Sabtu, 09 Maret 2024

Spritualitas Kristen

 

"Spritualitas Kristen”


Mazmur 119:1-3:  Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN. Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati, yang juga tidak melakukan kejahatan, tetapi yang hidup menurut jalan-jalan yang ditunjukkan-Nya.

Mazmur  63:2 :Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair.

Mazmur 119:105: Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.

------------------------------

 

Kisah Raja dengan 4 istri.

Dahulu kala...

Ada seorang raja yang mempunyai 4 isteri. Raja ini sangat mencintai isteri keempatnya dan selalu menghadiahkannya pakaian-pakaian yang mahal dan memberinya makanan yang paling enak. Hanya yang terbaik yang akan diberikan kepada sang isteri.

Dia juga sangat memuja isteri ketiganya dan selalu memamerkannya ke pejabat-pejabat kerajaan tetangga. Itu karena dia takut suatu saat nanti, isteri ketiganya ini akan meninggalkannya.

Sang raja juga menyayangi isteri keduanya. Karena isterinya yang satu ini merupakan tempat curahan hatinya, yang akan selalu ramah, peduli dan sabar terhadapnya. Pada saat sang raja menghadapi suatu masalah, dia akan mengungkapkan isi hatinya hanya pada isteri ke dua karena dia bisa membantunya melalui masa-masa sulit itu.

Isteri pertama raja adalah pasangan yang sangat setia dan telah memberikan kontribusi yang besar dalam pemeliharaan kekayaannya maupun untuk kerajaannya. Akan tetapi, si raja tidak peduli terhadap isteri pertamanya ini meskipun sang isteri begitu mencintainya, tetap saja sulit bagi sang raja untuk memperhatikan isterinya itu.

Hingga suatu hari, sang raja jatuh sakit dan dia sadar bahwa kematiannya sudah dekat..
Sambil merenungi kehidupannya yang sangat mewah itu, sang raja lalu berpikir, 'Saat ini aku memiliki 4 isteri disampingku, tapi ketika aku pergi, mungkin aku akan sendiri'.

Lalu, bertanyalah ia pada isteri keempatnya, 'Sampai saat ini, aku paling mencintaimu, aku sudah menghadiahkanmu pakaian-pakaian yang paling indah dan memberi perhatian yang sangat besar hanya untukmu. Sekarang aku sekarat, apakah kau akan mengikuti dan tetap menemaniku?'

'Tidak akan!' balas si isteri keempat itu, ia pun pergi tanpa mengatakan apapun lagi..
Jawaban isterinya itu bagaikan pisau yang begitu tepat menusuk jantungnya.

Raja yang sedih itu kemudian berkata pada isteri ketiganya, 'Aku sangat memujamu dengan seluruh jiwaku. Sekarang aku sekarat, apakah kau tetap mengikuti dan selalu bersamaku?'

'Tidak!' sahut sang isteri. 'Hidup ini begitu indah! Saat kau meninggal, akupun akan menikah kembali!' Perasaan sang rajapun hampa dan membeku.

Beberapa saat kemudian, sang raja bertanya pada isteri keduanya, ' Selama ini, bila aku membutuhkanmu, kau selalu ada untukku. Jika nanti aku meninggal, apakah kau akan mengikuti dan terus disampingku?'

'Maafkan aku, untuk kali ini aku tidak bisa memenuhi permintaaanmu!' jawab isteri keduanya. 'Yang bisa aku lakukan, hanyalah ikut menemanimu menuju pemakamanmu..'

Lagi-lagi, jawaban si isteri bagaikan petir yang menyambar dan menghancurkan hatinya..
Tiba-tiba, sebuah suara berkata:

'Aku akan bersamamu dan menemanimu kemanapun kau pergi.' Sang raja menolehkan kepalanya mencari-cari siapa yang berbicara dan terlihatlah olehnya isteri pertamanya. Dia kelihatan begitu kurus, seperti menderita kekurangan gizi.

