Ibadah
Minggu 28 Juni 2020
MEMBANGUN
KELUARGA BAHAGIA
Epistel : Kidung Agung 8:5-7
Kolose 3: 18-21 (TB)
3:18 Hai
isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan.
3:19 Hai
suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
3:20 Hai
anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di
dalam Tuhan.
3:21 Hai
bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.
Shalom,
selamat Hari Minggu buat kita semua. Apa kabar saudara? Semoga selalu yang
terbaik. Kiranya saudara juga dalam keadaan sehat baik jasamani dan rohani.
Ibadah minggu ini
mengambil tema “MEMBANGUN KELUARGA BAHAGIA”.
Ketika
membaca tema ini, langsung yang terpikir bagi saya dan mungkin saudara juga adalah
bagaimana membangunnya?, Bagaimana membangun keluarga bahagia ini? Apa yang
bisa diberikan keempat ayat yang singkat ini di dalam membangun sebuah keluarga
yang bahagia?.
Sebelumnya
mari kita lihat dulu beberapa hal tentang keluarga.
Keluarga
adalah lembaga tertua yang ada di bumi yang dibentuk oleh Tuhan sendiri.
keluarga terdiri dari keluarga inti, keluarga utama, dan keluarga besar. Keluarga
inti terdiri atas suami istri dan anak-anak. Keluarga utama terdiri dari
keluarga inti + Ayah ibu dan saudara kedua belah pihak. Keluarga besar adalah
keluarga inti+Keluarga utama+ semua keluarga yang terhubung dengan keluarga utama.
Bicara
tentang merajut keluarga bahagia ada banyak hal yang perlu kita pelajari dan persiapkan hingga kita bisa mewujudkan keluarga bahagia
teersebut. Hal itu dikarenakan bahwa berumahtangga adalah ibarat sekolah yang
tidak pernah tamat. Meskipun sudah puluhan tahun hidup bersama namun akan
selalu ada hal-hal baru yang akan terus dipelajari bersama. Gaya hidup suatu
keluarga juga belum tentu cocok dengan gaya hidup keluarga yang lain, bahkan
dengan keluarga orangtua sendiri. Masing-masing keluarga harus menemukan format
yang tepat untuk keluarga masing-masing.
Dalam
kesempatan ini Firman Tuhan mengajarkan empat hal yang sangat penting dalam
membangun sebuah keluarga bahagia. Mari kita perhatikan poin-poin yang
diajarkan dalam Nas Firman Tuhan hari ini.
1. Istri tunduk kepada suaminya
Dalam
beberapa kitab yang lain, urutan nasihat ini selalu dimulai dengan “ISTRI” seperti
dalam Kolose 3:18-21, Efesus 5:22-25; 1 Petrus 3:1-7. Ada hal penting yang mau
disampaikan menyangkut hal tersebut. Istri
menerima anugerah yang luar biasa dari Tuhan sebagai kekhususan mereka untuk
menolong dan memperlengkapi laki-laki,
sehingga keduanya menjadi satu kesatuan yang utuh dan sempurna. Sehingga ketika
Hawa tercipta dari tulang rusuk Adam, Allah melihat bahwa apa yang
diciptakanNya di hari keenam itu (manusia) sungguh amat baik (Kejadian 1:31), kebaikannya
menggunakan level “sungguh amat”.
Karena itu pengaruh istri dalam menciptakan keluarga yang bahagia dan harmonis
sangatlah besar dan penting sekali untuk diperhatikan.
Laki-laki
adalah kepala istri (Efesus 5:23) dan kepala itu bisa kokoh karena didukung dan
disokong oleh tubuh. Istri adalah tubuh yang menopang suami sebagai kepala.
Tetapi tubuh dikenal dari kepala itu sebabnya dikatakan hai Istri tunduklah kepada suamimu, sebab sesungguhnya istri akan dikenal dan “dianggap” karena suaminya.
