Sabtu, 09 Maret 2024

DIJALA UNTUK MELAYANI

Renungan Dalam Pergumulan Untuk Panggilan Melayani

 

D I J A L A   U N T U K   M E L A Y A N I

 

Ayat perenungan: Matius 4:19, Matius 18:23-35 , Matius 25:41-46, Lukas 17:7-10, Yohanes 16:33

 

Matius 4: 19: “Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."

 

Shalom, selamat hari baik buat saudara/i semua yang Tuhan kasihi di dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus. Senang rasanya bisa menyapa saudara/i  meskipun lewat tulisan ini. Dengan menyapa saudara saya diingatkan kembali akan kasih karunia Tuhan yang diberikanNya kepada saya puluhan tahun yang silam. Juga mengingatkan saya akan besarnya kasih sayang Tuhan yang mengkehendaki saya bertumbuh dan menjadi berarti sejak menjadi anakNya yaitu dengan menjadi pelayan pertama sekali di sebuah wadah pelayanan Muda-Mudi dan mahasiswa di sebuah kampung kecil di daerah padang bulan Medan yang bernama KEBAKTIAN MUDA-MUDI KAMPUNG SUSUK (KMKS).

KMKS berdiri 20 Oktober 1988 dan kini di tahun 2025 ini sudah berusia 36 tahun dan sedang menuju usia ke 37 tahun. Masyarakat di kampung  ini dulunya masih banyak terlibat dengan kuasa gelap (okultisme), maraknya kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penyakit masyarakat, pemutaran film porno, perjudian, anak-anak kost yang jarang betah, juga seringnya kehilangan barang-barang, dan lain sebagainya.

Kondisi ini membuat beberapa anak-anak kost yang sudah bertobat dan menerima keselamatan saat kuliah di USU akhirnya berkomitmen untuk  melayani Muda-Mudi di Kampung Susuk ini hingga terbentuknya KMKS dan sampai saat ini terus berjalan karena kasih dan kuasa Tuhan untuk setiap orang yang tinggal di kampung susuk. Selain penduduk asli, sudah ribuan orang yang merasakan pelayanan di KMKS ini hingga hari ini. Tahun 1995 (periode 8) saya ikut menjadi anggota di persekutuan ini dan  periode 9 saya menjadi koordinator komisi doa dan tahun 1998 pada periode 10 saya menjadi koordinator umum (ketua). Hingga saat  ini saya beserta teman-teman sepelayanan lainnya tetap memberikan perhatian dan dukungan pada pelayanan ini, dan juga di persekutuan Alumni KMKS yang sudah terbentuk sejak tahun 1998. Selanjutnya Tuhan memanggil saya untuk melayani di berbagai persekutuan pemuda-pemudi  baik di lingkungan-lingkungan penduduk,  di gereja, dan lingkungan profesi (pekerjaan). Terpujlah Tuhan, 27 tahun sudah Tuhan mengijinkan dan memakai saya untuk memberitakan FirmanNya yang kudus. Sungguh ini adalah belas kasihan Tuhan yang terbesar  kepada orang seperti saya yang tidak layak, penuh dosa dan penuh keterbatasan dan kekurangan.  Sungguh dalam semua kelemahan saya Kuasa Tuhan menjadi sempurna.

Saya adalah salah satu dari yang Tuhan jaring melalui jala FirmanNya yang ditaburkan/ditebarkan oleh hamba-hambaNya yang Tuhan suruh. Saya tertangkap oleh kasih karunia Tuhan dan selanjutnya dalam perjalanan iman saya, Tuhan menginginkan saya bukan hanya seperti  ikan yang dijala, tetapi menjadi penjala itu sendiri sebagaimana hamba-hamba Tuhan  yang telah menjala saya sebelumnya. Meskipun awalnya saya merasa tidak mampu dan tidak sanggup tetapi Tuhan terus memotivasi saya lewat banyak cara untuk tidak ragu dan takut untuk menjadi hambaNya melayani Tuhan.

Memang benar saat panggilan pertama itu datang (yaitu munculnya kerinduan dalam hati untuk turut ambil bagian dalam pelayanan setelah menerima karunia keselamatan itu) Tuhan melakukan banyak hal untuk mempersiapkan dan memantapkan hati saya mengikut Tuhan. Saya merasa tidak memiliki kecakapan apa-apa untuk bisa melakukan seperti yang senior-senior lakukan dalam pelayanan. Tetapi selanjutnya saya melihat bahwa Tuhan hanya menginginkan kesediaan atau kemauan kita saja yang tulus untuk melayani. Sebab Ladang pelayanan milikNya, konsepnya dari Tuhan, peralatan dari Tuhan, caranya juga dari Tuhan dan semuanya untuk Tuhan dan dari Tuhan. Bahkan saya sendiripun milik Tuhan dan hanya alat di tanganNya.

