Minggu 6 setelah Trinitatis
Tema:
TETAPLAH MENYUARAKAN KEBENARAN
Ev:Amos 7:10-17
Ep: Markus 6:1-6a
Amos 7:10-17 (TB)
7:10 Lalu Amazia, imam di Betel, menyuruh orang menghadap Yerobeam, raja Israel, dengan pesan: "Amos telah mengadakan persepakatan melawan tuanku di tengah-tengah kaum Israel; negeri ini tidak dapat lagi menahan segala perkataannya.
7:11 Sebab beginilah dikatakan Amos: Yerobeam akan mati terbunuh oleh pedang dan Israel pasti pergi dari tanahnya sebagai orang buangan."
7:12 Lalu berkatalah Amazia kepada Amos: "Pelihat, pergilah, enyahlah ke tanah Yehuda! Carilah makananmu di sana dan bernubuatlah di sana!
7:13 Tetapi jangan lagi bernubuat di Betel, sebab inilah tempat kudus raja, inilah bait suci kerajaan."
7:14 Jawab Amos kepada Amazia: "Aku ini bukan nabi dan aku ini tidak termasuk golongan nabi, melainkan aku ini seorang peternak dan pemungut buah ara hutan.
7:15 Tetapi TUHAN mengambil aku dari pekerjaan menggiring kambing domba, dan TUHAN berfirman kepadaku: Pergilah, bernubuatlah terhadap umat-Ku Israel.
7:16 Maka sekarang, dengarlah firman TUHAN! Engkau berkata: Janganlah bernubuat menentang Israel, dan janganlah ucapkan perkataan menentang keturunan Ishak.
7:17 Sebab itu beginilah firman TUHAN: Isterimu akan bersundal di kota, dan anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan tewas oleh pedang; tanahmu akan dibagi-bagikan dengan memakai tali pengukur, engkau sendiri akan mati di tanah yang najis, dan Israel pasti pergi dari tanahnya sebagai orang buangan."
--------------
Shalom, selamat hari minggu dan selamat beribadah saudaraku dimanapun berada. Tuhan kiranya memberkati dan melindungi saudara saat ini dan sampai selamanya terkhusus dalam masa-masa pandemi saat ini Tuhan menjaga dan melindungi saudara dan keluarga. Jika ada yang sedang berjuang menghadapi virus ini karena terpapar (+) Covid-19, kiranya Tuhan memampukan saudara untuk bertahan dan keluar sebagai pemenang. Sabar dan tabahlah selama menjalani proses pengobatan, serahkan semuanya kepada kehendak Tuhan. Berpikirlah yang benar dan teruslah renungkan Firman Tuhan dan memuji Tuhan dalam doa dan pujian. Dia tahu yang terbaik bagi kita anak-anakNya.
Dalam Ibadah minggu ini Firman Tuhan berbicara kepada kita lewat kitab Amos 7:10-17 yang mengambil tema TETAPLAH MENYUARAKAN KEBENARANAN. Tema ini merupakan lanjutan dari berita Injil minggu lalu tentang perintah Tuhan untuk pergi memberitakan Injil.
Dalam perikop hari ini diungkapkan bahwa Amos adalah salah seorang peternak domba dari Tekoa, pada zaman Uzia, raja Yehuda, dan dalam zaman Yerobeam, anak Yoas, raja Israel yang diutus Tuhan untuk menyuarakan apa yang Tuhan suruhkan kepadanya untuk disuarakan. Kalau kita membaca kitab Amos ini mengandung berita-berita yang tidak ingin didengar manusia karena segala dosa-dosanya. Kitab ini penuh dengan hukuman-hukuman yang keras yang diberitakan Amos kepada kerajaan Israel dan Yehuda, juga atas bangsa-bangsa lain. Tetapi dalam kitab ini intinya adalah pertobatan yang diakhiri dengan pemulihan. Di tengah kitab ini yaitu Amos 5:4 Tuhan berseru: “Sebab beginilah firman TUHAN kepada kaum Israel: "Carilah Aku, maka kamu akan hidup!” dan di akhir kitab ini dalam Amos 9:14-15 Tuhan memberitakan pemulihan Israel.
