Sabtu, 24 Oktober 2020

"AIR KEHIDUPAN"

 Ibadah Minggu XX setelah Trinitatis

Tema:

"AIR KEHIDUPAN"

 

Ev: Yohanes 4:5-14

Ep: 1 Raja-raja 17:1-6

 

Yohanes 4:5-14 (TB)

4:5 Maka sampailah Ia ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf.

4:6 Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas.

4:7 Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: "Berilah Aku minum."

4:8 Sebab murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan.

4:9 Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?" (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.)

4:10 Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup."

4:11 Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?

4:12 Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?"

4:13 Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi,

4:14 tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal."

------------------

 

Shalom, selamat hari minggu. Selamat beribadah buat semua saudara di manapun berada. Bersyukur masih bisa menyapa saudara lewat renungan ibadah minggu ini. Dalam renungan ibadah minggu ini mengangkat tema “AIR KEHIDUPAN”.  Nas Firman Tuhan yang mendasari tema ini diambil dari Yohanes 4:5-14 yaitu percakapan Yesus dengan seorang perempuan Samaria di sumur Yakub. Namun sebaiknya kita membaca Nas ini dari ayat 1-42 untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik.

Di kalangan  orang yang menyatakan dirinya Kristen cerita dan berita tentang kisah perjumpaan Yesus dengan Perempuan ini begitu terkenal. Kalau pada setiap momen-momen tertentu topik ini diangkat  kembali adalah yang pertama sebagai penegasan bagi setiap pengikut Kristus untuk tidak berhenti mengabarkan kabar baik yaitu Injil  yaitu Yesus yaitu AIR HIDUP yang  merupakan kebutuhan yang paling utama dan terutama di dalam kehidupan umat manusia. Yang kedua adalah mau menyatakan buat setiap orang  yang belum percaya dan menerima Kristus dengan sunguh-sungguh di dalam hatinya dalam status dan keadaan apapun bahwa Allah sudah datang menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus yang menjadi jalan kebenaran dan hidup (Yohanes 14:6), yang menjadi roti hidup (Yohanes 6:35) dan juga Air Kehidupan (Yohanes 4:10-14) bagi siapa saja (tanpa kecuali) yang mau menerimaNya.

Melalui kisah ini ada beberapa hal yang sesungguhnya perlu kita pahami.

1.  Bahwa Yesus datang bukan untuk mencari orang yg benar

Perempuan samaria ini lewat percakapannya dengan Yesus kita ketahui sebagai seorang perempuan yang  dibenci masyarakat karena kehidupannya yang suka kawin dengan laki-laki berganti-gantian. Mungkin saja dia ini seorang yang suka mengambil suami orang lain, bisa saja dia punya kelainan, atau bisa saja itu menjadi mata pencahariannya, atau apa sajalah yang menunjukkan bahwa dia perempuan yang tidak diinginkan di lingkungannya. Itu sebabnya dia harus datang mengambil air ke sumur itu  di siang bolong, menunggu orang lain sudah selesai mengambil air, supaya dia tidak dilihat orang.

Di dalam Alkitab banyak kita temukan orang-orang berdosa yang dijumpai Yesus. Bahkan Yesus berkata di Markus  2:17 : “Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."

Atau dalam Lukas  5:32 dikatakan: “Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat."

Hal ini menunjukkan adanya harapan bagi siapa saja yang menyadari bahwa hidupnya ada  dalam  lumpur dosa yang tidak akan mungkin dilepaskan atau diselamatkan oleh siapapun dan oleh apapun. Dan harapan itu datangnya dari Yesus Kristus.

Tetapi Iblis akan selalu menabur kebohongan degan berkata “ Lihat kamu orang berdosa, dosamu amat berat, tidak ada jalan keluar bagimu. Tuhan itu Kudus, kamu tidak akan mungkin berkenan kepadaNya”.

Tetapi Yesus mau menyatakan bahwa “Lihat Aku datang, dosamu akan diampuni, Aku tidak menginginkan kematianMu, tetapi supaya kamu bertobat dan kamu menjadi selamat. Maukah kamu percaya dan menerima keselamatan itu?