Benarlah sejak itu Tuhan bertindak. Mengirim tim regenerasi untuk menyampaikan isi hati Tuhan, untuk membukakan perihal pelayanan yang ada. Tuhan adakan pengisian-pengisian untuk melengkapi, Tuhan hantarkan hamba-hamba TUHAN untuk mengajar, Tuhan berikan teman-teman sebagai rekan sepelayanan, dan banyak lagi Tuhan persiapkan. Bahkan karunia-karunia  yang sebelumnya saya tidak miliki diberikan-Nya guna mendukung pelayanan. Di situlah saya mengakui bahwa memang Tuhan hanya menginginkan kesiapan dan kemauan kita untuk sungguh-sungguh mengikut Dia ambil bagian dalam pelayanan Tuhan. Selebihnya Tuhan akan perlengkapi dan isi apa yang perlu bagi kita untuk melayaniNya. Di situ juga saya melihat bahwa  Tuhan sangat mengasihi saya. Dia ingin saya bukan sekedar selamat, tetapi menjadi orang yang bertumbuh, berguna, berarti bagi gereja Tuhan dan sesama manusia. Tuhan memperlengkapi saya sedemikian  ternyata supaya saya dipakai Tuhan untuk tanggungjawab yang lebih besar lagi yaitu melayani di Gereja sebagai Evangelis. Banyak hal Tuhan lakukan untuk membentuk saya supaya semakin kuat dan dewasa di dalam menghadapi kondisi jaman yang tidak semakin mudah.  

Demikian sedikit kesaksian saya di awal mula panggilan  saya  untuk menjadi pelayan Tuhan. Hingga saat ini saya sangat bersyukur menjalani panggilan ini dan menikmatinya sebagai kasih karunia dari Tuhan.

Saudara, hidup kita yang sekarang setelah menjadi anak-anak Tuhan tidaklah sama lagi dengan kehidupan yang lama. Sekarang kita hidup demi keinginan dan kehendak Roh Kudus, dulu demi kehendak diri kita sendiri dan keinginan daging kita. Peralihan ini adalah karena kasih karunia Tuhan kepada kita. Dulu mungkin kita berusaha berbuat baik supaya kita mendapat belas kasihan  Tuhan dan diselamatkan. Tetapi sekuat apa usaha perbuatan baik yang kita lakukan untuk selamat tidak mungkin bisa menyelamatkan kita sebab kita berada di dalam kegelapan yaitu dosa itu sendiri. Kegelapan tidak bisa menyelamatkan orang yang dalam kegelapan apalagilah  dirinya sendiri. Satu dosa terkecil sekalipun sudah cukup membawa kita ke dalam api neraka. Tetapi karena kasih karunia Tuhan memberikan kita keselamatan secara cuma-cuma bukan berdasarkan usaha kita dan perbuatan baik kita. Bahkan kita diselamatkan di saat kita dalam keadaan berdosa (Roma 5:8 “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa”)

Menyadari akan hal ini, tentunya kita sebagai orang yang sudah diselamatkan, dan menjadi anak-anakNya, ahli warisNya harus sepatutnyalah sekarang menjadi orang –orang yang tahu dan mau berterimakasih. Mari kita simak kisah yang Yesus sampaikan dalam Matius 18:23-35 ini:

“Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya.

Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.

Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu!

Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya.  Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?

Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu."

Kisah di atas adalah tentang pengampunan. Tetapi jika ditarik ke diri kita semua bahwasanya kita adalah orang-orang yang berhutang karena dosa kita. Tuhan melalui pengorbanan Kristus telah mengampuni dosa kita dan melunasi itu semua sehingga kita selamat.  Sementara itu di sekitar kita ada banyak orang yang masih berjalan dalam hutang dosa. Mereka terluka dan terpenjara. Tanpa mereka sadari mereka sedang berbondong-bondong menuju dosa dan kematian. Saya dan saudara duluanya ada bersama mereka. Tetapi karena anugerah Tuhan, lewat Injil yang dikabarkan  oleh mereka-mereka yang sudah menerima keselamatan sebelum kita, saya dan saudara mendapatkan pengampunan Tuhan.

Sekarang kita diperhadapkan Tuhan dengan jiwa-jiwa yang akan binasa itu di sekitar kita. Bagaimanakah respon kita?. Tidak ada yang layak dan sepadan yang bisa kita buat sebagai balasan atas pengorbananNya, dan Tuhan tahu itu. Namun Tuhan hanya ingin kita melakukan hal yang sama kepada orang lain sebagai tanda kita berterimakasih dan mengasihiNya.

Tuhan mengasihi saudara secara pribadi dan telah mati bagi saudara. Apakah kamu juga mengasihi Tuhan?. Kita telah menjadi anak-anak Allah dan identitas itu hanya akan ditunjukkan oleh tanda-tanda (kesaksian) yang kita tunjukkan. Dalam 1 Yohanes 3:10  dituliskan: “Inilah tandanya anak-anak Allah dan anak-anak Iblis: setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya.”. Bahwa yang tidak mengasihi saudaranya (orang lain) bukanlah anak-anak Allah.

Itu sebabnya  Alkitab berkata dalam 1 Yohanes 4:20; Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya “. Membiarkan orang tetap di dalam dosa hingga ke dalam maut sama dengan tidak mengasihi orang tersebut.  Karena itu, tidak ada cara lain untuk mengasihi Tuhan selain mengasihi sesama manusia, dan tidak ada cara lain melayani Tuhan selain melayani sesama manusia.

Bagaimana caranya kita melayani Tuhan lewat melayani sesama?. Kalau kita simak  perkataan Yesus dalam Matius 25:41-46:

Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.  Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum;  ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku.

