“SEKALI MELANGKAH TETAP
BERJALAN”
2 Timotius 4:5
Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah
menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas
pelayananmu!
1. Kuasailah dirimu dalam segala hal.
Melayani sungguh-sungguh itu berarti menyerahkan diri kita sepenuhnya menjadi
pelayan Tuhan. Memberi diri melayani tentunya karena dorongan KASIH kepada
Tuhan dan sesama. Jadi melayani
ditujukan kepada manusia tetapi didorang oleh kasih kepada Tuhan. Dalam
pelayanan itu seseorang harus siap menderita, siap tidak dihargai, dan tujuan
melayani bukan supaya memperoleh penghargaan, tetapi ucapan syukur dan tanda
taat kepada Kristus.
2 Timotius 4:5 ini adalah bagian dari pesan
Rasul Paulus yang disampaikan dengan SUNGUH-SUNGGUH supaya kita tetap
memberitakan Injil. Sebab Rasul Paulus berkata bahwa akan tiba waktunya orang
tidak dapat lagi menerima ajaran sehat (ayat3). Bukan saja tidak mau menerima,
tetapi lebih parahnya bahwa mereka tidak dapat lagi menerima ajaran sehat itu,
bahkan para guru-guru dan pemberita-pemberita Injil yang benar pun tidak akan
mereka dengar lagi. Ini berarti bahwa
kesempatan kita juga untuk memberitakan injil kebenaran itu ada batasnya. Sebab jika batas itu sudah tercapai tiada
guna lagi kita menyesal dan mencoba berjuang untuk memberitakannya. Karena
itu selama masih ada masa perkenanan dan
kesempatan ini Paulus menasihatkan
(bahkan menggunakan kata sungguh-sungguh) supaya kita tetap siap-sedia, baik atau tidak baik waktunya
untuk memberitakan Injil itu.
Untuk
itu dalam 2 Timotius 4:5 Rasul Paulus berkata: “KUASAILAH DIRIMU DALAM SEGALA HAL”.
Kira-kira jika kita tanya hati kecil kita “Apakah motivasi saya saat memulai pelayanan masih sama dengan
motivasi saya saat ini? Apakah semangat dan kerinduan saya dulu dan sekarang
masih tetap sama dengan saat ini?” seharusnyalah kita menjawanya “Ya, masih sama” atau bahkan berkata “Ya, dan makin semangat”. Sebab hal itu mengkonfirmasi bahwa kita
masih tetap berjalan dalam panggilannya. Mungkin barangkali ada yang bukan sekedar berjalan tetapi sudah berlari
kecil, bahkan berlari kencang. Tetapi kalaupun
kita tidak bisa berlari tetapi
setidaknya kita masih tetap melangkah.
Untuk tetap melangkah bahkan berlari tentunya
kita perlu menguasai diri. Dalam hal ini Rasul Paulus berkata supaya kita
menguasai diri dalam segala hal, bukan dalam hal-hal tertentu saja. Menguasai
diri dalam segala hal memang tidak mudah. Bisa saja kita konsisten bisa
menguasai diri dalam satu hal tetapi dalam lain hal kita tidak bisa menguasai
diri atau lepas kontrol.
Hal ini sangat penting sekali sebab ketika
kita tidak bisa menguasai diri dalam satu hal saja maka yang kita pertaruhkan
bukan diri kita lagi, tetapi terhambatnya
injil untuk diberitakan. Atau tertolaknya Injil yang kita coba beritakan
karena ketidakmampuan kita mengandalikan diri dalam satu hal itu. Ini artinya
ketidakmampuan menguasai diri berpotensi menyebabkan orang lain akan binasa
dalam arti tertolaknya Injil keselamatan yang kita beritakan. Tentunya penguasaaan diri ini erat
hubungannya dengan kesaksian hidup kita sehari-hari dan buah Roh yang kita
hasilkan dalam kehidupan kita terhubung dengan orang-orang disekitar kita.
