Ibadah Minggu 2 Setelah Trinitatis
Tema:
PANGGILAN MEMELIHARA ALAM
Tema:
PANGGILAN MEMELIHARA ALAM
Evanggelium : Imamat 25: 1-13
Epistel : Wahyu 7:1-3
25:1 TUHAN
berfirman kepada Musa di gunung Sinai:
25:2
"Berbicaralah kepada orang Israel dan katakan kepada mereka: Apabila kamu
telah masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepadamu, maka tanah itu harus
mendapat perhentian sebagai sabat bagi TUHAN.
25:3 Enam tahun
lamanya engkau harus menaburi ladangmu, dan enam tahun lamanya engkau harus
merantingi kebun anggurmu dan mengumpulkan hasil tanah itu,
25:4 tetapi pada
tahun yang ketujuh haruslah ada bagi tanah itu suatu sabat, masa perhentian
penuh, suatu sabat bagi TUHAN. Ladangmu janganlah kautaburi dan kebun anggurmu
janganlah kaurantingi.
25:5 Dan apa
yang tumbuh sendiri dari penuaianmu itu, janganlah kautuai dan buah anggur dari
pokok anggurmu yang tidak dirantingi, janganlah kaupetik. Tahun itu harus
menjadi tahun perhentian penuh bagi tanah itu.
25:6 Hasil tanah
selama sabat itu haruslah menjadi makanan bagimu, yakni bagimu sendiri, bagi
budakmu laki-laki, bagi budakmu perempuan, bagi orang upahan dan bagi orang asing
di antaramu, yang semuanya tinggal padamu.
25:7 Juga bagi
ternakmu, dan bagi binatang liar yang ada di tanahmu, segala hasil tanah itu
menjadi makanannya.
25:8 Selanjutnya
engkau harus menghitung tujuh tahun sabat, yakni tujuh kali tujuh tahun; sehingga
masa tujuh tahun sabat itu sama dengan empat puluh sembilan tahun.
25:9 Lalu engkau
harus memperdengarkan bunyi sangkakala di mana-mana dalam bulan yang ketujuh
pada tanggal sepuluh bulan itu; pada hari raya Pendamaian kamu harus
memperdengarkan bunyi sangkakala itu di mana-mana di seluruh negerimu.
25:10 Kamu harus
menguduskan tahun yang kelima puluh, dan memaklumkan kebebasan di negeri itu
bagi segenap penduduknya. Itu harus menjadi tahun Yobel bagimu, dan kamu harus
masing-masing pulang ke tanah miliknya dan kepada kaumnya.
25:11 Tahun yang
kelima puluh itu harus menjadi tahun Yobel bagimu, jangan kamu menabur, dan apa
yang tumbuh sendiri dalam tahun itu jangan kamu tuai, dan pokok anggur yang
tidak dirantingi jangan kamu petik buahnya.
25:12 Karena tahun
itu adalah tahun Yobel, haruslah itu kudus bagimu; hasil tahun itu yang hendak
kamu makan harus diambil dari ladang.
25:13 Dalam
tahun Yobel itu kamu harus masing-masing pulang ke tanah miliknya.
Shalom, selamat hari minggu saudara-saudari yang terkasih dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus.
Kotbah minggu kedua setelah Trinitatis hari membahasa tentang sebagian perintah Tuhan kepada bangsa Israel di Gunung Sinai. Gunung Sinai menjadi tempat spesial dan bersejarah bagi Musa dan bangsa Israel, dimana di gunung inilah Tuhan memberikan perintah-perintahnya kepada bangsa Israel melalui hambanya Nabi Musa untuk dituruti dan dilaksanakan sebagai umat pilihan TUHAN.
Kotbah minggu kedua setelah Trinitatis hari membahasa tentang sebagian perintah Tuhan kepada bangsa Israel di Gunung Sinai. Gunung Sinai menjadi tempat spesial dan bersejarah bagi Musa dan bangsa Israel, dimana di gunung inilah Tuhan memberikan perintah-perintahnya kepada bangsa Israel melalui hambanya Nabi Musa untuk dituruti dan dilaksanakan sebagai umat pilihan TUHAN.