 

2. Yesus bersedia datang menjumpai siapa saja yang memiliki persoalan dan pergumulan hidup.

Perempuan samaria ini memiliki persoalan hidup yang kompleks. Mulai dari masalah perzinahan, hukuman sosial masyarakat, mental, nama baik, ketakutan dan kecemasan dan lain sebagainya. Manusia sebagai ciptaan Allah yang paling mulia dari segala ciptaan, tentunya mejadi perhatian khusus bagi Allah. Pergumulan dan persoalan manusia adalah menjadi pergumulan Allah. Dia merasakan apa yang kita rasakan. Saudara yang punya permasalahan dan pergumulan tidak usah sungkan datang kepadaNya. Yesus  selalu bersedia datang menjumpai orang-orang yang hancur hatinya. Bahkan dalam Wahyu 3:20 berkata “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku”. Yesus selalu berniat masuk ke dalam hati kita dan selalu mengetok pintu hati kita supaya kita buka pintu lalu Dia masuk. Allah mengerti dan Allah perduli persoalan kita. Bukalah pintu hatimu dan ijinkan Yesus masuk, lalu hadapilah persoalan mu bersama dengan Yesus. Jika Allah dipihak kita siapakah lawan kita? (Roma 8:31).

 

3. Yesus bersedia datang kepada orang yang terbuang dan dianggap sampah oleh masyarakat.

Stigma dan vonis masyarakat kepada seseorang yang dianggap bersalah, berdosa, nista dan najis sehingga dianggap sampah masyarakat adalah hal yang menyakitkan. Di satu sisi dia mungkin sudah kebal dengan stigma dan pandangan itu, bahkan ada kalanya seseorang itu akhirnya merasa  ya sudahlah terima saja”. Tetapi jauh di dalam lubuk hatinya yang terdalam dia tidak mau begitu. Dia menangis dan ingin keluar dari cap masyarakat itu. Hanya saja dia tidak mampu untuk membebaskan dirinya dari stigma itu. Untuk orang-orang demikian yang terbuang oleh masyarakat Yesus mau datang dan  memperbaiki hidupnya dan mengangkatnya kepada kemuliaan.

Perempuan Samaria ini ketika sudah menerima Yesus di dalam hidupnya, Rasa malu, stigma atau cap masyarakat, ketakutan dan kecemasan hilang dan sirna dalam kehidupannya. Dia benar-benar menjadi orang yang baru, yang berani mengangkat muka. Bahkan Tuhan merubah pandangan penduduk satu kempungnya yang sebelumnya menolak dan memberi cap buruk terhadapnya menjadi tidak mempermasalahkan status itu lagi karena Yesus (AIR KEHIDUPAN) yang diberitakan perempuan Samaria itu juga mereka terima.

4. Masalah banyak orang bukanlah Karena dia jahat,  dia bejat dan tak bermoral,  bukan karena dia munafik atau brutal dan kasar, bukan karena dia miskin,  kecil,  hina sehingga selalu rendah diri,  tetapi Karena mereka mengalami kekering rohani dan spritual yang kosong.  

Inilah keadaan dan gambaran manusia yang sedang terjadi. Dosa membuat segalanya rusak. Hal inti atau utama yang dirusak oleh dosa adalah Spiritual manusia. Ketika spiritual atau kerohanian ini rusak dan kosong, maka muncullah segala permasalah manusia. Orang jahat tidak akan bisa dirubah dengan hukum dan hukuman. Kalau hukuman itu selesai maka dia akan berbuat jahat lagi. Orang miskin tidak akan bisa menjadi kaya dengan memberinya banyak uang. Sebab semakin banyak uangnya maka dia akan juga merasa miskin. Demikian juga dengan hal yang lainnya. Tetapi jika Kerohaniannya baik, terisi penuh dengan Firman Tuhan (AIR KEHIDUPAN), maka akan ada perubahan yang transformatif di dalam kehidupan seseorang. Kekosongan dan kekeringan ini hanya bisa terpuaskan jika diisi oleh air yang hidup yaitu AIR KEHIDUPAN tadi. Itulah Air yang turun dari sorga, Dia  bukan air sekedar  dan air sembarang. Orang yang bejana rohaninya penuh, meskipun dia miskin harta duniawi, dia tidak akan pernah merasa miskin, dia akan selalu bersyukur sebab bagi dia ada harta yang tidak ternilai.

5. Barang siapa minum air yang bukan dari sorga ini meskipun  enak dan nikmat tidak akan pernah memberikan kepuasan.  Akan terus menerus haus lagi dan haus lagi.