Urgensi menguasai diri dalam segala hal
dijaman-jaman akhir ini sangatlah penting supaya kontinuitas pemberitaan Injil
tetap tidak terhambat dan semakin banyak jiwa-jiwa yang dimendangkan lewat
setiap pemberitaan Injil itu.
2. Sabarlah Menderita.
Saudara, sejak awal di kitab Injil
diberitakan bahwa Yesus sudah menyampaikan kepada murid-muridnya tentang segala penderitaan, bahaya, penganiayaan dan
ancaman yang mereka akan hadapi dan alami karena nama Yesus. Itu sebabnya dalam
Lukas 14:28-33 Yesus mau mengatakan bahwa barangsiapa yang mau mengikut Yesus
dan menjadi muridNya harus benar-benar memikirkan, mempertimbangkan dan
meyakini sungguh-sungguh untuk mengikut Yesus. Sebab Yesus sudah berkata “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan
mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku” (Lukas 14:27). Jangan sampai
di awal dia berkata “aku akan mengikut
Engkau kemanapun Engkau pergi” tetapi di tengah jalan berhenti atau malah
mundur.
Demikian juga tentang Rasul Paulus,
Tuhan sudah mengatakan betapa banyaknya
penderitaan yang harus dia tanggung karena nama Yesus ( Kisah Para Rasul 9:16).
Faktanya dalam perjalanan pelayanan Rasul Paulus dia mengalami begitu banyak
penderitaan yang tidak habis-habisnya. Dari satu kota ke kota yang lainnya dia
terus menerus mengalami berbagai penderitaan dan ancaman. Namun semangat dan
api penginjilan tidak pernah redup. Bahkan saat dia dipenjarapun dia terus
menerus mencari cara untuk tetap memberitakan Injil. Meskipun
fisik/jasmaninya terpenjara tetapi
Firman Tuhan tidak terpenjara. Rasul Paulus menulis surat-surat. Ya dia
menulis. Dia menulis surat-surat penggembalaan dan penginjilan ke jemaat-jemaat
bahkan ke personal personal dari dalam penjara.
Saudara yang dikasihi Tuhan. Mengapa pengikut
Kristus harus menderita? Firman Tuhan menegaskan bahwa setiap pengikut Kristus harus mengalami
penderitaan adalah karena Pemberitaan
Injil (2 Timotius 2:9, 2 Timotius 1:8). Sehingga tidak ada alasan lain bagi
seorang pelayan/pengikut Kristus untuk menderita selain karena Injil. Sebab Injil
(pemberitaan tentang Salib) adalah kebodohan bagi dunia ( 1 Korintus 1:18).
Bentuk penderitaan di luar konsep ini bukanlah penderitaan yang diperhitungkan
sebagai kasih karunia bagi Allah ( 1 Petrus 2:19-20)
Kalau begitu bagaimana kita menyikapi penderitaan
ini? Apakah ini karunia atau malah
kutukan bagi yang mau mengikut Yesus?
Tentu bukan kutukan. Dalam Filipi 1:29 disampaikan bahwa ada dua hal
yang menjadi sepaket yang Tuhan karuniakan kepada kita pada waktu kita bertobat
yaitu Karunia percaya (keselamatan) dan
karunia menderita (ketahanan mengerjakan dan menjalani keselamatan). Ini
sesunggunya tidak bisa terpisah. Tuhan tidak akan memberikan karunia
keselamatan kepada seseorang tanpa Dia mengaruniakan juga karunia penderitaan.
Sebab Yesus sudah tahu sejak semula apa yang akan dialami setiap yang mengikut
Dia.
Karena itu Paulus mengingatkan kita dalam Nas
hari ini supaya kita SABAR MENDERITA
bukan “sabar kalau nanti akan
menderita” lagi, tetapi sabar karena sudah dan sedang mengalaminya. Kalau
tidak, maka kita sedang menyianyiakan karunia keselamatan dan pengorbanan
Kristus.
Paulus dihambat dari segala sisi untuk
memberitakan Injil itu. Bagaimana dengan bapak/Ibu saudaraku sekalian? Hambatan
apakah yang membentang di hadapan kita pribadi lepas pribadi saat ini?
