"Spritualitas Kristen”
Mazmur 119:1-3: Berbahagialah
orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN.
Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari
Dia dengan segenap hati, yang juga tidak melakukan kejahatan, tetapi yang hidup
menurut jalan-jalan yang ditunjukkan-Nya.
Mazmur 63:2 :Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari
Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang
kering dan tandus, tiada berair.
Mazmur
119:105: Firman-Mu
itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.
------------------------------
Kisah Raja dengan 4
istri.
Dahulu
kala...
Ada
seorang raja yang mempunyai 4 isteri. Raja ini sangat mencintai isteri
keempatnya dan selalu menghadiahkannya pakaian-pakaian yang mahal dan
memberinya makanan yang paling enak. Hanya yang terbaik yang akan diberikan
kepada sang isteri.
Dia juga
sangat memuja isteri ketiganya dan selalu memamerkannya ke pejabat-pejabat
kerajaan tetangga. Itu karena dia takut suatu saat nanti, isteri ketiganya ini
akan meninggalkannya.
Sang raja
juga menyayangi isteri keduanya. Karena isterinya yang satu ini merupakan
tempat curahan hatinya, yang akan selalu ramah, peduli dan sabar terhadapnya.
Pada saat sang raja menghadapi suatu masalah, dia akan mengungkapkan isi
hatinya hanya pada isteri ke dua karena dia bisa membantunya melalui masa-masa
sulit itu.
Isteri
pertama raja adalah pasangan yang sangat setia dan telah memberikan kontribusi
yang besar dalam pemeliharaan kekayaannya maupun untuk kerajaannya. Akan
tetapi, si raja tidak peduli terhadap isteri pertamanya ini meskipun sang
isteri begitu mencintainya, tetap saja sulit bagi sang raja untuk memperhatikan
isterinya itu.
Hingga
suatu hari, sang raja jatuh sakit dan dia sadar bahwa kematiannya sudah dekat..
Sambil merenungi kehidupannya yang sangat mewah itu, sang raja lalu berpikir,
'Saat ini aku memiliki 4 isteri disampingku, tapi ketika aku pergi, mungkin aku
akan sendiri'.
Lalu,
bertanyalah ia pada isteri keempatnya, 'Sampai saat ini, aku paling
mencintaimu, aku sudah menghadiahkanmu pakaian-pakaian yang paling indah dan
memberi perhatian yang sangat besar hanya untukmu. Sekarang aku sekarat, apakah
kau akan mengikuti dan tetap menemaniku?'
'Tidak
akan!' balas si isteri keempat itu, ia pun pergi tanpa mengatakan apapun lagi..
Jawaban isterinya itu bagaikan pisau yang begitu tepat menusuk jantungnya.
Raja yang
sedih itu kemudian berkata pada isteri ketiganya, 'Aku sangat memujamu dengan
seluruh jiwaku. Sekarang aku sekarat, apakah kau tetap mengikuti dan selalu
bersamaku?'
'Tidak!'
sahut sang isteri. 'Hidup ini begitu indah! Saat kau meninggal, akupun akan
menikah kembali!' Perasaan sang rajapun hampa dan membeku.
Beberapa
saat kemudian, sang raja bertanya pada isteri keduanya, ' Selama ini, bila aku
membutuhkanmu, kau selalu ada untukku. Jika nanti aku meninggal, apakah kau
akan mengikuti dan terus disampingku?'
'Maafkan
aku, untuk kali ini aku tidak bisa memenuhi permintaaanmu!' jawab isteri
keduanya. 'Yang bisa aku lakukan, hanyalah ikut menemanimu menuju
pemakamanmu..'
Lagi-lagi,
jawaban si isteri bagaikan petir yang menyambar dan menghancurkan hatinya..
Tiba-tiba, sebuah suara berkata:
'Aku akan
bersamamu dan menemanimu kemanapun kau pergi.' Sang raja menolehkan kepalanya
mencari-cari siapa yang berbicara dan terlihatlah olehnya isteri pertamanya.
Dia kelihatan begitu kurus, seperti menderita kekurangan gizi.
