Sabtu, 27 Juni 2020

MEMBANGUN KELUARGA BAHAGIA


Ibadah Minggu 28 Juni 2020
MEMBANGUN KELUARGA BAHAGIA

Evangelium     : Kolose 3: 18-21 
Epistel             : Kidung Agung 8:5-7

 Kolose 3: 18-21 (TB)

3:18 Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan.
3:19 Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
3:20 Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan.
3:21 Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.


Shalom, selamat Hari Minggu buat kita semua. Apa kabar saudara? Semoga selalu yang terbaik. Kiranya saudara juga dalam keadaan sehat baik jasamani dan rohani.
Ibadah minggu ini mengambil tema “MEMBANGUN KELUARGA BAHAGIA”.
Ketika membaca tema ini, langsung yang terpikir bagi saya dan mungkin saudara juga adalah bagaimana membangunnya?, Bagaimana membangun keluarga bahagia ini? Apa yang bisa diberikan keempat ayat yang singkat ini di dalam membangun sebuah keluarga yang bahagia?.
Sebelumnya mari kita lihat dulu beberapa hal tentang keluarga.
Keluarga adalah lembaga tertua yang ada di bumi yang dibentuk oleh Tuhan sendiri. keluarga terdiri dari keluarga inti, keluarga utama, dan keluarga besar. Keluarga inti terdiri atas suami istri dan anak-anak. Keluarga utama terdiri dari keluarga inti + Ayah ibu dan saudara kedua belah pihak. Keluarga besar adalah keluarga inti+Keluarga utama+ semua keluarga yang terhubung dengan  keluarga utama.
Bicara tentang merajut keluarga bahagia ada banyak hal yang  perlu kita pelajari dan persiapkan  hingga kita bisa mewujudkan keluarga bahagia teersebut. Hal itu dikarenakan bahwa berumahtangga adalah ibarat sekolah yang tidak pernah tamat. Meskipun sudah puluhan tahun hidup bersama namun akan selalu ada hal-hal baru yang akan terus dipelajari bersama. Gaya hidup suatu keluarga juga belum tentu cocok dengan gaya hidup keluarga yang lain, bahkan dengan keluarga orangtua sendiri. Masing-masing keluarga harus menemukan format yang tepat untuk keluarga masing-masing.
Dalam kesempatan ini Firman Tuhan mengajarkan empat hal yang sangat penting dalam membangun sebuah keluarga bahagia. Mari kita perhatikan poin-poin yang diajarkan dalam Nas Firman Tuhan hari ini.