Lalu mereka pun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau?

Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.  Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal."

 Dari kisah ini jelas sekali bahwa semua yang kita lakukan kepada sesama adalah untuk Allah. Dalam hal inilah  kita telah mengucap syukur atas karya penebusan Tuhan bagi kita lewat pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib. Hidup kita terbatas di dunia ini. Selama masih ada kesempatan di situlah kita bisa berbuat untuk Tuhan sebelum Dia menyatakan kita selesai dari bumi ini dan dipanggil kembali. Kelak di sana nanti semua akan kita pertanggungjawabkan.

Saudaraku, Tuhan telah lebih dulu mengasihi dan melayani kita maka kita juga wajib untuk menjadi pelayanNya dengan melayani sesama. Namun yang menjadi pertanyaan saat ini adalah di mana dan ke mana saudara harus melayani?.

Saudara di manapun kita melayani bukanlah  menjadi suatu hal besar yang harus dipermasalahkan. Sebab kalau niat dan motivasi kita benar maka di manapun Tuhan bisa memakai kita.  Hal yang paling mudah adalah dengan memperhatikan perkataan Tuhan Yesus dalam Matius 25:41-46 di atas. Bahwa tidak perlu kita berpikir terlalu jauh sampai ke mana-mana untuk melayani, sebab sesunggunya sekitar kita sendirilah yang pertama dan terdekat dengan kita bisa turut ambil bagian dalam pelayanan untuk mengasihi sesama manusia itu. Semua yang Tuhan ceritakan dalam ayat ini adalah orang-orang yang hidup bersama kita, di lingkungan kita atau dalam keseharian kita sering berjumpa dan berinteraksi dengan mereka.  Kalau Tuhan mau kita melayaniNya di tempat khusus  tentunya Tuhan pasti akan menunjukkannya kepada kita dengan caraNya. Tetapi saat ini, di sini, di tempat ini, di lingkukan ini, di gereja ini, di sekitar saudara inilah tempat yang pertama di mana saudara bisa melayani.  Apa yang bisa kita lakukan sebagai bentuk pelayanan kepada Tuhan.

Dalam Lukas 10:33 disebutkan : “Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.”Ayat ini potongan tentang perumpamaan Tuhan Yesus tentang siapakah sesama kita. Ayat ini mengajarkan kepada kita bahwa kasih dan mengasihi itu tidak kenal agama, suku, ras atau golongan apapun.  Satu karakter yang harus kita miliki sebagai karakter Kristus yang harus ada dalam diri kita adalah “berbelas kasihan”.

Berbelas kasihan berarti ada keperdulian kepada sesama kita manusia tanpa dibedabedakan. Semua orang yang layak untuk dikasihi harus dikasihi. Cara mengasihi yang Yesus ajarkan adalah dengan cara melayani.  Untuk bisa melayani  kita perlu sikap dan kesadaran diri seperti yang Yesus katakan dalam Lukas 17:10 “Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan." Ayat ini memiliki arti bahwa setiap orang yang mau melayani Yesus harus  memiliki hati seorang hamba, di mana seorang hamba dalam Lukas 17:7-10 ini mengisaratkan bahwa  untuk dirinya sendiripun sesungguhnya dia tidak berhak untuk mendapatkan penghargaan dan  pujian.

Lihatlah sekitar saudara dimana saudara saat ini berada. Lihatlah tempat di mana saat ini saudara hidup, dilayani dan menerima kasih karunia Tuhan kita. Lihatlah orang-orang disekitar saudara yang membutuhkan kasih, keselamatan, pelayanan dan uluran kasih Tuhan. Pikirkanlah bagaimana Tuhan sedang beracara dengan saudara saat ini bukan dengan orang lain. Ketika Tuhan berkata seperti dalam Yesaya 6:8 itu: “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" apakah jawab saudara.

Di dalam pelayanan Tuhan mau kita memberi diri kita dengan tulus dan sepenuh hati. Dengan demikian Allah akan memperlengkapi kita dengan berbagai  karunia yang akan kita pakai dalam melayani Tuhan.  Ketika kesempatan melayani itu sudah di berikan kepada kita maka sepatutnyalah kita bersyukur dan melayani sepenuh hati. Sebab Dia tidak memberikannya kepada siapapun selain yang Dia panggil dan pilih.

Spesial bukan? Bahkan melebihi segala sesuatu di bumi ini jika Allah pencipta semesta ini dan pemilik segala sesuatu mau memanggil dan memilih kita yang hanyalah debu ini untuk menjadi rekan sekerja Allah dalam proyek sorga yaitu keselamatan bagi manusia.

Memang tidak mudah menjalani panggilan pelayanan itu. Tetapi paling tidak ketika kita sudah memberikan diri kita untuk melayani Tuhan sebagai ucapan syukur, ada tiga hal yang Tuhan mau kita lakukan nantinya ketika kita sudah ambil bagian dalam pelayanan. Dengan demikian kita akan tetap kuat, tangguh, dan tidak gampang menyerah di dalam pelayanan yang penuh dengan tantangan:

1.    Tekun berlatih dan  bukan pelayan sembarangan. Rasul Paulus menyatakan demikian dalam 1 Korintus 9:26-27 “Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul.  Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.

