampai puas bahkan mabuk seperti jemaat korintus itu, namun masih tetap
dimungkinkan adanya penyimpangan dalam pelaksanaan Perjamuan Kudus itu (istilah
Paulus dengan mengatakan makan perjamuan kudus “dengan cara yang tidak layak” (Ayat 27).
Sadauaraku,
Jemaat
pada saat ini juga masih banyak yang belum dewasa, yang umur sudah tua tetapi
sikap hidup dan kerohaniannya masih seperti kanak-kanan. Ikut Tuhan sudah lama tetapi pertumbuhan
masih kerdil. Umur Gereja sudah puuhan tahun bahkan ratusan tahun tetapi aktifitas pelayanannya, misinya, gerakannya
masih seperti gereja-gereja yang baru
bertumbuh bahkan gereja yang baru bertumbuh bisa lebih dewasa dari
gereja-gereja terdahulu itu. Jemaat yang
masih rentan dengan perselisaihan, sakit hati, saling memegahkan diri,
mementingkan penampilan diri dan egois, tidak punya gerakan untuk misi,
cenderung eksklusif dan lain sebagainya, seperti jemaat di Korintus yang
menunjukkan ketidak dewasaan iman.
Saudara-saudari
yang terkasih dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus, Firman Tuhan pada saat ini
dalam Ibadah Malam Kamis Putih ini mengambil tema “PERJAMUAN KUDUS”.
Perjamuan kudus
merupakan salah satu dari dua sakramen dalam Protestan yang mengandung janji.
Sakramen (Sacramentum=Latin) sudah
dilazimkan oleh Tertulianus (sekitar tahun 200) bisa diartikan sebagai “tanda
suci” atau “perbuatan suci” atau “rahasia suci”.
Sakramen
merupakan tanda dan meterai yang mengandung janji.
Agustinus
berkata bahwa sakramen itu merupakan “Firman
yang kelihatan” Tentunya ini bisa dijelaskan dengan Firman Tuhan dan
ditangkap dan dimengerti dengan iman.
Sakramen
Perjamuan kudus ini berasal dari perjamuan malam yang diadakan Yesus beserta
murid-muridNya dimalam sebelum Ia ditngkap dan disalibkan (1 Kor 11:23-25;
Lukas 22:14-20, dsb). Perjamuan malam ini dilakukan Yesus dan murid-murid berhubung
sedang berlangsungnya hari raya Paskah bagi umat Yahudi, Paskah berasal dari
kata kerja Ibrani: Pesakh yang
artinya berlalu atau melewati.
Perayaan ini
mengingat peristiwa di Mesir saat Allah membebaskan bangsa Israel dari
perbudakan Mesir. Paskah berarti Hukuman Allah akan melewati/berlalu dari
setiap pintu yang ada tanda darah anak domba Paskah (keluaran 12:13; Ulangan
16:1)
Pada saat Yesus
merayakan paskah dengan makan roti Paskah di malam itu, Yesus mengambil roti
tak beragi itu memecah-mecahnya lalu membagi-baginya dan berkata:”inilah tubuhKu yang kuserahkan bagi kamu.
Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (I Kor 11:24), kemudian
mengambil cawan berisi anggur dan berkata: “Cawan
ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darahKu, perbuatlah ini
setiap kali kamu meminumnya menjadi peringatan akan Aku” ( 1 Kor 11:25).