1.  Istri tunduk kepada  suaminya
Dalam beberapa kitab yang lain, urutan nasihat ini selalu dimulai dengan “ISTRI” seperti dalam Kolose 3:18-21, Efesus 5:22-25; 1 Petrus 3:1-7. Ada hal penting yang mau disampaikan  menyangkut hal tersebut. Istri menerima anugerah yang luar biasa dari Tuhan sebagai kekhususan mereka untuk menolong dan  memperlengkapi laki-laki, sehingga keduanya menjadi satu kesatuan yang utuh dan sempurna. Sehingga ketika Hawa tercipta dari tulang rusuk Adam, Allah melihat bahwa apa yang diciptakanNya di hari keenam itu (manusia) sungguh amat baik (Kejadian 1:31), kebaikannya menggunakan level “sungguh amat”. Karena itu pengaruh istri dalam menciptakan keluarga yang bahagia dan harmonis sangatlah besar dan penting sekali untuk diperhatikan.
Laki-laki adalah kepala istri (Efesus 5:23) dan kepala itu bisa kokoh karena didukung dan disokong oleh tubuh. Istri adalah tubuh yang menopang suami sebagai kepala. Tetapi tubuh dikenal dari kepala itu sebabnya dikatakan hai Istri tunduklah kepada suamimu, sebab sesungguhnya istri akan dikenal dan “dianggap” karena suaminya.
Kegagalan banyak keluarga adalah ketika istri tidak tunduk dan menghormati lagi suaminya. Kita bisa melihat di jaman sekarang ada banyak istri yang memperlakukan suaminya dengan tidak sepatutnya, berbicara sesuka hati, suka memerintah, mendikte suaminya, dan harus ucapannyalah yang didengar. Bahkan suami tidak bisa mengambil keputusan apa-apa, semua harus tanya istri dulu.  Di depan umum juga sering sikapnya mempermalukan suaminya, dengan  mendominasi suami dalam pembicaraan dengan khalayak umum, menegur suami dengan kasar di depan umum, bahkan menentangnya dihadapan orang lain.  Begitu juga dalam urusan rumahtangga, ada istri yang memperlakukan suaminya sebagai bapak rumahtangga yang harus mengurusi urusan dapur, urusan anak, urusan belanjaan, dan lain sebagainya yang biasanya dilakukan oleh seorang istri. Dan parahnya keadaan ini dipertunjukkan dihadapan orang lain, seakan-akan dia mau berkata “saya istri yang hebat”.
Kesalahan terjadi ketika seorang istri bangga dan senang jika suaminya tunduk kepadanya. Padahal sesungguhnya dia sedang menghancurkan kebahagiaan sejati keluarganya. Sebab kebahagiaan itu bukanlah satu sisi, tetapi baik istri maupun suami harus sama-sama bahagia, sebab kepala tidak bisa dipisahkan dari tubuh.
Ketundukan seorang istri diitunjukkan juga penghormatannya kepada suami juga bukan saja hanya melalui komunikasi verbal, baik saat berdua, dalam keluarga inti, ataupun dihadapan orang  luar  tetapi  juga penghormatan secara non-verbal, yaitu dari gaya dan sikap hidup sehari-hari. Misalnya seorang istri pejabat sebaiknya harus mengikuti gaya dan standart yang pas atau patut sebagai istri seorang pejabat, misalnya dari cara berpakainnya, tutur sapanya, asesoris yang pantas dalam tubuhnya supaya jangan sampai suaminya dicibir atau dicela orang lain hanya karena gaya hidup dan sikapnya dihadapan orang lain.  Demikian juga jika suaminya seorang pelayan atau hamba Tuhan, atau seorang yang sederhana, si istripun seharusnya mengikuti pola hidup suaminya supaya jangan sampai suaminya dicela orang lain hanya karena penampilan dan gaya hidup istrinya.
Jadi ketundukan dan penghormatan istri terhadap suami itu menyangkut verbal dan non-verbal. Sikap-sikap yang tidak pantas terutama di depan umum akan menghancurkan kehormatan suaminya dan sekaligus kehormatan keluarganya.
Bagaimanapun keadaan suami, istri yang bijaksana akan dapat menempatkan diri dengan benar, sehingga kehormatan keluarganya akan bisa dijunjungnya. Di sinilah fungsi seorang istri sebagai penolong yang Tuhan katakan dalam Kejadian 2:18 bahwa istri itu adalah penolong yang sepadan terhadap suaminya. Jika suaminya kekurangan hikmat istri yang  tunduk dan menghormati suaminya akan menolongnya supaya suaminya menjadi berhikmat. Apabila suaminya susah mengambil keputusan maka istri yang bijaksana akan menolong suaminya mengambil keputusan yang tepat, sampai suaminya mampu sendiri untuk mengambil keputusan-keputsan yang terbaik. Hal tersebut dilakukannya karena ketundukan dan penghormatannya kepada  suaminya. Disitulah fungsi melengkapi yang Tuhan berikan kepada seorang istri.
Seburuk-buruknya suami, apabila suami tersebut  memiliki seorang istri yang bijaksana, maka orang lainpun  tidak akan pernah tahu bahwa suaminya punya kelakuan buruk. Itu sebabnya Kitab Amsal 31:10 berkata:  “Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata”.  Cakap bukan sekedar bicara cantik, tetapi bijaksana dan penuh hikmat. Hal itu  bisa kita temukan dalam Amsal 31:10-30.  apalagi dikatakan dalam ayat 30 “Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji” sudah jelas  cakap itu bukan hanya merujuk kepada kecantikan fisik. Dalam kitab Amsal 31 ini bagitu indah diajarkan tentang istri yang diidam-idamkan setiap suami dan keluarga.
Hal lain yang bisa dilakukan istri dalam hal tunduk kepada suaminya adalah melalui kepiawaiannya di dalam mengelola rumahtangga dan mengasuh/mendidik anak-anak mereka meskipun itu nantinya sebaiknya dilakukan secara bersama-sama. Turut sertanya seorang istri dalam memenuhi kebutuhan ekonomi sebuah keluarga haruslah dilakukan di dalam kerangka menghormati suaminya. Kelebihan ini harus bisa dimanfaatkan dengan baik sehingga suami bisa dituntun dan ditolong dalam memenuhi tanggungjawabnya sebagai kepala rumahtangga. Alangkah indahnya jika istri berhasil menolong suami dalam memenuhi tanggungjawab ekonomi dalam keluarga. Suami akan semakin percaya diri, dihadapan keluarganya dan juga dihadapan orang lain.
Ketulusan dan kesediaan seorang istri menolong suami dalam segala hal adalah merupakan perwujudan pelaksanaan perintah Tuhan kepada setiap istri. Bahwa istri adalah penolong yang sepadan kepada suaminya, dan bahwa  istri harus tunduk kepada suaminya, bahkan dalam Efesus 5:22 dikatakan : “Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan”.  Sebagaimana gereja tunduk kepada Kristus, demikian jugalah istri harus tunduk kepada suami.
Bagaimana menurut anda ungkapan “di balik keberhasilan seorang suami ada istri yang luar biasa?” Namun bagaimana jika saya balik, “dibalik kegagalan seorang suami ada istri yang merongrongnya”