Tidak ada seorangpun yang langsung pintar, langsung bisa semuanya. Tetapi komitmen untuk berlatih, belajar, bersedia di perbaiki, dinasihati dan diajar akan membawa seorang pelayan untuk tetap setia da menikmati pelayanannya.

2.    Tangguh dalam penderitaan dan kesendirian dan berkeyakinan akan  kuasa penyertaan Tuhan. Dalam Yohanes 16:33  Yesus berkata “Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia “

Secara jujur Yesus berkata dalam ayat ini bahwa semua pengikutnya pasti akan mengalami penderitaan, tetapi sebagaimana Yesus telah mengalahkan dunia dan segala penderitaannya, kita yang percaya dan melayaniNya juga akan turut mengalahkan semuanya itu oleh karena iman kita.

3.    Bergantung kepada Tuhan. Keluaran 33:15  berkata: “Berkatalah Musa kepada-Nya: "Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini. Artinya saya tidak mau melayani jika Tuhan tidak menyuruh dan membimbing, atau menyertai. Sebab ladang pelayanan ini milikinya, pekerja juga miliknya, tanaman miliknya, tujuan tanaman itu juga untuk Dia dan rencana (master plan) ada padaNya.

Karena itu tidak mungkin Tuhan lepas tangan terhadap hamba-hambaNya yang melayaniNya. Sebaliknya adalah nekad atau seperti mengikatkan tali gantungan di leher sendiri jika kita mencoba melayani Tuhan tanpa ketergantungan kepada Tuhan, panggilan dan penyertaan Tuhan.

 

Di dalam konteks melayani Tuhan, penyerahan diri kepada Tuhan  dan mempersembahkan hidup melayaniNya sesuai dengan panggilan masing-masing adalah tanda ucapan syukur sebab kita telah ditebus dari dosa dan dilepaskan dari maut.  Ada banyak orang yang berpikiran kalau nanti saya ikut melayani Tuhan bagaimana dengan keluargaku, hobbyku, pergaulanku, waktuku, dan lain sebagainya, seakan-akan Tuhan tidak mempunyai kuasa untuk menolong, menjaga, mencukupkan, memelihara dan membahagiakan setiap hamba-hambaNya yang melayaniNya. Ada juga yang hitung-hitungan dengan melayani Tuhan. Sering sekali muncul pemikiran “jika aku ikut melayani aku dapat apa nanti? Apa upahku?” dan lain sebagainya. Sebab dia berpikir melayani Tuhan adalah sebuah pekerjaan. Padahal melayani Tuhan adalah panggilan dan kewajiban bagi setiap orang yang sudah diselamatkan (lahir baru). Dalam 1 Korintus 9:18 dikatakan bahwa sesungguhnya upah kita adalah ketika kita bisa memberitakan Injil tanpa upah. Artinya kesempatan untuk bisa ambil bagian dalam pelayanan itulah sesugguhnya upah bagi setiap orang yang mau melayani.

Namun walaupun demikian, ketika kita setia, tulus dan jujur melayani Tuhan, Tuhan tidak mau diam saja, Allah berjanji seperti dalam Matius 25:34  “Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan”. Perkataan ini disampaikan kepada orang yang mau melayani Tuhan dengan melayani orang lain di sekitarnya.

Begitu juga dalam Matius 25:23 perumpamaan tentang talenta, Tuhan berkata kepada yang mengerjakan talenta nya itu dengan sungguh-sungguh: “Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu”. Jadi ada upah bagi yang mengerjakan tanggungjawabnya lalu ia akan turut dalam kebahagiaan Tuhan dan semakin diberi tanggungjawab yang lebih besar artinya akan ada peningkatan.

Namun sekali lagi bahwa panggilan untuk melayani Tuhan bukanlah mau mengejar dan mengharapkan upah tetapi sebagai ucapan syukur kepada Tuhan atas keselamatan yang telah Dia berikan kepada kita.

Pengalaman saya selama melayani  Tuhan di KMKS dan diberbagai persekutuan lain  tidak mudah dan banyak tantangan yang dihadapi.  Selanjutnya pengalaman itu memberikan bekal yang luar biasa dalam pelayanan saya yang lebih luas sebagai Evangelis. Tetapi ketika kita benar-benar yakin itu adalah panggilan Tuhan dan kita mengerjakannya dengan sukacita, maka setiap kesusahan, penderitaan dan pengorbanan yang kita berikan (meski tidak ada apa-apanya jika dibanding dengan pengorbanan Kristus) pada waktunya akan kita rasakan dampak baiknya.

Karena itu, hati-hati dengan harapan yang palsu, yang berpikir bahwa setelah menjadi pelayan Tuhan hidup akan semakin enak, semakin tenang, semakin banyak yang memperhatikan, tidak ada masalah lagi dan  lain sebagainya. Adalah lebih baik berpikir bahwa ketika saya serahkan hidup saya untuk Tuhan, terserah Tuhanlah apa yang dianggapNya baik untuk diriku dan keluargaku. Mari berpikir bahwa “Sebab hal terkecil yang Tuhan sediakan bagiku adalah jauh lebih besar dan lebih baik dari pada hal terbesar yang kupikirkan dan rencanakan dalam hidupku”. Lebih baik berpikiran dan mengadopsi pernyataan Yesus dalam Yohanes 16:33  di atas dari pada nanti di akhir menyesal, tidak siap dan akhirnya menyerah di tengah jalan.

