Ibadah minggu akhir tahun gereja
Tema:
AJARLAH KAMI MENGHITUNG HARI-HARI KAMI
Ev: Mazmur 90:1-12
Ep: Wahyu 1:4-8
Mazmur 90:1-12 (TB)
90:1 Doa Musa, abdi Allah. Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan kami turun-temurun.
90:2 Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah.
90:3 Engkau mengembalikan manusia kepada debu, dan berkata: "Kembalilah, hai anak-anak manusia!"
90:4 Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam.
90:5 Engkau menghanyutkan manusia; mereka seperti mimpi, seperti rumput yang bertumbuh,
90:6 di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu.
90:7 Sungguh, kami habis lenyap karena murka-Mu, dan karena kehangatan amarah-Mu kami terkejut.
90:8 Engkau menaruh kesalahan kami di hadapan-Mu, dan dosa kami yang tersembunyi dalam cahaya wajah-Mu.
90:9 Sungguh, segala hari kami berlalu karena gemas-Mu, kami menghabiskan tahun-tahun kami seperti keluh.
90:10 Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.
90:11 Siapakah yang mengenal kekuatan murka-Mu dan takut kepada gemas-Mu?
90:12 Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.
Shalom, Salam kasih dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus.
Puji syukur minggu ini kita memasuki minggu tahun akhir gereja sekaligus minggu mengenang saudara-saudara kita, orangtua, keluarga dekat atau siapa saja kenalan kita yang telah lebih dahulu meninggal dunia mendahului kita. Mengenang kembali mereka bukanlah berarti bertujuan untuk mengungkit-ungkit duka dari setiap saudara-saudara yang alami dan rasakan di waktu-waktu yang lalu saat kepergian mereka, tetapi mengingatkan kembali kita yang masih hidup yang mereka tinggalkan untuk semakin memiliki iman yang kuat selama masih hidup di dunia ini dan sekaligus memiliki pengharapan akan kehidupan kekal yang akan datang, ketika kita sudah meninggalkan dunia ini juga sama seperti mereka yang telah mendahului kita.
Saudara, dalam ibadah minggu akhir tahun gereja ini mengambil tema “AJARLAH KAMI MENGHITUNG HARI-HARI KAMI” yang di dasarkan pada nas Firman Tuhan yang tertulis dalam Mazmur 90:1-12. Mazmur ini merupakan doa Musa Abdi Allah yang telah membawa bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir yang juga sudah melihat kuasa dan kedasyatan Allah yang maha tinggi mulai dari saat Tuhan memperkenalkan diriNya kepada Musa sampai pada matinya. Segala tanda-tanda ajaib yang Tuhan lakukan di hadapan Musa dan bangsa Israel juga yang dirasakan semua bangsa-bangsa di sekitar Israel membuat Musa benar-benar takjub akan Allah dan sekaligus takut dan hormat akan Allah. Kuasa dan kebesaran Allah dan rapuhnya manusia atau kecil dan tak berdayanya manusia di hadapan Allah digambarkan Musa dalam doanya.
Saudara dalam minggu akhir tahun gereja ini Tuhan mau memberikan kita pelajaran yang sangat penting melalui doa Musa dalam Mazmur 90 ini. Hal pertama yang mau kita pahami adalah bahwa manusia itu sangatlah rapuh. Manusia tidaklah sekuat yang dipikirkan atau ditampilkan dari luar oleh manusia itu. Manusia tidaklah sebesar perkataannya yang melebih-lebihkan atau sombong, atau bahkan merasa seperti Allah ketika dia memiliki banyak hal di dunia ini. Tetapi kita tahu dalam kesaksian Alkitab baru saja Nimrod (Kejadian 11) hendak mendirikan menara Babel yang rencananya tingginya sampai ke langit sehingga dengan demikian ketika Tuhan datangkan lagi air bah, manusia akan selamat dengan menara yang dia bangun itu, dan manusia tidak terserak-serak. Tetapi TERLALU MUDAH bagi Allah untuk menggagalkan kesombongan manusia itu. Allah cukup mengacaubalaukan bahasa mereka maka proyek pembangunan menara itu sudah gagal. Allah bahkan tidak perlu memarahi mereka dengan suara menggelegar dari langit. Atau petir yang menyambar, atau angin topan untuk menghancurkan menara itu. Allah cukup mengacaubalaukan bahasa mereka (membuat mereka berkata-kata dengan berbagai macam bahasa sehingga tidak saling mengerti) sehingga manusia itu terserak-serak menurut bahasa masing-masing. Barangkali Allah hanya mengatakan satu kata saja untuk melakukannya dan itu terlalu mudah buat Allah.