2. Suami harus mengasihi istrinya.
Dalam mencapai suatu keluarga yang bahagia melalui nas Firman Tuhan ini, hal kedua yang dinasihatkan adalah suami yang harus mengasihi istrinya. Tingkat kadar kasih suami terhadap istri seperti dikatakan oleh Firman Tuhan dalam Efesus 5:25 harus sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya”. Ini artinya kasih yang total dan sempurna. Untuk itu seorang suami harus dekat kepada Kristus, sehingga dia memahami bagaimana kasih Kristus kepada jemaat yaitu dirinya sendiri beserta jemaat-jemaat yang lain. Bagaimana pengorbanan Kristus dan kasih sayangnya kepada umatnya haruslah dipahami dengan benar oleh seorang suami sehingga dia bisa mencintai istrinya dengan cara demikian.
Kegagalan para suami mencintai istrinya adalah karena dia tidak mengenal Tuhan dan cintaNya dengan benar. Hal tersebut berpengaruh besar terhadap tingkat kebahagiaan yang akan dirasakan keluarga tersebut. (……ayo para istri bantu dan tolong suamimu untuk mengenal Tuhan dengan benar…..)
Kasih seorang suami terhadap istrinya bukanlah sekedar dimulut, tetapi harus  dalam segala tindakannya. Kasih suami terhadap istri harus sampai kepada hal jasmani dan rohani. Tanggungjawab memenuhi kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani si Istri adalah bagian yang sangat penting yang harus dilakukan seorang suami sebagai bukti mencintai istrinya.
Pemenuhan kebutuhan itu haruslah didasari atas pemahamannya akan Firman Tuhan (Efesus 5:25), sehingga dalam pelaksanaan pemenuhan kebutuhan itu tidak ada yang bertentangan dengan kebenaran Firman Tuhan, sebab kepala istri adalah suami dan kepala suami adalah Kristus. Sehingga suami akan menafkahi istri dengan nafkah  batiniah dan nafkah jasmaniah berlandaskan kasih dan kebenaran. Karena itu, kasih seorang suami terhadap istrinya juga memiliki pengaruh terhadap tingkat penghormatan istri terhadap suaminya.
Jadi kewajiban istri adalah tunduk kepada suaminya, dan kewajiban suami adalah mengasihi istrinya dan keduanya harus saling memenuhi kewajiban ini ( 1 Korintus 7:4)  Sehingga dengan mudah kita bisa memeriksa apa yang menjadi masalah dalam sebuah hubungan suami istri apabila mulai ditemukan kekurangharmonisan. Misalnya jika kasih seorang suami mulai berkurang terhadap istrinya, mungkin karena si istri sudah mulai kurang tunduk atau hormat kepada suaminya, atau jikalau sudah merasa tunduk berarti harus lebih ditingkatkan lagi kadarnya. Sebaliknya juga apabila ketundukan dan penghormatan si istri mulai kurang terhadap suaminya, mungkin karena si suami sudah mulai kurang mengasihi istrinya, atau jika sudah mengasihi isrinya, mungkin kasih dan perhatian kepada istrinya harus lebih ditingkatkan lagi.
Demikianlah kedua hal tersebut saling melengkapi dan tidak terpisahkan satu dengan yang lain. Kebahagiaan keluarga erat hubungannya dengan kedua hal ini.  Hal ini lah yang disebut keseimbangan yang pertama dalam sebuah keluarga.