Dalam Kitab Imamat
25 ini, ada beberapa hal perintah Tuhan yang disampaiakan Allah kepada Musa
untuk dilaksanakan. Perintah-perintah tersebut dapat kita bagi sebagai berikut:
Imamat 25:1-12 : yaitu
Tentang Tahun sabat dan peristirahatan tanah
Imamat 25:13-18:
Tentang jual beli
Imamat 25: 19-22
Pemeliharaan Allah akan kebutuhan umatNya
Imamat 25: 23-34:
Penebusan tanah dan rumah
Imamat 25: 35-46:
Tentang orang miskin dan pinjam meminjam
Imamat 25:47-55:
Tentang perbudakan
Dalam
Nas Firman Tuhan dalam perikop ini, yaitu Imamat 25:1-12 ini berbicara tentang tahun Sabat dan Tahun
Yobel, serta hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam tahun itu.
Dalam perikop ini jelas kita lihat bahwa Allah menginginkan ditahun ketujuh
adalah tahun Sabat (tahun perhentian) dan juga pada tahun kelimapuluh adalah
tahun Yobel (tahun pembebasan) bagi tanah itu untuk diolah dan dikerjakan.
Enam
tahunlah lamanya mereka menanami dan mengolah
tanah itu dan mengambil hasil daripadanya. Kemudian pada tahun ke tujuh
tanah itu harus beristirahat dengan aturan seperti dalam perikop ini. Lalu di
tahun ke delapan mereka boleh menanam benih dan mengolah kembali tanah itu
selama enam tahun. Demikian seterusnya hingga tujuh periode yaitu 7 kali tahun
sabat (=49 tahun). Lalu diperiode ketujuh, yaitu tahun ke 50, tahun itu menjadi
tahun Yobel bagi bangsa itu. Peraturan pada saat tujuh kali tahun sabat tahun
ketujuh (ay3-7) tetap berlaku bagi bangsa itu ditambah peraturan-peraturan lain
(ayat 10-55), yang intinya menyangkut pembebasan dalam berbagai hal sebagaimana saya bagi per bagian dalam
pemaparan di atas.
Ketika
membaca ayat ini, secara cepat kita langsung dibawa kepada suatu
kebingungan. Bahwa di ayat 5 dan juga
ayat 11 dikatakan bahwa: Pada tahun ketujuh dan juga tahun Yobel, yang tumbuh
sendiri jangan dipetik dan anggur yang tidak dirantingi juga jangan dipetik
atau dipanen. Lalu ayat 6 dikatakan bahwa yang akan dimakan selama sabat itu
adalah hasil dari tanah itu atau disebut ladang di ayat 12
Satu
sisi bangsa itu akan berpikir bahwa hasil dari tanah itu tidak boleh dipetik
tetapi makanan mereka adalah dari hasil tanah itu. Ini menjadi dilema dan
membingungkan bagi mereka. Barangkali dalam hati mereka bertanya-tanya
bagaimana kami akan bertahan hidup? Sebab kami disuruh makan dari hasil tanah
itu tetapi kami dilarang juga memetik hasil tanah itu untuk dimakan.
Tetapi Tuhan sudah mendahului pemikiran bangsa itu
bahkan sebelum terjadi Tuhan sudah mengetahui apa yang akan dipikirkan bangsa
itu, sehingga di dalam Imamat 25:20-22
Tuhan berkata:
Ayat 20: Apabila kamu bertanya: Apakah yang akan kami makan
dalam tahun yang ketujuh itu, bukankah kami tidak boleh menabur dan tidak boleh
mengumpulkan hasil tanah kami?
Ayat 21 Maka Aku akan memerintahkan berkat-Ku
kepadamu dalam tahun yang keenam, supaya diberinya hasil untuk tiga tahun.
