Minggu, 12 Juli 2020

CINTAILAH PENDIDIKAN


Ibadah Minggu, 12 Juli 2020

CINTAILAH PENDIDIKAN

Evanggelium: Lukas 6: 39-42

Epistel : Amsal 4: 1-9





Lukas 6: 39-42 (TB)

6:39 Yesus mengatakan pula suatu perumpamaan kepada mereka: "Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang?

6:40 Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, tetapi barangsiapa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya.

6:41 Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?

6:42 Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."



Shalom. Sel;amat hari minggu saudara/I ku semua.Semoga kita sama-sama mengimani bahwa hari ini kita semua ada dalam sukacita dan perlindungan Tuhan. Amin



Dalam ibadah hari ini, Firman Tuhan mau menyapa kita dengan pengajaran dan didikan  yang menjadi bekal bagi kehidupan kita.



Kebutaan adalah suatu keadaan hal yang sangat tidak diinginkan oleh siapapun. Sebab kebutaan itu memnyebabkan dirinya tidak bisa melihat apapun. Hanya gelap yang ada dihadapannya, dan hidupnya akan bergantung tuntunan atau bantuan dari orang lain.

Kebutaaan sebenarnya bukan hanya bersifat fisik tetapi juga kebutaan non-fisik. Kebutaan fisik bisa bawaan lahir dan bisa juga terjadi karena penyakit ataupun kecelakaan yang membuat fungsi mata jasmani seseorang tidak bisa digunakan. Sedangkan kebutaan non-fisik adalah menyangkut kerohanian, pengetahuan, karakter maupun sifat seseorang.

Bisakah kebutaan disembuhkan?

Kebutaan jiwa dan rohani ini hanya bisa disembuhkan dengan pendidikan. Yaitu jika mereka belajar dan diajar. Suatu daerah akan terus tertutup dan tidak akan pernah ada kemajuan jika penduduknya tetap terisolasi dan tidak mendapatkan pendidikan. Namun ketika pendidikan masuk, maka mata mereka akan terbuka luas dan kemajuan di berbagai bidang akan mulai mereka rasakan.

Selain kebutaan fisik ada banyak kebutaan yang sebenarnya dialami manusia. Seperti kebutaan rohani. Kebutaan rohani hanya bisa sembuh jika membaca dan merenungkan Firman Tuhan. Kebutaan Pengetahuan hanya bisa sembuh jika membaca buku-buku pengetahuan. Demikian juga halnya dengan kebutaan karakter, kebutaan etika, kebutaan sikap dan moral. Mata adalah jendela tubuh. Buku adalah jendela pengetahuan. Ketika mata kita buka lalu membaca buku-buku pengetahuan maka kita akan menjadi tahu tentang banyak hal dari yang sebelumya tidak pernah kita ketahui menjadi kita ketahui. Pengetahuan itu akan menuntun kita kepada sebuah tujuan akan sesuatu, cara menjalani sesuatu, cara melakukan sesuatu dan cara memperbaiki sesuatu.

Orang yang mencintai pendidikan akan menjadikan dirinya kaya akan didikan dan pengetahuan. Hal tersebut akan menolong dia meraih masa depannya,  menghadapi segala godaan dan cobaan,  dan membuat dia matang dalam berpikir dan bertindak. Orang yang membenci didikan adalah orang yang membutakan dirinya dan sedang membiarkan dirinya tersesat dan disesatkan. Operasi atau pencangkokan mata adalah solusi bagi orang yang buta jasmani, dan pengetahuan  adalah solusi buat orang yang buta rohani. Bahkan pengetahuan ini jugalah yang berperan dalam penyelesaian kebutaan jasmani tersebut.

Hal itulah yang mendorong banyak orangtua untuk menyekolahkan anak-anaknya setinggi-tingginya dengan harapan supaya anak-anaknya kaya akan pengetahuan yang akan menuntun mereka sampai masa tua mereka kelak.

Tetapi darimanakan sumber datangnya pengetahuan? Alkitab berkata dalam Amsal 1:7 “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan”. Jadi pengetahuan bersumber atau bermula dari ketakutan kita akan Tuhan sehingga kita menuruti  dan melakukan kehendakNya  yang menuntun kita kepada kebenaran, kehidupan  dan pengetahuan.

            Saudara, dalam tema minggu ini “CINTAILAH PENDIDIKAN”  mengajak kita untuk sama-sama menyepakati bahwa pendidikan itu sangat penting dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Baik pendidikan rohani (iman, karakter, sifat dan moral) maupun ilmu pengetahuan (akademis). Kedua pendidikan ini sangat penting dan tidak boleh timpang. Namun dalam kenyataan saat ini, banyak orang hanya mengutamakan pendidikan akademis dan meninggalkan atau tidak perduli dengan pendidikan rohani. Hal tersebut melahirkan orang yang kaya pengetahuan tetapi miskin moral, miskin karakter dan miskin iman. Pintar secara akademis tetapi bodoh rohani akan melahirkan penjahat-penjahat yang pintar, licik dan berbahaya. Bodoh secara akademis dan bodoh secara rohani akan melahirkan  penjahat yang brutal dan arogan. Intinya akan berdampak munculnya segala kejahatan. Tetapi orang yang terdidik secara akademis, dan terdidik secara spritual akan membawa kebahagiaan dan damai sejahtera dibumi, baik untuk dirinya sendiri, keluarga, gereja, dan masyarakat.