Ketika Yesus
mengatakan kedua pernyataan itu tentang roti (tubuhNya) dan cawan berisi anggur
(darahNya) Dia mengatakan bahwa itu harus dijadikan sebagai perjanjian yang
baru (makna yang baru) tentang memakan roti itu dan meminum anggur pada
perjamuan Paskah itu. Sehingga ketika melakukan acara itu bukan lagi mengingat
Allah pembebasan Allah bagi Israel dari perbudakan Mesir, tetapi merupakan
Perjanjian yang diadakan Allah dengan umatNya di Golgata (Perjanjian baru),
dimana Yesus (anakNya) sudah menjadi domba Paskah yang disembelih dan
dikorbankan sekali untuk selamanya ( 1 Kor 5:7). Jadi ketika kita mengadakan
Perjamuan Kudus itu serta merta meghadapkan kita kepada kematian Yesus, namun
tetap harus kita sikapi dengan sukacita bahwa kematian Yesus itu telah
memberikan kita kemenangan sebab Dia akan bangkit mengalahkan maut, sehingga
setiap orang yang percaya kepada kematiannya akan turut juga dibangkitkan
sebagai pemenang. Artinya bahwa kita dijadikan satu dengan Kristus dalam
kematianNya, supaya kita beserta Dia dibangkitkan dalam hidup dan persekutuan dengan Dia
sebagai manusia yang baru (Roma 6:5)
Ketika kita
mengikuti Perjamuan Kudus, bisa dikatakan kita sedang diajak untuk merayakan
satu paket Peristiwa Paskah (mulai dari Penangkapan Yesus, kematian dan kebangkitan Yesus) dan sekaligus akan
mengingatkan kita kepada kenaikanNya untuk mempersiapkan tempat bagi orang
percaya serta janji kedatanaganNya kembali.
Sehinga Apabila
Perjamuan Kudus itu dilakukan:
- Kita sedang memperingati kematian Yesus Kristus,
- Mengingatkan kita bahwa kita ditebusNya dan diperdamaikan kembali dengan Bapa karena dosa kita (Efesus 2:14-16)
- Akan menyatukan semua orang percaya dalam kematian dan kebangkitan Yesus.
- Akan membawa kita kepada persekutuan yang hidup dengan Kristus Tuhan yang hidup.
Kita
semua yang minum dari cawan itu menjadi satu persekutuan dengan darah Kristus
dan kita semua yang makan dari roti yang kita pecah-pecahkan itu menjadi satu
dalam persekutuan dengan tubuh Kristus. Kita semua (meskipun banyak ) yang
makan roti perjamuan itu menjadi satu dengan tubuh Kristus dan mendapat bagian dalam roti yang satu itu
( 1 Kor 10:16-17)
Jadi sikap yang
tidak layak yang diterapkan oleh jemaat di Korintus dalam hal makan perjamuan
itu adalah sesuatu yang menistakan makna dari Perjamuan Kudus yang Tuhan Yesus
pesankan itu, bahwa itu akan dilakukan sebagai peringatan akan Yesus (Lukas
22:19). Sehingga kita melihat Paulus berkata di ayat 30 bahwa kelemahan,
penyakit dan kematian yang mereka (jemaat Korintus) alami itu juga akibat perbuatan mereka yang
tidak layak dalam Perjamuan Kudus.
Saudara-saudari
ku dalam Kristus Yesus,
Karena
itu sebagaimana Firman Tuhan dalam ayat 26 dikatakan: “Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu
memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang”. Maka hendaklah kita fahami
dahulu makna ini barulah kita mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus, Kemudian seperti dalam 1 Korintus 11:28-29 supaya
kita menguji diri kita dulu apakah kita sudah sungguh-sungguh, bahwa kita
adalah orang berdosa yang lalu kemudian mengakui kematian dan kebangkitan Yesus
dan mengakui bahwa roti yang kita makan itu adalah
benar-benar disertai tubuh Tuhan (Firman yang hidup).
Kiranya
Firman Tuhan ini menguatkan dan meneguhkan kita di Kamis putih ini, untuk membawa
kita semakin dekat dengan Yesus, memaknai dan mensyukuri pengorbananNya, lalu
dengan pemahaman dan pengertian yang benar kita ikut ambil bagian dalam setiap
Perjamuan Kudus yang diadakan.
Shalom,
Tuhan Yesus memberkati,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda yang baik, sopan dan bahasa yang mudah dimengerti. terimakasih