Kegagalan
banyak keluarga adalah ketika istri tidak tunduk dan menghormati lagi suaminya. Kita bisa
melihat di jaman sekarang ada banyak istri yang memperlakukan suaminya dengan
tidak sepatutnya, berbicara sesuka hati, suka memerintah, mendikte suaminya,
dan harus ucapannyalah yang didengar. Bahkan suami tidak bisa mengambil
keputusan apa-apa, semua harus tanya istri dulu. Di depan umum juga sering sikapnya
mempermalukan suaminya, dengan
mendominasi suami dalam pembicaraan dengan khalayak umum, menegur suami
dengan kasar di depan umum, bahkan menentangnya dihadapan orang lain. Begitu juga dalam urusan rumahtangga, ada
istri yang memperlakukan suaminya sebagai bapak rumahtangga yang harus
mengurusi urusan dapur, urusan anak, urusan belanjaan, dan lain sebagainya yang
biasanya dilakukan oleh seorang istri. Dan parahnya keadaan ini dipertunjukkan
dihadapan orang lain, seakan-akan dia mau berkata “saya istri yang hebat”.
Kesalahan
terjadi ketika seorang istri bangga dan senang jika suaminya tunduk kepadanya.
Padahal sesungguhnya dia sedang menghancurkan kebahagiaan sejati keluarganya.
Sebab kebahagiaan itu bukanlah satu sisi, tetapi baik istri maupun suami harus
sama-sama bahagia, sebab kepala tidak bisa dipisahkan dari tubuh.
Ketundukan seorang istri diitunjukkan juga penghormatannya
kepada suami juga bukan saja hanya melalui komunikasi verbal, baik saat berdua,
dalam keluarga inti, ataupun dihadapan orang
luar tetapi juga penghormatan secara non-verbal, yaitu
dari gaya dan sikap hidup sehari-hari. Misalnya seorang istri pejabat sebaiknya
harus mengikuti gaya dan standart yang pas atau patut sebagai istri seorang pejabat,
misalnya dari cara berpakainnya, tutur sapanya, asesoris yang pantas dalam
tubuhnya supaya jangan sampai suaminya dicibir atau dicela orang lain hanya
karena gaya hidup dan sikapnya dihadapan orang lain. Demikian juga jika suaminya seorang pelayan
atau hamba Tuhan, atau seorang yang sederhana, si istripun seharusnya mengikuti
pola hidup suaminya supaya jangan sampai suaminya dicela orang lain hanya
karena penampilan dan gaya hidup istrinya.
Jadi
ketundukan dan penghormatan istri terhadap suami itu menyangkut verbal dan non-verbal. Sikap-sikap
yang tidak pantas terutama di depan umum akan menghancurkan kehormatan suaminya
dan sekaligus kehormatan keluarganya.
Bagaimanapun
keadaan suami, istri yang bijaksana akan dapat menempatkan diri dengan benar,
sehingga kehormatan keluarganya akan bisa dijunjungnya. Di sinilah fungsi
seorang istri sebagai penolong yang Tuhan katakan dalam Kejadian 2:18 bahwa istri
itu adalah penolong yang sepadan terhadap suaminya. Jika suaminya kekurangan
hikmat istri yang tunduk dan menghormati suaminya
akan menolongnya supaya suaminya menjadi berhikmat. Apabila suaminya susah
mengambil keputusan maka istri yang bijaksana akan menolong suaminya mengambil
keputusan yang tepat, sampai suaminya mampu sendiri untuk mengambil
keputusan-keputsan yang terbaik. Hal tersebut dilakukannya karena ketundukan dan penghormatannya kepada
suaminya. Disitulah fungsi melengkapi yang Tuhan berikan kepada seorang istri.
Seburuk-buruknya
suami, apabila suami tersebut memiliki
seorang istri yang bijaksana, maka orang lainpun tidak akan pernah tahu bahwa suaminya punya
kelakuan buruk. Itu sebabnya Kitab Amsal 31:10 berkata: “Isteri yang
cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata”. Cakap bukan sekedar bicara cantik, tetapi
bijaksana dan penuh hikmat. Hal itu bisa
kita temukan dalam Amsal 31:10-30. apalagi
dikatakan dalam ayat 30 “Kemolekan adalah
bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN
dipuji-puji” sudah jelas cakap itu
bukan hanya merujuk kepada kecantikan fisik. Dalam kitab Amsal 31 ini bagitu
indah diajarkan tentang istri yang diidam-idamkan setiap suami dan keluarga.