Dengan penyesalan yang sangat mendalam kesedihan yang amat sangat, sang raja berkata sendu, 'Seharusnya aku lebih memperhatikanmu saat aku m asih punya banyak kesempatan!'

 

Dalam realitanya, sesungguhnya kita semua mempunyai '4 isteri' dalam hidup kita.....

'Isteri keempat' kita adalah tubuh kita. Tidak peduli berapa banyak waktu dan usaha yang kita habiskan untuk membuatnya terlihat bagus, pakaian termahal. Accesoris mahal dan lain sebagainya, tetap saja dia akan meninggalkan kita saat kita meninggal.

Kemudian 'Isteri ketiga' kita adalah ambisi, kedudukan dan kekayaan kita.
Saat kita meninggal, semua itu pasti akan jatuh ke tangan orang lain.

Sedangkan 'isteri kedua' kita adalah keluarga, sahabat dan teman-teman kita. Tak peduli berapa lama waktu yang sudah dihabiskan bersama kita, dan berapa banyak kita bertukar pikiran dengan mereka, tetap saja mereka hanya bisa menemani dan mengiringi kita hingga ke pemakaman.

Dan akhirnya 'isteri pertama' kita adalah jiwa, roh kita yang sering terabaikan karena sibuk memburu kekayaan, kekuasaan, dan kepuasan nafsu. Padahal, jiwa, roh inilah yang akan mengikuti kita kemanapun kita pergi.

Saudara yang dikasihi Tuhan kita Yesus Kristus. Di jaman ini ada banyak manusia termasuk orang-orang Kristen yang sibuk dengan hal-hal yang lahiriah atau jasmani, tetapi abai bahkan lupa dengan hal-hal yang bersifat rohani. Padahal sesungguhnya Spritual yang baik yaitu kehidupan rohani kita yang sehat dan tidak kelaparan adalah yang utama dari banyak hal yang penting di dunia ini. Sebab yang rohani akan mendorong/menggerakkan dan memotivasi yang jasmani.

Manusia yang Tuhan ciptakan, secara komprehensif dapat disebut sebagai mahluk yang bersifat “pneumapsikosomatis” (Yunani: pneuma = roh, psikhe = jiwa, soma = tubuh) . Dengan perkataan lain manusia adalah mahluk yang secara komprehensif bersifat rohani, jiwani dan jasmani atau ragawi. Justru inilah yang membedakan manusia dengan binatang.

Ada orang berpikir bahwa urusan jasmani tidak perlu disangkutpautkan dengan yang rohani. Yang rohani cukuplah di gereja atau di kumpulan saat ibadah. Kalau saat-saat berbisnis tidak perlulah bawa-bawa Tuhan, atau saat jalan-jalan, saat memasak, menyuci, bekerja dan lain sebagainya dalam profesi masing-masing. Demikian pikiran banyak orang.

Sesunggunya Manusia hidup bukan hanya untuk kepentingan jasmani dan lahiriah saja.  Tubuh atau jasmani hidup bukanlah karena tubuh itu bisa hidup tetapi karena Tuhan memberikan yang rohani yaitu nafas Tuhan (roh)  dalam jiwa manusia sehingga tubuh manusia itu hidup. Jadi manusia adalah mahluk spritual di dalam tubuh yang jasmani.

Roma 6:1-2 berkata “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.

Karena itu Roh Kudus-lah yang memberi hidup dan yang menghidupkan. Lagi dalam  Roma 8:5-6 berkata “Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.

Pertumbuhan rohani yang baik akan berbanding lurus dengan aktivitas dan pertumbuhan yang sifatnya lahiriah. Karena itu Spritual orang percaya yang sehat mendorong dia untuk bertanggunjawab kepada Tuhan atas hidupnya, atas tubuhnya, atas pekerjaannya.

Seorang suami yang memiliki spritualitas yang sehat sadar bahwa dia harus mengasihi istrinya  baik dalam keadaan susah ataupun senang sampai maut memisahkan, berjuang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Menjadi ayah yang dibanggakan anak-anaknya, seorang yang gigih dalam memikul beban keluarga karena takut akan Tuhan. Tidak ramah di luar tetapi pemarah di rumah.