Ekonomikah? Kesehatankah? Waktu? Pekerjaan/Profesi? Atau malah lembaga
pelayanan di mana kita bernaung? Atau Orang-orang lain?. Apakah itu turut membelenggu Injil yang akan
kita beritakan?. Melalui renungan ini mari kita saling mendukung di dalam doa
dalam perjalanan pelayanan kita masing-masing, supaya kita tetap kuat berdiri
dalam memikul salib kita.
Secara
pribadi jika melihat apa yang dialami Rasul Paulus dalam penderitaannya
menggemakan Penginjilan itu (II Kor 11: 22-28) sungguh saya harus tertunduk
malu. Tetapi lewat renungan ini kita harus bangkit dan menegakkan kepala untuk
berdiri teguh dalam Injil. Mungkin kita tidak bisa berlari secepat
Paulus atau penginjil-penginjil lain, tetapi setidaknya kita masih terus
melangkah maju.
Saudaraku,
penderitaan apa yang sudah saudara dan saya alami selama mengikut Yesus
mengemban amanat agungNya?. Tentunya setiap penderitaan yang akan kita alami
tidak akan sama satu dengan yang lain, tetapi kita harus memastikan konsep
penderitaan dalam Kristus Yesus. Penderitaan itu adalah pengorbanan. Kita belum
sampai kepada kasih yang Tuhan maksudkan sampai kita mau memberi atau
mengeluarkan atau mengorbankan sesuatu dari diri kita kepada Tuhan demi Injil
melalui orang-orang disekitar kita. Kalau belum ada dari diri kita yang
berkurang, atau terpotong, atau dikorbankan apakah itu tenaga, waktu, materi,
pengetahuan atau ilmu, hobby dan lain sebagainya sehingga kita mengalami
penderitaan maka kita masih jauh dari konsep penderitaan yang Tuhan maksud.
Mari tetap semangat, mari bersama para
Penginjil setia seluruh dunia untuk menggemakan bersama pernyataan Paulus dalam
Roma 8:18 “Sebab aku yakin, bahwa
penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang
akan dinyatakan kepada kita.” Karena itu di dalam penderitaan karena Injil
(juga kesaksian hidup) kita harus kuat, tegar, dan setia sebab sesungguhnya
semua penderitaan itu tidak sebanding dengan upah (kemuliaan) yang Tuhan akan berikan kelak, meskipun bukan upah itu yang
kita kejar tetapi syukur kita karena kita sudah diselamatkan, dan itu adalah
tanda bahwa kita mengasihi Tuhan.
3.
Lakukanlah pekerjaan pemberita Injil
Bagian ketiga dari Nas ini mengingatkan dan
mendorong kita untuk Melakukan
Pekerjaan Pemberitaan Injil. Kalimat ini mengandung makna pesan dan
nasihat untuk tetap mengobarkan misi
penginjilan itu
Dalam konsep 2 Timotius 4:5 ini mengegaskan
kepada kita bahwa penderitaan yang dialami setiap orang percya tidak boleh
menjadi alasan atau penghalang jalannya pemberitaan Injil. Bahkan sering sekali
dalam penderitaan dan kesukaran yang dihadapi dalam misi pemberitaaan Injil
itu justru menghasilkan atau menuai
tuaian yang besar. Bukankah sejarah telah membuktikan bahwa martirnya seseorang
demi Injil telah menjadi bibit penginjilan yang menghasilkan banyak
petobat-petobat sejati di tempat dia mati martir?
Karena itu ada perlunya kita bertanya atau
menyelidiki hati kita kembali Apakah
motivasi awal kita dalam melayani sebagai Pelayan masih untuk panggilan tugas penginjilan ini?.
Kepastian ini akan sangat mempengaruhi kehidupan rohani kita dan pergerakan
pelayanan kita dalam penginjilan. Hal paling penting dan utama dalam Injil
adalah berita tentang Yesus Kristus yang
lahir, mati, bangkit dan naik ke sorga. Seberapa pentingkah pesan utama ini
kita beritakan dalam pergerakan kehidupan pelayanan dan kesaksian hidup kita
secara pribadi?.
