“IBADAH YANG SEJATI”
By:
Ev.H.Lumbantobing
Roma 12:1-8( TB)
12:1
Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya
kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan
yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
12:2
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh
pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa
yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
12:3
Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada
setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih
tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir
begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang
dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.
12:4
Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak
semua anggota itu mempunyai tugas yang sama,
12:5
demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi
kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain.
12:6
Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia
yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah
kita melakukannya sesuai dengan iman kita.
12:7
Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk
mengajar, baiklah kita mengajar;
12:8
jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang
membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas;
siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang
menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.
--------------
Shalom
saudara-saudariku dalam Kristus Yesus. Kiranya saudara-saudari senantiasa tetap
dalam lindungan Tuhan kita Yesus Kristus. Seperti apapun kondisi dan keadaan
kita saat ini tetaplah bersyukur sebab Tuhan itu tetap baik kepada setiap
umatNya.
Renungan
Ibadah minggu 20 Oktober 2024 ini mengambil tema IBADAH YANG SEJATI yang
didasarkan kepada Roma 12:1-8. Setelah begitu panjang Rasul Paulus
mengajarkan pokok-pokok pemahaman iman
orang percaya kepada Allah mulai pasal 1, maka tiba saatnya dia menjelaskan dan
mengajarkan kewajiban-kewajiban apa yang harus dilakukan oleh orang percaya
dalam kehidupannya sebagai bukti dan praktek setelah mengalami kelahiran
kembali, perubahan status dari hamba dosa menjadi hamba kebenaran, dari orang
berdosa yang dijatuhi hukuman mati (kebinasaan) menjadi orang bebas merdeka
karena pembenaran oleh darah Kristus yang menghidupkan.
Melihat
pada tema ini tentang Ibadah yang
sejati, tentunya ada juga ibadah yang tidak sejati (palsu). Beberapa ibadah yang
palsu ini terekam dalam Alkitab baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian baru. Misalnya
seperti apa yang disebutkan dalam 2
Timotius 4:3-4 (peribadahan yang hanya mengumpulkan guru-guru palsu yang
mengenakkan telinganya saja, dan memalingkan diri dari kebenaran), atau seperti
dalam Injil Matius 15:8-9 (Beribadah dan memuji Tuhan dengan bibirnya tetapi
hatinya jauh dari Tuhan)
Kalau begitu
seperti apakah yang disebut sebagai ibadah yang sejati itu menurut Roma 12:1-8
ini?
Saudaraku,
kekristenan tidak hanya bicara tentang dogma atau pedoman-pedoman saja yang
sifatnya sebatas pengetahuan yang teoritis, tetapi Kekristenan menjadi sempurna
ketika juga berbicara tentang hal-hal
praktis dalam kehidupan sehari-hari yang dapat mengatur pola hidup, sikap
hidup, dan perilaku hidup yang benar sebagai pengikut Kristus.
Melakukan
kewajiban-kewajiban ini sebagai hal yang praktis dalam kehidupan setiap orang
percaya tidak terlepas (tidak boleh dipisahkan) dari hak istimewa (anak Allah, ahli waris kerajaan sorga,
kemenangan atas dosa, hamba kebenaran) yang Tuhan sudah berikan kepada kita
sejak kita beriman dan percaya kepadaNya. Justeru yang sudah mendapatkan
hak-hak istimewa itulah yang berkewajiban melakukan segala hal yang diwajibkan
kepadanya sebagai bentuk persembahan kita kepadaNya.
Ayat
pertama dalam pasal 12 ini dimulai dengan nasihat dari Rasul Paulus yang
menyatakan tentang persembahan yang Tuhan kehendaki dan ibadah yang Tuhan
kehendaki. Satu-satunya tanda bakti kita yang Tuhan kehendaki ( tanda bakti=Ibadah
yang sejati) adalah dengan mempersembahkan tubuh kita sebagai tiga hal yaiti:
Yang Hidup, Yang Kudus, dan Yang Berkenan Kepada Allah. Tiga hal ini menjadi patokan untuk mencapai ibadah
yang sejati. Ketiga hal ini tidak bisa berdiri sendiri tetapi harus satu paket
dalam kehidupan orang percaya.