Ayat 22 Dalam tahun yang kedelapan kamu akan
menabur, tetapi kamu akan makan dari hasil yang lama sampai kepada tahun yang
kesembilan, sampai masuk hasilnya, kamu akan memakan yang lama.
Jadi
bukan seperti ini: “makananmu pada masa tahun sabat itu adalah hasil dari tanah
pada masa sabat itu”. Tetapi yang dimaksud adalah bahwa dalam masa sabat itu,
Hasil tanah yang kamu makan adalah hasil dari tanah itu juga yaitu yang dipanen
di tahun sebelumnya.”
Tetapi apa cukup?
Yah cukup sebab di ayat 21 Tuhan sudah memerintahkan berkatNya untuk tanah itu
supaya menghasilkan hasil untuk keperluan atau kebutuhan sampai tiga tahun
yaitu kebutuhan tahun ke 7 (tahun sabat), kebutuhan tahun ke 8 (tahun menabur
benih), dan tahun kesembilan ( tahun menunggu hasil panen pertama).
Sedangkan hasil
tanah dan ladang pada masa tahun sabat dan tahun yobel itu adalah milik Tuhan
dan kembali kepada tanah itu.
Luar biasa cara
Allah memelihara umatNya, semuanya direncanakan Allah begitu baiknya. Allah
tidak membuat perintah yang tidak bisa dijalani umatNya. Ketika Allah
membuat sebuah aturan maka Allah juga menyediakan cara dan pentunjuk serta
solusi dalam melaksanakan aturan atau perintahNya.
Maka
jika ada manusia yang gagal melakukan perintah Tuhan itu bukanlah karena
perintah itu terlalu berat atau sukar dijalani, tetapi karena faktor manusia
itu sendiri yang kurang berserah dan mengandalkan Tuhan, bahkan tidak mengikuti
jalan keluar yang Tuhan sediakan dalam melaksanakan setiap perintahNya itu.
Akhirnya manusia itu gagal melaksanakan perintah Tuhan dan mendapatkan hukuman
yang setimpal dengan perbuatannya.
Dalam
tema minggu ini yakni Panggilan memelihara Alam, jelas sekali bahwa Allah
menginginkan bumi ini untuk ada masa istirahatnya, masa recovery atau
pemulihannya. Perlunya masa ini adalah untuk menjaga kesinambungan siklus alam
yang baik dan sehat untuk keperluan
seluruh ciptaan terkhusus manusia sebagai puncak ciptaan Allah. (Baca juga: kotbah tentang “kemuliaan Allah
atas ciptaanNya” di alamat: http://hartob.blogspot.com/2020/06/renungan-ibadah-7-juni-2020.html?m=1 )
Kita
bisa melihat dijaman sekarang pada saat pandemi virus Corona ini, bahwa ketika
manusia mengurangi bahkan menghentikan kegiatannya karena “lock down” atau “dirumah saja”
karena wabah ini, maka jelas sekali ada perubahan pada alam atau bumi secara
global. Sebelumnya kita tahu tingkat polusi udara yang sudah menghawatirkan
bahkan dibeberapa tempat sudah berbahaya, pencemaran air darat dan laut,
sehingga berkurangnya mahluk hidup di dalam air itu, bahkan mati dan banyak
yang sudah punah. Udara yang semakin kotor, bahkan langit dan awan susah untuk
dilihat, pencemaran tanah sehingga tanah susah untuk ditanami, dan lain
sebagainya. Namun ketika Virus Corona ini melanda dunia kita bisa melihat dan mendengar di berbagai media
bahwa bumi mengalami recovery, alam bersuka cita, sungai-sungai yang keruh dan
kotor mulai bersih dan binatang-binatang air yang selama ini tidak terlihat
mulai bermunculan, langit yang biru mulai nampak, dan banyak kebaikan lainya
yang kita saksikan sendiri atau dari media massa di berbagai penjuru dunia.
