Minggu, 08 November 2020

TANGGUNGJAWAB ORANG KRISTEN DALAM POLITIK

 Minggu ke 22 Setelah Trinitatis

Tema:

TANGGUNGJAWAB ORANG KRISTEN DALAM POLITIK

 

Ev: 1 Timotius 2:1-7

Ep:  Daniel 6:1-15 


Ev: 1 Timotius 2:1-7 (TB)

2:1 Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang,

2:2 untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan.

2:3 Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita,

2:4 yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.

2:5 Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,

2:6 yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan.

2:7 Untuk kesaksian itulah aku telah ditetapkan sebagai pemberitaan dan rasul -- yang kukatakan ini benar, aku tidak berdusta -- dan sebagai pengajar orang-orang bukan Yahudi, dalam iman dan kebenaran.

 

----------------------------

 

Shalom, selamat hari minggu saudara-saudaraku sekalian. Senang rasanya masih bisa menyapa saudara  lewat Renungan minggu ini dalam  media internet saat ini. Semoga saudara yang sedang ibadah di rumah senantiasa merasakan hadirat Tuhan dalam peribadahannya.  Saudara yang merenungkan renungan ini saat ini dalam suasana dan situasi apapun juga kiranya terberkati lewat perenungan hari ini.

Ibadah minggu ini mengambil tema TANGGUNGGJAWAB ORANG KRISTEN DALAM POLITK yang di dasaran pada 1 Timotius 2:1-7.  Pada bulan Desember atau akhir tahun ini Indonesia akan mengadakan Pilkada serentak di seluruh Indonesia. Pesta demokrasi ini tentunya diharapkan akan melahirkan pemimpin-pemimpin yang amanah dan berorientasi bagi kesejahteraan rakyat yang dipimpinnya.

Dari Nas Firman Tuhan minggu ini kita melihat ada dua tanggungjawab orang Kristen dalam berpolitik. Kedua hal ini adalah:

A.        Berdoa

B.        Ambil bagian dalam politik sebagai saksi  dan kesaksian akan Kristus dan keselamatan.

Hal ini senada dengan  apa yang Tuhan Firmankan kepada bangsa Israel jauh sebelumnya pada jaman Nabi Yeremia. Seperti dalam Yeremia  29:7 berkata: Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu”. Dalam ayat ini terkandung perintah “BERDOA” dan “MENGUSAHAKAN”  yang sama artinya dengan berbuat dan terlibat .

Mari satu persatu kita lihat bagaimana kedua hal ini memilik peran sebagai tanggungjawab gereja dalam politik.

1. Berdoa

-          Melatih dan membiasakan diri berdoa. Kehidupan doa yang hidup sangat penting dimiliki oleh setiap orang yang mau hidup dalam Tuhan. Kehidupan doa yang baik merupakan tanda seseorang memiliki hubungan yang akrab dan dekat dengan Tuhan. Dalam  hubungannya melayani orang lain dan masyarakat, memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan adalah keharusan  sebab kita diberi mandat oleh Tuhan untuk menjadi pelayan bagi sesama kita.  Sebagi apapun profesi kita,  kita semua adalah pelayan bagi sesama.

Demikian halnya dengan orang-orang yang dikhususkan terlibat dalam politik dan pemerintahan  sangat penting sekali kehidupan doa ini dijaga dan dipelihara supaya mereka memiliki sensitifitas yang baik akan kehendak dan tuntunan Tuhan: apa yang harus dan boleh dilakukan serta apa yang tidak boleh dilakukan di dalam melaksanakan mandat melayani masyarakat.

-          Berdoa  untuk semua orang, raja dan pembesar (=pemerintah). Ini merupakan level doa yang  lebih maju. Orang biasanya berdoa  dengan  batas ‘keakuan’. Misalnya kebutuhanku, pekerjaanku, kesehatanku, anakku, istriku, suamiku, keluargaku dan lain sebagainya yang bersifat keakuan. Nasihat ini sangat relevan dengan status sebagai murid dan pengikut Kristus apalagi buat seseorang yang mau terlibat dalam kancah politik dan pemerintahan  yang akan melayani banyak orang.  Sebagai umat percaya kita wajib mendoakan semua orang sampai kepada pemerintah, raja-raja dan pembesar. Hal ini dikatakan Firman Tuhan  sebagai nasehat yang sangat penting untuk keamanan, kententraman dan kesejahteraan suatu daerah atau negara.

Tanggungjawab untuk berdoa bagi negara dan pemerintah ini adalah keharusan sebab dengan demikian kita akan memperoleh ketentraman dan ketenangan untuk hidup saleh dan terhormat.  Nasehat Rasul Paulus ini sangat indah, sebab keinginan kita berdoa buat ketentraman dan ketenangan bangsa itu bukan supaya ada kesempatan untuk hidup bebas dan semau kita, atau bebas tak terkendali. Tetapi justeru kita berdoa supaya dalam ketenteraman  dan ketenangan itu kita bisa bebas berbuat kesalehan dan hidup terhormat sebagai garam dan terang dunia.