Kita
sudah ditebus dan harganya telah lunas dibayar lewat darah Kristus yang
tercurah di Golgata ( 1 Korintus 6:20). Karena itu hidup kita bukan milik kita
lagi tetapi milik Kristus (Galatia 2:20). Karena itu lewat nas Firman Tuhan ini
kita diajarkan beberapa hal tentang bagaimana mempersembahkan tubuh itu sebagai
persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah yang disebut
sebagai ibadah yang sejati.
Persembahan
yang hidup bukanlah persembahan yang mati yang tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
Tetapi selama masih ada detak jantung dan tiupan nafas kita, kita mempersembahkan
tubuh kita untuk kemuliaan nama Tuhan. Jadi totalitas hidup kita sejak kita
bangun tidur sampai akan tidur lagi semua kita lakukan dalam konsep persembahan kepada Tuhan. Lalu tubuh jasmani
berserta pikiran kita harus kita kuduskan dan tidak menyerahkannya kepada
kecemaran.
Di
jaman Perjanjian Lama, untuk bangsa Israel mempersembahkan korban binatang seperti
sapi, domba dan lain sebagainya sebagai korban- korban persembahan mereka.
Setelah binatang itu disembelih lalu darahnya dipercikkan ke mezbah dan
selebihnya daging-dagingnya dibakar sebagai korban bakaran untuk penghapusan
dosa. Begitulah seterusnya jika mereka mau mengadakan kurban penghapusan dosa.
Praktek
ini terus berlangsung sampai Yesus datang dan mempersembahkan diriNya sebagai
korban yang sempurna yang sekali berkorban sudah cukup sebagai korban
penghapusan dosa seluruh umat manusia di masa yang lampau, sekarang dan masa
yang akan datang. Dengan mempersembahkan diriNya, Yesus mati di kayu salib dan
darahNya tercurah untuk menyucikan kita manusia dari dosa.
Namun
sekarang Tuhan mengkehendaki kita yang percaya kepadaNya untuk mempersembahkan
tubuh dan segenap hidup kita sebagai persembahan yang hidup kepadaNya. Bukan
lagi persembahan yang mati atau harus dimatikan dulu, sebab ketika kita percaya
dan beriman kepada Yesus kita sudah turut mati dan dibangkitkan bersama Kristus
(Roma 6:2-5). Jadi persembahan yang hidup kepada Tuhan maksudnya bahwa hidup
kita sekarang ini bukan lagi untuk diri kita sendiri tetapi hidup untuk Kristus
(II Korintus 5:15 Dan Kristus telah mati untuk semua orang,
supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk
Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka).
Selanjutnya bagaimana kita bisa mempersembahkan tubuh kita ini
sebagai persembahan yang kudus? Dalam ayat 2-8 Nas ini berbicara beberapa hal
tentang ini.
Yang pertama di ayat 2 adalah bahwa kita harus berani
tampil beda dengan dunia ini. Untuk mencapai ini tidak mudah, sebab kita harus
siap dan berani untuk melawan arus, siap untuk tidak populer, tidak disenangi,
dan mungkin dihindari oleh orang banyak yang selalu ikut arus dunia ini. Karena itu dalam nas ini kita diajarkan bahwa
untuk menjadi tidak serupa dengan dunia ini kita harus berubah oleh pembaharuan budi. Pembaharuan ini
mengandung arti ber-transformasi
yaitu perubahan yang sempurna. Yang sangat berbeda antara saat belum berubah
dengan saat setelah berubah. Bahkan cenderung yang lama itu tidak nampak lagi.
Mari ingat Firman Tuhan dalam 2 Korintus 5:17 yang berbunyi:
“Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah
ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang”.
Manusia lama dengan sifat dan karakternya
yang lama sudah berlalu yaitu karakter
dosa, dan muncullah sekarang manusia
baru dengan sifat dan karakter Kristus. Transformasi atau perubahan ini
sangatlah perlu untuk tujuan supaya bisa membedakan kehendak Allah.
