Jumat, 19 Juni 2020

PANGGILAN MEMELIHARA ALAM


Ibadah Minggu 2 Setelah Trinitatis
Tema:
PANGGILAN MEMELIHARA ALAM

Evanggelium : Imamat 25: 1-13
Epistel           : Wahyu 7:1-3


25:1 TUHAN berfirman kepada Musa di gunung Sinai:
25:2 "Berbicaralah kepada orang Israel dan katakan kepada mereka: Apabila kamu telah masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepadamu, maka tanah itu harus mendapat perhentian sebagai sabat bagi TUHAN.
25:3 Enam tahun lamanya engkau harus menaburi ladangmu, dan enam tahun lamanya engkau harus merantingi kebun anggurmu dan mengumpulkan hasil tanah itu,
25:4 tetapi pada tahun yang ketujuh haruslah ada bagi tanah itu suatu sabat, masa perhentian penuh, suatu sabat bagi TUHAN. Ladangmu janganlah kautaburi dan kebun anggurmu janganlah kaurantingi.
25:5 Dan apa yang tumbuh sendiri dari penuaianmu itu, janganlah kautuai dan buah anggur dari pokok anggurmu yang tidak dirantingi, janganlah kaupetik. Tahun itu harus menjadi tahun perhentian penuh bagi tanah itu.
25:6 Hasil tanah selama sabat itu haruslah menjadi makanan bagimu, yakni bagimu sendiri, bagi budakmu laki-laki, bagi budakmu perempuan, bagi orang upahan dan bagi orang asing di antaramu, yang semuanya tinggal padamu.
25:7 Juga bagi ternakmu, dan bagi binatang liar yang ada di tanahmu, segala hasil tanah itu menjadi makanannya.
25:8 Selanjutnya engkau harus menghitung tujuh tahun sabat, yakni tujuh kali tujuh tahun; sehingga masa tujuh tahun sabat itu sama dengan empat puluh sembilan tahun.
25:9 Lalu engkau harus memperdengarkan bunyi sangkakala di mana-mana dalam bulan yang ketujuh pada tanggal sepuluh bulan itu; pada hari raya Pendamaian kamu harus memperdengarkan bunyi sangkakala itu di mana-mana di seluruh negerimu.
25:10 Kamu harus menguduskan tahun yang kelima puluh, dan memaklumkan kebebasan di negeri itu bagi segenap penduduknya. Itu harus menjadi tahun Yobel bagimu, dan kamu harus masing-masing pulang ke tanah miliknya dan kepada kaumnya.
25:11 Tahun yang kelima puluh itu harus menjadi tahun Yobel bagimu, jangan kamu menabur, dan apa yang tumbuh sendiri dalam tahun itu jangan kamu tuai, dan pokok anggur yang tidak dirantingi jangan kamu petik buahnya.
25:12 Karena tahun itu adalah tahun Yobel, haruslah itu kudus bagimu; hasil tahun itu yang hendak kamu makan harus diambil dari ladang.
25:13 Dalam tahun Yobel itu kamu harus masing-masing pulang ke tanah miliknya.

Shalom, selamat hari minggu saudara-saudari yang terkasih dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus.