Hal inilah yang dilihat dan diperhatikan perempuan Samaria itu dalam percakapannya dengan Yesus. Dimana Yesus berkata: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya”. Yohanes 4:13-14a. Dari percakapan mereka perempuan ini menyakini bahwa inilah yag dia cari-cari dan butuhkan selama ini. Bukan air sumur yang bisa buat haus lagi. Ketika kesadaran itu muncul, maka pengakuan atas dosanya juga muncul. Sehingga ada pertobatan dan dia mau menerima Air hidup itu daripada Yesus.

Saudara, ketika Tuhan datang menjumpai saudara dan bercakap-cakap dengan saudara lewat Firman Tuhan yang saudara dengar dalam kotbah, lewat diskusi Firman Tuhan dengan para HambaNya, lewat Seminar Rohani, Lewat pembacaan Alkitab, juga lewat doa-doa, jangan keraskan hati. Mari buka hati kita sebab Tuhan maha tahu siap kita dan bagaimana persoalan kita. Perempuan Samaria ini awalnya hanya memandang Yesus sebagai orang Yahudi saja. Tetapi setelah mendengar perkataan Yesus (Perkataan Firman) maka dia memanggil Yesus dengan panggilan TUHAN, dan dia mau menerima Yesus di dalam hatinya.

Firman Tuhan adalah AIR KEHIDUPAN.  Firman itu telah menjadi daging di dalam diri Yesus Kristus (Yohanes 1:1+14). Barang siapa yang percaya dan  menerimaNya akan diberiNya kuasa menjadi anak-anak Allah (Yohanes 1:12)

Bagi saudara yang sudah menerima air hidup itu, mari jangan berhenti air itu hanya bagi saudara saja. Mari alirkan kembali kepada orang lain sebagaimana perempuan Samaria telah lakukan. Itu adalah bukti bahwa dia benar-benar telah menerima air kehidupan itu (yohanes 4:28-29,39) . Apakah saudara sampai saat ini masih memiliki kerinduan untuk membagikan Yesus kepada orang lain yang belum memiliki Yesus?.  Jika tidak saya kuatir bahwa saudara sesungguhnya belum pernah menerima Air Hidup itu, dan inilah saatnya saudara menerimaNya. Tetapi jika saudara masih memiliki kerinduan, jangan biarkan kerinduan itu tinggal hanya kerinduan. Pergilah, beritakanlah dan bagikanlah AIR HIDUP itu  di manapun saudara berada  dan kemanapun saudara pergi. Ketahuilah bahwasanya orang yang tidak tahu dan tidak kenal Yesus banyak, begitu juga orang yang tau tentang Yesus banyak, yang kenal bahkan mempelajari  Yesus lewat berbagai macam media juga banyak. Tetapi mereka belum tentu sudah memilikiNya. Karena itu mari beritakanlah dan bagikanlah AIR HIDUP itu supaya mereka juga memperoleh hidup yang baru.

Mari saudaraku yang belum menerimanya, AIR KEHIDUPAN itu sudah tersedia. Rendahkalah hatimu, bukalah bejana hatimu supaya diisi oleh Yesus, maka di dalam hidupmu akan mengalir air kehidupan yang tidak akan pernah membuatmu kehausan lagi sampai selama-lamanya. AIR KEHIDUPAN yang tidak akan pernah habis yang bisa saudaraku bagikan kepada siapa saja kapan saja dan dimana saja. Air itu akan terus memancar dan mengalir sampai kekekalan (Yohanes 4:14). Di dalam diri saudara Ia akan menjadi mata air yang akan terus memancar dan mengalir (Yohanes 7:38). AIR HIDUP (Yesus) itu akan memberikan kita kehidupan dan  kekuatan di dalam menjalani hari-hari kita ke depan. SELAMAT MENERIMA AIR KEHIDUPAN

Shalom, Tuhan Yesus memberkati.

 

Ev. Harles Lumbantobing

 

KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya  di Daftar... ARSIP..


 

 

Sabtu, 17 Oktober 2020

RENUNGAN IBADAH MINGGU 18 OKTOBER 2020

 

Minggu ke 19 Setelah Trinitatis

Tema:

MELESTARIKAN BUDAYA

Ev: Ayub 42:7-17

Ep: Yohanes 2:1-12

 

Ayub 42:7-17 (TB)

42:7 Setelah TUHAN mengucapkan firman itu kepada Ayub, maka firman TUHAN kepada Elifas, orang Téman: "Murka-Ku menyala terhadap engkau dan terhadap kedua sahabatmu, karena kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub.