-          Berdoa buat semua orang, pemerintah, bangsa dan negara adalah sikap yang baik dan berkenan kepada Allah. Kalau kita berdoa buat seseorang yang kita kenal adalah hal yang biasa, dan mungkin saja kita mendoakannya karena dia berlaku baik kepada kita, atau mungkin ada sesuatu yang kita harapkan darinya, atau balas budi karena dia pernah berbuat baik kepada kita. Namun jika berdoa kepada orang lain yang bahkan kita tidak kenal atau tidak dekat dengan kita, atau orang yang tidak kita sukai atauy malah orang yang membenci kita, adalah  sesuatu yang Tuhan sangat senangi. Berdoa buat orang yang berdoa buat kita atau mengasihi orang yang juga mengasihi kita bukanlah ciri seorang pengikut Kristus yang sejati, sebab orang jahat dan tidak mengenal Tuhan juga melakukannya (Matius 5:46).

Jadi mendoakan bangsa  dan negara  merupakan sebuah tanggungjawab seorang Kristen untuk mendukung berjalannya suatu demokrasi, perpolitikan, dan roda pemerintahan  yang baik dan sehat. Dampaknya adalah tercipatanya kemakmuran dan kehidupan bermasyarakat yang adil dan makmur.

2.  Ambil bagian dalam politik sebagai saksi  dan kesaksian.

Hal kedua yang menjadi tanggung jawab orang Kristen dalam Politik adalah dengan ambil bagian dalam politik itu. Ambil bagian dalam politik ini ada dua peran yang bisa kita lakukan.

Peran yang pertama adalah sebagai masyarakat yang patuh kepada peraturan pemerintah. Dalam Roma  13:1-2 dikatakan : Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya.

Selanjutnya dalam Roma  13:4  dikatakan: Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat”. Dalam hubungannya dengan perpolitikan, kita seharusnya mendukung Pemerintah untuk mewujudkan perpolitikan yang baik dan sehat. Baik itu dengan ikut di dalam pesta demokrasi pemilihan  kepala daerah, presiden ataupun  legislatif. Mendukung  kampanye yang jujur, sehat, aman dan tertib serta tidak bertentangan dengan kebenaran Firman Tuhan.

Peran yang kedua adalah terlibat di kancah politik sebagai utusan gereja untuk menjadi alat Tuhan dan perpanjangan tangan Tuhan dalam memelihara umat manusia, dan menghadirkan shalom di tengah-tengah dunia. Terlibat maksudnya ikut masuk dalam perpolitikan itu baik sebagai kepala daerah, Presiden, ataupun legislatif. Atau juga dalam posisi-posisi pemerintahan, maupun organisasi-organisasi atau bidang-bidang  yang berhubungan dengan pemeliharaan hajad hidup orang banyak.

Untuk itu saya melihat ada dua hal yang harus dilakukan gereja dan orang-orang yang akan terlibat dan terjun dalam politik itu:

Yang pertama bahwa seseorang itu haruslah memiliki tanda-tanda sebagai seorang Kristen yang sejati yang siap untuk dipakai Tuhan melayani umat sebagai garam dan terang dunia. Karena itu diperlukan beberapa kriteria penting yang sangat perlu diperhatikan. Dia seharusnya seorang yang cinta Tuhan dan sesama. Ini adalah yang utama yang harus dia miliki. Kemudian dia harus memiliki prinsip melayani bukan untuk dilayani. Memiliki sikap serta berani berkata benar dan siap menanggung  resiko kebenaran itu seperti  Daniel, Sadrakh, Messakh dan Abednego. Dalam pertimbangan-pertimbangan untuk memutuskan  hal-hal penting harus juga bersedia meminta nasehat dan dukungan dari Gereja. Hal tersebut akan membuat dia mengambil keputusan yang lebih baik. Dalam kekhilafan dan kesalahan dia harus bersedia dinasehati jika melakukan kesalahan tersebut sebagaimana kebersediaan Daud dinasehati oleh nabi Natan atas dosa dan kesalahannya. Di luar hal-hal ini yang tidak boleh ketinggalan adalah bahwa dia harus juga  memiliki pasukan doa. Pasukan atau tim doa ini menjadi kekuatan utama  dia dalam menjalani pengutusan dan pelayanannya di masyarakat.  Pasukan doa ini banyak dilupakan orang dan sepertinya tidak diperlukan lagi setelah dia mencapai apa yang dia inginkan. Padahal inilah yang memberikan dia kekuatan, ketenangan, bahkan perisai atau pagar dari berbagai macam godaan dan tantangan yang menghancurkan.

Yang kedua Gereja mengutus  dan mendukung jemaat yang terbaik yang mau terlibat dalam politik.  Tentunya gereja tidak boleh tutup mata terhadap kriteria-kriteria di atas. Bagaimana seorang jemaat memiliki kriteria di atas dan bagaimana pula Gereja siap dalam mengutus jemaat terbaiknya itu  jika negara memerlukannya?. Tentunya Gereja harus lebih dahulu melatih dan mendidik spiritual, moral dan karakter jemaat sesuai Firman Tuhan supaya ketika dibutuhkan oleh negara untuk terjun dalam kancah politik mereka juga sudah siap secara mental dan spiritual.  Mengefektifkan pembinaan-pembinaan rohani kategorial, dan sekaligus mendorong jemaat untuk selalu aktif dan gigih dalam pendidikan formal, dan kemasyarakatan akan menjadi sinergi yang sangat baik untuk menghasilkan jemaat-jemaat seperti kriteria-kriteria di atas. Dengan demikian utusan-utusan gereja ini akan menjadi orang-orang yang berprestasi dan diakuai kesaksian pekerjaanya sebagaimana Daniel dan teman-temannya di kerajaan Babel.