Kehendak
Allah ini mencakup tiga hal juga yaitu apa yang baik, yang berkenan
kepada Allah dan yang sempura. Ketiga hal ini tidak boleh dipisahkan
dalam mencari dan mengetahui kehendak Allah, Sehingga apa yang baik belum tentu
berkenan dan apa yang berkenan belum tentu sempurna. Sehingga yang sempurna itu
pasti berkenan dan yang berkenan itu
pasti baik. Di sinilah perlunya kita memiliki perubahan oleh pembaharuan
budi itu supaya kita tidak salah langkah atau salah memilih tujuan hidup. Tanpa
kebenaran Alkitab, membaca dan merenungkannya pembaharuan budi ini akan sulit
terjadi. Sebab Firman Allah berkata dalam 2 Timotius 3:16 “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang
bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki
kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran”.
Yang
kedua di ayat 3 adalah bahwa kita tidak boleh membiasakan diri untuk memikirkan
hal-hal yang
lebih tinggi daripada yang patut dipikirkan. Namun dikatakan supaya kita bisa berpikir
sedemikian rupa. Artinya berpikir sewajarnya. Tidak menjadi penghayal, menjadi
diri sendiri dan tidak selalu ingin menjadi orang lain. Tidak selalu mengurusi,
atau memikirkan dan menginginkan karunia atau talenta orang lain tetapi yang
ada pada dirinya sendiri yang menjadi bagiannya tidak pernah mau
mengerjakannya.
Hal ini sangat perlu dilakukan untuk menjaga hati yang
bersih dan kudus supaya bisa menguasai diri dalam segala hal dan tidak
bertindak yang terlalu jauh melampaui apa yang dibebankan kepadanya. Jadi
ukuran iman yang Tuhan karuniakan kepadanya itulah yang seharusnya dipikirkan
dan dilakukan.
Yang ketiga di ayat 4-8 adalah bahwa setiap orang harus bisa
saling menghargai karunia masing-masing yang dipercayakan kepadanya. Kita semua
punya kedudukan yang sama di hadapan Tuhan. Bahwa kita semua adalah satu tubuh
meski banyak anggota dan fungsi masing-masing. Kita semua diciptakan dengan
berbagai maksud dan tujuan masing-masing. Lalu untuk mencapai tujuan dan maksud
itu masing-masing diperlengkapi dengan
karunia yang berbeda-beda sesuai tujuannya. Namun kita semua adalah satu tubuh
dan Kristus adalah kepalanya. Jadi antara yang satu dengan yang lain memiliki
status yang sama yaitu sebagai anggota. Kepada masing-masing anggota diberikan
fungsi masing-masing yang sesuai dengan
karunia yang diterimanya.
Karena itu sebagai mana anggota-anggota tubuh kita bahwa semua tindakan yang dilakukan oleh setiap fungsi-fungsi yang berbeda itu adalah untuk mencapai satu tujuan dari apa yang telah dipikirkan dan diputuskan oleh kepala, maka mari kita sesama anggota juga melakukan hal yang sama. Jika tidak demikian maka akan terjadi kekacauan dan ketidakwajaran apabila setiap anggota tubuh bertindak bukan dengan tujuan yang sama dan bukan dengan fungsi mereka masing-masing. Bayangkan jika mata ingin mengambil alih tugas kaki, dan mulut ingin mengambil alih tugas telinga, pasti akan terjadi kekacauan dan keributan.
Karena itu setiap kita yang percaya kepada Kristus juga
adalah sesama anggota antara yang satu
dengan yang lain. Mari saling menghormati, menghargai, menjaga dan mengerjakan
karunia masing-masing dengan demikian terjagalah kekudusan hidup kita, sebab
iri hati, dengki dan cemburu atas karunia orang lain hanya akan menghasilkan
perpecahan dan pertengkaran yang mencemarkan dan mengotori diri kita dan tubuh Kristus
itu secara umum.