Seorang istri yang  memiliki spritual yang sehat sadar bahwa dia harus mengasihi suaminya  dalam segala hal, selalu melayani suami dan anak-anak serta keluarga karena takut akan Tuhan.  Tidak selalu cerewet dan wajah merengut kepada suami jika suami pulang dengan penghasilan yang sedikit atau  wajah berseri jika penghasil yang dibawa banyak.  Dia akan berusaha untuk tampil  menyenangkan di hadapan suaminya karena takut akan Tuhan.

Seorang yang spritualitasnya baik  akan membuat imannya stabil dan tidak terkondisi, Apakah lagi nasib mujur atau lagi tumpur. Apakah lagi naik pangkat atau PHK sekalipun. Apakah kalau jualan hari ini laku banyak atau hanya laku sedikit. Apakah jika tabungan masih banyak atau sudah menipis. Apakah lagi di hina orang, digosipkan orang atau lagi dipuja-puji orang dia tetap akan bisa tenang dan tentram di dalam dirinya sebab yang rohani mendorong dan memimpin yang jasmani.

Karena itu orang yang selalu mengejar dan mengutamakan yang jasmani baik sandang, pangan, papan seperti illustrasi di atas  yaitu istri kedua, ketiga dan keempat itu  tidak akan pernah menemukan kebahagian  dan kepuasan yang sejati. Yang kaya akan selalu merasa miskin sehingga tidak pernah bersyukur dan merasa rugi kalau memberi pertolongan kepada orang lain. Tujuan hidupnya adalah bagaimana supaya dia kaya tetapi tidak bernah bisa merasa kaya, begitulah hidupnya  berputar terus menerus. Yang kuat akan selalu merasa lemah dan terus menerus ingin  lebih kuat dari siapapun sehingga hidupnya dihabiskan untuk mengejar kekuatan.

Yang punya jabatan yang semakin tinggi, membuat dirinya merasa masih harus terus lagi mengejar jabatan dan kehormatan itu sampai tidak ada lagi yang ada di atasnya. Sehingga semakin meningkat jabatannya semakin meningkat pula kekuatirannya akan hilangnya jabatan itu atau di geser orang sehingga dia membuat segala cara untuk miningkatkan jabatannya atau sekedar mempertahankannya.

Karena itu, Jika yang satu diutamakan dan mengabaikan yang lain maka cenderung terjadi permasalahan dan terjadi ketidakseimbangan. Jika kita mengutamakan yang jasmani dan mengabaikan yang rohani maka terjadilah banyak penyakit rohani dan penyakit mental yang mempengaruhi seluruh gerak dan aktifitas kita secara lahiriah dan secara rohaniah. Demikian juga kalau  kita hanya mengejar yang rohani tetapi mengabaikan yang jasmani maka akan terjadi permasalahan juga karena itu Yakobus berkata dalam Yakobus 2:17 bahwa Iman tanpa perbuatan adalah mati.

Karena itu saudara/i  yang terkasih, jika Aktivitas dan Kebutuhan  yang bersifat jasmani semakin tinggi maka aktifitas secara rohani juga harus ditingkatkan untuk menyeimbangkannya. Sering sekali orang berpikiran terbalik yang membuat hidupnya yang semakin berat, ruwet, jenuh dan tidak punya ketenangan lagi ketika memiliki aktivitas yang semakin banyak tidak diseimbangkan dengan yang rohani. Akhirnya dia  tidak sempat lagi berdoa, beribadah atau datang kepada Tuhan, bahkan lupa Tuhan.