Meskipun hal ini sudah mulai jarang kita temukan dalam gereja saat ini, tetapi inilah yang harus dilakukan gereja. Gereja tidak boleh hanya larut dalam memikirkan hal-hal yang bersifat seremonial saja. Namun harus sekaligus menghasilkan jemaat-jemaat yang memiliki visi dan yang bermisi. Di manapun jemaatnya berada dan berkarir harus selalu mengingat bahwa dirinya adalah utusan gereja  yang  tetap harus menjadi garam dan terang.

Untuk itu gereja juga boleh mengusulkan dan mendorong orang-orang terbaiknya untuk ikut menggarami dunia ini dibidang politik dan pemerintahan. Sikap ini harus dilakukan dengan tulus dan tanpa pamrih dimana tidak perlu ada transaksi-transaksi dan perjanjian-perjanjian yang membebani dan berpotensi membuat penyimpangan atas maksud dan tujuan pengutusannya. Karena itu Gereja boleh menolak atau tidak mereferensikan calon yang mau terlibat politik dari jemaat yang tidak punya kesaksian  hidup yang baik, yang hanya mau memperalat gereja untuk kepentingan dirinya sendiri.

Kita tahu banyak orang yang skeptis atau tidak simpatik ketika melihat ada warga gereja yang terlibat politik. Mereka langsung berpikiran bahwa orang tersebut sedang mencari dan mengejar keduniawian. Mereka pasti hanya  ingin mencari nama,  pengakuan, harta dan kemasyuran. Saat ini mereka butuh suara kita, namun sebentar lagi mereka tidak membutuhkan kita lagi bahkan akan mengabaikan kita lagi.  Akibatnya akan ada saling ketidakpercayaan, dan saling mengambil kesempatan dan keuntungan masing-masing. Yang mau maju ke politik butuh suara, yang memberikan suara  butuh dana atau pemberiannya saja sehingga keduanya saling memanfaatkan. Hal ini akan terus menerus terjadi kalau warga jemaat gereja tidak mereformasi pemikirannya. Karena itulah banyak orang-orang yang sebenarnya punya kecakapan dan kemampuan untuk terjun dalam politik menjauhkan diri dari politik itu.

Tanggungjawab gereja dalam politik dan pemerintahan sebagai mana dua hal disampaikan di atas, akan berkontribusi banyak terhadap kemajuan bangsa dan negara. Kehadiran Daniel, Sadrakh, Messakh, dan Abednego di kerajaan Babel memiliki dampak yang luar biasa bagi kemajuan  kerajaan itu. Keempat bersahabat itu  adalah saksi Tuhan yang maha esa di tengah-tengah kerajaan yang menyembah berhala, dan seluruh hidup mereka yaitu apa yang mereka ucapkan dan lakukan dalam pengabdiannya kepada bangsa Babel adalah merupakan kesaksian  bagi semua orang bahwa Tuhan Allah Israel adalah Allah yang benar, hidup dan berkuasa. Dampaknya Raja itu (Raja Darius) begitu mengasihi mereka dan bahkan mengakui Tuhan dengan berkata dalam Daniel 6:27: Bersama ini kuberikan perintah, bahwa di seluruh kerajaan yang kukuasai orang harus takut dan gentar kepada Allahnya Daniel, sebab Dialah Allah yang hidup, yang kekal untuk selama-lamanya; pemerintahan-Nya tidak akan binasa dan kekuasaan-Nya tidak akan berakhir).

Saudara, Firman Tuhan hari ini mengajarkan kepada kita tanggungjawab sebagai warga negara, warga gereja (umat percaya) untuk selalu mendoakan semua orang, pemerintah dan penguasa. Kemudian juga ikut ambil bagian dalam perpolitikan sebagai masyarakat yang mengikuti aturan dan peraturan pemerintah serta jika diperlukan ikut terjun di dalam perpolitikan dan pemerintahan. Jadilah saksi yang hidup yang menyatakan siapa Kristus dalam hidup kita dan tunjukkanlah itu dalam cara kita bekerja dan  cara kita melayani masyarakat sebagai kesaksian bagi semua orang.

Kiranya Kristus menolong kita semua untuk menjadi pelaku FirmanNya. Selamat hari minggu, SELAMAT BERDOA DAN SELAMAT BERSAKSI, Tuhan Yesus memberkati.

 

Shalom,

 

 

Ev.Harles Lumbantobing

 

 

KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya  di Daftar... ARSIP..

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda yang baik, sopan dan bahasa yang mudah dimengerti. terimakasih