Kamis, 09 April 2020

IBADAH KAMIS PUTIH


IBADAH KAMIS PUTIH
Tema: perjamuam kudus
1 Korintus 11:23-32
 =================================

Bapak Ibu saudara/i yang terkasih,
Ibadah Malam kamis Putih saat ini kita rayakan masih dalam suasana Pandemi  wabah Virus Corona Covid-19 dan kemungkinan masih melakukan Ibadah di rumah masing-masing.

Sebelum masuk kedalan Nas Firman Tuhan malam ini, mari kita perhatikan dulu bahwa dalam pasal 11 ini ada dua hal mendesak yang mau Rasul Paulus aturkan dan tegaskan kepada jemaat di Korintus yaitu masalah sikap beribadah laki-laki dan perempuan kemudian masalah Makan Perjamuan Kudus. Selain dari pada itu Paulus berkata akan diaturkan kembali jika ia sudah datang ( 1 Kor 11:34).

Nas Firman Tuhan di Kamis Putih malam ini, adalah menegur jemaat itu atas sikap mereka yang tidak sepantasnya dalam makan perjamuan kudus. Bisa saja apa yang sudah pernah diajarkan Rasul Paulus tentang tata cara makan perjamuan kudus  akhirnya difahami dan dipraktekkan dengan salah oleh jemaat itu saat Rasul Paulus tidak ada.

Tetapi barangkali jemaat di Korintus telah mengalami pergeseran pemahaman akan setiap Firman Tuhan yang Rasul Paulus sampaikan. Kita bisa melihat dalam pasal-pasal sebelumnya bagaimana Paulus menegur jemaat itu atas kesaksian hidup yang tidak sesuai dengan ajaran Firman Tuhan.

Kalau kita melihat sikap-sikap jemaat ini  yang banyak menyimpang  dari praktek hidup yang benar maka  benarlah apa yang sampaikan oleh Rasul Paulus tentang jemaat ini bahwa mereka masik seperti kanak-kanak : Seperti tertulis dalam  1 Kor 3:1-2 : “ Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus.Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarang pun kamu belum dapat menerimanya.”

Ketidak dewasaan mereka dalam kerohanian/spritualnya  telah menyebabkan mereka jatuh dalam berbagai-bagai praktek hidup yang menyimpang dari kebenaran Kristus.  Itu sebabnya dalam hal makan perjamuan kudus  itupun mereka bisa melakukannya dengan cara dan sikap yang tidak layak.

Apa yang mereka lakukan dalam hal makan Perjamuan itu?

Saudara,  mengapa jemaat di Korintus sampai melakukan hal demikian? Mengapa Rasul Paulus begitu tegas memperingatkan ini? Sebab Makan Perjamuan kudus itu  bukan suatu hal yang tidak berarti, bukan suatu hal yang nilainya  murahan, bukan seremonial semata, tetapi itu adalah tanda Peringatan akan Yesus, tanda perjanjian antara Allah dengan umatNya  yang menjadikan umatNya itu menjadi satu dengan Kristus dalam kematiannya, dan akan dibangkitkan sama seperti Kristus. Setiap orang yang ikut ambil bagian dalam perjamuan itu harus melihat dirinya sebagai orang berdosa yang harus dihukum dan dibinasakan, namun oleh  kasih karunia Allah, hukuman itu ditimpakan kepada Yesus di kayu Salib sampai Yesus mati di kayu salib. Namun tidak berhenti sampai disitu, bahwa akhirnya Yesus menang mengalahkan maut sehingga Dia bangkit pada hari yang ketiga dan  memberikan kabar sukacita kepada umatNya yang sudah ditebusNya bahwa kematian telah dikalahkan dan setiap orang yang percaya kepadaNya akan turut dalam kemenangan itu.