Kotbah minggu kedua setelah Trinitatis hari  membahasa tentang sebagian perintah Tuhan kepada bangsa Israel di Gunung Sinai. Gunung Sinai menjadi tempat spesial dan bersejarah bagi Musa dan bangsa Israel, dimana di gunung inilah Tuhan memberikan perintah-perintahnya kepada bangsa Israel melalui hambanya Nabi Musa untuk dituruti dan dilaksanakan sebagai umat pilihan TUHAN.
Dalam Kitab Imamat 25 ini, ada beberapa hal perintah Tuhan yang disampaiakan Allah kepada Musa untuk dilaksanakan. Perintah-perintah tersebut dapat kita bagi sebagai berikut:
Imamat 25:1-12 : yaitu Tentang Tahun sabat dan peristirahatan tanah
Imamat 25:13-18: Tentang  jual beli
Imamat 25: 19-22 Pemeliharaan Allah akan kebutuhan umatNya
Imamat 25: 23-34: Penebusan tanah dan rumah
Imamat 25: 35-46: Tentang orang miskin dan pinjam meminjam
Imamat 25:47-55: Tentang perbudakan
Dalam Nas Firman Tuhan dalam perikop ini, yaitu Imamat 25:1-12  ini berbicara tentang tahun Sabat dan Tahun Yobel, serta hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam tahun itu. Dalam perikop ini jelas kita lihat bahwa Allah menginginkan ditahun ketujuh adalah tahun Sabat (tahun perhentian) dan juga pada tahun kelimapuluh adalah tahun Yobel (tahun pembebasan) bagi tanah itu untuk diolah dan dikerjakan.
Enam tahunlah lamanya mereka menanami dan mengolah  tanah itu dan mengambil hasil daripadanya. Kemudian pada tahun ke tujuh tanah itu harus beristirahat dengan aturan seperti dalam perikop ini. Lalu di tahun ke delapan mereka boleh menanam benih dan mengolah kembali tanah itu selama enam tahun. Demikian seterusnya hingga tujuh periode yaitu 7 kali tahun sabat (=49 tahun). Lalu diperiode ketujuh, yaitu tahun ke 50, tahun itu menjadi tahun Yobel bagi bangsa itu. Peraturan pada saat tujuh kali tahun sabat tahun ketujuh (ay3-7) tetap berlaku bagi bangsa itu ditambah peraturan-peraturan lain (ayat 10-55), yang intinya menyangkut pembebasan dalam berbagai  hal sebagaimana saya bagi per bagian dalam pemaparan di atas.
Ketika membaca ayat ini, secara cepat kita langsung dibawa kepada suatu kebingungan.  Bahwa di ayat 5 dan juga ayat 11 dikatakan bahwa: Pada tahun ketujuh dan juga tahun Yobel, yang tumbuh sendiri jangan dipetik dan anggur yang tidak dirantingi juga jangan dipetik atau dipanen. Lalu ayat 6 dikatakan bahwa yang akan dimakan selama sabat itu adalah hasil dari tanah itu atau disebut ladang di ayat 12
Satu sisi bangsa itu akan berpikir bahwa hasil dari tanah itu tidak boleh dipetik tetapi makanan mereka adalah dari hasil tanah itu. Ini menjadi dilema dan membingungkan bagi mereka. Barangkali dalam hati mereka bertanya-tanya bagaimana kami akan bertahan hidup? Sebab kami disuruh makan dari hasil tanah itu tetapi kami dilarang juga memetik hasil tanah itu untuk dimakan.
Tetapi  Tuhan sudah mendahului pemikiran bangsa itu bahkan sebelum terjadi Tuhan sudah mengetahui apa yang akan dipikirkan bangsa itu, sehingga di dalam Imamat 25:20-22  Tuhan berkata:
Ayat 20: Apabila kamu bertanya: Apakah yang akan kami makan dalam tahun yang ketujuh itu, bukankah kami tidak boleh menabur dan tidak boleh mengumpulkan hasil tanah kami?
Ayat 21 Maka Aku akan memerintahkan berkat-Ku kepadamu dalam tahun yang keenam, supaya diberinya hasil untuk tiga tahun.
Ayat 22 Dalam tahun yang kedelapan kamu akan menabur, tetapi kamu akan makan dari hasil yang lama sampai kepada tahun yang kesembilan, sampai masuk hasilnya, kamu akan memakan yang lama.
Jadi bukan seperti ini: “makananmu pada masa tahun sabat itu adalah hasil dari tanah pada masa sabat itu”. Tetapi yang dimaksud adalah bahwa dalam masa sabat itu, Hasil tanah yang kamu makan adalah hasil dari tanah itu juga yaitu yang dipanen di tahun sebelumnya.”
Tetapi apa cukup? Yah cukup sebab di ayat 21 Tuhan sudah memerintahkan berkatNya untuk tanah itu supaya menghasilkan hasil untuk keperluan atau kebutuhan sampai tiga tahun yaitu kebutuhan tahun ke 7 (tahun sabat), kebutuhan tahun ke 8 (tahun menabur benih), dan tahun kesembilan ( tahun menunggu hasil panen pertama).
Sedangkan hasil tanah dan ladang pada masa tahun sabat dan tahun yobel itu adalah milik Tuhan dan kembali kepada tanah itu.
Luar biasa cara Allah memelihara umatNya, semuanya direncanakan Allah begitu baiknya. Allah tidak membuat perintah yang tidak bisa dijalani umatNya. Ketika Allah membuat sebuah aturan maka Allah juga menyediakan cara dan pentunjuk serta solusi dalam melaksanakan aturan atau perintahNya.