Dengan
penyesalan yang sangat mendalam kesedihan yang amat sangat, sang raja berkata
sendu, 'Seharusnya aku lebih memperhatikanmu saat aku m asih punya banyak
kesempatan!'
Dalam
realitanya, sesungguhnya kita semua mempunyai '4 isteri' dalam hidup kita.....
'Isteri
keempat' kita adalah tubuh kita. Tidak peduli berapa banyak waktu dan usaha
yang kita habiskan untuk membuatnya terlihat bagus, pakaian termahal. Accesoris
mahal dan lain sebagainya, tetap saja dia akan meninggalkan kita saat kita
meninggal.
Kemudian
'Isteri ketiga' kita adalah ambisi, kedudukan dan kekayaan kita.
Saat kita meninggal, semua itu pasti akan jatuh ke tangan orang lain.
Sedangkan
'isteri kedua' kita adalah keluarga, sahabat dan teman-teman kita. Tak peduli
berapa lama waktu yang sudah dihabiskan bersama kita, dan berapa banyak kita
bertukar pikiran dengan mereka, tetap saja mereka hanya bisa menemani dan
mengiringi kita hingga ke pemakaman.
Dan
akhirnya 'isteri pertama' kita adalah jiwa, roh kita yang sering terabaikan
karena sibuk memburu kekayaan, kekuasaan, dan kepuasan nafsu. Padahal, jiwa,
roh inilah yang akan mengikuti kita kemanapun kita pergi.
Saudara yang dikasihi Tuhan kita Yesus Kristus. Di jaman ini ada banyak manusia termasuk orang-orang Kristen yang sibuk dengan hal-hal yang lahiriah atau jasmani, tetapi abai bahkan lupa dengan hal-hal yang bersifat rohani. Padahal sesungguhnya Spritual yang baik yaitu kehidupan rohani kita yang sehat dan tidak kelaparan adalah yang utama dari banyak hal yang penting di dunia ini. Sebab yang rohani akan mendorong/menggerakkan dan memotivasi yang jasmani.
Manusia yang Tuhan ciptakan, secara
komprehensif dapat disebut sebagai mahluk yang bersifat “pneumapsikosomatis” (Yunani: pneuma = roh, psikhe = jiwa, soma = tubuh) .
Dengan perkataan lain manusia adalah mahluk yang secara komprehensif bersifat
rohani, jiwani dan jasmani atau ragawi. Justru inilah yang membedakan manusia
dengan binatang.
Ada
orang berpikir bahwa urusan jasmani tidak perlu disangkutpautkan dengan yang
rohani. Yang rohani cukuplah di gereja atau di kumpulan saat ibadah. Kalau
saat-saat berbisnis tidak perlulah bawa-bawa Tuhan, atau saat jalan-jalan, saat
memasak, menyuci, bekerja dan lain sebagainya dalam profesi masing-masing. Demikian
pikiran banyak orang.
Sesunggunya
Manusia hidup bukan hanya untuk kepentingan jasmani dan lahiriah saja. Tubuh atau jasmani hidup bukanlah karena
tubuh itu bisa hidup tetapi karena Tuhan memberikan yang rohani yaitu nafas
Tuhan (roh) dalam jiwa manusia sehingga tubuh
manusia itu hidup. Jadi manusia adalah mahluk spritual di dalam tubuh yang
jasmani.
Roma 6:1-2 berkata “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di
dalam Kristus Yesus. Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam
Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.
Karena itu Roh
Kudus-lah yang memberi hidup dan yang menghidupkan. Lagi dalam Roma 8:5-6 berkata “Sebab
mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka
yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. Karena
keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai
sejahtera.
Pertumbuhan
rohani yang baik akan berbanding lurus dengan aktivitas dan pertumbuhan yang
sifatnya lahiriah. Karena itu Spritual orang percaya yang sehat mendorong dia
untuk bertanggunjawab kepada Tuhan atas hidupnya, atas tubuhnya, atas
pekerjaannya.
Seorang
suami yang memiliki spritualitas yang sehat sadar bahwa dia harus mengasihi
istrinya baik dalam keadaan susah
ataupun senang sampai maut memisahkan, berjuang untuk memenuhi kebutuhan
keluarga. Menjadi ayah yang dibanggakan anak-anaknya, seorang yang gigih dalam
memikul beban keluarga karena takut akan Tuhan. Tidak ramah di luar tetapi
pemarah di rumah.