Paulus berkata bahwa diantara mereka ada yang saling mendahului satu  dengan yang lain, sehingga yang  pertama makan dengan banyak bahkan sampai kenyang, sehingga orang yang belakangan tidak mendapatkan lagi.  Ada pergeseran makna yang telah mereka praktekkan dalam perjamuan itu, yaitu  bahwa acara perjamuan kudus itu mungkin saja difahami  “bisa sekaligus” untuk memberikan rasa kenyang bagi yang lapar dan juga menghilangkan dahaga bagi yang haus. Sehingga jika ada acara itu diadakan maka ada dari mereka yang  tidak makan di rumah supaya bisa sekaligus makan di acara perjamuan itu saja, sehingga akibatnya akan ada yang tidak kebagian roti perjamuan itu ( 1 Kor 11: 34). Atau baragkali juga bisa mereka gagal faham dengan makna yang terkandung dalam perjamuan itu baik roti yang dimakan atau anggur yang diminum. Bisa saja mereka menyangka bahwa jika itu tubuh dan darah Yesus sebagai tanda perjanjian, makan dengan memakan lebih banyak dan meminum lebih banyak berkat dan kuasanya bisa lebih banyak atau lebih besar. Karena mungkin menurut mereka ketika didoakan dan diadakan pengucapan syukur maka roti dan anggur itu sudah memiliki kekuatan dan kuasa. Demikian disinggung Rasul Paulus tentang kelakuan mereka dalam 1 Korintus 11:20-21, sehingga dalam ayat 34 dia berkata kalau ada yang lapar makan dahululah dirumah masing-masing supaya dalam acara perjamuan  kudus mereka bukan mau memuaskan rasa lapar dan haus mereka, dan saling menunggulah satu dengan yang lain.

Memang dalam masa sekarang ini tidak ada lagi yang kita jumpai praktek Perjamuan kudus yang demikian, sebab dalam kenyataannya tidak mungkin lagi makan roti yang kecil dan tipis itu bisa buat kenyang, atau minum dari cawan kecil itu bisa sampai puas bahkan mabuk seperti jemaat korintus itu, namun masih tetap dimungkinkan adanya penyimpangan dalam pelaksanaan Perjamuan Kudus itu (istilah Paulus dengan mengatakan makan perjamuan kudus “dengan cara yang tidak layak” (Ayat 27).

Sadauaraku,

Jemaat pada saat ini juga masih banyak yang belum dewasa, yang umur sudah tua tetapi sikap hidup dan kerohaniannya masih seperti kanak-kanan.  Ikut Tuhan sudah lama tetapi pertumbuhan masih kerdil. Umur Gereja sudah puuhan tahun bahkan ratusan tahun tetapi  aktifitas pelayanannya, misinya, gerakannya masih seperti  gereja-gereja yang baru bertumbuh bahkan gereja yang baru bertumbuh bisa lebih dewasa dari gereja-gereja terdahulu itu. Jemaat yang  masih rentan dengan perselisaihan, sakit hati, saling memegahkan diri, mementingkan penampilan diri dan egois, tidak punya gerakan untuk misi, cenderung eksklusif dan lain sebagainya, seperti jemaat di Korintus yang menunjukkan ketidak dewasaan iman.

Saudara-saudari yang terkasih dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus, Firman Tuhan pada saat ini dalam Ibadah Malam Kamis Putih ini mengambil tema “PERJAMUAN KUDUS”.
Perjamuan kudus merupakan salah satu dari dua sakramen dalam Protestan yang mengandung janji. Sakramen (Sacramentum=Latin) sudah dilazimkan oleh Tertulianus (sekitar tahun 200) bisa diartikan sebagai “tanda suci” atau “perbuatan suci” atau “rahasia suci”.
Sakramen merupakan tanda dan meterai yang mengandung janji.

Agustinus berkata bahwa sakramen itu merupakan “Firman yang kelihatan” Tentunya ini bisa dijelaskan dengan Firman Tuhan dan ditangkap dan dimengerti dengan iman.
Sakramen Perjamuan kudus ini berasal dari perjamuan malam yang diadakan Yesus beserta murid-muridNya dimalam sebelum Ia ditngkap dan disalibkan (1 Kor 11:23-25; Lukas 22:14-20, dsb). Perjamuan malam ini dilakukan Yesus dan murid-murid berhubung sedang berlangsungnya hari raya Paskah bagi umat Yahudi, Paskah berasal dari kata kerja Ibrani: Pesakh yang artinya berlalu atau melewati.

Perayaan ini mengingat peristiwa di Mesir saat Allah membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir. Paskah berarti Hukuman Allah akan melewati/berlalu dari setiap pintu yang ada tanda darah anak domba Paskah (keluaran 12:13; Ulangan 16:1)
Pada saat Yesus merayakan paskah dengan makan roti Paskah di malam itu, Yesus mengambil roti tak beragi itu memecah-mecahnya lalu membagi-baginya dan berkata:”inilah tubuhKu yang kuserahkan bagi kamu. Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (I Kor 11:24), kemudian mengambil cawan berisi anggur dan berkata: “Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darahKu, perbuatlah ini setiap kali kamu meminumnya menjadi peringatan akan Aku” ( 1 Kor 11:25).