3. Anak-anak harus taat terhadap orang tuamu.
Kebahagiaan keluarga rasanya akan lengkap jika mereka dikaruniakan anak. Anak akan membawa kebahagiaan bagi sebuah keluarga, namun anak bisa juga menjadi faktor yang  bisa membuat kebahagiaan keluarga itu tidak bisa dinikmati.
Dalam Nas ini Firman Tuhan menjelasakan bahwa hal lain selain suami dan istri yang berkontribusi terhadap kebahagiaan keluarga adalah “Ketaatan Anak”. Sejauh mana ketaatan anak  yang diharapkan Tuhan supaya tercipta kebahagiaan itu? Jawabnya adalah “Dalam Segala Hal”. Sebab hal demikianlah dikatakan yang indah dihadapan Tuhan ( Efesus 3:20)
Kebahagiaan orangtua akan terpancar jelas ketika melihat dan mengetahui bahwa anak-anaknya taat kepada mereka. Hal tersebut akan banyak mempengaruhi perjalanan keluarga mereka. Ketaatan anak terhadap orangtua tujuannya adalah supaya anak tersebut juga berbahagia, sebab semua orangtua merencanakan dan merancangkan yang terbaik buat anak-anaknya. Sama seperti Bapa di sorga yang selalu merancangkan yang terbaik buat kita anak-anakNya. Yesus juga pernah berkata dalam Matius 7:9-10 bahwa tidak ada orangtua yang akan memberikan batu kepada anaknya jika ia meminta roti atau memberikan ular jika dia meminta ikan. Itu artinya bahwa tidak pernah orangtua itu memikirkan atau merancangkan hal yang buruk dan tidak layak terhadap anak-anaknya. Oleh karena itu jaminan seorang anak mendapatkan seluruh yang terbaik dari orangtuanya adalah ketaatan. Ketaatan itu akan memunculkan semangat, motivasi, kekuatan dan tanggungjawab yang semakin kuat bagi setiap orangtua dalam melaksanakan tugasnya untuk menghantarkan anak-anaknya menuju rencana dan kehendak Tuhan. Betapa patahnya semangat orangtua jika menemukan anak-anaknya tidak taat dan selalu membangkang kepada mereka. Apakah yang akan diraih dan dicapai keluarga itu?. Kita bisa banyak belajar dari Ketidaktaatan bangsa Israel kepada Tuhan dalam Perjanjian Lama yang membawa duka kepada Tuhan dan hukuman demi hukuman kepada bangsa itu.
Karena itu jelas sekali bahwa tujuan ketaatan seorang anak kepada orangtua adalah supaya anak-anak itu berbahagia, sukses menjalani hidup dan meraih masa depannya yang penuh harapan, dengan demikian keluarga itu juga akan merasakan kebahagian. Saya pribadi belum menemukan seorang anak yang hidupnya sengsara karena taat dan hormat kepada orangtuanya, sebaliknya ada banyak orang yang hidupnya sengsara karena tidak taat kepada orangtuanya dan yang bahkan mengabaikan orantuanya dimasa tuanya.
Ketaatan anak-anak kepada orangtua juga merupakan pengamalan hukum Tuhan yaitu hukum kelima “ Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu” (Ulangan 5:16=Keluaran 20:12).  Ini artinya bahwa menghormati adalah tanda ketaatan seorang anak kepada orangtuanya.
Di sini Tuhan  jelas menyatakan bahwa tujuan penghormatan itu adalah supaya anak itu baik keadaannya, panjang umurnya di bumi ini.  Jadi rumus umur panjang  dan kehidupan yang baik sebenarnya sudah Tuhan gariskan di dalam Alkitab yaitu melalui taat atau hormat kepada orangtua. “Baik keadaan” sama pengertiannya dengan berbahagia.  Jadi umur panjang dan berbahagia menjadi satu paket yang Tuhan berikan apabila seorang anak hormat kepada orantuanya. Apalah gunanya umur panjang jika tidak disertai dengan kebahagiaan?. Tentunya sia-sia. “Umur pendek namun disertai kebahagiaan adalah lebih berarti daripada umur panjang tanpa kebahagiaan”.
Jadi ketaatan seorang anak membuat dia bahagia, membuat orangtua bergairah untuk hidup dan menjadikan keluarga yang berbahagia.

4. Janganlah menyakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.
Pesan ini diberikan untuk menyempurnakan kebahagiaan sebuah keluarga. Jika pesan dan aturan diberikan kepada istri dan suami, maka selanjutnya adalah antara anak dan orangtua. Jika diatas sudah tentang anak maka sekarang dari pihak orangtua juga harus melakukan bagiannya  kepada anak itu.  Menyakiti hati anak akan membuat mereka tawar hati, kehilangan semangat dan gairah hidup, bahkan dampaknya dikehidupannya dengan orang lain bisa membuat dia minder atau tidak percaya diri.
Menyakiti hati anak bisa lewat verbal dan non-verbal. Secara verbal ini misalnya ucapan yang kasar dan merendahkannya, Kemarahan yang tanpa sebab, pelampiasan akibat ketidaksenangan terhadap hal-hal lain diluar rumah, pelampiasan akibat kekurangharmonisan suami istri, mempermalukan dan memarahi anak dihadapan teman-temannya, dan lain sebagainya yang sifatnya verbal (kata-kata). Selanjutnya  secara non-verbal adalah melalui sikap yang tidak perduli kepada anak, kekerasan fisik  seperti suka lalu tangan (Memukul) terhadap anak, hukuman dan sanksi terhadap anak yang melampaui kewajaran dan lain sebagainya.
Hal ini bukan berarti orangtua tidak boleh memarahi dan menghukum anaknya, tetapi harus diperhatikan jangan sampai hilang akal sehat sehingga sampai menyakiti hati anak. Alkitab juga berkata bahwa orangtua yang baik akan menghukum dan menegur anak-anaknya jika salah, tetapi dilakukan dengan pikiran sehat, tujuan baik dan dalam tingkat kewajaran.
Hal inilah yang disebut keseimbangan kedua dalam sebuah rumah tangga. Jika keseimbangan pertama antara istri dan suami, maka keseimbangan kedua ini adalah antara anak-anak dan oranhtua.
Masih ada banyak nasihat dan tuntunan dalam merajut dan membangun keluarga bahagia yang bisa kita temukan dan bahas dalam Alkitab (semoga dalam kesempatan lain bisa dibahas di blog ini),  Namun nasihat dan tuntunan ini dalam nas kotbah hari ini jika bersama-sama dilakukan keluarga inti maka Tuhan akan menjadikan keluarga mereka menjadi keluarga berbahagia.

