Kotbah minggu 17 Oktober 2021
tema:
KEBAHAGIAAN MENDENGAR FIRMAN ALLAH
Lukas 11:27-28
Lukas 11:27-28 (TB)
11:27 Ketika Yesus masih berbicara, berserulah seorang perempuan dari antara orang banyak dan berkata kepada-Nya: "Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau."
11:28 Tetapi Ia berkata: "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya."
-------------
Shalom, selamat hari minggu saudara-saudara yang terkasih dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus. Puji syukur kita masih Tuhan beri kesehatan dan kesempatan untuk bisa merenungkan dan menikmati Firman Tuhan pada minggu ini. Kiranya saudara diliputi damai dan sejahtera dari Tuhan kita dan senantiasa dalam keadaan bahagai selalu.
Dalam ibadah minggu ini mengambil tema KEBAHAGIAAN MENDENGAR FIRMAN ALLAH yang di dasarkan pada kitab Injil Lukas 11:27-28. Bagaimana Nas Firman Tuhan ini berbicara bagi kita saat ini?
Kita menemukan begitu banyak alasan orang untuk bahagia di dunia ini. Beragam dasar dan alasan yang dibuat manusia untuk bisa disebut berbahagia. Ada orang yang mendasarkannya kepada banyaknya harta yang dimiliki. Ada yang mendasarkannya kepada keturunan yang dimiliki, ada yang mendasarkannya pada status sosial yang dimiliki, bahkan juga pangkat dan jabatan yang dimiliki. Kalau dasar yang mereka pakai ini menjadi tolak ukur, artinya bahwa orang yang miskin tidak akan bahagia, orang tidak punya keturunan tidak akan bahagia, demikian juga orang biasa-biasa saja tanpa pangkat dan jabatan tidak akan bahagia juga. Tetapi apakah benar demikian?. Dalam kenyataannya ada banyak orang kaya yang tidak bahagia. Ada banyak orang berpangkat dan berstatus sosial tinggi yang tidak bahagia. Sebaliknya ada juga orang miskin yang bahagia dan ada juga orang miskin yang tidak berbahagia.
Lalu apa ukuran bahagia sesungguhnya? Adakah Alkitab menyebutkan suatu dasar atau rujukan seseorang disebut berbahagia?
Kalau kita melihat pengajaran yang Yesus ajarkan dalam kitab injil, sungguh kebahagiaan yang dunia atau manusia tetapkan sebagai dasar atau rujukan untuk berbahagia bertolak belakang dengan yang Yesus ajarkan. Kalau kita membaca pernyataan berbahagia dalam kotbah di bukit dalam kitab Matius 5, sangat bertolak belakang dengan keinginan manusia. Di sana dikatakan bahwa yang berbahagia adalah orang yang miskin di hadapan Allah, orang yang berdukacita, lemah lembut, lapar dan haus akan kebenaran, yang murah hati, suci hati, membawa damai, dianiaya karena kebenaran, dan yang upahnya besar di sorga. Inilah yang Yesus ajarkan yang tentunya masih perlu kita telaah lebih lanjut. Tetapi apa yang Yesus ajarkan ini sebagai jalan kebahagaian tidak begitu populer dan juga tidak disukai banyak orang. Kecenderungan manusia lebih memilih jalan bahagia dengan konsep dan dasarnya sendiri.
Begitu juga dalam Nas Firman Tuhan hari ini, Yesus juga mengajarkan satu lagi syarat berbahagia yang paling populer dan paling sering kita dengar sebagai orang Kristen yaitu pada Lukas 11 ayat 28 ini. Yaitu bahwa “yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya."
Ayat ini saya katakan paling sering kita dengar tetapi paling sering tidak dialami oleh orang-orang yang mendengarnya. Mendapatkan atau mencapai kebahagiaan sebagaimana syarat dalam ayat 28 ini tidak seberat dan sesusah mengejar kebahagiaan dengan jalan mengejar harta dunia, mengejar status sosial, mengejar jabatan yang tinggi. Namun begitulah manusia, lebih suka mengejar kebahagiaan yang sifatnya sementara ini dibandingkan kebahagiaan yang sejati yang Yesus telah ajarkan.