Walaupun
saya tidak bisa pastikan (karena keterbatasan saya memahami Tuhan) bahwa
kedatangan virus Corona ini adalah kehendak Tuhan, atau bisa saja kesalahan
atau hasrat manusia. Bahkan saya juga tidak bisa pastikan bahwa ini adalah
wabah yang seijin dari Tuhan sebagaimana Tuhan mengijinkan Iblis mengambil
segala sesuatu milik Ayub (Ayub 1:12) , tetapi saya yakin ini pasti adalah
sepengetahuan Tuhan. Sehingga dalam segala hal Tuhan tetap akan turut bekerja
dalam mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihiNya yaitu yang terpanggil
sesuai dengan rencana Allah (Roma 8:28). Sehingga kita yang percaya harus bisa
melihat kabaikan apa yang Tuhan sediakan bagi kita ditengah-tengah segala
kesukaran dan masalah hidup yang sedang terjadi. Dengan demikian kita mampu
bersyukur ditengah-tengah situasi yang genting sekalipun. Betapa malangnya kita
apabila dalam setiap peristiwa apakah peristiwa karena kehendak Tuhan, ataukan
yang seijin Tuhan, atau yang sepengetahuan Tuhan kita tidak menemukan makna dan
hikmat apa-apa yang terkandung dalam setiap peristiwa itu bagi kita pribadi
lepas pribadi dan juga buat dunia secara global.
Dalam
mandat budaya (Kejadian 1:28) kepada manusia, Allah menginginkan supaya manusia
menguasai, mengelola dan memelihara alam ciptaan Tuhan. Ini menjadi tugas dan
tanggungjawab manusia yang telah Tuhan tempatkan di bumi ini. Namun Tuhan tahu
bahwa karena dosa, manusia tidak bisa lagi melakukan tanggungjawab itu dengan
baik. Bahkan manusia sudah cenderung merusak alam bahkan memerah dan
mengeksploitasi alam ini sebebas bebasnya tanpa memperhatikan dampak buruk yang
bisa ditimbulkannya bagi manusia dan ciptaan lain.
Kita
bisa memperhatikan bahwa dari tahun ke tahun dan dari abad-ke abad bumi yang
sudah tua ini semakin rusak, dan kerusakannya ada disemua bidang. Perintah
untuk memellihara Alam itu diberikan kepada manusia bukan kepada ciptaan lain
(tumbuhan dan binatang), sehingga kerusakan dan kehancuran alam adalah
tanggangjawab manusia. Dosa yang merusak manusia membuat manusia tidak melihat
lagi dengan jelas panggilannya untuk
memelihara alam ini.
Akibatnya
kita bisa mellihat apa yang diterima manusia dari setiap kegagalannya
memelihara alam. Polusi udara
dimana-mana, tanah longsor, gunung meletus, pencemaran sungai, danau dan laut,
menipisnya lapisan ozon, tanah yang semakin gersang, iklim yag tidak menentu,
wabah penyakit yang semakin banyak dan lain sebagainya. Pertobatan manusia dan
mengembalikannya menjadi manusia yang baru lewat penerimaannya akan Yesus
Kristus di dalam hatinya akan mengembalikan manusia itu menjadi manusia yang
akan bisa memandang dengan jelas apa yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya
terhadap alam ini, yang dilandasi dengan dasar, tujuan dan panggilan yang
benar.
Jadi bagaimana jika
manusia terus-menerus tidak bertobat dan tidak mau melakukan tugas dan
tanggunjawabnya untuk memelihara alam ini, bahkan merusak alam ini? Tentunya
apa yang ditabur itu juga akan dituai. Manusia akan menerima banyak masalah
dalam kehidupannya akibat dampak rusaknya lingkungan seperti dijelaskan di
atas. Apakah Tuhan akan diam saja dan membiarkan kehancuran alam ini?. Tentunya
tidak demikian. Allah memang sudah merencanakan kehancuran langit dan bumi ini
(2 Petrus 3:10, wahyu 20:11), tetapi bukan berarti dia tidak perduli. Selama
waktunya belum tiba yaitu akhir jaman, maka manusia terkhusus kita orang
percaya tetap terikat akan mandat budaya
ini yaitu beranak cucu, bertambah banyak, menguasai bumi serta memeliharanya.