Ayo para istri hormati suamimu, para suami, kasihi dan sayangi istrimu. Ayo anak-anak ataupun dewasa yang masih punya orangtua taatilah orangtuamu dan orangtua janganlah menyakiti hati anakmu. Bahagialah dirimu, bahagialah keluargamu dan dipermuliakanlah Tuhan kita.

Amin, shalom selamat hari minggu.

Ev. Harles Lumbantobing


KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya  di Daftar... ARSIP..

Jumat, 19 Juni 2020

PANGGILAN MEMELIHARA ALAM


Ibadah Minggu 2 Setelah Trinitatis
Tema:
PANGGILAN MEMELIHARA ALAM

Evanggelium : Imamat 25: 1-13
Epistel           : Wahyu 7:1-3


25:1 TUHAN berfirman kepada Musa di gunung Sinai:
25:2 "Berbicaralah kepada orang Israel dan katakan kepada mereka: Apabila kamu telah masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepadamu, maka tanah itu harus mendapat perhentian sebagai sabat bagi TUHAN.
25:3 Enam tahun lamanya engkau harus menaburi ladangmu, dan enam tahun lamanya engkau harus merantingi kebun anggurmu dan mengumpulkan hasil tanah itu,
25:4 tetapi pada tahun yang ketujuh haruslah ada bagi tanah itu suatu sabat, masa perhentian penuh, suatu sabat bagi TUHAN. Ladangmu janganlah kautaburi dan kebun anggurmu janganlah kaurantingi.
25:5 Dan apa yang tumbuh sendiri dari penuaianmu itu, janganlah kautuai dan buah anggur dari pokok anggurmu yang tidak dirantingi, janganlah kaupetik. Tahun itu harus menjadi tahun perhentian penuh bagi tanah itu.
25:6 Hasil tanah selama sabat itu haruslah menjadi makanan bagimu, yakni bagimu sendiri, bagi budakmu laki-laki, bagi budakmu perempuan, bagi orang upahan dan bagi orang asing di antaramu, yang semuanya tinggal padamu.
25:7 Juga bagi ternakmu, dan bagi binatang liar yang ada di tanahmu, segala hasil tanah itu menjadi makanannya.
25:8 Selanjutnya engkau harus menghitung tujuh tahun sabat, yakni tujuh kali tujuh tahun; sehingga masa tujuh tahun sabat itu sama dengan empat puluh sembilan tahun.
25:9 Lalu engkau harus memperdengarkan bunyi sangkakala di mana-mana dalam bulan yang ketujuh pada tanggal sepuluh bulan itu; pada hari raya Pendamaian kamu harus memperdengarkan bunyi sangkakala itu di mana-mana di seluruh negerimu.
25:10 Kamu harus menguduskan tahun yang kelima puluh, dan memaklumkan kebebasan di negeri itu bagi segenap penduduknya. Itu harus menjadi tahun Yobel bagimu, dan kamu harus masing-masing pulang ke tanah miliknya dan kepada kaumnya.
25:11 Tahun yang kelima puluh itu harus menjadi tahun Yobel bagimu, jangan kamu menabur, dan apa yang tumbuh sendiri dalam tahun itu jangan kamu tuai, dan pokok anggur yang tidak dirantingi jangan kamu petik buahnya.
25:12 Karena tahun itu adalah tahun Yobel, haruslah itu kudus bagimu; hasil tahun itu yang hendak kamu makan harus diambil dari ladang.
25:13 Dalam tahun Yobel itu kamu harus masing-masing pulang ke tanah miliknya.

Shalom, selamat hari minggu saudara-saudari yang terkasih dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus.