Hal lain yang bisa dilakukan istri
dalam hal tunduk kepada suaminya adalah melalui kepiawaiannya di dalam mengelola
rumahtangga dan mengasuh/mendidik anak-anak mereka meskipun itu nantinya sebaiknya
dilakukan secara bersama-sama. Turut sertanya seorang istri dalam memenuhi
kebutuhan ekonomi sebuah keluarga haruslah dilakukan di dalam kerangka
menghormati suaminya. Kelebihan ini harus bisa dimanfaatkan dengan baik
sehingga suami bisa dituntun dan ditolong dalam memenuhi tanggungjawabnya
sebagai kepala rumahtangga. Alangkah indahnya jika istri berhasil menolong
suami dalam memenuhi tanggungjawab ekonomi dalam keluarga. Suami akan semakin
percaya diri, dihadapan keluarganya dan juga dihadapan orang lain.
Ketulusan dan kesediaan
seorang istri menolong suami dalam segala hal adalah merupakan perwujudan
pelaksanaan perintah Tuhan kepada setiap istri. Bahwa istri adalah penolong
yang sepadan kepada suaminya, dan bahwa istri
harus tunduk kepada suaminya, bahkan dalam Efesus 5:22 dikatakan : “Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan”. Sebagaimana gereja tunduk kepada Kristus,
demikian jugalah istri harus tunduk kepada suami.
Bagaimana menurut
anda ungkapan “di balik keberhasilan
seorang suami ada istri yang luar biasa?” Namun bagaimana jika saya balik, “dibalik kegagalan seorang suami ada istri
yang merongrongnya”
2. Suami harus mengasihi istrinya.
Dalam mencapai suatu
keluarga yang bahagia melalui nas Firman Tuhan ini, hal kedua yang dinasihatkan
adalah suami yang harus mengasihi istrinya. Tingkat kadar kasih suami terhadap
istri seperti dikatakan oleh Firman Tuhan dalam Efesus 5:25 harus sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah
menyerahkan diri-Nya baginya”. Ini artinya kasih yang total dan sempurna.
Untuk itu seorang suami harus dekat kepada Kristus, sehingga dia memahami
bagaimana kasih Kristus kepada jemaat yaitu dirinya sendiri beserta jemaat-jemaat
yang lain. Bagaimana pengorbanan Kristus dan kasih sayangnya kepada umatnya
haruslah dipahami dengan benar oleh seorang suami sehingga dia bisa mencintai
istrinya dengan cara demikian.
Kegagalan
para suami mencintai istrinya adalah karena dia tidak mengenal Tuhan dan
cintaNya dengan benar. Hal tersebut berpengaruh besar terhadap tingkat
kebahagiaan yang akan dirasakan keluarga tersebut. (……ayo para istri bantu dan tolong suamimu untuk mengenal Tuhan dengan
benar…..)
Kasih
seorang suami terhadap istrinya bukanlah sekedar dimulut, tetapi harus dalam segala tindakannya. Kasih suami
terhadap istri harus sampai kepada hal jasmani dan rohani. Tanggungjawab memenuhi
kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani si Istri adalah bagian yang sangat
penting yang harus dilakukan seorang suami sebagai bukti mencintai istrinya.
Pemenuhan
kebutuhan itu haruslah didasari atas pemahamannya akan Firman Tuhan (Efesus
5:25), sehingga dalam pelaksanaan pemenuhan kebutuhan itu tidak ada yang
bertentangan dengan kebenaran Firman Tuhan, sebab kepala istri adalah suami dan
kepala suami adalah Kristus. Sehingga suami akan menafkahi istri dengan nafkah batiniah dan nafkah jasmaniah berlandaskan
kasih dan kebenaran. Karena itu, kasih seorang suami terhadap istrinya juga
memiliki pengaruh terhadap tingkat penghormatan istri terhadap suaminya.