Kalau kita baca Pesan yang Amos sampaikan sebenarnya adalah berita yang baik meskipun menyeramkan atau menakutkan sebab di dalamnya mengandung ajakan untuk bertobat, tetapi juga hukuman yang sangat keras bagi orang yang mengeraskan hati. Namun Raja Israel menyikapinya dengan emosi dan negatif, bahkan Imam Amazia yang sering bernubuat bagi Raja memarahi dan mengusir Amos dan membusukkan Amos di hadapan Raja.
Yah demikianlah berita kebenaran walau kadang kedengaran pahit tetapi sesunggunya itu menyelamatkan. Namun terlalu sering orang langsung menanggapinya dengan negatif bahkan marah dan memberontak karena tidak sesuai dengan keinginan hatinya atau mengusik ketenangan dan kebahagiaanya. Padahal itu adalah kabar yang baik baginya untuk menyelamatkannya tetapi akhirnya dia celaka karena kedegilan hatinya.
Kalau kita baca Epistel minggu lalu dari Yehezkiel 2:1-5, bahwa Yehezkiel di utus kepada bangsa Israel yang Tuhan sebut sebagai keturunan yang keras kepala dan tegar hati. Tuhan berkata kepada Yehezkiel dalam ayat 7 :”Sampaikanlah perkataan-perkataan-Ku kepada mereka, baik mereka mau mendengarkan atau tidak, sebab mereka adalah pemberontak”. Tentunya jika dalam penghakiman nanti mereka tidak bisa lagi berdalil dan menuntut bahwa mereka tidak pernah diperingatkan.
Yesus berkata dalam ibadah minggu lalu dalam Markus 6:6b-13, supaya murid-murid yang di utus sepenuhnya percaya dan bergantung kepada Tuhan Yesus yang mengutusnya, sehingga mereka dikatakan jangan membawa apa-apa cukuplah baju dan kasut yang dipakai beserta tongkat, jangan membawa uang atau perbekalan. Lalu dikatakan jikapun ada yang menolok mereka maka mereka tidak perlu kecewa dan kecut hati sebab bukan mereka yang ditolak tetapi Tuhan. Sehingga dikatakan kebaskanlah jubahmu dari debu tempat itu atau rumah itu, dan hukuman mereka akan lebih berat dari sodom dan Gomora (Matius 10:15).
Apa yang mau dikatakan Firman Tuhan bagi kita saat ini? Bahwa menyatakan kebenaran bukankah hal yang mudah di dunia ini. Dunia ini tidak suka dengan kebenaran. Banyak orang dari jaman ke jaman yang benci dengan kebenaran sebab semua orang sudah berbuat dosa. Jangankan di dalam kehidupan sehari-hari di gereja sajapun ada orang-orang yang benci mendengar kebenaran. Tidak bisa kita pungkiri banyak orang datang ke gereja dengan motivasi hanya untuk mendengar kabar yang sesuai dengan harapan dan keinginannya, bukan kebenaran apa yang Yesus mau sampaikan kepadanya. Yang penting enak di dengar telinga. Tetapi kadang sebaliknya mereka justeru mendengar kebenaran yang menegur hidup mereka sehingga dia marah dan menolak berita yang disampaikan itu, bahkan ada yang keluar dari gereja sampai kotbah itu selesai, lalu masuk lagi. Hal itu bisa nampak jelas dari ekspresi dan mimik wajah yang ditampilkannya sebagai respon dari pendengaran akan kebenaran itu.
Tetapi demikianlah dunia memang membenci kebenaran itu. Walau sebenarnya kebenaran yang nampaknya pahit itu adalah berita yang terbaik yang Tuhan pernah berikan untuk menyelamatkannya. Paulus pernah berkata dalam I Korintus 1:18 tentang kebenaran injil:
“Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah”.