Kotbah minggu kedua setelah Trinitatis hari  membahasa tentang sebagian perintah Tuhan kepada bangsa Israel di Gunung Sinai. Gunung Sinai menjadi tempat spesial dan bersejarah bagi Musa dan bangsa Israel, dimana di gunung inilah Tuhan memberikan perintah-perintahnya kepada bangsa Israel melalui hambanya Nabi Musa untuk dituruti dan dilaksanakan sebagai umat pilihan TUHAN.
Dalam Kitab Imamat 25 ini, ada beberapa hal perintah Tuhan yang disampaiakan Allah kepada Musa untuk dilaksanakan. Perintah-perintah tersebut dapat kita bagi sebagai berikut:
Imamat 25:1-12 : yaitu Tentang Tahun sabat dan peristirahatan tanah
Imamat 25:13-18: Tentang  jual beli
Imamat 25: 19-22 Pemeliharaan Allah akan kebutuhan umatNya
Imamat 25: 23-34: Penebusan tanah dan rumah
Imamat 25: 35-46: Tentang orang miskin dan pinjam meminjam
Imamat 25:47-55: Tentang perbudakan
Dalam Nas Firman Tuhan dalam perikop ini, yaitu Imamat 25:1-12  ini berbicara tentang tahun Sabat dan Tahun Yobel, serta hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam tahun itu. Dalam perikop ini jelas kita lihat bahwa Allah menginginkan ditahun ketujuh adalah tahun Sabat (tahun perhentian) dan juga pada tahun kelimapuluh adalah tahun Yobel (tahun pembebasan) bagi tanah itu untuk diolah dan dikerjakan.
Enam tahunlah lamanya mereka menanami dan mengolah  tanah itu dan mengambil hasil daripadanya. Kemudian pada tahun ke tujuh tanah itu harus beristirahat dengan aturan seperti dalam perikop ini. Lalu di tahun ke delapan mereka boleh menanam benih dan mengolah kembali tanah itu selama enam tahun. Demikian seterusnya hingga tujuh periode yaitu 7 kali tahun sabat (=49 tahun). Lalu diperiode ketujuh, yaitu tahun ke 50, tahun itu menjadi tahun Yobel bagi bangsa itu. Peraturan pada saat tujuh kali tahun sabat tahun ketujuh (ay3-7) tetap berlaku bagi bangsa itu ditambah peraturan-peraturan lain (ayat 10-55), yang intinya menyangkut pembebasan dalam berbagai  hal sebagaimana saya bagi per bagian dalam pemaparan di atas.
Ketika membaca ayat ini, secara cepat kita langsung dibawa kepada suatu kebingungan.  Bahwa di ayat 5 dan juga ayat 11 dikatakan bahwa: Pada tahun ketujuh dan juga tahun Yobel, yang tumbuh sendiri jangan dipetik dan anggur yang tidak dirantingi juga jangan dipetik atau dipanen. Lalu ayat 6 dikatakan bahwa yang akan dimakan selama sabat itu adalah hasil dari tanah itu atau disebut ladang di ayat 12
Satu sisi bangsa itu akan berpikir bahwa hasil dari tanah itu tidak boleh dipetik tetapi makanan mereka adalah dari hasil tanah itu. Ini menjadi dilema dan membingungkan bagi mereka. Barangkali dalam hati mereka bertanya-tanya bagaimana kami akan bertahan hidup? Sebab kami disuruh makan dari hasil tanah itu tetapi kami dilarang juga memetik hasil tanah itu untuk dimakan.
Tetapi  Tuhan sudah mendahului pemikiran bangsa itu bahkan sebelum terjadi Tuhan sudah mengetahui apa yang akan dipikirkan bangsa itu, sehingga di dalam Imamat 25:20-22  Tuhan berkata:
Ayat 20: Apabila kamu bertanya: Apakah yang akan kami makan dalam tahun yang ketujuh itu, bukankah kami tidak boleh menabur dan tidak boleh mengumpulkan hasil tanah kami?
Ayat 21 Maka Aku akan memerintahkan berkat-Ku kepadamu dalam tahun yang keenam, supaya diberinya hasil untuk tiga tahun.
Ayat 22 Dalam tahun yang kedelapan kamu akan menabur, tetapi kamu akan makan dari hasil yang lama sampai kepada tahun yang kesembilan, sampai masuk hasilnya, kamu akan memakan yang lama.
Jadi bukan seperti ini: “makananmu pada masa tahun sabat itu adalah hasil dari tanah pada masa sabat itu”. Tetapi yang dimaksud adalah bahwa dalam masa sabat itu, Hasil tanah yang kamu makan adalah hasil dari tanah itu juga yaitu yang dipanen di tahun sebelumnya.”
Tetapi apa cukup? Yah cukup sebab di ayat 21 Tuhan sudah memerintahkan berkatNya untuk tanah itu supaya menghasilkan hasil untuk keperluan atau kebutuhan sampai tiga tahun yaitu kebutuhan tahun ke 7 (tahun sabat), kebutuhan tahun ke 8 (tahun menabur benih), dan tahun kesembilan ( tahun menunggu hasil panen pertama).
Sedangkan hasil tanah dan ladang pada masa tahun sabat dan tahun yobel itu adalah milik Tuhan dan kembali kepada tanah itu.
Luar biasa cara Allah memelihara umatNya, semuanya direncanakan Allah begitu baiknya. Allah tidak membuat perintah yang tidak bisa dijalani umatNya. Ketika Allah membuat sebuah aturan maka Allah juga menyediakan cara dan pentunjuk serta solusi dalam melaksanakan aturan atau perintahNya.
