Dalam suatu ibadah saya bertanya kepada jemaat yang ikut ibadah:
“Apakah Allah itu baik?”
Semua menjawab “Yah, Allah itu baik”
Kemudian satu bersatu diminta untuk menyebutkan kebaikan Allah dalam hidup mereka yang dirasakan.
Ada yang menjawab,
“Allah baik kepadaku karena sampai saat ini saya masih bisa bernafas {hidup)”
“Allah itu baik kepadaku karena saya masih bisa berada di tempat ini dengan selamat”
“Allah itu baik karena dia telah menyelamatkanku”
“Allah itu baik karena Dia melepaskan aku dari pergumulan hidupku”.
“Allah itu baik karena Dia selalu merancangkan yang terbaik bagiku”
Demikian beragam tanggapan yang disampaikan ketika pertanyaan itu dilemparkan.
Saudaraku? Bagaimana dengan anda?
Jika pertanyaan itu sampai kepadamu saat ini Apakah Allah itu baik?
Apakah Dia baik hari ini, kemarin atau esok kepadamu? Apakah kebaikannya kepadamu? Dan Apakah jawabmu?
Dari mana kita mengukur kebaikan Allah?
Sering sekali manusia ataupun orang percaya mengukur kebaikan Allah dengan apa yang dia rasakan. Dengan apa yang dia terima dan peroleh dari Allah. Berdasarkan berkat-berkat yang dia terima dari Allah.
Ketika pertanyaan itu dilemparkan saat dia menghadapi pergumulan hidup, saat bisnisnya tidak lancar, saat ada masalah keluarga, saat ada beban berat di kantor atau dikeluarga, dan lain sebagainya, Pertanyaan ini sering dijawab dengan keraguan. Kadang tidak bisa lagi menjawab apakah Allah itu baik atau tidak.
Bagaimana jika jawaban-jawaban di atas situasinya dibalik. Misalnya ketika dia berkata “Allah itu baik karena saya bisa sampai ketempat ini dengan selamat”. Jika hari itu dia gagal sampai ketempat ibadah itu karena sesuatu hal, Apakah dia masih bisa berkata Allah itu baik? jujurkah jawaban itu?
Sering sekali kebaikan Allah itu kita buat situasional, atau tergantung situasi. Jika kita mengalami keberuntungan hari ini atau kemarin, dengan mantap kita akan mejawab “ALLAH ITU BAIK KEPADAKU” Kalau tidak, kita akan meragukan kebaikanNya. Meskipun mulut kita menjawab “baik” tetapi hati kita ada keraguan. Tidak mantap menjawabnya.
Adakalanya kita menganggap kebaikan Allah itu tergantung pemahaman manusia. Tergantung bagaimana kita hidup dihadapan Allah. Jika kita hidup benar, tidak jahat, maka kita yakini Allah itu pasti baik kepada kita, kita tidak akan pernah mengalami kegagalan atau penderitaan. Bagaimana jika kita jatuh dalam dosa, jatuh dalam kehidupan yang Allah benci, Apakah kita masih berani berkata dan mengimani Allah itu baik? dan akan berbuat baik lagi kepada kita?
Artinya bahwa pemahaman kita tentang kebaikan Allah dan sifat Allah tidaklah benar. Allah itu tidaklah situasional, KebaikanNya mutlak adanya. Kemutlakan Allah bukan tergantung kepada manusia, kemutlakan Allah bukan tergantung kepada berkat-berkatnya, tetapi Kemutlakan Allah tergantung kepada siapa diriNya sendiri.
Ketika Dia berkata: “Akulah jalan kebenaran dan hidup” maka itu adalah mutlak
Ketika Dia berkata: “ Aku adalah Allah yang setia” maka KesetianNya adalah Mutlak
Dan lain sebagainya. Itu artinya ketika Dia berkata “Aku adalah ALLAH” maka Dia juga mutlak Allah.
Dalam ibadah itu saya bersyukur dengan jawaban seorang ibu yang berkata: “Allah itu baik bagi saya, sebab ketika anak saya yang kami tunggu-tunggu lahir, umurnya hanya singkat dan dia meninggal di panggil Tuhan. Saya bersyukur karena jika dia hidup betapa sakitnya hidup yang akan dijalaninya, dan saya tidak bisa membayangkan bagaimana kami bisa menjalani hidup dengan keadaan dia yang sakit, jadi Tuhan itu baik Dia berikan yang terbaik bagiku”.
Ini sebuah pernyataan iman tentang kebaikan Allah yang dirasakan secara pribadi, dalam keadaan derita dan pergumulan yang berat dia sanggup berkata “Allah itu baik bagiku”.
Jadi ketika kita mengalami kemalangan sekalipun, penderitaan sekalipun, kegagalan sekalipun, itu tidak akan pernah merubah bahwa ALLAH ITU BAIK termasuk kepada kita, dan DIA AKAN BUKTIKAN itu dalam kehidupan kita, karena Dia mutlak baik.
Hanya iman kita akan menuntun kita untuk bisa melihat dan menyaksikan kebaikan Allah yang Dia tunjukkan ditengah penderitaan ataupun sukacita kebahagiaan yang kita alami.
Jadi bagaimana… Apakah Allah itu baik kepadamu? Dapatkah saudara melihat dan merasakannya dalam segala situasi?
Bersyukurlah bahwa ALLAH ITU MUTLAK BAIK”
“Apakah Allah itu baik?”