Saudara, mana yang lebih saudara utamakan seorang anak pintar secara akademiskah atau pintar secara spritual (rohani)?. Tentunya akan langsung dijawab dua-duanya. Tetapi pernahkan kita berpikir dan bertindak bahwa mengutamakan pendidikan spritual (iman, karakter, dll) itu lebih utama? Sehingga kita berusaha secara pribadi mengejar hal ini? Mendorong anak-anak kita atau keluarga kita untuk mendapatkan pengetahuan spritual ini, lewat pembimbingan rohani oleh rohaniawan. Mengapa untuk pengetahuan akademis kita rela setiap hari dalam seminggu itu untuk mengkursuskan anak-anak kesana-sini, dengan biaya yang besar bahkan sepertinya 7 hari seminggu itu kurang, namun untuk pendidikan yang utama dan terutama yaitu pendidikan spritual sangat minim sekali. Mengapa para orangtua tidak menjadi guru spritual bagi anak-anaknya? Atau kalau tidak mampu mengapa tidak membawa anaknya diajari oleh para pembimbing rohani, atau kursus/private les dirumah oleh para pembimbing rohani?. Mengapa diri sendiri susah untuk ikut dalam kelompok-kelompok pembinaan rohani atau penelaahan Alkitab, dan juga kenapa susah mendorong anak atau anggota keluarga untuk ikut dalam kelompok Penelaahan Alkitab?. Mengapa mengejar yang sia-sia dan bersifat sementara  kita begitu gigih, tetapi tidak dengan  yang berguna sampai kekekalan?

Mungkin ada yang akan menjawab karena mereka belum bertobat. Tetapi bagaimana mereka bisa bertobat kalau mereka tidak dibimbing dan diajar? Kalau mereka tidak diberi kesempatan dan didorong untuk mendengarkan pengajaran itu?. Pengetahuan/didikan itu adalah obat dari kebutaan.

Dalam Nas Firman Tuhan ini Yesus mau mengajarkan suatu didikan kepada kita yang akan sangat menolong kita dalam hidup bersama dengan orang lain.

Didikan yang pertama adalah dalam ayat 39: “Yesus mengatakan pula suatu perumpamaan kepada mereka: "Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang?” bahwa orang buta tidak bisa menuntun orang buta. Orang buta menuntun orang buta maka keduanya masuk lobang. Siapakah orang buta yang sebenarnya Yesus maksudkan? Dalam pasal 6 ini Yesus tidak saja dikerumuni oleh orang-orang yang mengikut dia karena haus akan pengajarannya, tetapi juga diikuti oleh orang-orang Farisi yang sebenarnya adalah pengajar dan penuntun orang-orang yang mengikuti Yesus itu, namun bukan karena haus akan ajaran Yesus tetapi sebaliknya yang sedang mencari-cari kesalahan Yesus. Itu sebabnya Yesus menyatakan bahwa orang-orang buta seperti orang farisi itu tidak akan bisa menuntun umat itu sampai kepada kebenaran karena kebutaan mereka akan kebenaran. Malah sebaliknya akan membawa umat itu beserta dengan dirinya sendiri kepada kegelapan yang paling gelap yaitu kematian dan penghukuman.

Apa yang terjadi pada masa Yesus itu juga masih terjadi pada masa sekarang ini. Sehingga kita harus hati-hati. Sebab ada banyak guru-guru palsu, nabi-nabi palsu, pembimbing-pembimbing palsu yang sesungguhnya buta yang bisa menyesatkan dan membawa kepada kematian. Yang menawarkan keselamatan padahal dirinya sendiri tersedia neraka kematian, yang menawarkan kelepasan padahal dirinya sendiri tidak lepas dari hukuman. Mari kita ikuti setiap ajaran yang menuntun kita kepada Yesus dimana yang mengajarkannya itu juga hidupnya seturut dengan ajaran Yesus yang diajarkannya. Dan bagi orang buta yang sedang menuntun orang buta itu tidak ada jalan lain baginya selain bertobat.