Maka jika ada manusia yang gagal melakukan perintah Tuhan itu bukanlah karena perintah itu terlalu berat atau sukar dijalani, tetapi karena faktor manusia itu sendiri yang kurang berserah dan mengandalkan Tuhan, bahkan tidak mengikuti jalan keluar yang Tuhan sediakan dalam melaksanakan setiap perintahNya itu. Akhirnya manusia itu gagal melaksanakan perintah Tuhan dan mendapatkan hukuman yang setimpal dengan perbuatannya.
Dalam tema minggu ini yakni Panggilan memelihara Alam, jelas sekali bahwa Allah menginginkan bumi ini untuk ada masa istirahatnya, masa recovery atau pemulihannya. Perlunya masa ini adalah untuk menjaga kesinambungan siklus alam yang baik  dan sehat untuk keperluan seluruh ciptaan terkhusus manusia sebagai puncak ciptaan Allah. (Baca juga: kotbah tentang “kemuliaan Allah atas ciptaanNya” di alamat: http://hartob.blogspot.com/2020/06/renungan-ibadah-7-juni-2020.html?m=1 )
Kita bisa melihat dijaman sekarang pada saat pandemi virus Corona ini, bahwa ketika manusia mengurangi bahkan menghentikan kegiatannya karena “lock down” atau “dirumah saja” karena wabah ini, maka jelas sekali ada perubahan pada alam atau bumi secara global. Sebelumnya kita tahu tingkat polusi udara yang sudah menghawatirkan bahkan dibeberapa tempat sudah berbahaya, pencemaran air darat dan laut, sehingga berkurangnya mahluk hidup di dalam air itu, bahkan mati dan banyak yang sudah punah. Udara yang semakin kotor, bahkan langit dan awan susah untuk dilihat, pencemaran tanah sehingga tanah susah untuk ditanami, dan lain sebagainya. Namun ketika Virus Corona ini melanda dunia kita  bisa melihat dan mendengar di berbagai media bahwa bumi mengalami recovery, alam bersuka cita, sungai-sungai yang keruh dan kotor mulai bersih dan binatang-binatang air yang selama ini tidak terlihat mulai bermunculan, langit yang biru mulai nampak, dan banyak kebaikan lainya yang kita saksikan sendiri atau dari media massa di berbagai penjuru dunia.
Walaupun saya tidak bisa pastikan (karena keterbatasan saya memahami Tuhan) bahwa kedatangan virus Corona ini adalah kehendak Tuhan, atau bisa saja kesalahan atau hasrat manusia. Bahkan saya juga tidak bisa pastikan bahwa ini adalah wabah yang seijin dari Tuhan sebagaimana Tuhan mengijinkan Iblis mengambil segala sesuatu milik Ayub (Ayub 1:12) , tetapi saya yakin ini pasti adalah sepengetahuan Tuhan. Sehingga dalam segala hal Tuhan tetap akan turut bekerja dalam mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihiNya yaitu yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah (Roma 8:28). Sehingga kita yang percaya harus bisa melihat kabaikan apa yang Tuhan sediakan bagi kita ditengah-tengah segala kesukaran dan masalah hidup yang sedang terjadi. Dengan demikian kita mampu bersyukur ditengah-tengah situasi yang genting sekalipun. Betapa malangnya kita apabila dalam setiap peristiwa apakah peristiwa karena kehendak Tuhan, ataukan yang seijin Tuhan, atau yang sepengetahuan Tuhan kita tidak menemukan makna dan hikmat apa-apa yang terkandung dalam setiap peristiwa itu bagi kita pribadi lepas pribadi dan juga buat dunia secara global.
Dalam mandat budaya (Kejadian 1:28) kepada manusia, Allah menginginkan supaya manusia menguasai, mengelola dan memelihara alam ciptaan Tuhan. Ini menjadi tugas dan tanggungjawab manusia yang telah Tuhan tempatkan di bumi ini. Namun Tuhan tahu bahwa karena dosa, manusia tidak bisa lagi melakukan tanggungjawab itu dengan baik. Bahkan manusia sudah cenderung merusak alam bahkan memerah dan mengeksploitasi alam ini sebebas bebasnya tanpa memperhatikan dampak buruk yang bisa ditimbulkannya bagi manusia dan ciptaan lain.
Kita bisa memperhatikan bahwa dari tahun ke tahun dan dari abad-ke abad bumi yang sudah tua ini semakin rusak, dan kerusakannya ada disemua bidang. Perintah untuk memellihara Alam itu diberikan kepada manusia bukan kepada ciptaan lain (tumbuhan dan binatang), sehingga kerusakan dan kehancuran alam adalah tanggangjawab manusia. Dosa yang merusak manusia membuat manusia tidak melihat lagi dengan jelas  panggilannya untuk memelihara alam ini.
Akibatnya kita bisa mellihat apa yang diterima manusia dari setiap kegagalannya memelihara alam.  Polusi udara dimana-mana, tanah longsor, gunung meletus, pencemaran sungai, danau dan laut, menipisnya lapisan ozon, tanah yang semakin gersang, iklim yag tidak menentu, wabah penyakit yang semakin banyak dan lain sebagainya. Pertobatan manusia dan mengembalikannya menjadi manusia yang baru lewat penerimaannya akan Yesus Kristus di dalam hatinya akan mengembalikan manusia itu menjadi manusia yang akan bisa memandang dengan jelas apa yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya terhadap alam ini, yang dilandasi dengan dasar, tujuan dan panggilan yang benar.