Tetapi ingatlah bahwa segala penderitaan dan kesukaran yang kita alami selama  hidup karena melayani Tuhan tidak sebanding dengan  sukacita sorgawi yang Tuhan sediakan bagi kita yang setia melayaniNya kelak. Rasul Paulus sudah menyatakannya dalam II Korintus  4:17 “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami”.

Karena itu  gumulkanlah sungguh-sungguh panggilan Tuhan ini untuk melayani. Berdoalah dan mohon pimpinan Tuhan. Ketika selesai berdoa dan Amin, bukalah hati dan pikiranmu, sebab Tuhan bisa menjawab doamu langsung di hatimu, atau melalui orang lain suruhanNya, atau melalui pengalaman hidup sehari-hari.

Selamat bergumul dan selamat mengambil keputusan, Tuhan Yesus memberkati. Shalom,

 

Salam kasih dari:

Ev. Harles Lumbantobing  



KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya 

di Daftar... ARSIP.......

 

Spritualitas Kristen

 

"Spritualitas Kristen”


Mazmur 119:1-3:  Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN. Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati, yang juga tidak melakukan kejahatan, tetapi yang hidup menurut jalan-jalan yang ditunjukkan-Nya.

Mazmur  63:2 :Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair.

Mazmur 119:105: Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.

------------------------------

 

Kisah Raja dengan 4 istri.

Dahulu kala...

Ada seorang raja yang mempunyai 4 isteri. Raja ini sangat mencintai isteri keempatnya dan selalu menghadiahkannya pakaian-pakaian yang mahal dan memberinya makanan yang paling enak. Hanya yang terbaik yang akan diberikan kepada sang isteri.

Dia juga sangat memuja isteri ketiganya dan selalu memamerkannya ke pejabat-pejabat kerajaan tetangga. Itu karena dia takut suatu saat nanti, isteri ketiganya ini akan meninggalkannya.

Sang raja juga menyayangi isteri keduanya. Karena isterinya yang satu ini merupakan tempat curahan hatinya, yang akan selalu ramah, peduli dan sabar terhadapnya. Pada saat sang raja menghadapi suatu masalah, dia akan mengungkapkan isi hatinya hanya pada isteri ke dua karena dia bisa membantunya melalui masa-masa sulit itu.

Isteri pertama raja adalah pasangan yang sangat setia dan telah memberikan kontribusi yang besar dalam pemeliharaan kekayaannya maupun untuk kerajaannya. Akan tetapi, si raja tidak peduli terhadap isteri pertamanya ini meskipun sang isteri begitu mencintainya, tetap saja sulit bagi sang raja untuk memperhatikan isterinya itu.

Hingga suatu hari, sang raja jatuh sakit dan dia sadar bahwa kematiannya sudah dekat..
Sambil merenungi kehidupannya yang sangat mewah itu, sang raja lalu berpikir, 'Saat ini aku memiliki 4 isteri disampingku, tapi ketika aku pergi, mungkin aku akan sendiri'.

Lalu, bertanyalah ia pada isteri keempatnya, 'Sampai saat ini, aku paling mencintaimu, aku sudah menghadiahkanmu pakaian-pakaian yang paling indah dan memberi perhatian yang sangat besar hanya untukmu. Sekarang aku sekarat, apakah kau akan mengikuti dan tetap menemaniku?'

'Tidak akan!' balas si isteri keempat itu, ia pun pergi tanpa mengatakan apapun lagi..
Jawaban isterinya itu bagaikan pisau yang begitu tepat menusuk jantungnya.

Raja yang sedih itu kemudian berkata pada isteri ketiganya, 'Aku sangat memujamu dengan seluruh jiwaku. Sekarang aku sekarat, apakah kau tetap mengikuti dan selalu bersamaku?'

'Tidak!' sahut sang isteri. 'Hidup ini begitu indah! Saat kau meninggal, akupun akan menikah kembali!' Perasaan sang rajapun hampa dan membeku.

Beberapa saat kemudian, sang raja bertanya pada isteri keduanya, ' Selama ini, bila aku membutuhkanmu, kau selalu ada untukku. Jika nanti aku meninggal, apakah kau akan mengikuti dan terus disampingku?'

'Maafkan aku, untuk kali ini aku tidak bisa memenuhi permintaaanmu!' jawab isteri keduanya. 'Yang bisa aku lakukan, hanyalah ikut menemanimu menuju pemakamanmu..'

Lagi-lagi, jawaban si isteri bagaikan petir yang menyambar dan menghancurkan hatinya..
Tiba-tiba, sebuah suara berkata:

'Aku akan bersamamu dan menemanimu kemanapun kau pergi.' Sang raja menolehkan kepalanya mencari-cari siapa yang berbicara dan terlihatlah olehnya isteri pertamanya. Dia kelihatan begitu kurus, seperti menderita kekurangan gizi.

Dengan penyesalan yang sangat mendalam kesedihan yang amat sangat, sang raja berkata sendu, 'Seharusnya aku lebih memperhatikanmu saat aku m asih punya banyak kesempatan!'

 

Dalam realitanya, sesungguhnya kita semua mempunyai '4 isteri' dalam hidup kita.....