Maka jika ada manusia yang gagal melakukan perintah Tuhan itu bukanlah karena perintah itu terlalu berat atau sukar dijalani, tetapi karena faktor manusia itu sendiri yang kurang berserah dan mengandalkan Tuhan, bahkan tidak mengikuti jalan keluar yang Tuhan sediakan dalam melaksanakan setiap perintahNya itu. Akhirnya manusia itu gagal melaksanakan perintah Tuhan dan mendapatkan hukuman yang setimpal dengan perbuatannya.
Dalam tema minggu ini yakni Panggilan memelihara Alam, jelas sekali bahwa Allah menginginkan bumi ini untuk ada masa istirahatnya, masa recovery atau pemulihannya. Perlunya masa ini adalah untuk menjaga kesinambungan siklus alam yang baik  dan sehat untuk keperluan seluruh ciptaan terkhusus manusia sebagai puncak ciptaan Allah. (Baca juga: kotbah tentang “kemuliaan Allah atas ciptaanNya” di alamat: http://hartob.blogspot.com/2020/06/renungan-ibadah-7-juni-2020.html?m=1 )
Kita bisa melihat dijaman sekarang pada saat pandemi virus Corona ini, bahwa ketika manusia mengurangi bahkan menghentikan kegiatannya karena “lock down” atau “dirumah saja” karena wabah ini, maka jelas sekali ada perubahan pada alam atau bumi secara global. Sebelumnya kita tahu tingkat polusi udara yang sudah menghawatirkan bahkan dibeberapa tempat sudah berbahaya, pencemaran air darat dan laut, sehingga berkurangnya mahluk hidup di dalam air itu, bahkan mati dan banyak yang sudah punah. Udara yang semakin kotor, bahkan langit dan awan susah untuk dilihat, pencemaran tanah sehingga tanah susah untuk ditanami, dan lain sebagainya. Namun ketika Virus Corona ini melanda dunia kita  bisa melihat dan mendengar di berbagai media bahwa bumi mengalami recovery, alam bersuka cita, sungai-sungai yang keruh dan kotor mulai bersih dan binatang-binatang air yang selama ini tidak terlihat mulai bermunculan, langit yang biru mulai nampak, dan banyak kebaikan lainya yang kita saksikan sendiri atau dari media massa di berbagai penjuru dunia.
Walaupun saya tidak bisa pastikan (karena keterbatasan saya memahami Tuhan) bahwa kedatangan virus Corona ini adalah kehendak Tuhan, atau bisa saja kesalahan atau hasrat manusia. Bahkan saya juga tidak bisa pastikan bahwa ini adalah wabah yang seijin dari Tuhan sebagaimana Tuhan mengijinkan Iblis mengambil segala sesuatu milik Ayub (Ayub 1:12) , tetapi saya yakin ini pasti adalah sepengetahuan Tuhan. Sehingga dalam segala hal Tuhan tetap akan turut bekerja dalam mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihiNya yaitu yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah (Roma 8:28). Sehingga kita yang percaya harus bisa melihat kabaikan apa yang Tuhan sediakan bagi kita ditengah-tengah segala kesukaran dan masalah hidup yang sedang terjadi. Dengan demikian kita mampu bersyukur ditengah-tengah situasi yang genting sekalipun. Betapa malangnya kita apabila dalam setiap peristiwa apakah peristiwa karena kehendak Tuhan, ataukan yang seijin Tuhan, atau yang sepengetahuan Tuhan kita tidak menemukan makna dan hikmat apa-apa yang terkandung dalam setiap peristiwa itu bagi kita pribadi lepas pribadi dan juga buat dunia secara global.
Dalam mandat budaya (Kejadian 1:28) kepada manusia, Allah menginginkan supaya manusia menguasai, mengelola dan memelihara alam ciptaan Tuhan. Ini menjadi tugas dan tanggungjawab manusia yang telah Tuhan tempatkan di bumi ini. Namun Tuhan tahu bahwa karena dosa, manusia tidak bisa lagi melakukan tanggungjawab itu dengan baik. Bahkan manusia sudah cenderung merusak alam bahkan memerah dan mengeksploitasi alam ini sebebas bebasnya tanpa memperhatikan dampak buruk yang bisa ditimbulkannya bagi manusia dan ciptaan lain.
Kita bisa memperhatikan bahwa dari tahun ke tahun dan dari abad-ke abad bumi yang sudah tua ini semakin rusak, dan kerusakannya ada disemua bidang. Perintah untuk memellihara Alam itu diberikan kepada manusia bukan kepada ciptaan lain (tumbuhan dan binatang), sehingga kerusakan dan kehancuran alam adalah tanggangjawab manusia. Dosa yang merusak manusia membuat manusia tidak melihat lagi dengan jelas  panggilannya untuk memelihara alam ini.
Akibatnya kita bisa mellihat apa yang diterima manusia dari setiap kegagalannya memelihara alam.  Polusi udara dimana-mana, tanah longsor, gunung meletus, pencemaran sungai, danau dan laut, menipisnya lapisan ozon, tanah yang semakin gersang, iklim yag tidak menentu, wabah penyakit yang semakin banyak dan lain sebagainya. Pertobatan manusia dan mengembalikannya menjadi manusia yang baru lewat penerimaannya akan Yesus Kristus di dalam hatinya akan mengembalikan manusia itu menjadi manusia yang akan bisa memandang dengan jelas apa yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya terhadap alam ini, yang dilandasi dengan dasar, tujuan dan panggilan yang benar.