Saat kita menyerahkan hidup kita kepada Sang
Juru Selamat menjadi pengikutNya, dan menjadi rekan sekerja Allah dalam
memberitakan berita Injil itu maka Tuhan
sesungguhnya memperlengkapi kita untuk bisa melakukan tugas itu. Bahkan kita
diberikanNya kuasa saat Roh Kudus turun ke atas kita dan berdiam di dalam hati
kita ( Kisah Para Rasul 1:8). Tentunya dengan kuasa dan perlengkapan yang Tuhan berikan akan membuat
setiap hamba-hambaNya kreatif dan
inovatif dalam strategi pelayanannya, kuat dalam penderitaan karena
penginjilan, pelayanannya bersifat
dinamis namun memiliki daya tahan iman yang kuat.
Rasul Paulus sangat kreatif dan lihai dalam
pemberitaan injil. Dia memanfaatkan bukan saja hanya saat suasana aman tenang,
tetapi di saat terancampun, bahkan dipenjara sekalipun Rasul Paulus tetap
menginjili. Posisi atau status kita sebagai Hamba Tuhan, pelayan Tuhan,
pemberita Injil (Evangelis), profesional di bidang masing-masing, bagian dari
berbagai kumpulan sosial seperti kumpulan marga-marga, STM, yayasan,
alumni-alumni atau persekutuan-persekutuan tertentu sesunggunya membuka bagi kita ladang-ladang
penginjilan yang semakin luas.
Mari semakin efektifkan waktu, tenaga, doa,
pengetahuan dan pikiran, materi dan setiap kesempatan yang muncul untuk tetap ambil bagian dalam Amanat Agung
ini yaitu penginjilan. Tuhan sudah berkata bahwa “lihatlah ladang-ladang yang sudah menguning dan telah siap dituai”.
Bagi kita semua sudah ada sabit yang Tuhan siapkan untuk menyabit atau
memanennya.
Mengerjakan
panggilan pelayanan ini tidaklah mudah. Kadang kita mengalami penolakan,
ditinggalkan, dihina, tidak dianggap, merasa sendiri dan berjalan sendiri,
tidak ada yang mendukung. Mungkin ada yang Lelah secara jasmani ataupun lelah
pikiran. Namun tugas panggilan ini, salib ini, harus tetap kita pikul. Lewat
renungan di bagian dua ( PART-2 ) yang lalu
kita semua dihiburkan dan
dikuatkan. Dengan demikian Penginjilan (dalam berbagai cara dan metoda) bukan
lagi sekedar tugas akan tetapi menjadi kesukaan yang dibarengi kerelaan.
4.
Tunaikanlah tugas pelayananmu
Bagian keempat dari Nas ini juga mengingatkan
dan mendorong kita untuk menunaikan
tugas pelayanan kita. Kalimat ini mengandung makna pesan dan
nasihat untuk tetap bersungguh-sungguh
hingga mencapai garis finish.
Tunai bisa diartikan dibayar langsung cash,
tidak menyicil atau kredit, atau bayar di tempat secara langsung sesuai
jumlah nilai yang diminta. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa
tunia artinya tidak bertanggung atau bertangguh, yang artinya kontan. Dalam
konsep pelayanan yang Rasul Paulus sampaikan bahwa tugas pelayanan itu adalah
sejumlah nilai yang harus kita bayar atau kita sebut saja utang. Dalam Roma 1:14-15; Roma 8:12 disebutkan
bahwa kita semua adalah orang-orang berhutang karena penginjilan. Kita tidak
tahu kapan kita mencapai garis finish atau akhir dari hidup kita. Tetapi
kapanpun itu terjadi kita sudah harus siap-siap.
Tunaikan tugas pelayanan mengandung arti
bahwa bahwa jangan sampai ada lagi yang ketinggalan, jangan sampai ada lagi
yang belum diajarkan, diberitakan, dan dilayankan kepada siapa kita di utus
oleh Tuhan. Sebab batas masa pemberitaan itu ada sebagaimana di jelaskan dalam
bagian yang pertama (Part-1) di 2 Timotius 4:3-4.