Kita juga masih ingat perumpamaan Yesus tentang seorang kaya yang menimbun semua hartanya, bahkan memperbanyak lumbung-lumbungnya, lalu berkata kepada jiwanya “Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah “. Baru saja dia berkata demikian lalu Allah berkata hai orang bodoh, malam ini juga nyawamu diambil dari padamu. (Lukas 12:16-20). Orang kaya ini hendak menggantungkan hidupnya kepada hartanya, menganggap bahwa jiwanya akan tenang, bahagia atau mungkin berkata “inilah sorga”, “aku tidak butuh apa-apa lagi bahkan tidak butuh Tuhan”. Mungkin dia sudah bekerja keras seumur hidupnya, bertahun-tahun bahkan berpuluh tahun untuk menumpuk hartanya. Tetapi hanya semalam saja Tuhan berkata nyawamu diambil dari padamu maka orang kaya itupun mati, dan semua yang diperjuangkannya selama hidupnya menjadi sia-sia
Saudaraku, manusia sering sekali lupa diri akan siapa dirinya dan siapa pemilik hidupnya yang berkuasa penuh atas hidupnya. Firman Tuhan hari ini mengingatkan bahwa manusia itu berasal dari debu dan akan Tuhan kembalikan menjadi debu (ayat 3). Debu adalah bagian yang sangat kecil dari tanah. Debu itu sangat halus bahkan bisa diterbangkan angin. Sangat ringan hingga bisa beterbangan, dan manusia disamakan dengan debu itu. Selanjutnya ada beberapa gambaran yang disampaikan dalam doa Musa ini tentang betapa tidak ada apa-apanya manusia di hadapan Allah. Dikatakan bahwa umur manusia itupun 70 tahun, dan bila kuat 80 tahun. Jika hidup lebih dari 70 tahun maka itu adalah bonus dan anugerah dan manusia itu akan hidup dalam berbagai kelemahan fisik (ayat 10). Kita katakanlah 100 tahun karena ada orang yang masih berumur demikian meskipun sangat jarang saat ini. Perhitungan umur 100 tahun manusia sangatlah tidak sebanding dengan waktu Allah. Dikatakan bahwa 1000 tahun manusia = satu giliran jaga malam bagi Allah, artinya 100 tahun umur manusia sangatlah singkat sekali bagi Allah. Karena 1 hari bagi Allah sama dengan 1000 tahun bagi manusia (ayat 6 dan 2 Petrus 3:8). Manusia seperti mimpi (hanya sekejap saja, lalu terbangun), seperti rumput yang pagi hari kembang, sore harinya layu. Hidup manusia penuh dengan keluh kesah dan kesukaran, umur yang singkat manusia ini hanya mewariskan keluh kesah, kesukaran dan penderitaan.
Di sisi lain Allah itu adalah pencipta, yang sudah ada sebelum segala sesuatu ada dan yang akan terus ada sampai selama-lamanya, Maha hadir, maha kuasa, Maha kudus, Maha tahu. Dia adalah Allah Berkuasa dan berotoritas atas waktu, berkuasa atas hidup mati manusia, dan juga sebagai hakim di akhir jaman. Manusia diciptakan oleh Allah, Allah berkuasa memberikan kehidupan ataupun mencabut nyawa manusia. Karena itu siapakah manusia sehingga manusia merasa lebih sanggup hidup sendiri tanpa Allah atau memiliki kuasa atas nyawanya sendiri?.