Tetapi, apakah kebenaran akan berhenti untuk disuarakan apabila banyak yang tidak menyukainya? TIDAK. Yesus sudah mengalami, dan mencontohkannya kepada kita. Terlalu sering Yesus di teror, diusir, disingkirkan, bahkan mau dibunuh ketika menyuarakan kebenaran oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli taurat. Apalagi isi pesan yang Yesus sampaikan banyak menegor dan mengkoreksi kehidupan orang-orang farisi dan Ahli-Ahli taurat. Bahkan kadang Yesus sangat keras menegur mereka di dalam pemberitaan mereka. Memang tidak semua mereka yang mendengar itu bertobat bahkan ada yang terus membangkang bahkan sampai menyalibkan Yesus. Tetapi sampai menjelang akhir hayat-Nyapun di kayu Salib Yesus masih terus menyuarakan kebenaran.
Saudaraku, pergumulan saat ini adalah kurangnya orang-orang yang mau berani menyuarakan kebenaran. Terlalu banyak pertimbangan orang-orang saat ini untuk berani menyuarakan kebenaran. Termasuk orang Kristen sendiri yang sangat identik dengan kebenaran. Sebab Yesus berkata bahwa Dia adalah kebenaran, dan para orang percaya adalah murid dan pengikut Yesus. Tetapi bungkam akan kebenaran sering sekali menjadi pilihan demi mempertahankan hidup yang tenang, kesuksesan, atau zona aman dan nyaman yang sudah diperolehnya dan dinikmatinya. Terlalu banyak yang dijaga, sehingga menimbulkan berbagai ketakutan seperti :
1. Takut tersinggung.
Karena menjaga perasaan orang yang mau diberitahu tentang kebenaran itu supaya tidak tersinggung maka dia rela tidak mengungkapkan kebenaran dan menutupinya asal orang lain teresebut tidak tersinggung.
2. Takut akan Keselamatan dirinya.
Kalau kita lihat di media-media ada orang karena menyuarakan kebenaran akhirnya nyawanya terancam bahkan sampai dibunuh. Dia diteror, di fitnah, di bully, di zolimi bahkan diancam untuk dibunuh. Hal-hal tersebut membuat orang takut dan kuatir untuk berani menyatakan kebenaran. Di Alkitab juga kita melihat hal-hal demikian karena kebenaran akhirnya seseorang tega menghabisi nyawa orang lain. Yohanes Pembaptis misalnya yang kepalanya harus dipenggal dan di taruh di atas talam (Matius 14) setelah menyatakan kebenaran. Yesus pernah berkata dalam Matius 16:25
“Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya”.
Artinya kalau karena mengasihi Yesus kita kehilangan nyawa saat memberitakan kebenaran maka dia akan tetap hidup bersama-sama dengan Yesus selama-lamanya.
3. Takut kehilangan Nama baik.
Hal berikutnya yang ditakutkan adalah kehilangan nama baik. Sebab jika kebenaran yang dia suarakan itu menimbulkan kebencian dan kemarahan bisa saja dia akan dipermalukan, difitnah dan lain sebagainya sehingga namanya akan tercemar (kehilangan nama baik).
4. Takut rugi dan Menghabiskan energi dan waktu.
“Mengurusin diri saja belum beres-beres, konon mengurusin orang lain”. Uangkapan ini sering sekali kita dengar sehingga “urus diri sendiri sajalah”. “Itu hanya menghabiskan energi dan waktu. Diri sendiri saja belum beres boro-boro buang energi mengurusin orang lain”. Akhirnya sikap dan pernyataan ini menjadikan mereka tidak akan mau menyuarakan kebenaran.