Tentu pelayanan ini harus kita
pertanggungjawabkan dihadapannya. Kita semua ibarat berlari menuju titik
finish. Di ujung sana Yesus sudah berdiri untuk setiap hamba-hambanya yang
bertanding dalam pertandingan iman untuk mencapai garis akhir itu. Di tanganNya sudah tersedia piala bagi
setiap orang yang sudah mencapai garis akhir tersebut.
Sesungguhnya kita harus waspada, sebab ada
banyak hal yang bisa menghalangi atau menghambat kita untuk bisa menunaikan
tugas pelayanan ini. Iblis akan dengan segala cara dan upaya untuk menggagalkan orang percaya
untuk bisa menyelesaikan pelayanannya
sampai garis akhir tersebut. Tantangan bisa juga dari dalam, bisa dari keluarga
dan juga dari diri kita sendiri. Kebosanan dan kejenuhan bisa juga menjadi
salah satu penghalang yang selalu datang mengganggu setiap pelayan Tuhan. Tidak
sedikit yang akhirnya mundur. Ada yang sepertinya mengambil masa cuti (vakum)
dulu dari pelayanan untuk sekedar mencari suasana baru. Ada yang akhirnya betah
dan nyaman dengan suasana baru (masa vakum/cuti) itu hingga lupa dengan tugas
dan panggilannya mula-mula. Bapak/Ibu
pernahkah merasa bosan atau jenuh? kapan Bapak/Ibu merasakannya dan
bagaimana Bapak/Ibu mengatasinya. Atau adakah rasa bosan dan jenuh itu sekarang
masih Bapak/Ibu alami?.
Dalam 2 Timotius 4:7, saya membayangkan
bahwa dengan gagah, dengan kondisi tegap
kepala terangkat Rasul Paulus mengatakan ini :
“Aku telah mengakhiri pertandingan
yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman”. Bagaimana
Paulus mengakhiri dengan baik tugas pelayanannya? Dan apa yang menjadi kata
kunci keberhasilan pelayanannya?. Di
sini Paulus bekata bahwa dia bertanding sampai akhir dengan baik artinya jujur,
sportif dan disiplin. Dia berani memulai dan berani juga mengakhiri. Dalam
renungan pagi bagian 1 sampai 4 ini kita
juga melihat rahasia keberhasilan pelayanan pemberitaan Injil Rasul Paulus
yaitu bahwa Apapun situasinya kita harus tetaplah memberitakan Injil (ayat2)
dengan cara apapun. Kemudian dalam proses pemberitaan Injil itu maka kita harus
bisa menguasai diri, sabar menderita, tetap melakukan pemberitaan Injil dan
menunaikan tugas panggilan pelayanan itu sampai garis akhir (ayat 5).
Kunci keberhasilan pelayanan Rasul Paulus ini
patut kita teladani dan kita terapkan dalam panggilan kita sebagai hamba-Nya.
Dengan demikian ketika di awal kita memulai pelayanan kita dengan berkata “Ya, ini aku utuslah aku Tuhan” saat itu
juga kita mulai melangkah dan akan tetap berjalan sampai menuju garis finish.
Di ujung perjalanan pelayannya yaitu ketika akan mencapai garis finish Rasul
Paulus berkata dalam iman bahwa telah tersedia baginya mahkota kebenaran yang
Tuhan telah sediakan. Tetapi bukan hanya untuk Rasul Paulus saja tetapi juga
bagi kita semua yang setia melakukan tugas dan panggilan kita masing-masing.
Kiranya Tuhan menguatkan kita untuk menjadi hambaNya yang setia.
Shalom,
Tuhan Yesus memberkati.
Ev.
Harles Lumbantobing
KLIK ARSIP untuk melihat tulisan lainnya
di Daftar... ARSIP.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda yang baik, sopan dan bahasa yang mudah dimengerti. terimakasih