Jadi bagaimana jika manusia terus-menerus tidak bertobat dan tidak mau melakukan tugas dan tanggunjawabnya untuk memelihara alam ini, bahkan merusak alam ini? Tentunya apa yang ditabur itu juga akan dituai. Manusia akan menerima banyak masalah dalam kehidupannya akibat dampak rusaknya lingkungan seperti dijelaskan di atas. Apakah Tuhan akan diam saja dan membiarkan kehancuran alam ini?. Tentunya tidak demikian. Allah memang sudah merencanakan kehancuran langit dan bumi ini (2 Petrus 3:10, wahyu 20:11), tetapi bukan berarti dia tidak perduli. Selama waktunya belum tiba yaitu akhir jaman, maka manusia terkhusus kita orang percaya tetap terikat akan mandat  budaya ini yaitu beranak cucu, bertambah banyak, menguasai bumi serta memeliharanya. Roh Kudus akan senantiasa  mengingatkan orang-orang yang percaya dan menggerakkan hatinya untuk mengemban tugas ini. Walaupun kita tahu karena berbagai hal banyak yang menyatakan dirinya orang percaya juga tidak bisa melakukan tugas dan panggilan ini dengan setia.  Namun syukur bagi kita pada Nas Firman Tuhan hari ini Tuhan kembali mengingatkan kita akan panggilan memelihara alam ini, supaya kita ambil bagian dan terlibat kembali dalam melakukannya untuk kemuliaan nama Tuhan, dampaknya tentunya akan dirasakan manusia dan seluruh ciptaan.
Tetapi mari kita ingat bahwa Allah berdaulat atas segala ciptaanya. Jika manusia abai dengan tugas dan tanggungjawabnya Allah juga bisa bertindak sendiri sesuai kehendakNya untuk melakukan yang terbaik bagi alam ini. Tindakan Allah ini mungkin saja tidak akan menyenangkan bagi manusia, bahkan menyakitkan, atau menimbulkan banyak duka dan kesengsaraan, tetapi Allah tahu yang terbaik buat semua ciptaanNya, terkhusus buat kita manusia.
Jadi hendaklah kita kembali memperhatikan kewajiban kita memelihara alam ini, mulailah ikut ambil bagian dalam meremajakan dan memelihara alam dengan banyak cara yang mungkin bisa kita temukan dari berbagai sumber.
Jangan kuatir akan hidup kita apa yang akan kita makan dan apa yang akan kita pakai sehingga kita mengorbankan banyak hal termasuk alam ini seperti yang dilakukan orang-orang yang tidak percaya. Cintailah dan kejarlah Tuhan jangan mencintai dan mengejar harta dunia ini sehingga mengorbankan banyak hal termasuk alam ini. (baca juga: “Jauhilah ketamakan” di : http://hartob.blogspot.com/2020/06/renungan-ibadah-14-juni-2020.html?m=1 ). Bukahkah itu yang dikuatirkan bangsa Israel? Bagaimana kami makan kalau kami beristirahat dalam mengerjakan tanah dalam tahun sabat ini? Bahkan tidak bisa mengambil hasilnya? Tetapi Tuhan Maha tahu dan maha kuasa, Tuhan memelihara umatnya bukan hanya di tahun sabat, tetapi sampai tiga tahun penuh (Imamat 25:20-23)
Mari Sabat (berhenti) dari membuang sampah sembarangan, menebang hutan sembarangan, tindakan menghasilkan polusi asap dan gas yang berlebihan, exploitasi alam besar-besaran tanpa memperhatikan peremajaannya kembali, penggunaan barang habis pakai berbahan plastik dan bahan berbahaya lainnya, dan mari berhenti untuk cuek dengan alam ini. Mari juga dukung berbagai LSM atau organisasi yang bermisi untuk pemeliharaan dan kabaikan alam,  dan  terutama mari  mulai dari rumah sendiri. Saya mengajak saudara untuk menyumbang oksigen buat alam ini dengan cara yang sangat sederhana yaitu tanamlah paling tidak satu tanaman apakah bunga atau sayur di pekarangan saudara.
Tuhan kiranya menolong kita semua untuk terus ambil bagian melakukan panggilan ini.
Shalom, Tuhan Yesus memberkati

Ev. Harles Lumbantobing

KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya  di Daftar... ARSIP...

1 komentar:

  1. Firman Tuhan yang luar biasa utk diterapkan dlm kehidupan kita. Panggilan utk berdamai dgn Allah, berdamai dgn manusia dan berdamai dgn alam..
    Terpujilah Tuhan..

    BalasHapus

Silahkan berikan komentar anda yang baik, sopan dan bahasa yang mudah dimengerti. terimakasih