Roh Kudus akan senantiasa mengingatkan
orang-orang yang percaya dan menggerakkan hatinya untuk mengemban tugas ini.
Walaupun kita tahu karena berbagai hal banyak yang menyatakan dirinya orang
percaya juga tidak bisa melakukan tugas dan panggilan ini dengan setia. Namun syukur bagi kita pada Nas Firman Tuhan
hari ini Tuhan kembali mengingatkan kita akan panggilan memelihara alam ini,
supaya kita ambil bagian dan terlibat kembali dalam melakukannya untuk
kemuliaan nama Tuhan, dampaknya tentunya akan dirasakan manusia dan seluruh
ciptaan.
Tetapi
mari kita ingat bahwa Allah berdaulat atas segala ciptaanya. Jika manusia abai
dengan tugas dan tanggungjawabnya Allah juga bisa bertindak sendiri sesuai
kehendakNya untuk melakukan yang terbaik bagi alam ini. Tindakan Allah ini
mungkin saja tidak akan menyenangkan bagi manusia, bahkan menyakitkan, atau
menimbulkan banyak duka dan kesengsaraan, tetapi Allah tahu yang terbaik buat
semua ciptaanNya, terkhusus buat kita manusia.
Jadi hendaklah kita kembali
memperhatikan kewajiban kita memelihara alam ini, mulailah ikut ambil bagian
dalam meremajakan dan memelihara alam dengan banyak cara yang mungkin bisa kita
temukan dari berbagai sumber.
Jangan
kuatir akan hidup kita apa yang akan kita makan dan apa yang akan kita pakai
sehingga kita mengorbankan banyak hal termasuk alam ini seperti yang dilakukan
orang-orang yang tidak percaya. Cintailah dan kejarlah Tuhan jangan mencintai
dan mengejar harta dunia ini sehingga mengorbankan banyak hal termasuk alam
ini. (baca juga: “Jauhilah ketamakan” di : http://hartob.blogspot.com/2020/06/renungan-ibadah-14-juni-2020.html?m=1 ). Bukahkah itu yang dikuatirkan bangsa Israel?
Bagaimana kami makan kalau kami beristirahat dalam mengerjakan tanah dalam
tahun sabat ini? Bahkan tidak bisa mengambil hasilnya? Tetapi Tuhan Maha tahu
dan maha kuasa, Tuhan memelihara umatnya bukan hanya di tahun sabat, tetapi
sampai tiga tahun penuh (Imamat 25:20-23)
Mari
Sabat (berhenti) dari membuang sampah sembarangan, menebang hutan sembarangan,
tindakan menghasilkan polusi asap dan gas yang berlebihan, exploitasi alam
besar-besaran tanpa memperhatikan peremajaannya kembali, penggunaan barang
habis pakai berbahan plastik dan bahan berbahaya lainnya, dan mari berhenti
untuk cuek dengan alam ini. Mari juga dukung berbagai LSM atau organisasi yang
bermisi untuk pemeliharaan dan kabaikan alam,
dan terutama mari mulai dari rumah sendiri. Saya mengajak
saudara untuk menyumbang oksigen buat alam ini dengan cara yang sangat
sederhana yaitu tanamlah paling tidak satu tanaman apakah bunga atau sayur di
pekarangan saudara.
Tuhan
kiranya menolong kita semua untuk terus ambil bagian melakukan panggilan ini.
Shalom, Tuhan Yesus
memberkati
KLIK ARSIP untuk melihat tulisan lainnya di Daftar... ARSIP...
Firman Tuhan yang luar biasa utk diterapkan dlm kehidupan kita. Panggilan utk berdamai dgn Allah, berdamai dgn manusia dan berdamai dgn alam..
BalasHapusTerpujilah Tuhan..