Seorang
istri yang memiliki spritual yang sehat
sadar bahwa dia harus mengasihi suaminya
dalam segala hal, selalu melayani suami dan anak-anak serta keluarga
karena takut akan Tuhan. Tidak selalu
cerewet dan wajah merengut kepada suami jika suami pulang dengan penghasilan
yang sedikit atau wajah berseri jika
penghasil yang dibawa banyak. Dia akan
berusaha untuk tampil menyenangkan di
hadapan suaminya karena takut akan Tuhan.
Seorang
yang spritualitasnya baik akan membuat
imannya stabil dan tidak terkondisi, Apakah lagi nasib mujur atau lagi tumpur.
Apakah lagi naik pangkat atau PHK sekalipun. Apakah kalau jualan hari ini laku
banyak atau hanya laku sedikit. Apakah jika tabungan masih banyak atau sudah
menipis. Apakah lagi di hina orang, digosipkan orang atau lagi dipuja-puji
orang dia tetap akan bisa tenang dan tentram di dalam dirinya sebab yang rohani
mendorong dan memimpin yang jasmani.
Karena
itu orang yang selalu mengejar dan mengutamakan yang jasmani baik sandang, pangan,
papan seperti illustrasi di atas yaitu
istri kedua, ketiga dan keempat itu
tidak akan pernah menemukan kebahagian
dan kepuasan yang sejati. Yang kaya akan selalu merasa miskin sehingga
tidak pernah bersyukur dan merasa rugi kalau memberi pertolongan kepada orang
lain. Tujuan hidupnya adalah bagaimana supaya dia kaya tetapi tidak bernah bisa
merasa kaya, begitulah hidupnya berputar
terus menerus. Yang kuat akan selalu merasa lemah dan terus menerus ingin lebih kuat dari siapapun sehingga hidupnya
dihabiskan untuk mengejar kekuatan.
Yang
punya jabatan yang semakin tinggi, membuat dirinya merasa masih harus terus
lagi mengejar jabatan dan kehormatan itu sampai tidak ada lagi yang ada di
atasnya. Sehingga semakin meningkat jabatannya semakin meningkat pula
kekuatirannya akan hilangnya jabatan itu atau di geser orang sehingga dia
membuat segala cara untuk miningkatkan jabatannya atau sekedar
mempertahankannya.
Karena
itu, Jika yang satu diutamakan dan mengabaikan yang lain maka cenderung
terjadi permasalahan dan terjadi ketidakseimbangan. Jika kita mengutamakan yang
jasmani dan mengabaikan yang rohani maka terjadilah banyak penyakit rohani dan
penyakit mental yang mempengaruhi seluruh gerak dan aktifitas kita secara
lahiriah dan secara rohaniah. Demikian juga kalau kita hanya mengejar yang rohani tetapi
mengabaikan yang jasmani maka akan terjadi permasalahan juga karena itu Yakobus
berkata dalam Yakobus 2:17 bahwa Iman tanpa perbuatan adalah mati.
Karena itu saudara/i yang terkasih, jika Aktivitas dan
Kebutuhan yang bersifat jasmani semakin
tinggi maka aktifitas secara rohani juga harus ditingkatkan untuk
menyeimbangkannya. Sering sekali orang berpikiran terbalik yang membuat
hidupnya yang semakin berat, ruwet, jenuh dan tidak punya ketenangan lagi
ketika memiliki aktivitas yang semakin banyak tidak diseimbangkan dengan yang
rohani. Akhirnya dia tidak sempat lagi
berdoa, beribadah atau datang kepada Tuhan, bahkan lupa Tuhan.
Dalam pembelaan dia berkata di
dalam hati, “aku kan sibuk Tuhan, Tuhan kan tahu dan lihat sendiri kesibukanku.
Anakku tiga, suamiku sering ke luar kota, aku sedang ambil kuliah S2 lagi. Yang ini saja saya sudah kerepotan, apalagi
beribadah, berdoa, atau melayani,. Nanti dululah ya untuk Tuhan”.