5. Takut kalau nanti salah ngomong.
Tidak tahu cara melakukannya atau menyuarakannya menjadikannya takut kalau nanti salah ngomong dan akhirnya tersinggung dan makin kacau. Memang karena itulah kita perlu menyerahkan lidah dan mulut kita kepada kehendak dan kuasa Tuhan supaya Roh Kudus membimbing dan memimpin kita dalam setiap menyuarakan kebenaran.
6. Merasa bukan siapa-siapa.
Sikap rendah diri sering sekali menghambat seseorang untuk menunjukkan jati diri dan kemampuan sesungguhnya yang dia miliki. Sikap rendah diri selalu membuat seseorang tidak bisa bangkit, tidak bisa maju, dan menjadikan segala potensi unggul di dalam dirinya tidak bebas atau terpenjara. Dia akan selalu berkata aku masih terlalu muda, aku tidak pintar, aku bukan orang terpandang, aku orang miskin bukan siapa-siapa, aku tidak selevel dengan mereka terlalu jauh aku di bawah dan lain sebagainya. Padahal di Alkitab kita melihat bahwa Tuhan sering sekali mengangkat orang-orang kecil, orang-orang tidak terpandang, bahkan tidak diperhitungkan untuk menyarakan kebenaran dan dipakai Tuhan dengan luar biasa. Paulus juga berkata kepada Timotius yang masih sangat muda utuk tetap menyampaikan kebenaran bahkan dikatakan dalam I Timotius 4:12
“Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu”.
Dampak dari keenam ketakutan ini adalah bahwa orang yang seharusnya menyuarakan kebenaran itu akan bungkam, dan orang lain yang tidak mendengarkan kebenaran itu akan kena hukuman.
Apa kata Alkitab mengenai hal ini?. Saya mengajak saudara sejenak melihat dalam kitab Yehezkiel 3: 17-21. Di sana dijelaskan dua sasaran/golongan perihal tentang menyuarakan kebenaran atau Firman Tuhan. Kedua golongan itu yaitu Kepada golongan orang jahat dan kepada golongan orang benar.
Demikian bunyinya:
3:17 "Hai anak manusia, Aku telah menetapkan engkau menjadi penjaga kaum Israel. Bilamana engkau mendengarkan sesuatu firman dari pada-Ku, peringatkanlah mereka atas nama-Ku.
Golongan pertama Orang Jahat:
3:18 Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! -- dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu.
3:19 Tetapi jikalau engkau memperingatkan orang jahat itu dan ia tidak berbalik dari kejahatannya dan dari hidupnya yang jahat, ia akan mati dalam kesalahannya, tetapi engkau telah menyelamatkan nyawamu.
Golongan kedua Orang Benar:
3:20 Jikalau seorang yang benar berbalik dari kebenarannya dan ia berbuat curang, dan Aku meletakkan batu sandungan di hadapannya, ia akan mati. Oleh karena engkau tidak memperingatkan dia, ia akan mati dalam dosanya dan perbuatan-perbuatan kebenaran yang dikerjakannya tidak akan diingat-ingat, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu.
3:21 Tetapi jikalau engkau memperingatkan orang yang benar itu supaya ia jangan berbuat dosa dan memang tidak berbuat dosa, ia akan tetap hidup, sebab ia mau menerima peringatan, dan engkau telah menyelamatkan nyawamu."
Di sini jelas sekali tuntunan dan tanggungjawab serta konsekuensi bagi kita sebagai orang percaya dalam hal menjadi penjaga bagi sesama kita (penyuara-penyuara kebenaran.
Di Akitab ada banyak Imam dan nabi-nabi penjilat kepada Raja yang selalu menyampaikan pesan-pesan yang bukan Firman Allah. Nabi-nabi dan imam-imam ini demi mempertahankan jabatannya di hadapan Raja mereka tidak mau menyuarakan kebenaran jika kebenaran itu rasanya Pahit. Akhirnya bangsa Israel sering jatuh dalam hukuman dan kekalahan. Sama seperti pada jaman Amos ini, Ada Amazia yang selalu mencari keuntungan dengan memperkatakan ketidakbenaran kepada Raja yang hanya membuat Raja senang. Tetapi Amos tetap menyampaikan kebenaran meskipun ditentang oleh imam Amazia.