Jadi
kewajiban istri adalah tunduk kepada suaminya, dan kewajiban suami adalah
mengasihi istrinya dan keduanya harus saling memenuhi kewajiban ini ( 1
Korintus 7:4) Sehingga dengan mudah kita
bisa memeriksa apa yang menjadi masalah dalam sebuah hubungan suami istri
apabila mulai ditemukan kekurangharmonisan. Misalnya jika kasih seorang suami mulai
berkurang terhadap istrinya, mungkin karena si istri sudah mulai kurang tunduk atau hormat kepada suaminya, atau jikalau sudah merasa tunduk berarti harus lebih
ditingkatkan lagi kadarnya. Sebaliknya juga apabila ketundukan dan penghormatan
si istri mulai kurang terhadap suaminya, mungkin karena si suami sudah mulai kurang
mengasihi istrinya, atau jika sudah mengasihi isrinya, mungkin kasih dan perhatian
kepada istrinya harus lebih ditingkatkan lagi.
Demikianlah
kedua hal tersebut saling melengkapi dan tidak terpisahkan satu dengan yang
lain. Kebahagiaan keluarga erat hubungannya dengan kedua hal ini. Hal ini lah yang disebut keseimbangan yang
pertama dalam sebuah keluarga.
3. Anak-anak harus taat
terhadap orang tuamu.
Kebahagiaan keluarga rasanya akan lengkap
jika mereka dikaruniakan anak. Anak akan membawa kebahagiaan bagi sebuah
keluarga, namun anak bisa juga menjadi faktor yang bisa membuat kebahagiaan keluarga itu tidak
bisa dinikmati.
Dalam Nas ini Firman Tuhan menjelasakan
bahwa hal lain selain suami dan istri yang berkontribusi terhadap kebahagiaan
keluarga adalah “Ketaatan Anak”. Sejauh mana ketaatan anak yang diharapkan Tuhan supaya tercipta
kebahagiaan itu? Jawabnya adalah “Dalam Segala Hal”. Sebab hal demikianlah
dikatakan yang indah dihadapan Tuhan ( Efesus 3:20)
Kebahagiaan orangtua akan terpancar
jelas ketika melihat dan mengetahui bahwa anak-anaknya taat kepada mereka. Hal
tersebut akan banyak mempengaruhi perjalanan keluarga mereka. Ketaatan anak
terhadap orangtua tujuannya adalah supaya anak tersebut juga berbahagia, sebab
semua orangtua merencanakan dan merancangkan yang terbaik buat anak-anaknya.
Sama seperti Bapa di sorga yang selalu merancangkan yang terbaik buat kita
anak-anakNya. Yesus juga pernah berkata dalam Matius 7:9-10 bahwa tidak ada
orangtua yang akan memberikan batu kepada anaknya jika ia meminta roti atau
memberikan ular jika dia meminta ikan. Itu artinya bahwa tidak pernah orangtua
itu memikirkan atau merancangkan hal yang buruk dan tidak layak terhadap
anak-anaknya. Oleh karena itu jaminan seorang anak mendapatkan seluruh yang
terbaik dari orangtuanya adalah ketaatan. Ketaatan itu akan memunculkan
semangat, motivasi, kekuatan dan tanggungjawab yang semakin kuat bagi setiap
orangtua dalam melaksanakan tugasnya untuk menghantarkan anak-anaknya menuju rencana
dan kehendak Tuhan. Betapa patahnya semangat orangtua jika menemukan
anak-anaknya tidak taat dan selalu membangkang kepada mereka. Apakah yang akan
diraih dan dicapai keluarga itu?. Kita bisa banyak belajar dari Ketidaktaatan
bangsa Israel kepada Tuhan dalam Perjanjian Lama yang membawa duka kepada Tuhan
dan hukuman demi hukuman kepada bangsa itu.
Karena itu jelas sekali bahwa tujuan
ketaatan seorang anak kepada orangtua adalah supaya anak-anak itu berbahagia,
sukses menjalani hidup dan meraih masa depannya yang penuh harapan, dengan
demikian keluarga itu juga akan merasakan kebahagian. Saya pribadi belum
menemukan seorang anak yang hidupnya sengsara karena taat dan hormat kepada
orangtuanya, sebaliknya ada banyak orang yang hidupnya sengsara karena tidak
taat kepada orangtuanya dan yang bahkan mengabaikan orantuanya dimasa tuanya.
Ketaatan
anak-anak kepada orangtua juga merupakan pengamalan hukum Tuhan yaitu hukum
kelima “ Hormatilah ayahmu dan ibumu,
seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, supaya lanjut umurmu
dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu”
(Ulangan 5:16=Keluaran 20:12). Ini
artinya bahwa menghormati adalah tanda ketaatan seorang anak kepada orangtuanya.