Sesungguhnya rahasia supaya dia bisa menghadapi segala kesibukannya dengan
tenang, fokus, dan terarah adalah ketika dia memiliki kerohanian/spritual yang
baik, yaitu hubungan pribadi dengan Tuhan yang mantap. Semakin banyak kita
berdoa dan beribadah merenungkan FirmanNya maka semakin kuat kita menghadapi segala tugas dan
tanggungjawab kita di dunia ini. Biasanya orang yang selalu berdoa lebih
kuat dan tenang dari orang yang tidak
berdoa. Menjadi seorang pendoa adalah ciri-ciri orang yang memiliki
spritual yang sehat.
Saudaraku, mengapa ada orang
makin pintar, makin sukses, makin kaya tetapi kelakuan dan sikap hidup makin
tidak beres?, ketakutan dan kekuatiran hidup makin tinggi, perilaku yang semakin jauh dari kehendak Tuhan sang sumber berkat. Akhirnya
kepintaran bisa dipakai untuk menipu, kekayaan bisa dipakai untuk perbuatan
tercela, kesuksesan dipakai untuk kesomobongan.
Hal ini erat hubungannya karena
mengabaikan hal-hal yang menyangkut Spritualitas. Kerohaninya kekeringan dan
kelaparan, sehingga banyak timbul penyakit rohani. Sama seperti jasmani atau
tubuh yang kekurangan makanan dan nutrisi akan menimbulkan banyak penyakit.
Bagaimana memelihara dan memberi
makan tubuh Rohani kita?. Dalam Roma
10:17 berkata: “Jadi,
iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus”. Grafik pertumbuhan Iman akan berbanding lurus
dengan pertumbuhan rohani. Jadi tidak ada jalan lain untuk mengalami
pertumbuhan spritual/kerohanian selain
dari Firman Tuhan yang di dengarkan dan direnungkan.
Dalam Mazmur 119:1-3
dikatakan: “Berbahagialah
orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN.
Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari
Dia dengan segenap hati, yang juga tidak melakukan kejahatan, tetapi yang hidup
menurut jalan-jalan yang ditunjukkan-Nya”. Lalu dalam Mazmur 119:105 juga
berkata: “Firman-Mu itu pelita bagi
kakiku dan terang bagi jalanku”. Bahkan menurut Mazmur 1: 2 secara khusus
disampaikan bahwa orang yang berbahagia adalah orang yang kesukaannya Taurat
Tuhan, dan yang merenungkannya siang dan malam.
Jadi mendengar Firman Allah artinya ada
yang mengajar dan ada yang diajar (dimuridkan). Lalu membaca, merenungkan,
memelihara dan juga melakukan Firman itu akan membuat kerohanian dan spritual
seseorang terpelihara, dan bertumbuh dengan baik. Karena itu spritualitas tidak
bisa dilepaskan dengan relasi dengan Tuhan.
Hal inilah yang harusnya kita kejar
dan tuju sebagai orang percaya. Inilah
yang membuat kita kuat dan sanggup menghadapi segala dinamika hidup. Kita tidak perlu heran melihat dalam realita
bahwa ada orang yang hebat dalam
hal Jasmani, tetapi hancur dalam hal Rohani. Ada orang yang hebat dalam hal ritual
keagamaan tetapi rusak dalam karakter dan spritual. Manusia ritual belum tentu sama dengan
manusia spritual.
Segala pergumulan yang dialami
manusia tidak pernah terlepas dari masalah Spritual. Apakah anak yang melawan
dan membangkang kepada orangtua, istri/suami yang tidak melakukan kewajibannya
sebagai istri/suami, orang yang malas untuk beribadah, tidak setia, karakter
dan emosi yang buruk, keterikatan akan narkoba, gangguan okultisme dan lain
sebagainya.
Secara sederhananya bahwa segala
problem yang kita hadapi seperti contoh di atas
erat kaitannya dengan Spritual. Spritual erat kaitannya dengan Firman
Tuhan, dan Firman Tuhan erat kaitannya dengan iman kepada Yesus Kristus.