Begitu juga pada jaman Ahab Raja Israel dan Yosafat Raja Yehuda, dalam 1 Raja-raja 22 dijelaskan hal demikian juga terjadi dalam kerajaan israel. 400-an Nabi semua bernubuat yang palsu yang hanya membuat hati Raja Ahab senang. Sedangkan jika kebenaran itu berat dan kemungkinan membuat Raja tidak suka maka mereka tidak mau menyuarakannya. Berbeda dengan Nabi Mikha dalam kisah 1 Raja-raja ini, walaupun hanya sendiri dia berani menyuarakan kebenaran walau dia harus dipermalukan dan di tampar oleh nabi Zedekia bin Kenaana di depan umum. Dan ternyata apa yang disampaikan Nabi Mikha adalah Kebenaran yaitu bahwa Tuhanlah yang memang berfirman kepadanya bukan kepada Nabi-Nabi penjilat itu.
Dalam nats Firman Tuhan hari ini Amos mengaku bahwa dia bukan pelihat atau nabi. Tetapi dia hanyalah seorang peternak dan pemungut buah ara hutan. Jadi dia hanya seorang peternak yang tidak punya kebun, hanya memungut buah ara hutan. Buah ara hutan berarti tidak diusahakan atau yang tumbuh liar. Tentunya dari sini kita bisa menduga bahwa Amos bukanlah peternak besar dan kaya. Berarti Amos hanyalah orang biasa yang Tuhan pakai dan utus untuk menjadi penyampai pesan Tuhan kepada bangsa Israel dan Yehuda ditengah-tengah adanya abi-nabi atau imam-imam di sekitarnya yang mungkin nama-nama mereka besar dan terkenal saat itu tetapi yang tidak berani menyuarakan kebenaran asal raja senang.
Dalam menyuarakan kebenaran sering sekali terhalang atau terganjal akan status seseorang. Kalau yang berbicara sudah seorang yang hebat, terkenal atau kaya atau berpendidikan tinggi, orang yang mendengarnya biasanya akan percaya dan menurutinya. Terlepas dari apa yang disampaikan itu suatu kebenaran atau tidak. Jika sebuah kebenaran maka beruntunglah mereka, tetapi jika bukan sebuah kebenaran maka celaka dan tertipulah mereka yang mengikutinya. Amsal 12:17 berkata:
“Siapa mengatakan kebenaran, menyatakan apa yang adil, tetapi saksi dusta menyatakan tipu daya”.
Mereka akan menganggapnya sebagai sesuatu yang pasti benar dan patut diikuti jika yang berbicara itu adalah orang terpandang atau bertitel. Tetapi jika yang menyampaikannya orang biasa-biasa saja maka orang cenderung mengabaikannya atau bahkan mengejeknya dengan berkata “siapa dia rupanya”, padahal yang disampaikannya itu adalah suatu kebenaran. Apalagi yang menyampaikan kebenaran adalah orang kecil dan diantara yang mendengarkan ada orang-orang yang berpendidikan, orang terpandang atau ternama, atau orang kaya, mereka akan cenderung menolaknya bahkan berkata “lihat dulu siapa dirimu” atau “sudah sampai dimana rupanya dirimu” atau ada yang berkata: “ belum levelmu berbicara kepada saya”.
Ini jugalah yang dialami Yesus dikala menyampaikan Injil Kebenaran ia ditolak karena dianggap orang kecil dan bukan siapa-siapa.
Markus 6:3 berkata
Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia.