'Isteri keempat' kita adalah tubuh kita. Tidak peduli berapa banyak waktu dan usaha yang kita habiskan untuk membuatnya terlihat bagus, pakaian termahal. Accesoris mahal dan lain sebagainya, tetap saja dia akan meninggalkan kita saat kita meninggal.

Kemudian 'Isteri ketiga' kita adalah ambisi, kedudukan dan kekayaan kita.
Saat kita meninggal, semua itu pasti akan jatuh ke tangan orang lain.

Sedangkan 'isteri kedua' kita adalah keluarga, sahabat dan teman-teman kita. Tak peduli berapa lama waktu yang sudah dihabiskan bersama kita, dan berapa banyak kita bertukar pikiran dengan mereka, tetap saja mereka hanya bisa menemani dan mengiringi kita hingga ke pemakaman.

Dan akhirnya 'isteri pertama' kita adalah jiwa, roh kita yang sering terabaikan karena sibuk memburu kekayaan, kekuasaan, dan kepuasan nafsu. Padahal, jiwa, roh inilah yang akan mengikuti kita kemanapun kita pergi.

Saudara yang dikasihi Tuhan kita Yesus Kristus. Di jaman ini ada banyak manusia termasuk orang-orang Kristen yang sibuk dengan hal-hal yang lahiriah atau jasmani, tetapi abai bahkan lupa dengan hal-hal yang bersifat rohani. Padahal sesungguhnya Spritual yang baik yaitu kehidupan rohani kita yang sehat dan tidak kelaparan adalah yang utama dari banyak hal yang penting di dunia ini. Sebab yang rohani akan mendorong/menggerakkan dan memotivasi yang jasmani.

Manusia yang Tuhan ciptakan, secara komprehensif dapat disebut sebagai mahluk yang bersifat “pneumapsikosomatis” (Yunani: pneuma = roh, psikhe = jiwa, soma = tubuh) . Dengan perkataan lain manusia adalah mahluk yang secara komprehensif bersifat rohani, jiwani dan jasmani atau ragawi. Justru inilah yang membedakan manusia dengan binatang.

Ada orang berpikir bahwa urusan jasmani tidak perlu disangkutpautkan dengan yang rohani. Yang rohani cukuplah di gereja atau di kumpulan saat ibadah. Kalau saat-saat berbisnis tidak perlulah bawa-bawa Tuhan, atau saat jalan-jalan, saat memasak, menyuci, bekerja dan lain sebagainya dalam profesi masing-masing. Demikian pikiran banyak orang.

Sesunggunya Manusia hidup bukan hanya untuk kepentingan jasmani dan lahiriah saja.  Tubuh atau jasmani hidup bukanlah karena tubuh itu bisa hidup tetapi karena Tuhan memberikan yang rohani yaitu nafas Tuhan (roh)  dalam jiwa manusia sehingga tubuh manusia itu hidup. Jadi manusia adalah mahluk spritual di dalam tubuh yang jasmani.

Roma 6:1-2 berkata “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.

Karena itu Roh Kudus-lah yang memberi hidup dan yang menghidupkan. Lagi dalam  Roma 8:5-6 berkata “Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.

Pertumbuhan rohani yang baik akan berbanding lurus dengan aktivitas dan pertumbuhan yang sifatnya lahiriah. Karena itu Spritual orang percaya yang sehat mendorong dia untuk bertanggunjawab kepada Tuhan atas hidupnya, atas tubuhnya, atas pekerjaannya.

Seorang suami yang memiliki spritualitas yang sehat sadar bahwa dia harus mengasihi istrinya  baik dalam keadaan susah ataupun senang sampai maut memisahkan, berjuang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Menjadi ayah yang dibanggakan anak-anaknya, seorang yang gigih dalam memikul beban keluarga karena takut akan Tuhan. Tidak ramah di luar tetapi pemarah di rumah.

Seorang istri yang  memiliki spritual yang sehat sadar bahwa dia harus mengasihi suaminya  dalam segala hal, selalu melayani suami dan anak-anak serta keluarga karena takut akan Tuhan.  Tidak selalu cerewet dan wajah merengut kepada suami jika suami pulang dengan penghasilan yang sedikit atau  wajah berseri jika penghasil yang dibawa banyak.  Dia akan berusaha untuk tampil  menyenangkan di hadapan suaminya karena takut akan Tuhan.

Seorang yang spritualitasnya baik  akan membuat imannya stabil dan tidak terkondisi, Apakah lagi nasib mujur atau lagi tumpur. Apakah lagi naik pangkat atau PHK sekalipun. Apakah kalau jualan hari ini laku banyak atau hanya laku sedikit. Apakah jika tabungan masih banyak atau sudah menipis. Apakah lagi di hina orang, digosipkan orang atau lagi dipuja-puji orang dia tetap akan bisa tenang dan tentram di dalam dirinya sebab yang rohani mendorong dan memimpin yang jasmani.