Kita manusia hidup hanya sebentar saja. 70 tahun itu sangatlah singkat. Saat ini apalagi di masa pandemi covid-19 ini meninggal dengan usia-usia muda sudah biasa kita lihat. Semakin sering kita mendengar kabar ada orang yang meninggal. Kadang sanak saudara, kenalan-kenalan atau publik figur dan lain sebagainya. Beragam cara meninggal mereka semua. Ada yang sakit, ada yang tanpa sakit. Ada yang kecelakaan, ada karena usia tua dan lain sebagainya. Sehingga kita melihat bahwa syarat kematian itu tidak harus sakit, tidak harus tua. Jika waktunya Tuhan panggil dan dikembalikan kepada debu, maka manusia tidak bisa berbuat apa-apa.
Karena itu tidak ada sedikitpun yang perlu disombongkan manusia. Semua manusia lahir sama-sama tidak membawa apa-apa, lalu saat Tuhan panggil juga tidak akan membawa apa-apa. Baik kaya atau miskin, baik terhormat atau hina, baik pejabat atau rakyat jelata, baik rohaniawan atau jemaat biasa semua pasti akan meninggal. Walaupun dia memiliki rumah mewah sebesar gedung, tetapi tanah seluas1x2m sajalah menjadi tempatnya dikebumikan dan dengan peti kayu kurang lebih 80cm x 200cm menjadi rumah terakhirnya yang akan didiami tubuhnya yang akan menjadi debu. Banyak orang hebat dan kaya raya matinya tragis dan sangat menderita. Tetapi banyak juga orang miskin dan sederhana matinya damai dan tenang.
Manusia pasti meninggal dengan cara yang tidak seorangpun tahu, dan waktunya kapanpun tidak seorang juga yang tahu. Karena itu apa yang harus kita lakukan selama kita hidup di dunia ini?.
1. Melalui renungan di minggu akhir tahun gerejawi ini, kita diingatkan bahwa kita tidak selamanya hidup di dunia ini. Akan ada saatnya kita kembali kepada Sang Pencipta.
2. Singkatnya umur manusia seharusnya membuat manusia itu bergegas untuk mempersiapkan diri. Ada beberapa hal yang perlu kita pastikan kita lakukan selama hidup di dunia ini:
- Kepastian keselamatan. Artinya selama hidup di dunia yang singkat inilah kita punya kesempatan untuk memperoleh jaminan keselamatan atau tidak. Keselamatan hanya di dalam Kristus. Alkitab berkata 1 Yohanes 5:11-12 “Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup. Jadi penting sekali keyakinan bahwa kita sudah memperoleh anugerah keselamatan ini. Jadi siapa yang sudah memiliki Anak (Yesus) maka ketika kematian menghampirinya maka kematian itu akan menjadi pintu masuk kepada kehidupan yang kekal bersama Yesus. Sebaliknya jika belum memiliki Anak (=belum menerima keselamatan) maka ketika kematian menghampirinya maka kematian itu akan menjadi pintu masuk kepada neraka yaitu kematian dan penderitaan kekal selamanya.
- Karena itu milikilah keyakinan bahwa jika sudah Tuhan katakan hidup kita selesai di bumi ini maka kebahagiaan sorgawi adalah menjadi milik kita atau ketika Allah suruh kita pulang maka kita pulang ke rumah Allah di sorga sebab kita adalah warga negara sorgawi.
- Menyelesaikan segala tanggungjawab yang dipercayakan Tuhan selama di bumi. Jika saudara pekerja, jadilah pekerja yang setia dan jujur dalam pekerjaan. Jika sebagai pemimpin, jadilah pemimpin yang adil dan kasih kepada para bawahannya. Jika sebagai orangtua jadilah orangtua yang bertanggungjawab. Jika sebagai pelayan Tuhan jadilah pelayan yang setia dan tulus dalam melayani, dan lain sebagainya.