Dalam pembelaan dia berkata di dalam hati, “aku kan sibuk Tuhan,  Tuhan kan tahu dan lihat sendiri kesibukanku. Anakku tiga, suamiku sering ke luar kota, aku sedang ambil kuliah S2 lagi.  Yang ini saja saya sudah kerepotan, apalagi beribadah, berdoa, atau melayani,. Nanti dululah ya untuk Tuhan”. Sesungguhnya rahasia supaya dia bisa menghadapi segala kesibukannya dengan tenang, fokus, dan terarah adalah ketika dia memiliki kerohanian/spritual yang baik, yaitu hubungan pribadi dengan Tuhan yang mantap. Semakin banyak kita berdoa dan beribadah merenungkan FirmanNya maka semakin  kuat kita menghadapi segala tugas dan tanggungjawab kita di dunia ini. Biasanya orang yang selalu berdoa lebih kuat dan tenang dari  orang yang tidak berdoa. Menjadi seorang pendoa adalah ciri-ciri orang yang memiliki spritual yang sehat.

Saudaraku, mengapa ada orang makin pintar, makin sukses, makin kaya tetapi kelakuan dan sikap hidup makin tidak beres?, ketakutan dan kekuatiran hidup makin tinggi,  perilaku yang semakin jauh dari  kehendak Tuhan sang sumber berkat. Akhirnya kepintaran bisa dipakai untuk menipu, kekayaan bisa dipakai untuk perbuatan tercela, kesuksesan dipakai untuk kesomobongan.  Hal ini  erat hubungannya karena mengabaikan hal-hal yang menyangkut Spritualitas. Kerohaninya kekeringan dan kelaparan, sehingga banyak timbul penyakit rohani. Sama seperti jasmani atau tubuh yang kekurangan makanan dan nutrisi akan menimbulkan banyak penyakit.

Bagaimana memelihara dan memberi makan tubuh Rohani kita?. Dalam  Roma 10:17  berkata: “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus”.  Grafik pertumbuhan Iman akan berbanding lurus dengan pertumbuhan rohani. Jadi tidak ada jalan lain untuk mengalami pertumbuhan spritual/kerohanian  selain dari Firman Tuhan yang di dengarkan dan direnungkan.

Dalam Mazmur 119:1-3 dikatakan: “Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN. Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati, yang juga tidak melakukan kejahatan, tetapi yang hidup menurut jalan-jalan yang ditunjukkan-Nya”. Lalu dalam Mazmur 119:105 juga berkata: “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku”. Bahkan menurut Mazmur 1: 2 secara khusus disampaikan bahwa orang yang berbahagia adalah orang yang kesukaannya Taurat Tuhan, dan yang merenungkannya siang dan malam.

Jadi mendengar Firman Allah artinya ada yang mengajar dan ada yang diajar (dimuridkan). Lalu membaca, merenungkan, memelihara dan juga melakukan Firman itu akan membuat kerohanian dan spritual seseorang terpelihara, dan bertumbuh dengan baik. Karena itu spritualitas tidak bisa dilepaskan dengan relasi dengan Tuhan.

Hal inilah yang harusnya kita kejar dan tuju sebagai orang percaya.  Inilah yang membuat kita kuat dan sanggup menghadapi segala dinamika hidup.  Kita tidak perlu heran melihat dalam realita bahwa ada orang yang  hebat dalam hal Jasmani, tetapi hancur dalam hal Rohani. Ada orang yang hebat dalam hal ritual keagamaan tetapi rusak dalam karakter dan spritual.  Manusia ritual belum tentu sama dengan manusia spritual.  

Segala pergumulan yang dialami manusia tidak pernah terlepas dari masalah Spritual. Apakah anak yang melawan dan membangkang kepada orangtua, istri/suami yang tidak melakukan kewajibannya sebagai istri/suami, orang yang malas untuk beribadah, tidak setia, karakter dan emosi yang buruk, keterikatan akan narkoba, gangguan okultisme dan lain sebagainya.

Secara sederhananya bahwa segala problem yang kita hadapi seperti contoh di atas  erat kaitannya dengan Spritual. Spritual erat kaitannya dengan Firman Tuhan, dan Firman Tuhan erat kaitannya dengan iman kepada Yesus Kristus. Sehingga pertanyaan sederhana  yang perlu kita tanyakan ketika menghadapi segala permasalahan karakter dan pergumulan hidup adalah “apakah Yesus benar-benar ada di hati kita atau di hati dia, atau di hati mereka”. Kalau Yesus ada di hati kita, apakah Dia benar-benar menjadi Tuhan dan tuan di hati kita?.