Karena itu orang yang selalu mengejar dan mengutamakan yang jasmani baik sandang, pangan, papan seperti illustrasi di atas  yaitu istri kedua, ketiga dan keempat itu  tidak akan pernah menemukan kebahagian  dan kepuasan yang sejati. Yang kaya akan selalu merasa miskin sehingga tidak pernah bersyukur dan merasa rugi kalau memberi pertolongan kepada orang lain. Tujuan hidupnya adalah bagaimana supaya dia kaya tetapi tidak bernah bisa merasa kaya, begitulah hidupnya  berputar terus menerus. Yang kuat akan selalu merasa lemah dan terus menerus ingin  lebih kuat dari siapapun sehingga hidupnya dihabiskan untuk mengejar kekuatan.

Yang punya jabatan yang semakin tinggi, membuat dirinya merasa masih harus terus lagi mengejar jabatan dan kehormatan itu sampai tidak ada lagi yang ada di atasnya. Sehingga semakin meningkat jabatannya semakin meningkat pula kekuatirannya akan hilangnya jabatan itu atau di geser orang sehingga dia membuat segala cara untuk miningkatkan jabatannya atau sekedar mempertahankannya.

Karena itu, Jika yang satu diutamakan dan mengabaikan yang lain maka cenderung terjadi permasalahan dan terjadi ketidakseimbangan. Jika kita mengutamakan yang jasmani dan mengabaikan yang rohani maka terjadilah banyak penyakit rohani dan penyakit mental yang mempengaruhi seluruh gerak dan aktifitas kita secara lahiriah dan secara rohaniah. Demikian juga kalau  kita hanya mengejar yang rohani tetapi mengabaikan yang jasmani maka akan terjadi permasalahan juga karena itu Yakobus berkata dalam Yakobus 2:17 bahwa Iman tanpa perbuatan adalah mati.

Karena itu saudara/i  yang terkasih, jika Aktivitas dan Kebutuhan  yang bersifat jasmani semakin tinggi maka aktifitas secara rohani juga harus ditingkatkan untuk menyeimbangkannya. Sering sekali orang berpikiran terbalik yang membuat hidupnya yang semakin berat, ruwet, jenuh dan tidak punya ketenangan lagi ketika memiliki aktivitas yang semakin banyak tidak diseimbangkan dengan yang rohani. Akhirnya dia  tidak sempat lagi berdoa, beribadah atau datang kepada Tuhan, bahkan lupa Tuhan.

Dalam pembelaan dia berkata di dalam hati, “aku kan sibuk Tuhan,  Tuhan kan tahu dan lihat sendiri kesibukanku. Anakku tiga, suamiku sering ke luar kota, aku sedang ambil kuliah S2 lagi.  Yang ini saja saya sudah kerepotan, apalagi beribadah, berdoa, atau melayani,. Nanti dululah ya untuk Tuhan”. Sesungguhnya rahasia supaya dia bisa menghadapi segala kesibukannya dengan tenang, fokus, dan terarah adalah ketika dia memiliki kerohanian/spritual yang baik, yaitu hubungan pribadi dengan Tuhan yang mantap. Semakin banyak kita berdoa dan beribadah merenungkan FirmanNya maka semakin  kuat kita menghadapi segala tugas dan tanggungjawab kita di dunia ini. Biasanya orang yang selalu berdoa lebih kuat dan tenang dari  orang yang tidak berdoa. Menjadi seorang pendoa adalah ciri-ciri orang yang memiliki spritual yang sehat.

Saudaraku, mengapa ada orang makin pintar, makin sukses, makin kaya tetapi kelakuan dan sikap hidup makin tidak beres?, ketakutan dan kekuatiran hidup makin tinggi,  perilaku yang semakin jauh dari  kehendak Tuhan sang sumber berkat. Akhirnya kepintaran bisa dipakai untuk menipu, kekayaan bisa dipakai untuk perbuatan tercela, kesuksesan dipakai untuk kesomobongan.  Hal ini  erat hubungannya karena mengabaikan hal-hal yang menyangkut Spritualitas. Kerohaninya kekeringan dan kelaparan, sehingga banyak timbul penyakit rohani. Sama seperti jasmani atau tubuh yang kekurangan makanan dan nutrisi akan menimbulkan banyak penyakit.

Bagaimana memelihara dan memberi makan tubuh Rohani kita?. Dalam  Roma 10:17  berkata: “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus”.  Grafik pertumbuhan Iman akan berbanding lurus dengan pertumbuhan rohani. Jadi tidak ada jalan lain untuk mengalami pertumbuhan spritual/kerohanian  selain dari Firman Tuhan yang di dengarkan dan direnungkan.

Dalam Mazmur 119:1-3 dikatakan: “Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN. Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati, yang juga tidak melakukan kejahatan, tetapi yang hidup menurut jalan-jalan yang ditunjukkan-Nya”. Lalu dalam Mazmur 119:105 juga berkata: “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku”. Bahkan menurut Mazmur 1: 2 secara khusus disampaikan bahwa orang yang berbahagia adalah orang yang kesukaannya Taurat Tuhan, dan yang merenungkannya siang dan malam.

Jadi mendengar Firman Allah artinya ada yang mengajar dan ada yang diajar (dimuridkan). Lalu membaca, merenungkan, memelihara dan juga melakukan Firman itu akan membuat kerohanian dan spritual seseorang terpelihara, dan bertumbuh dengan baik. Karena itu spritualitas tidak bisa dilepaskan dengan relasi dengan Tuhan.