Itu sebabnya Rasul Paulus menasihatkan bahwa: jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita
melakukannya sesuai dengan iman kita. Jika karunia untuk melayani, baiklah kita
melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika karunia
untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu,
hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan,
hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan,
hendaklah ia melakukannya dengan sukacita”. Artinya
mari menjaga kekudusan hidup kita dengan melakukan kewajiban kita sesuai dengan
karunia yang diberikan kepada kita masing-masing. Jangan ribut dan usil apalagi
iri dengan karunia atau talenta orang lain.
Apa yang kita pelajari dari ayat 2-8 inilah yang membuat
persembahan tubuh yang hidup itu kudus. Jadi mari layani
Tuhan kita dengan mempersembahkan hidup
kita sebagai persembahan yang hidup, yang kudus serta konsisten melakukan apa
yang menjadi bagian kita, maka itu menjadi persembahan yang sempurna. Inilah
yang disebut dengan ibadah yang sejati.
Dari uraian di atas maka berikut ini menjadi
poin-poin penting yang bisa kita pegang sebagai intisari dari renungan kita
minggu ini yaitu:
- Persembahan tidak pernah terlepas dari penyembahan dan penyembahan akan benar jika kita mengenal Allah yang benar lewat pengajaran Firman yang kita terima.
- Hidup kita yang kita lakoni sehari-hari adalah sebuah persembahan yang hidup. Lakukan segala aktifitas kita dengan sebuah motivasi bahwa itu semua kita lakukan sebagai persembahan ucapan syukur kepada Tuhan yang telah menyelamatkan kita.
- Hal kecil apapun yang bisa kita lakukan maka lakukanlah demi untuk kemuliaan Tuhan.
- Semua ada porsi masing-masing, jangan memikirkan terlalu tinggi. Jika kita hanya bisa memberi tenaga maka berikanlah tenaga. Jika kita punya hikmat dan nasihat atau ilmu maka berikanlah itu. Jika kita tidak punya waktu dan tenaga maka berikanlah harta yang kita miliki. Jika kita tidak punya apapun berikanlah doa.
- Jadi maksudnya: sekarang apa yang ada pada kita persembahkanlah itu untuk Tuhan. Jangan berangan-angan misalnya jika saya punya banyak uang maka saya akan memberikan ini, itu, menyumbang ini, itu, dan seterusnya. Bisa-bisa saat kita memiliki harta itu semua malah sebaliknya kita sendiri akan dibawa semakin jauh dari Tuhan.
- Ibadah yang sejati dengan mempersembahkan tubuh kita adalah bahwa sekarang saatnya bagi orang yang sudah ditebus untuk mempersembahkan hidupnya, waktunya, tenaganya, ilmunya, berkat-berkatnya untuk kemuliaan Tuhan.
- Itu bukan sebagai balasan supaya Tuhan senang karena sudah memberikan nyawanya untuk menebus kita, tetapi lebih dari itu, bahwa mempersembahkan semua itu adalah sebagai kewajiban bagi setiap orang yang sudah menjadi milik Kristus.
- Sebab harta sebanyak apa yang bisa kita berikan untuk membalas kasih Tuhan kepada kita, tenaga sekuat apa yang bisa kita berikan membalas semua keletihan, kesakitan dan darah yang tercurah ketika memikul salib di Golgota itu demi keselamatan kita? TIDAK ADA.
- Karena itu Tuhan hanya ingin kita mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepadaNya sebagai ibadah kita yang sejati.
- Jadi kalau selama ini kita sibuk memikirkan kepentingan diri kita sendiri, maka saatnya sekarang kita mengeluarkan segala potensi kita, talenta kita yang Tuhan telah karuniakan dan percayakan untuk membangun jemaat, membangun kerajaan Allah di dunia ini sesuai dengan karunia masing-masing. Ingatlah bahwa segala yang Tuhan percayakan bisa Tuhan tarik kembali jika akhirnya kita tidak bisa dipercaya (Matius 25:26-30).
Kiraya
Tuhan memberkati dan menolong kita semua
sampai Tuhan Yesus datang kedua kali. Amin.
Shalom,
Ev.
Harles Lumbantobing
KLIK ARSIP untuk melihat tulisan lainnya
di Daftar... ARSIP.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda yang baik, sopan dan bahasa yang mudah dimengerti. terimakasih