Faktor keberdosaan manusia dan si Iblis yang memperdaya manusia membuat manusia selalu gagal memilih yang terbaik. Kebahagiaan semu dan sementara begitu menarik dan memikat hati sehingga manusia sering terjebak untuk memilihnya dibanding kebahagiaan sejati yang Yesus telah ajarkan. Begitu kuatnya daya tarik ini sehingga manusia dibutakan untuk tidak mengejar kebahagiaan yang sejati.
Namun dari realita hidup dan pengalaman serta kesaksian orang-orang beriman yang berjalan dalam Yesus, kebahagiaan yang sejati itu justeru didapatkan ketika hidup seturut kehendak Tuhan. Hal ini tidak tergantung kepada berapa banyak harta yang dimiliki, berapa keturunan yang dimiliki, status sosial yang terpandang, atau jabatan yang tinggi. Namun setiap orang kaya atau miskin, punya keturunan atau tidak, berpangkat atau tidak, berstatus sosial tinggi atau rendah semua bisa mengalami kebahagiaan yang sejati ini jika setia mendengar Firman Allah dan memeliharanya.
Di kesempatan lain Tuhan juga mengajarkan bahwa ada lagi kebahagiaan yang diperoleh oleh seseorang jika melakukan suatu perbuatan tertentu. Perbuatan itu adalah perbuatan “memberi”. Manusiawi memang jika seseorang itu berbahagia ketika menerima suatu pemberian dari orang lain. Tetap Alkitab berkata dalam Kisah Para Rasul 20:35 yang berkata: “ Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.". Sekilas memang dari segi logika manusia hal itu tidak mudah diterima. Sebab ada banyak orang kelihatannya bahagia ketika menerima pemberian orang lain, dan memang mereka berbahagia. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa kebahagiaan orang yang memberi dengan ikhlas dan tulus jauh melampaui kebahagiaan orang yang menerima pemberian tersebut. Saya sudah mengalaminya dan saya yakin barangkali saudara juga pernah mengalaminya. Itu sebabnya Firman Tuhan yang walaupun sepertinya sulit diterima, tetapi jika benar kita renungkan atau memeliharanya maka ketika kita melakukannya kita akan dibuatNya takjub dan mengakui kebenaran itu.
Saudara selanjutnya dalam Nas Firman Tuhan minggu ini, ketika ada seseorang perempuan yang dengan sangat keras menyerukan "Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau." Yesus berkata bahwa yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya." Benar dan memang wajar jika ada seorang ibu yang berbahagia ketika melahirkan seorang anak yang hebat. Yesus juga tidak menyangkal atau menentang perkataan perempuan itu atau berkata kepadanya “tidak demikian ibu”. Tetapi Yesus hanya mau mengatakan bahwa ada yang lebih berbahagia dari pada itu yaitu “orang yang mendengar Firman Allah dan yang memeliharanya”.
Dalam acara ibadah perkataan dalam ayat 28 ini sering sekali dilanjutkan demikian: “berbahagialah orang yang mendengar Firman Allah, yang menghayati serta melakukanya. Namun ada beberapa yang tetap menggunakan kata “mendengar dan memelihara” artinya tidak sampai kata “melakukannya”. Apakah artinya Yesus tidak perlu menekankan sampai kata “melakukan”? Apakah artinya tidak perlu sampai melakukan ini?
Kalau kita lihat perkataan Yesus dalam kitab Lukas ini, Yesus bukan bermaksud bahwa melakukan tidak penting. Sebab di bagian lain di Alkitab dan juga di kitab yang sama yaitu kitab Lukas, Yesus juga berkata bahwa melakukan itu penting. Seperti dalam Lukas 6:49 berkata:
“Akan tetapi barangsiapa mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika banjir melandanya, rumah itu segera rubuh dan hebatlah kerusakannya."
Demikian juga dalam Lukas 8:21 berkata:
“Tetapi Ia menjawab mereka: "Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya."
