Sabtu, 05 September 2020

RENUNGAN IBADAH MINGGU 6 SEPTEMBER 2020


Ibadah Minggu 13 Setelah Trinitatis, 6 September 2020
Tema:
MANUSIA TIDAK UNTUK DIPERJUAL BELIKAN


Ev: Matius 27:1-10
Ep: Kejadian 37:23-30
Matius 27:1-10 (TB)

27:1 Ketika hari mulai siang, semua imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi berkumpul dan mengambil keputusan untuk membunuh Yesus.
27:2 Mereka membelenggu Dia, lalu membawa-Nya dan menyerahkan-Nya kepada Pilatus, wali negeri itu.
27:3 Pada waktu Yudas, yang menyerahkan Dia, melihat, bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia. Lalu ia mengembalikan uang yang tiga puluh perak itu kepada imam-imam kepala dan tua-tua,
27:4 dan berkata: "Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah." Tetapi jawab mereka: "Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu sendiri!"
27:5 Maka ia pun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan menggantung diri.
27:6 Imam-imam kepala mengambil uang perak itu dan berkata: "Tidak diperbolehkan memasukkan uang ini ke dalam peti persembahan, sebab ini uang darah."
27:7 Sesudah berunding mereka membeli dengan uang itu tanah yang disebut Tanah Tukang Periuk untuk dijadikan tempat pekuburan orang asing.
27:8 Itulah sebabnya tanah itu sampai pada hari ini disebut Tanah Darah.
27:9 Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia: "Mereka menerima tiga puluh uang perak, yaitu harga yang ditetapkan untuk seorang menurut penilaian yang berlaku di antara orang Israel,
27:10 dan mereka memberikan uang itu untuk tanah tukang periuk, seperti yang dipesankan Tuhan kepadaku."