            Didikan yang kedua seperti dalam ayat 40: “Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, tetapi barangsiapa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya”

Ayat ini megajarkan prinsip keberhasilan seorang murid. Sebelum murid itu menamatkan pelajarannya maka tingkat pengetahuannya tidak akan pernah lebih tinggi dari gurunya, dan seorang guru dikatakan berhasil jika tingkat pengetahuan muridnya sudah sama dengan gurunya. Ada hal yang perlu dalam hal ini kita perhatikan. Saya pernah mendengar bahwa murid tidak boleh nilainya 100 harus dibawah seratus bahwa nilai 100 itu adalah milik guru. Saya tidak tahu apa motivasinya, tetapi Yesus mengajarkan bahwa guru harus mendidik muridnya sampai sama dengan dia baru meluluskannya, sebaliknya murid di dalam pembimbingan guru itu harus belajar keras menyamai gurunya baru dia bisa lulus. Namun Yesus berkata murid tidak akan pernah  lebih dari gurunya, tetapi hanya bisa sampai sama dengan gurunya. Yah meskipun gurunya nanti hanya sampai sarjana, tetapi si murid sudah sampai gelar doktor, namun tetapi si doktor itu adalah murid dari guru tadi, dan dia harus menghormatinya, dan kebanggaannya adalah ketika muridnya sukses.



Didikan yang ketiga adalah ayat 41-42: “ Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."

Perkataan ini dikeluarkan langsung kepada para orang munafik pada jaman itu dan orang-orang munafik pada masa ini. Orang munafik adalah orang yang melihat dan mengungkit kesalahan orang lain sampai yang terkecil, bahkan memunculkan kesalahan baru padalah dirinya sendiri tidak lebih baik dari orang yang dia salahkan itu. Ada balok besar yang menghalangi matanya, tetapi dia tidak melihatnya, tetapi ada selumbar kecil kesalahan orang lantas dia besar-besarkan dan dia lihatin terus. Ayat ini merupakan teguran sekaligus didikan bagi orang-orang munafik, dan juga bagi semua orang supaya tidak menjadi orang munafik. Karena orang yang munafik adalah orang yang buta. Hal ini juga mau menjelaskan fakta bahwa orang munafik yang selalu menghakimi orang lain adalah orang yang sesungguhnya pantas dihakimi. Kalau mereka tidak bertobat maka akan dihakimi.

            Orang munafik adalah orang yang selalu membawa perpecahan, pertengkaran. Orang munafik akan merasa selalu paling benar meskipun di dalam hatinya dia sadar bahwa dia bukan paling benar. Tetapi ego yang lebih besar membuat dia harus membicarakan dan menguraikan kesalahan-kesalahan orang lain yang tujuannya adalah menutupi kesalahannya. Jadi orang yang munafik yang selalu mencari kesalahan orang lain adalah orang yang sedang menutupi kesalahan dan kekurangannya yang lebih besar.

            Pelajaran dan didikan ini penting bagi orang munafik supaya dia bertobat, dan kepada orang yang tidak munafik supaya bersabar dan merendahkan hati dan berdoa kiranya Tuhan yang adil menyatakan keadilannya. Dan dia tidak jatuh dalam dosa yang sama. Sebab Firman Tuhan dalam Matius 7:1-2 berkata” Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu”.

Kemudian dalam Roma 2:1 berkata “Karena itu, hai manusia, siapa pun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama”.

Menentang orang munafik dan membeberkan kesalahannya adalah menjadikan diri kita sama dengan mereka sehingga dua-duanya akan menjadi sama-sama buta dan akan terperosok kedalam lobang kematian. Tetapi mendoakan mereka adalah jalan terbaik, sebab seperti kata Firman Tuhan  ketika kejahatan dilawan dengan kebaikan itu artinya sedang menumpukkan bara api di atas kepala orang tersebut, artinya keadilan Tuhan sendirilah yang akan melawan orang tersebut.



Ketiga pengajaran atau didikan ini adalah hal yang penting dalam memelihara kerukunan dan kebersamaan dalam kehidupan manusia terkhusus orang percaya dilingkungan apapun, baik gereja, keluarga, lingkungan atau kelompok sekalipun.

Orang yang mencitai didikan akan senantiasa haus akan didikan, dan mencarinya senantiasa. Orang yang mencintai didikan akan bersukur jika ada orang lain yang menasihatinya, membimbingnya, menegor kesalahannya, dan berusaha memperbaikinya. Tidak demikian dengan orang yang benci didikan, hal sebaliknya menjadi prilaku dan responnya  terhadap didikan.

Dalam Epistel Amsal 4:1-9 bahwa didikan, hikmat atau pengetahuan itu berguna sebagai kehidupan, yang memberikan pengertian, ilmu yang akan memelihara, menjaga, yang bisa meningkatkan taraf hidup dan status seseorang dan menjadi mahkota  yang indah yang dikaruniakan. Sehingga Alkitab menkajarkan bahwa betapa pentingnya pendidikan atau pengetahuan  bagi manusia yaitu pendidikan akademis dan pendidikan Spritual.

Mari mencintai pendidikan dan pengetahuan serta mengejarnya karena takut akan Tuhan dan di dalam konsep melakukan kehendakNya.



Shalom, selamat hari minggu. TUHAN YESUS MEMBERKATI



Ev. Harles Lumbantobing


KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya  di Daftar... ARSIP..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda yang baik, sopan dan bahasa yang mudah dimengerti. terimakasih