Membaca Amsal 12:1 membuat kita kadang tertawa bahwa ada orang yang begitu dipandang pintar dan berilmu tinggi ternyata seorang yang dungu ketika dia ditegur oleh orang biasa-biasa saja lalu dia membencinya. Amsal 12:1 ini berkata:
“Siapa mencintai didikan, mencintai pengetahuan; tetapi siapa membenci teguran, adalah dungu”.
Kata ‘siapa’ berarti boleh siapa saja dari golongan rendah sampai golongan yang dipandang tertinggi di masyarakat, dan yang menegur juga boleh siapa saja dari golongan yang dianggap tinggi sampai yang dipandang paling rendah di masyarakat. Padahal kebenaran tidak memandang titel, level, status untuk bisa menyuarakannya.
Seseorang yang menganggap rendah kebenaran lewat nasihat, pesan, teguran, didikan orang lain, atau bahkan Firman Tuhan yang disampaikan hanya karena status yang menyampaikannya lebih rendah menurut pikirannya harus bertobat, kalau tidak hukuman Sodon dan Gomora akan lebih ringan dari hukuman yang akan dia tanggung (Matius 10:14-15).
Semua orang percaya (tidak memandang status, titel, kedudukan) harus tetap menyuarakan kebenaran yang Tuhan kehendaki. Menyuarakan kebenaran adalah sebagai tanggungjawab mengasihi orang lain. Sebab bagaimana mungkin kita mengasihi mereka kalau membiarkan mereka binasa dalam dosa-dosanya dan dalam ketidaktahuannya. Alkitab berkata dalam Amsal 11:4
“Pada hari kemurkaan harta tidak berguna, tetapi kebenaran melepaskan orang dari maut”.
Kalau jalan keluar melepaskan orang dari maut adalah kebenaran, mengapa kebenaran itu tidak kita suarakan supaya mereka lepas dari maut dan hidup dalam kekekalan?. Yesus berkata dalam Lukas 5:32
“Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat."
Tentunya sebagai murid dan pengikut Kristus itulah juga yang seharusnya menjadi tugas dan panggilan kita.
Saudaraku, saya mengakui bahwa menyuarakan kebenaran tidak mudah. Tetapi lewat kotbah hari ini, marilah kita berdoa kepada Tuhan supaya Tuhan memberikan kita kekuatan dan keberanian untuk menyuarakan kebenaran karena untuk itulah kita dipanggil. Pada masa Pandemi ini terlalu banyak berita-berita bohong (hoax) yang disuarakan. Tetapi di tengah-tengah semua berita bohong itu ada pasti berita-berita kebenaran. Siapakah yang bersedia menyuarakannya? Siapa yang berpegang teguh kepada kebenaran dan bersedia memperingatkan orang-orang yang sudah disesatkan dengan berita bohong itu?. Tentunya kita semua orang percaya haus siap dan berdiri di depan untuk menyuarakan kebenaran, menyuarakan penghiburan, pengharapan, motivasi-motivasi positip yang membangun supaya orang-orang yang selama ini menabur berita bohong bertobat dan juga orang-orang yang selama ini dibohongi dan ditakut-takuti mendapatkan berita kebenaran yang akan menguatkan, melepaskan, menghibur dan menghidupkan.
Bagi setiap orang yang tulus hati, Roh Kudus akan menolong kita untuk mampu menyatakannya. Mari minta hikmat dan bijaksana dari Tuhan untuk menyuarakannya karena itu adalah tugas dan tanggungjawab setiap orang percaya dan sekaligus bukti bahwa kita mengasihi Tuhan dan sesama. Karena itu mari tetaplah menyuarakannya.
Kiranya Tuhan menguatkan saudara dan saya.
Selamat Bersaksi. Selamat Menyuarakan Kebenaran, dan Selamat Hari Minggu. Tuhan Yesus memberkati.
Shalom
Ev. Harles Lumbantobing
KLIK ARSIP untuk melihat tulisan lainnya di Daftar... ARSIP..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda yang baik, sopan dan bahasa yang mudah dimengerti. terimakasih