Jadi  SPRITUALITAS MENYANGKUT TUHAN YESUS. Dia  adalah satu-satunya bukan saja hanya jalan keselamatan tetapi satu-satunya solusi yang benar dalam segala pergumulan manusia. Kestabilan iman, ketahanan dalam pencobaan, pengharapan yang hidup dalam keterpurukan,  kesepian dan kesendirian,  kamajuan atau kebangkrutan, sukacita atau dukacita  dan kedewasaan hidup erat hubungannya dengan iman kepada Yesus Kristus.

Karena itu tanda-tanda ini akan menyertai orang- orang yang memiliki spritual yang baik dan sehat:

1.       Memiliki Kehidupan doa yang konsisten dan tetap. ( I Tes 5:17 )

2.       Sudah bisa memahami  Matius 4:4 (manusia hidup bukan dari roti saja)

3.       Selalu haus dan rindu akan perjumpaan dengan Tuhan (Mazmur 63:2)

4.       Setia menyembah dan memberi persembahan baik materi maupun  

       hidupnya.

5.       Kasih kepada Allah melalui ketaatannya. Yohanes 14: 21, Yoh 3:36

6.       Selaras/sinkron antara iman dan perbuatan. Yakobus 2:17 = Iman tanpa 

       perbuatan adalah mati.

7.       Mau terpanggil melayani Tuhan.

Jadi spritualitas yang baik akan mempengaruhi:

  1. Personalitas (Gambar dan rupa Allah di dalam diri kita). Bagaimana kita menghormati, menjaga  dan mempertanggungjawabkan gambar dan rupa Allah yang kita tampilkan setiap hari.
  2. Rasionalitas (selalu bertanya dan mencari jawaban), dan semuanya itu selalu dialamatkan kepada Tuhan. Sekalipun dia belum menemukan jawabannya dia tidak akan pernah mencari ke tempat  yang lain selain menunggu Tuhan untuk menjawab.
  3. Moralitas (Manusia adalah mahluk moral), akan menunjukkan dan menampilkan  moral disertai etika yang baik bukan sekedar untuk menjaga nama baik pribadinya, tetapi lebih daripada itu untuk menghormati Allah dan menunjukkan citra diri Allah di dalam dirinya supaya nama Tuhan tidak dipermalukan dari tingkah lakunya. (2 Kor 3:3; Roma 12:1-2)
  4. Otoritas /wewenang dalam mengambil tindakan (selalu berpatokan kepada Allah yaitu apa yang baik, yang benar, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
  5. Kreativitas (berdaya cipta, memelihara, aktif, inovatif) yang sifatnya konstuktif (membangun) bukan yang sifatnya destruktif (menghancurkan).
  6. Hidup beriman/beragama/ber-religi (bukan sebagai pencitraan diri) tetapi sebagai mahluk rohani yang benar-benar hidup di dalam yang jasmani. Karena itu Yohanes 3:6 berkata: Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.

        Karena itu keselarasan akan aktivitas rohani dengan perbuatan sehari-hari haruslah sejalan dan saling mendukung dan melengkapi satu dengan yang lain. Sehingga misalnya jika seseorang rajin berdoa maka sekaligus diapun seharusnya rajin bekerja.

      Kiranya renungan dalam tulisan ini membantu serta menolong saya dan saudara semua  untuk sungguh-sungguh memperhatikan kondisi Spritual/kerohanian kita. Baik itu kesehatannya, kebutuhannya, dan aktifitas pergerakannya sehari-hari  dengan demikian kita akan terhindar dari beragam penyakit rohani yang bisa timbul dari ketidaksehatan rohani kita. Tuhan kiranya memberkati saudara.

 

Shalom,

 

Ev. Harles Lumbantobing.


KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya 

di Daftar... ARSIP.......

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda yang baik, sopan dan bahasa yang mudah dimengerti. terimakasih