Senin, 11 Januari 2021

NYARIS TABRAKAN DAN MASUK JURANG

 NYARIS TABRAKAN DAN MASUK JURANG

“Biarlah mereka bersyukur kepada TUHAN karena kasih setia-Nya, karena perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib terhadap anak-anak manusia”,

Mazmur  107:8

 

Dalam sebuah perjalan bus antar kota yang melaju dengan lancar dan berpacu dengan waktu terlihat sesekali bus itu ngerem dengan tiba-tiba, lalu melaju lagi. Bus ini melewati satu kota demi satu kota dengan baik tanpa halangan yang berarti. Kadang bus ini harus melambat ketika terjadi kemacean karena padatnya kendaraan. Dalam kondisi begini terlihat bus ini berupaya mendahului kendaraan-kendaraan yang didepannya walau kadang harus melawan arus. Semua ditempuhnya hanya supaya penumpang tiba ditempat tujuan tepat waktu.

Sesekali penumpang menahan nafas dikala bus ini harus berjuang mendahului bus lain dengan kecepatan tinggi  dan tepat pula dari arah berlawanan ada kendaraan lain yang melaju. Beberapa penumpang yang tidak tahan dengan situasi ini sesekali berkata “pelan-pelan pak supir” ada yang berkata “hati-hati pak”. Namun mayoritas cukup tenang karena sudah biasa mereka naik bus ini dan mereka percaya supir-supir bus ini adalah supir-supir berpengalaman. Ketika jalan sudah lancar bus inipun melaju dengan cepat.

Di jalan yang berkelok dan naik turun, bus inipun melaju dengan kecepatan yang terbilang cepat dengan kondisi jalan yang berkelok. Pak sopir begitu hafal dengan jalan ini karena sudah setiap hari dia melewatinya. Beberapa kali nampak bus ini menyalib kendaraan-kendaraan di depannya. Namun  kadang-kadang tidak berhasil dan menunggu lagi karena ada mobil dari arah berlawanan yang sedang melaju. Dalam sebuah kesempatan bus ini hendak mendahului sebuah truk di depannya pas di sebuah belokan mengarah kanan. Kecepatannya melambat karena bus itupun jalannya tidak terlalu kencang. Saat gas ditekan kuat, dan hampir mendahului truk, tiba-tiba dari arah berlawanan muncul sebuah kendaraan. Sontak pak supir terkejut dan banting setir ke kiri untuk menghindari tabrakan, lalu di kiri ada jurang,  bus inipun dengan susah payah dan cepat dikendalikan lagi ke kanan hingga bus oleng sedikit ke kiri, dan mereka menabrak pembatas jalan lalu badan samping bus itu menabrak sebuah pohon  sekaligus menahannya dari jatuh ke jurang. Mobil pun berhenti dan merekapun selamat.

Demikianlah para penumpang saling berkomentar, ada yang menangis, ada yang pucat. Namun banyak juga dari mereka berkata “wah untung supir kita ini pengalaman sehingga kita selamat”. Ada juga yang berkata “supirnya hebat yah”, juga ada yang berkata “ Kalau supir lain ini sudah mati kita semua”. Ada yang hanya mengancungi jempol kepada supir itu.

Sadaudaraku, apa pesan yang bisa kita ambil dari cerita ini?

Di banyak kesempatan dan peristiwa dalam hidup kita, sering sekali kita tidak melibatkan bahkan melupakan Tuhan yang turut bekerja dalam segala perkara dalam hidup kita. Sesungguhnya Tuhan terus berkarya dalam hidup kita dan sebagai Bapa yang baik Dia selalu melindungi kita. Namun di tengah-tengah pergumulan, pencobaan, ujian, atau tantangan dalam hidup kita sering sekali menomorduakan Tuhan.  Bahkan lebih tragisnya jika kita keluar atau lepas dari sebuah pergumulan, berhasil dalam mencapai suatu cita-cita, sukses dalam karir, lulus ujian, lulus seleksi penerimaan karyawan, naik jabatan, terhindar dari malapetaka, lolos dari jerat hutang, lolos dari jerat maut, berhasil menaklukkan sebuah tantangan, dan lain sebagainya, kita sering melupakan Tuhan yang telah berkarya di sana. Kita dengan mudahnya berkata seperti komentar para penumpang itu: “untung aku hebat” atau untung semuanya sudah kuantisipasi dan kupersiapkan sehingga aku menang”, atau “ kalau bukan ayahku yang  turut capur, pasti gak jadi acara ini”, kalau bukan karena deking ku yang hebat di sana aku tidak akan  lolos  seleksi itu”, ah…kalau gak ku kasih dia 100 juta gak mungkin kami menang perkara itu”, dan lain sebagainya.