Jadi bagaimana jika manusia terus-menerus tidak bertobat dan tidak mau melakukan tugas dan tanggunjawabnya untuk memelihara alam ini, bahkan merusak alam ini? Tentunya apa yang ditabur itu juga akan dituai. Manusia akan menerima banyak masalah dalam kehidupannya akibat dampak rusaknya lingkungan seperti dijelaskan di atas. Apakah Tuhan akan diam saja dan membiarkan kehancuran alam ini?. Tentunya tidak demikian. Allah memang sudah merencanakan kehancuran langit dan bumi ini (2 Petrus 3:10, wahyu 20:11), tetapi bukan berarti dia tidak perduli. Selama waktunya belum tiba yaitu akhir jaman, maka manusia terkhusus kita orang percaya tetap terikat akan mandat  budaya ini yaitu beranak cucu, bertambah banyak, menguasai bumi serta memeliharanya. Roh Kudus akan senantiasa  mengingatkan orang-orang yang percaya dan menggerakkan hatinya untuk mengemban tugas ini. Walaupun kita tahu karena berbagai hal banyak yang menyatakan dirinya orang percaya juga tidak bisa melakukan tugas dan panggilan ini dengan setia.  Namun syukur bagi kita pada Nas Firman Tuhan hari ini Tuhan kembali mengingatkan kita akan panggilan memelihara alam ini, supaya kita ambil bagian dan terlibat kembali dalam melakukannya untuk kemuliaan nama Tuhan, dampaknya tentunya akan dirasakan manusia dan seluruh ciptaan.
Tetapi mari kita ingat bahwa Allah berdaulat atas segala ciptaanya. Jika manusia abai dengan tugas dan tanggungjawabnya Allah juga bisa bertindak sendiri sesuai kehendakNya untuk melakukan yang terbaik bagi alam ini. Tindakan Allah ini mungkin saja tidak akan menyenangkan bagi manusia, bahkan menyakitkan, atau menimbulkan banyak duka dan kesengsaraan, tetapi Allah tahu yang terbaik buat semua ciptaanNya, terkhusus buat kita manusia.
Jadi hendaklah kita kembali memperhatikan kewajiban kita memelihara alam ini, mulailah ikut ambil bagian dalam meremajakan dan memelihara alam dengan banyak cara yang mungkin bisa kita temukan dari berbagai sumber.
Jangan kuatir akan hidup kita apa yang akan kita makan dan apa yang akan kita pakai sehingga kita mengorbankan banyak hal termasuk alam ini seperti yang dilakukan orang-orang yang tidak percaya. Cintailah dan kejarlah Tuhan jangan mencintai dan mengejar harta dunia ini sehingga mengorbankan banyak hal termasuk alam ini. (baca juga: “Jauhilah ketamakan” di : http://hartob.blogspot.com/2020/06/renungan-ibadah-14-juni-2020.html?m=1 ). Bukahkah itu yang dikuatirkan bangsa Israel? Bagaimana kami makan kalau kami beristirahat dalam mengerjakan tanah dalam tahun sabat ini? Bahkan tidak bisa mengambil hasilnya? Tetapi Tuhan Maha tahu dan maha kuasa, Tuhan memelihara umatnya bukan hanya di tahun sabat, tetapi sampai tiga tahun penuh (Imamat 25:20-23)
Mari Sabat (berhenti) dari membuang sampah sembarangan, menebang hutan sembarangan, tindakan menghasilkan polusi asap dan gas yang berlebihan, exploitasi alam besar-besaran tanpa memperhatikan peremajaannya kembali, penggunaan barang habis pakai berbahan plastik dan bahan berbahaya lainnya, dan mari berhenti untuk cuek dengan alam ini. Mari juga dukung berbagai LSM atau organisasi yang bermisi untuk pemeliharaan dan kabaikan alam,  dan  terutama mari  mulai dari rumah sendiri. Saya mengajak saudara untuk menyumbang oksigen buat alam ini dengan cara yang sangat sederhana yaitu tanamlah paling tidak satu tanaman apakah bunga atau sayur di pekarangan saudara.
Tuhan kiranya menolong kita semua untuk terus ambil bagian melakukan panggilan ini.
Shalom, Tuhan Yesus memberkati

Ev. Harles Lumbantobing

KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya  di Daftar... ARSIP...