Shalom, selamat hari minggu saudara-saudara dalam Tuhan kita Yesus Kristus.
Semoga hari ini tetap dalam keadaan sehat-sehat dan dalam lindungan Tuhan kita Yesus Kristus.
Dalam sebuah media online disebutkan bahwa Mulai 2016 sampai pertengahan 2019 jumlah korban perdagangan manusia di Indonesia mencapai 4906 orang. Demikian juga dalam sebuah laporan tahunan salah satu Kedutaan negara asing di Indonesia disebutkan bahwa Indonesia menjadi peringkat kedua perdagangan manusia di dunia, dan pemerintah berupaya keras untuk memberantasnya. Di sana juga disebutkan  bahwa sebuah LSM melaporkan di tahun 2017  ada sekitar 70.000 hingga 80.000 korban perdagangan seks anak di Indonesia.
Perbudakan sudah sangat lama sekali terjadi sejak zaman kuno, bahkan jauh sebelum tahun Masehi.  Termasuk juga dalam sejarah Alkitab, ada banyak disebutkan tentang perbudakan yang pada umumnya bersumber dari tawanan perang. Sejak berakhirnya perbudakan di dunia internasional, (Denmark-Norwegia tahun 1802 adalah negara Eropa pertama yang melarang perbudakan/perdagangan manusia) perdagangan manusia dari jaman ke jaman tetap masih menjadi PR setiap negara untuk memberantas dan menghilangkannya. Kalau jaman dulu perbudakan dan perdagangan manusia itu secara terbuka, dan sekarang tidak bisa lagi karena sudah melanggar hukum dan undang-undang,  namun setiap jaman juga  strategi dan cara para mafia perdagangan manusia terus meningkat untuk bisa terus melakukan aksinya demi meraup keuntungan.
Di tanah Batak sendiri tahun 1857 saat Penginjil  Pdt Gerrit Van Asselt, ke Sipirok dia masih menjumpai perdagangan manusia yang dipajang bersama dengan ternak seperti lembu, kerbau dan binatang lain yang dikandang untuk diperjualbelikan. Karena kasihan, lalu dia membeli sampai tujuh orang dari anak-anak sampai dewasa dan menjadi murid-muridnya yang pertama dengan harga F.90 (florin-mata rupiah Belanda)/orang atau sama dengan 80 kaleng beras saat itu.
Dalam tema Ibadah minggu ini, yaitu “MANUSIA TIDAK UNTUK DIPERJUALBELIKAN” menggugah hati kita dan semangat kebersamaan kita untuk turut memberantas mafia perdagangan manusia, sebab hal tersebut merupakan suatu kekejian bagi Tuhan. Sebab manusia, siapapun dia adalah gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:26). Di hadapan Tuhan semua manusia sama, dan diperlakukan Tuhan sama sesuai kehendakNya. Manusia adalah citra Allah, ciptaan yang paling mulia dari segala ciptaan. Manusia tidak boleh disejajarkan dengan benda atau binatang yang bisa diperjualbelikan.
Dalam teks Firman Tuhan hari ini dalam Matius 27:1-10 mengisahkan penyesalan Yudas Iskariot (hanya saja penyesalannya berujung bunuh diri) setelah menjual Yesus seharga 30 keping uang perak kepada imam-imam kepala dan tua-tua Yahudi untuk ditangkap dan dibunuh. 30 uang perak  disebut juga nilai atau harga seorang budak pada masa itu. 30 perak ini disamakan dengan gaji pekerja selama 4 bulan dan masa itu bisa membeli sebidang pertapakan tanah kuburan  yang pada masa itu disebut tanah tukang periuk yang diperuntukkan untuk kuburan orang-orang asing yang mati. Demikian juga dalam Epistel Kejadian 37:23-28 dimana Yusuf dijual saudara-saudaranya kepada saudagar Midian dengan harga 20 syikal perak (=200gr perak. Kalau harga 1gr perak –Rp.9000 maka 200gr perak = Rp.1.800.000), dan akhirnya dia menjadi budak/hamba di Mesir di  rumah Potifar.
Kita semua mengakui bahwa Praktek perdagangan ini sangat menyakiti hati yang dijual, bahkan keluarga, kenalan, dan kerabat dari yang dijual ini. Perbuatan keji ini mendapat kecaman dari semua orang. Bahkan perlakuan saudara Yusuf dan juga Yudas Iskariot ini menjadi sejarah sepanjang masa. Seorang perempuan yang dibeli pdt.Gerrit V Asselt adalah seorang yang telah dijual suaminya karena suaminya punya hutang setelah kalah berjudi. Luka batin yang  dirasakan wanita ini tentunya sangat pedih. Kalau bukan karena Kristus yang melepaskan dan membebaskannya dari luka batin itu tentunya hidupnya sudah menjadi kekelaman sepanjang dia hidup.
Yesus berkata “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Matius 22:39) adalah satu dari dua inti Hukum Tuhan. Kesinilah seluruh kitab PL dan PB bermuara dan merujuk. Karena itu perbuatan memperjualbelikan manusia merupakan penentangan akan Firman Allah. Mengedepankan kasih dan memeliharanya akan menumbuhkembangkan sikap untuk tidak melakukan perdagangan manusia, atau menentang dan memperkecil ruang lingkup aktifitas para pelaku perdagangan manusia. Manusia tidak untuk diperjual belikan, tetapi tujuan manusia Tuhan ciptakan adalah untuk memuliakan Tuhan, melaksanakan perintahNya dan dengan demikian manusia itu berbahagia.
Mengapa perdagangan manusia itu masih tetap terjadi hingga sekarang?. Faktor Ekonomi menjadi salah satu yang paling utama menjadi faktor masih terus berkembangnya praktek perdagangan manusia.  Keserakahan manusia untuk memiliki uang dan harta yang banyak dengan cara instan menjadi pendorong orang-orang tersebut melakukannya. Sebaliknya faktor ekonomi dan kemiskinan yang dialami masyarakat juga menyebabkan mereka gampang ditipu untuk menjadi korban perdagangan manusia. Sasaran para sindikat perdagangan manusia itu adalah adalah kalangan-kalangan rentan seperti:  kurang pengetahuan, miskin, rumah tangga rusak (broken home), pengangguran, susah dapat akses untuk cari kerja,  sehingga cenderung mudah untuk dibujuk rayu. Modus yang mereka lakukan adalah dengan menawarkan kerja dengan gaji menggiurkan, menawarkan sebagai TKI ke luar negeri, ataupun dengan jalan penculikan. Selain dijual sebagai pekerja tanpa upah, juga dijual untuk diperkerjakan sebagai pekerja seks.
Perdagangan anak adalah yang paling marak terjadi pada masa sekarang ini. Perdagangan anak ini dilakukan untuk beberapa tujuan dari si pembeli. Ada yang mau dipekerjakan sebagai budak, sebagai pekerja seks, ada yang dijual untuk keluarga-keluarga yang tidak punya keturunan, dan ada juga untuk pengambilan organ tubuh. Sedangkan perdagangan manusia umur remaja sampai dewasa ditujukan untuk pekerja paksa, dan pekerja seks. Negara menurut undang-undang akan memberlakukan sanksi terhadap para pelaku dan juga yang membantu terjadinya perdagangan manusia ini dengan hukuman paling singkat 3 tahun dan paling lama 15 tahun dengan denda paling sedikit 120juta dan paling banyak 600juta. Dan jika korbannya adalah anak akan dikenai  juga undang-undang perlindungan anak dengan hukuman penjara 3-15 tahun dan denda 60juta-300juta.
Saudara, Dosa telah membutakan manusia, menumpulkan bahkan menghapus kasih dalam hati manusia, saudara-saudara Yusuf tega menjual saudara kandungnya, Yudas Iskariot tega menjual Guru dan Tuhannya, seorang Suami tega membuat istrinya menjadi taruhan judi, bahkan menjual istrinya, orangtua yang  menjual bayinya karena kebutuhan ekonomi, Persaingan usaha yang membuat seorang bapak menjual anak gadisnya sebagai pembayar hutang bisnis dan sebagai mahar untuk syarat kerjasama  bisnis, dan lain sebagainya.
Mari lebih mengasihi Tuhan, dengan demikian kita tahu apa isi hati Tuhan yaitu mengasihi yang dikasihi Tuhan yaitu sesama manusia. Kasihi istri/suamimu, kasihi anak-anakmu, kasihi orangtuamu akan membantu menceggah praktek ini. Peningkatan hubungan yang baik dan sehat di dalam keluarga,  peningkatan spritual, ilmu pengetahuan (pendidikan), dan juga kerja keras  untuk mengurangi dampak kemiskinan akan menolong banyak orang untuk tidak terjebak dan terlibat dalam praktek  perdagangan manusia ini.
Tuhan kiranya memberkati keluarga saudara dan orang-orang yang saudara kasihi. Tuhan memberkati Indonesia. Amin

Shalom, Tuhan Yesus memberkati.


Ev.Harles Lumbantobing


KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya  di Daftar... ARSIP..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda yang baik, sopan dan bahasa yang mudah dimengerti. terimakasih