Dari kedua ayat ini tentu saja Tuhan Yesus sedang mengajarkan bahwa tidak ada gunanya mendengar jika tidak melakukannya. Dengan melakukannya maka seseorang itu akan berbahagia. Lalu di mana kaitan memelihara dengan melakukan?. Saya teringat ketika saya memelihara beberapa ekor ayam. Ketika saya memeliharanya maka saya melakukan segala hal supaya dia bertumbuh, mengobati jika sakit, memberikannya makan dan sebagainya sampai dia besar. Saat saya memeliharanya di sanalah saya melakukan banyak hal supaya dia berkembang dan menjadi dewasa. Jadi untuk memeliharanya saya tidak diam tetapi melakukan berbagai hal.
Demikian juga dengan memelihara Firman Tuhan. Ketika kita memeliharanya dengan sungguh-sungguh setelah mendengarnya maka kita tidak akan diam. Kita akan melakukan banyak hal supaya Firman itu bisa menjadi nyata dalam kehidupan kita pribadi lepas pribadi, dan berdampak baik bagi semua orang. Jadi ketika mendengar dengan sungguh-sungguh maka kita tahu apa yang kita pelihara itu. Dalam pemeliharaan itu dengan pertolongan Roh Kudus di sanalah kita dapat memahaminya dan mendapatkan pencerahan dan kekuatan untuk melakukannya. Jadi dalam memelihara itulah kita temukan perbuatan melakukan.
Jadi mendengar itu adalah penting. Pada jaman ini sudah banyak orang tidak mau mendengar lagi. Sudah makin banyak orang yang bebal dan tidak perduli dengan kebenaran. Bagaimana mungkin dia bisa berbahagia sebab yang perlu didengar dan yang menghidupkan tidak di dengarnya. Tetapi telinganya begitu tajam untuk mendengar berita-berita bohong, berita hoax, berita tidak bermutu dan tidak berguna. Karena itulah hidupnya tidak pernah menemukan kebahagiaan yang sejati. Bagaimana dia bisa memelihara bahkan melakukan jika dia tidak mau mendengar lagi?
Dalam Yakobus 1:25 begitu jelas diterangkan bagaimana memelihara itu berkaitan dengan melakukan Firman. Ayat ini berbunyi:
“Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya”.
Dari sini kita menangkap bahwa MENDENGAR mendahului Memelihara. Memelihara itu dilakukan dengan meneliti Firman itu dan bertekun di dalamnya, sehingga dia akan bisa melakukannya dengan benar dan upahnya adalah KEBAHAGIAAN.
Orang bijaksana adalah orang yang mendengar Firman Allah dan melakukannya. Sebaliknya orang bodoh adalah orang yang mendengar Firman Allah dan tidak melakukannya. (Matius 7:24-26). Dikatakan bodoh sebab mereka menyianyiakan kesempatan untuk mendapatkan kebahagiaan sejati padahal mereka sudah mendengarnya. Karena itulah Yakobus berkata dalam Yakobus 1:23:
“Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin”.
Dan sebagaimana saya sampaikan di atas bahwa ‘melakukan’ itu merupakan unsur dari pada ‘memelihara’.
Saudaraku,
dari perenungan kotbah minggu ini kita bisa memahami betapa pentingnya kebahagiaan
sejati itu. Sebab itulah yang Tuhan kehendaki dialami oleh orang percaya. Itu
jugalah yang sesungguhnya diinginkan oleh setiap manusia meskipun manusia itu
sering gagal untuk memperolehnya karena tertipu oleh kenikmatan dan kebahagiaan
dunia yang semu. Kita pikir apa yang ditawarkan dunia ini itulah kebahagiaan yang
asli ternyata hanyalah kebahagiaan yang palsu atau imitasi dan yang sifatnya
sementara. Mendengar dan memelihara Firman Tuhan (melakukannya) di situlah kita
menemukan kebahagiaan yang asli dan sejati itu yang pasti tidak akan
mengecewakan, serta berkenan kepada Allah. Marilah kita bijak di dalam memilih.
Kiranya renungan ini menjadi berkat bagi kita semua dan kita dimampukan untuk menjadi pelaku-pelaku Firman Allah. Selamat mendengar, selamat memelihara Firman Tuhan dan selamat berbahagia. Tuhan Yesus memberkati.
Shalom,
Ev. Harles Lumbantobing
KLIK ARSIP untuk melihat tulisan lainnya di Daftar... ARSIP..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda yang baik, sopan dan bahasa yang mudah dimengerti. terimakasih