- Memiliki kesaksian hidup yang benar selama di bumi. Sebab demikianlah hidup orang-orang yang sudah diselamatkan dan telah memiliki hidup yang kekal itu. Hal ini dilakukan bukan supaya memperoleh hidup yang kekal, tetapi sebagai ucapan syukur bahwa Tuhan sudah memberikannya hidup yang kekal di dalam Kristus Yesus
- Menabung/mengumpulkan harta-harta rohani di sorga sebanyak mungkin selama hidup di bumi ini=berinvestasi di sorga. (Matius 6:19-20). Bagaimana menabung di sorga ini? Yesus pernah mengingatkan kita dalam Matius 25;34-40 sebagai contoh cara untuk berinvestasi di sorga. Ketika saatnya tiba kita akan menuai hasilnya dalam kerajaan Allah.
- Semakin mengasihi Allah dan sesama manusia. Tambah
hari kasih kita kepada Allah semakin bertambah demikian juga kasih kita kepada
sesama manusia. Alkitab harus menjadi bacaan dan renungan utama kita setiap hari
- Hiduplah seakan-akan besok kita mati. Dengan demikian prioritas hidup kita pasti akan berubah. Karena kita tahu sekarang bahwa mendahulukan kehendak Allah adalah lebih utama dari apapun juga (Matius 6:33), dan karena kepastian keselamatan kita sudah dijamin Kristus maka kita bisa berkeyakinan yang kuat sebagaimana Rasul Paulus berkata “Hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Filipi 1:21).
Saudaraku, kalau kita berdoa meminta kepada Tuhan sebagaimana tema ini “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami” maka hal-hal di ataslah yang seharusnya kita lakukan dan pikirkan setelah mendapatkan pengajaran dari Tuhan tentang hari-hari yang kita lalui yang seperti hembusan angin saja. Jangan takut terhadap kematian. Yesus sudah mengalahkan kematian, sehingga kematian tidak lagi akan menakutkan bagi setiap pengikut Yesus.
Kematian menjadi momok bagi manusia dari jaman ke jaman. Manusia begitu takutnya terhadap kematian sehingga segala cara dilakukan agar tidak mati atau meninggal. Padahal sebagaimana pengajaran di atas, kematianlah jalan menuju kehidupan. Memang pemahaman ini hanya berlaku bagi orang-orang yang percaya dan beriman kepada Yesus Kristus (memiliki hidup yang kekal). Sebaliknya adalah benar bahwa kematian itu adalah sesuatu yang menakutkan dan pantas untuk ditakuti setiap orang yang belum memiliki hidup yang kekal. Sebab bagi mereka kematian itu adalah jalan kepada penderitaan tiada tara yang kekal selama-lamanya dalam siksaan api neraka.
Akhirnya saudara, marilah berdoa dan memohon kepada Allah setiap saat kiranya Allah memberikan kita hikmat dan bijaksana di dalam meniti hari-demi hari yang masih Tuhan percayakan dan ijinkan kita jalani. Setiap satu hari yang Tuhan berikan bagi kita mari jalani dengan penuh semangat, keyakinan, dan tanggungjawab sehingga hidup kita benar-benar berarti buat Tuhan sampai Tuhan kembali mengembalikan kita kepada debu, dan berkata: "Kembalilah, hai anak-anak manusia!".
Selamat menghitung hari, selamat menjalani hari dengan optimis, selamat berkomitmen bahwa “Hidup Adalah Kristus dan Mati Adalah Keuntungan” dan Selamat hari minggu.
Tuhan Yesus memberkati
Shalom,
Ev.Harles Lumbantobing
KLIK ARSIP untuk melihat tulisan lainnya di Daftar... ARSIP..
Terimakasih renungannya bang. Tuhan Yesus kiranya memberkati kita semua.
BalasHapus