Sehingga pertanyaan sederhana yang perlu
kita tanyakan ketika menghadapi segala permasalahan karakter dan pergumulan
hidup adalah “apakah Yesus benar-benar
ada di hati kita atau di hati dia, atau di hati mereka”. Kalau Yesus ada di
hati kita, apakah Dia benar-benar menjadi
Tuhan dan tuan di hati kita?.
Jadi SPRITUALITAS MENYANGKUT TUHAN YESUS. Dia adalah satu-satunya bukan saja hanya jalan
keselamatan tetapi satu-satunya solusi yang benar dalam segala pergumulan
manusia. Kestabilan iman, ketahanan dalam pencobaan, pengharapan yang hidup
dalam keterpurukan, kesepian dan
kesendirian, kamajuan atau kebangkrutan,
sukacita atau dukacita dan kedewasaan
hidup erat hubungannya dengan iman kepada Yesus Kristus.
Karena itu tanda-tanda ini akan
menyertai orang- orang yang memiliki spritual yang baik dan sehat:
1.
Memiliki Kehidupan doa yang konsisten dan tetap.
( I Tes 5:17 )
2.
Sudah bisa memahami Matius 4:4 (manusia hidup bukan dari roti
saja)
3.
Selalu haus dan rindu akan perjumpaan dengan
Tuhan (Mazmur 63:2)
4. Setia menyembah dan memberi persembahan baik materi maupun
hidupnya.
5.
Kasih kepada Allah melalui ketaatannya. Yohanes 14: 21, Yoh 3:36
6. Selaras/sinkron antara iman dan perbuatan. Yakobus 2:17 = Iman tanpa
perbuatan adalah mati.
7.
Mau terpanggil melayani Tuhan.
Jadi spritualitas yang baik akan mempengaruhi:
- Personalitas (Gambar dan rupa Allah di dalam diri kita). Bagaimana kita menghormati, menjaga dan mempertanggungjawabkan gambar dan rupa Allah yang kita tampilkan setiap hari.
- Rasionalitas (selalu bertanya dan mencari jawaban), dan semuanya itu selalu dialamatkan kepada Tuhan. Sekalipun dia belum menemukan jawabannya dia tidak akan pernah mencari ke tempat yang lain selain menunggu Tuhan untuk menjawab.
- Moralitas (Manusia adalah mahluk moral), akan menunjukkan dan menampilkan moral disertai etika yang baik bukan sekedar untuk menjaga nama baik pribadinya, tetapi lebih daripada itu untuk menghormati Allah dan menunjukkan citra diri Allah di dalam dirinya supaya nama Tuhan tidak dipermalukan dari tingkah lakunya. (2 Kor 3:3; Roma 12:1-2)
- Otoritas /wewenang dalam mengambil tindakan (selalu berpatokan kepada Allah yaitu apa yang baik, yang benar, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
- Kreativitas (berdaya cipta, memelihara, aktif, inovatif) yang sifatnya konstuktif (membangun) bukan yang sifatnya destruktif (menghancurkan).
- Hidup beriman/beragama/ber-religi (bukan sebagai pencitraan diri) tetapi sebagai mahluk rohani yang benar-benar hidup di dalam yang jasmani. Karena itu Yohanes 3:6 berkata: Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.
Karena itu keselarasan akan aktivitas rohani dengan perbuatan sehari-hari haruslah sejalan dan saling mendukung dan melengkapi satu dengan yang lain. Sehingga misalnya jika seseorang rajin berdoa maka sekaligus diapun seharusnya rajin bekerja.
Kiranya
renungan dalam tulisan ini membantu serta menolong saya dan saudara semua untuk sungguh-sungguh memperhatikan kondisi
Spritual/kerohanian kita. Baik itu kesehatannya, kebutuhannya, dan aktifitas
pergerakannya sehari-hari dengan
demikian kita akan terhindar dari beragam penyakit rohani yang bisa timbul dari
ketidaksehatan rohani kita. Tuhan kiranya memberkati saudara.
Shalom,
Ev. Harles Lumbantobing.
KLIK ARSIP untuk melihat tulisan lainnya
di Daftar... ARSIP.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda yang baik, sopan dan bahasa yang mudah dimengerti. terimakasih