Semua menjawab “Yah, Allah itu baik”
Kemudian satu bersatu diminta untuk menyebutkan kebaikan Allah dalam hidup mereka yang dirasakan.
Ada yang menjawab,
“Allah baik kepadaku karena sampai saat ini saya masih bisa bernafas {hidup)”
“Allah itu baik kepadaku karena saya masih bisa berada di tempat ini dengan selamat”
“Allah itu baik karena dia telah menyelamatkanku”
“Allah itu baik karena Dia melepaskan aku dari pergumulan hidupku”.
“Allah itu baik karena Dia selalu merancangkan yang terbaik bagiku”
Demikian beragam tanggapan yang disampaikan ketika pertanyaan itu dilemparkan.
Saudaraku? Bagaimana dengan anda?
Jika pertanyaan itu sampai kepadamu saat ini Apakah Allah itu baik?
Apakah Dia baik hari ini, kemarin atau esok kepadamu? Apakah kebaikannya kepadamu? Dan Apakah jawabmu?
Dari mana kita mengukur kebaikan Allah?
Sering sekali manusia ataupun orang percaya mengukur kebaikan Allah dengan apa yang dia rasakan. Dengan apa yang dia terima dan peroleh dari Allah. Berdasarkan berkat-berkat yang dia terima dari Allah.
Ketika pertanyaan itu dilemparkan saat dia menghadapi pergumulan hidup, saat bisnisnya tidak lancar, saat ada masalah keluarga, saat ada beban berat di kantor atau dikeluarga, dan lain sebagainya, Pertanyaan ini sering dijawab dengan keraguan. Kadang tidak bisa lagi menjawab apakah Allah itu baik atau tidak.
Bagaimana jika jawaban-jawaban di atas situasinya dibalik. Misalnya ketika dia berkata “Allah itu baik karena saya bisa sampai ketempat ini dengan selamat”. Jika hari itu dia gagal sampai ketempat ibadah itu karena sesuatu hal, Apakah dia masih bisa berkata Allah itu baik? jujurkah jawaban itu?
Sering sekali kebaikan Allah itu kita buat situasional, atau tergantung situasi. Jika kita mengalami keberuntungan hari ini atau kemarin, dengan mantap kita akan mejawab “ALLAH ITU BAIK KEPADAKU” Kalau tidak, kita akan meragukan kebaikanNya. Meskipun mulut kita menjawab “baik” tetapi hati kita ada keraguan. Tidak mantap menjawabnya.
Adakalanya kita menganggap kebaikan Allah itu tergantung pemahaman manusia. Tergantung bagaimana kita hidup dihadapan Allah. Jika kita hidup benar, tidak jahat, maka kita yakini Allah itu pasti baik kepada kita, kita tidak akan pernah mengalami kegagalan atau penderitaan. Bagaimana jika kita jatuh dalam dosa, jatuh dalam kehidupan yang Allah benci, Apakah kita masih berani berkata dan mengimani Allah itu baik? dan akan berbuat baik lagi kepada kita?
Artinya bahwa pemahaman kita tentang kebaikan Allah dan sifat Allah tidaklah benar. Allah itu tidaklah situasional, KebaikanNya mutlak adanya. Kemutlakan Allah bukan tergantung kepada manusia, kemutlakan Allah bukan tergantung kepada berkat-berkatnya, tetapi Kemutlakan Allah tergantung kepada siapa diriNya sendiri.
Ketika Dia berkata: “Akulah jalan kebenaran dan hidup” maka itu adalah mutlak
Ketika Dia berkata: “ Aku adalah Allah yang setia” maka KesetianNya adalah Mutlak
Dan lain sebagainya. Itu artinya ketika Dia berkata “Aku adalah ALLAH” maka Dia juga mutlak Allah.
Dalam ibadah itu saya bersyukur dengan jawaban seorang ibu yang berkata: “Allah itu baik bagi saya, sebab ketika anak saya yang kami tunggu-tunggu lahir, umurnya hanya singkat dan dia meninggal di panggil Tuhan. Saya bersyukur karena jika dia hidup betapa sakitnya hidup yang akan dijalaninya, dan saya tidak bisa membayangkan bagaimana kami bisa menjalani hidup dengan keadaan dia yang sakit, jadi Tuhan itu baik Dia berikan yang terbaik bagiku”.
Ini sebuah pernyataan iman tentang kebaikan Allah yang dirasakan secara pribadi, dalam keadaan derita dan pergumulan yang berat dia sanggup berkata “Allah itu baik bagiku”.
Jadi ketika kita mengalami kemalangan sekalipun, penderitaan sekalipun, kegagalan sekalipun, itu tidak akan pernah merubah bahwa ALLAH ITU BAIK termasuk kepada kita, dan DIA AKAN BUKTIKAN itu dalam kehidupan kita, karena Dia mutlak baik.
Hanya iman kita akan menuntun kita untuk bisa melihat dan menyaksikan kebaikan Allah yang Dia tunjukkan ditengah penderitaan ataupun sukacita kebahagiaan yang kita alami.
Jadi bagaimana… Apakah Allah itu baik kepadamu? Dapatkah saudara melihat dan merasakannya dalam segala situasi?
Bersyukurlah bahwa ALLAH ITU MUTLAK BAIK”
Syalom,
Harles Lumbantobing.
KLIK ARSIP untuk melihat tulisan lainnya
Daftar... ARSIP...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda yang baik, sopan dan bahasa yang mudah dimengerti. terimakasih