Di
sini Tuhan jelas menyatakan bahwa tujuan
penghormatan itu adalah supaya anak itu baik keadaannya, panjang umurnya di bumi
ini. Jadi rumus umur panjang dan kehidupan yang baik sebenarnya sudah Tuhan
gariskan di dalam Alkitab yaitu melalui taat atau hormat kepada orangtua. “Baik
keadaan” sama pengertiannya dengan berbahagia. Jadi umur panjang dan berbahagia menjadi satu paket
yang Tuhan berikan apabila seorang anak hormat kepada orantuanya. Apalah
gunanya umur panjang jika tidak disertai dengan kebahagiaan?. Tentunya sia-sia.
“Umur pendek namun disertai kebahagiaan adalah
lebih berarti daripada umur panjang tanpa kebahagiaan”.
Jadi ketaatan seorang anak membuat dia bahagia, membuat
orangtua bergairah untuk hidup dan menjadikan keluarga yang berbahagia.
4. Janganlah menyakiti hati anakmu,
supaya jangan tawar hatinya.
Pesan ini diberikan untuk
menyempurnakan kebahagiaan sebuah keluarga. Jika pesan dan aturan diberikan
kepada istri dan suami, maka selanjutnya adalah antara anak dan orangtua. Jika diatas
sudah tentang anak maka sekarang dari pihak orangtua juga harus melakukan
bagiannya kepada anak itu. Menyakiti hati anak akan membuat mereka tawar
hati, kehilangan semangat dan gairah hidup, bahkan dampaknya dikehidupannya
dengan orang lain bisa membuat dia minder atau tidak percaya diri.
Menyakiti hati anak bisa lewat verbal
dan non-verbal. Secara verbal ini misalnya ucapan yang kasar dan merendahkannya,
Kemarahan yang tanpa sebab, pelampiasan akibat ketidaksenangan terhadap hal-hal
lain diluar rumah, pelampiasan akibat kekurangharmonisan suami istri, mempermalukan
dan memarahi anak dihadapan teman-temannya, dan lain sebagainya yang sifatnya
verbal (kata-kata). Selanjutnya secara
non-verbal adalah melalui sikap yang tidak perduli kepada anak, kekerasan
fisik seperti suka lalu tangan (Memukul)
terhadap anak, hukuman dan sanksi terhadap anak yang melampaui kewajaran dan
lain sebagainya.
Hal ini bukan berarti orangtua tidak
boleh memarahi dan menghukum anaknya, tetapi harus diperhatikan jangan sampai
hilang akal sehat sehingga sampai menyakiti hati anak. Alkitab juga berkata
bahwa orangtua yang baik akan menghukum dan menegur anak-anaknya jika salah,
tetapi dilakukan dengan pikiran sehat, tujuan baik dan dalam tingkat kewajaran.
Hal inilah yang disebut keseimbangan
kedua dalam sebuah rumah tangga. Jika keseimbangan pertama antara istri dan
suami, maka keseimbangan kedua ini adalah antara anak-anak dan oranhtua.
Masih ada banyak nasihat dan tuntunan dalam merajut dan
membangun keluarga bahagia yang bisa kita temukan dan bahas dalam Alkitab (semoga dalam kesempatan lain bisa dibahas di
blog ini), Namun nasihat dan
tuntunan ini dalam nas kotbah hari ini jika bersama-sama dilakukan keluarga
inti maka Tuhan akan menjadikan keluarga mereka menjadi keluarga berbahagia.
Ayo para istri
hormati suamimu, para suami, kasihi dan sayangi istrimu. Ayo anak-anak ataupun
dewasa yang masih punya orangtua taatilah orangtuamu dan orangtua janganlah
menyakiti hati anakmu. Bahagialah dirimu, bahagialah keluargamu dan
dipermuliakanlah Tuhan kita.
Amin, shalom selamat
hari minggu.
Ev. Harles Lumbantobing
KLIK ARSIP untuk melihat tulisan lainnya di Daftar... ARSIP..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda yang baik, sopan dan bahasa yang mudah dimengerti. terimakasih