Hal-hal seperti ini sering sekali kita lakukan sehingga dalam setiap perkara, bukan Tuhan yang kita muliakan, namun diri sendiri, orang lain, harta, jabatan atau status, yang kita anggap bahwa itulah yang membuat kita berhasil atau selamat.  Teman atau sahabat adalah pemberian Tuhan, harta adalah pemberian Tuhan. Demikian juga jabatan atau status, keahlian dan pengetahuan semua bersumber dari Tuhan yang dianugerahkan kepada manusia. Namun sering sekali Si Pemberi berkat ini yaitu TUHAN  dilupakan atau diabaikan dan manusia hanya terfokus kepada pemberian-pemberian (berkat) itu sendiri. Sesungguhnya hal ini membuat hati Tuhan sedih, dan Tuhan bisa murka kepada manusia yang selalu mengabaikan bahkan melupakan Tuhan. Hal ini pernah terjadi dalam hubungan antara bangsa Israel dan Tuhan . Dalam  Mazmur  78:11 dikatakan: “Mereka melupakan pekerjaan-pekerjaan-Nya dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib, yang telah diperlihatkan-Nya kepada mereka”. Dalam mazmur 78 ini juga kita bisa melihat bagaimana tindakan Tuhan terhadap mereka yang mengabaikan bahkan melupakan Tuhan.

 

Mengapa kita tidak berkata atau berkomentar seperti misalnya pada peristiwa bus di atas dengan berkata: “Untunglah Tuhan menyertai Bapak sopir kita sehingga dia berhasil mengendalikan mobil ini. Atau “untunglah Tuhan menyertai kita sehingga kita lolos dari marabahaya ini”.

 Demikian juga dalam segala perkara dalam hidup kita,  kita seharusnya berkata: “Puji Tuhan, Dia melepaskanku dari marabahaya ini”, atau “ kalau bukan Tuhan yang memberiku hikmat gak mungkin jalan keluar ini kutemukan”. Atau “Syukur Tuhan menjumpakanku dengan bapak si Anu, sehingga urusan ini cepat selesai”.  Syukur pada Tuhan  yang memberiku rejeki melimpah sehingga uang saya cukup untuk semua biaya itu”, begitu seterusnya. Jika kita bersikap demikian dalam setiap perkara dalam hidup kita tentunya nama Tuhan akan dipermuliakan, dan kita akan  selalu menyenangkan hati Tuhan. Dampaknya adalah Tuhan akan senantiasa dan semakin memberkati kita dalam segala hal.

Dalam I Tawarikh  16:9 berkata: Bernyanyilah bagi-Nya, bermazmurlah bagi-Nya, percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib!”  memberikan kepada kita suatu pemahaman bahwa segala perbuatan Tuhan adalah ajaib dan semuanya demi kebaikan kita sehingga patutlah kita selalu bernyanyi, bermazmur dan mempercakapan segala perbuatanNya. Yah, katakanlah selalu : “KALAU BUKAN TUHAN YANG MELAKUKAN……KALAU BUKAN TUHAN YANG MENOLONG…..KALAU BUKAN TUHAN YANG MENYERTAI, MELINDUNGI, MEMBERKATI PEKERJAANKU, MEMBERIKAN KEPINTARAN, MEMBERIKAN PENGHARAPAN, MENUNJUKKAN JALAN……dan seterusnya. Hidup kita pasti diubahkan ketika segala pujian dan kemulian kita kembalikan hanya kepada Dia, Raja segala raja dan Tuhan segala tuhan.

Roma  11:36 “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!”.

SAUDARA, saya juga harus berkata bahwa kalau bukan Tuhan yang memberikan saya inspirasi ini dan kesempatan dalam mempersiapkan dan menulis renungan ini, SAYA TIDAK AKAN MUNGKIN bisa membagikannya kepada saudara. TERPUJILAH NAMA TUHAN.

Diberkatilah Saudara Yang Membaca Renungan Ini dan Melakukannya Serta Yang Membagikannya Kepada Orang-Orang Yang Lain….

 

Shalom,

 

 

Ev. Harles Lumbantobing

 

 

KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya  di Daftar... ARSIP..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda yang baik, sopan dan bahasa yang mudah dimengerti. terimakasih