Hal inilah yang harusnya kita kejar dan tuju sebagai orang percaya.  Inilah yang membuat kita kuat dan sanggup menghadapi segala dinamika hidup.  Kita tidak perlu heran melihat dalam realita bahwa ada orang yang  hebat dalam hal Jasmani, tetapi hancur dalam hal Rohani. Ada orang yang hebat dalam hal ritual keagamaan tetapi rusak dalam karakter dan spritual.  Manusia ritual belum tentu sama dengan manusia spritual.  

Segala pergumulan yang dialami manusia tidak pernah terlepas dari masalah Spritual. Apakah anak yang melawan dan membangkang kepada orangtua, istri/suami yang tidak melakukan kewajibannya sebagai istri/suami, orang yang malas untuk beribadah, tidak setia, karakter dan emosi yang buruk, keterikatan akan narkoba, gangguan okultisme dan lain sebagainya.

Secara sederhananya bahwa segala problem yang kita hadapi seperti contoh di atas  erat kaitannya dengan Spritual. Spritual erat kaitannya dengan Firman Tuhan, dan Firman Tuhan erat kaitannya dengan iman kepada Yesus Kristus. Sehingga pertanyaan sederhana  yang perlu kita tanyakan ketika menghadapi segala permasalahan karakter dan pergumulan hidup adalah “apakah Yesus benar-benar ada di hati kita atau di hati dia, atau di hati mereka”. Kalau Yesus ada di hati kita, apakah Dia benar-benar menjadi Tuhan dan tuan di hati kita?.

Jadi  SPRITUALITAS MENYANGKUT TUHAN YESUS. Dia  adalah satu-satunya bukan saja hanya jalan keselamatan tetapi satu-satunya solusi yang benar dalam segala pergumulan manusia. Kestabilan iman, ketahanan dalam pencobaan, pengharapan yang hidup dalam keterpurukan,  kesepian dan kesendirian,  kamajuan atau kebangkrutan, sukacita atau dukacita  dan kedewasaan hidup erat hubungannya dengan iman kepada Yesus Kristus.

Karena itu tanda-tanda ini akan menyertai orang- orang yang memiliki spritual yang baik dan sehat:

1.       Memiliki Kehidupan doa yang konsisten dan tetap. ( I Tes 5:17 )

2.       Sudah bisa memahami  Matius 4:4 (manusia hidup bukan dari roti saja)

3.       Selalu haus dan rindu akan perjumpaan dengan Tuhan (Mazmur 63:2)

4.       Setia menyembah dan memberi persembahan baik materi maupun  

       hidupnya.

5.       Kasih kepada Allah melalui ketaatannya. Yohanes 14: 21, Yoh 3:36

6.       Selaras/sinkron antara iman dan perbuatan. Yakobus 2:17 = Iman tanpa 

       perbuatan adalah mati.

7.       Mau terpanggil melayani Tuhan.

Jadi spritualitas yang baik akan mempengaruhi:

  1. Personalitas (Gambar dan rupa Allah di dalam diri kita). Bagaimana kita menghormati, menjaga  dan mempertanggungjawabkan gambar dan rupa Allah yang kita tampilkan setiap hari.
  2. Rasionalitas (selalu bertanya dan mencari jawaban), dan semuanya itu selalu dialamatkan kepada Tuhan. Sekalipun dia belum menemukan jawabannya dia tidak akan pernah mencari ke tempat  yang lain selain menunggu Tuhan untuk menjawab.
  3. Moralitas (Manusia adalah mahluk moral), akan menunjukkan dan menampilkan  moral disertai etika yang baik bukan sekedar untuk menjaga nama baik pribadinya, tetapi lebih daripada itu untuk menghormati Allah dan menunjukkan citra diri Allah di dalam dirinya supaya nama Tuhan tidak dipermalukan dari tingkah lakunya. (2 Kor 3:3; Roma 12:1-2)
  4. Otoritas /wewenang dalam mengambil tindakan (selalu berpatokan kepada Allah yaitu apa yang baik, yang benar, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
  5. Kreativitas (berdaya cipta, memelihara, aktif, inovatif) yang sifatnya konstuktif (membangun) bukan yang sifatnya destruktif (menghancurkan).
  6. Hidup beriman/beragama/ber-religi (bukan sebagai pencitraan diri) tetapi sebagai mahluk rohani yang benar-benar hidup di dalam yang jasmani. Karena itu Yohanes 3:6 berkata: Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.

        Karena itu keselarasan akan aktivitas rohani dengan perbuatan sehari-hari haruslah sejalan dan saling mendukung dan melengkapi satu dengan yang lain. Sehingga misalnya jika seseorang rajin berdoa maka sekaligus diapun seharusnya rajin bekerja.

      Kiranya renungan dalam tulisan ini membantu serta menolong saya dan saudara semua  untuk sungguh-sungguh memperhatikan kondisi Spritual/kerohanian kita. Baik itu kesehatannya, kebutuhannya, dan aktifitas pergerakannya sehari-hari  dengan demikian kita akan terhindar dari beragam penyakit rohani yang bisa timbul dari ketidaksehatan rohani kita. Tuhan kiranya memberkati saudara.

 

Shalom,

 

Ev. Harles Lumbantobing.


KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya 

di Daftar... ARSIP.......