Ketika Yesus mengatakan kedua pernyataan itu tentang roti (tubuhNya) dan cawan berisi anggur (darahNya) Dia mengatakan bahwa itu harus dijadikan sebagai perjanjian yang baru (makna yang baru) tentang memakan roti itu dan meminum anggur pada perjamuan Paskah itu. Sehingga ketika melakukan acara itu bukan lagi mengingat Allah pembebasan Allah bagi Israel dari perbudakan Mesir, tetapi merupakan Perjanjian yang diadakan Allah dengan umatNya di Golgata (Perjanjian baru), dimana Yesus (anakNya) sudah menjadi domba Paskah yang disembelih dan dikorbankan sekali untuk selamanya ( 1 Kor 5:7). Jadi ketika kita mengadakan Perjamuan Kudus itu serta merta meghadapkan kita kepada kematian Yesus, namun tetap harus kita sikapi dengan sukacita bahwa kematian Yesus itu telah memberikan kita kemenangan sebab Dia akan bangkit mengalahkan maut, sehingga setiap orang yang percaya kepada kematiannya akan turut juga dibangkitkan sebagai pemenang. Artinya bahwa kita dijadikan satu dengan Kristus dalam kematianNya, supaya kita beserta Dia dibangkitkan  dalam hidup dan persekutuan dengan Dia sebagai manusia yang baru (Roma 6:5)

Ketika kita mengikuti Perjamuan Kudus, bisa dikatakan kita sedang diajak untuk merayakan satu paket Peristiwa Paskah (mulai dari Penangkapan Yesus, kematian dan  kebangkitan Yesus) dan sekaligus akan mengingatkan kita kepada kenaikanNya untuk mempersiapkan tempat bagi orang percaya serta janji kedatanaganNya kembali.
Sehinga Apabila Perjamuan Kudus itu dilakukan:
  1. Kita sedang memperingati kematian Yesus Kristus,
  2. Mengingatkan kita bahwa kita ditebusNya dan diperdamaikan kembali dengan Bapa karena dosa kita (Efesus 2:14-16)
  3. Akan menyatukan semua orang percaya dalam kematian dan kebangkitan Yesus.
  4. Akan membawa kita kepada persekutuan yang hidup dengan Kristus Tuhan yang hidup.

Kita semua yang minum dari cawan itu menjadi satu persekutuan dengan darah Kristus dan kita semua yang makan dari roti yang kita pecah-pecahkan itu menjadi satu dalam persekutuan dengan tubuh Kristus. Kita semua (meskipun banyak ) yang makan roti perjamuan itu menjadi satu dengan tubuh Kristus  dan mendapat bagian dalam roti yang satu itu ( 1 Kor 10:16-17)
Jadi sikap yang tidak layak yang diterapkan oleh jemaat di Korintus dalam hal makan perjamuan itu adalah sesuatu yang menistakan makna dari Perjamuan Kudus yang Tuhan Yesus pesankan itu, bahwa itu akan dilakukan sebagai peringatan akan Yesus (Lukas 22:19). Sehingga kita melihat Paulus berkata di ayat 30 bahwa kelemahan, penyakit dan kematian yang mereka (jemaat Korintus)  alami itu juga akibat perbuatan mereka yang tidak layak dalam Perjamuan Kudus.

Saudara-saudari ku dalam Kristus Yesus,
Karena itu sebagaimana Firman Tuhan dalam ayat 26 dikatakan: “Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang”. Maka hendaklah kita fahami dahulu makna ini barulah kita mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus,  Kemudian seperti dalam 1 Korintus 11:28-29 supaya kita menguji diri kita dulu apakah kita sudah sungguh-sungguh, bahwa kita adalah orang berdosa yang lalu kemudian mengakui kematian dan kebangkitan Yesus dan  mengakui  bahwa roti yang kita makan itu adalah benar-benar disertai tubuh Tuhan (Firman yang hidup).   
Kiranya Firman Tuhan ini menguatkan dan meneguhkan kita di Kamis putih ini, untuk membawa kita semakin dekat dengan Yesus, memaknai dan mensyukuri pengorbananNya, lalu dengan pemahaman dan pengertian yang benar kita ikut ambil bagian dalam setiap Perjamuan Kudus yang diadakan.

Shalom, Tuhan Yesus memberkati,

Ev. Harles Lumbantobing

KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya  
Daftar... ARSIP...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda yang baik, sopan dan bahasa yang mudah dimengerti. terimakasih