42:8 Oleh sebab itu, ambillah tujuh ekor lembu jantan dan tujuh ekor domba jantan dan pergilah kepada hamba-Ku Ayub, lalu persembahkanlah semuanya itu sebagai korban bakaran untuk dirimu, dan baiklah hamba-Ku Ayub meminta doa untuk kamu, karena hanya permintaannyalah yang akan Kuterima, supaya Aku tidak melakukan aniaya terhadap kamu, sebab kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub."

42:9 Maka pergilah Elifas, orang Téman, Bildad, orang Suah, dan Zofar, orang Naama, lalu mereka melakukan seperti apa yang difirmankan TUHAN kepada mereka. Dan TUHAN menerima permintaan Ayub.

42:10 Lalu TUHAN memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan TUHAN memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu.

42:11 Kemudian datanglah kepadanya semua saudaranya laki-laki dan perempuan dan semua kenalannya yang lama, dan makan bersama-sama dengan dia di rumahnya. Mereka menyatakan turut berdukacita dan menghibur dia oleh karena segala malapetaka yang telah ditimpakan TUHAN kepadanya, dan mereka masing-masing memberi dia uang satu kesita dan sebuah cincin emas.

42:12 TUHAN memberkati Ayub dalam hidupnya yang selanjutnya lebih dari pada dalam hidupnya yang dahulu; ia mendapat empat belas ribu ekor kambing domba, dan enam ribu unta, seribu pasang lembu, dan seribu ekor keledai betina.

42:13 Ia juga mendapat tujuh orang anak laki-laki dan tiga orang anak perempuan;

42:14 dan anak perempuan yang pertama diberinya nama Yemima, yang kedua Kezia dan yang ketiga Kerenhapukh.

42:15 Di seluruh negeri tidak terdapat perempuan yang secantik anak-anak Ayub, dan mereka diberi ayahnya milik pusaka di tengah-tengah saudara-saudaranya laki-laki.

42:16 Sesudah itu Ayub masih hidup seratus empat puluh tahun lamanya; ia melihat anak-anaknya dan cucu-cucunya sampai keturunan yang keempat.

42:17 Maka matilah Ayub, tua dan lanjut umur

 ----------------------

 

Shalom, selamat hari minggu bagi kita semua. Bersyukur dan senang rasanya masih bisa menyapa saudara lewat renungan minggu ini. Kiranya saudara semua ada dalam lindungan Tuhan kita, baik yang membaca dan merenungkan ini dalam suasana ibadah online (daring) di rumah, ataupun yang membacanya  dalam suasana dan kesempatan yang  lain. Saudaraku, Tuhan memberkati kita hari ini dengan sebuah tema “MELESTARIKAN BUDAYA”. Lewat Nas Firman Tuhan hari ini bagi kita, mau membukakan tentang bagaimana kita menyikapi budaya sebagai orang percaya (pengikut Kristus).

Budaya bersumber dari suatu kebiasaaan yang turun-temurun dalam suatu kelompok manusia. Kebiasaan hidup sehari-hari itu akhirnya disepakati dan dipegang teguh secara turun-temurun maka terjadilah sebuah budaya. Budaya itu menjadi ciri khas dari sebuah suku atau kelompok manusia dalam suatu lingkungan atau area.

Dalam  Wikipedia disebutkan bahwa  Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai budaya, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan di suatu kelompok”.  Apabila adat ini tidak dilaksanakan akan terjadi ketidakharmonisan yang menimbulkan sanksi oleh masyarakat setempat terhadap pelaku yang dianggap menyimpang atau melanggar.

Sejak semula manusia pada dasarnya hidup berbudaya. Budaya ini dilandasi oleh kebiasaan sehari-hari. Jaman Adam kelompok manusia pertama sudah memiliki budaya atau keiasaan. Budaya itu berasal dari perintah Allah yaitu budaya bekerja dan budaya menyembah. Budaya bekerja ini bisa kita temukan dalam Kejadian 1: 28  dan kejadian 3: 17. Demikian juga budaya menyembah kita temukan dalam Kejadian 4:1-5. Tujuan budaya ini sesungguhnya Tuhan perintahkan dan Tuhan jadikan sebagai sifat natural manusia adalah untuk memuliakan Tuhan.

Kebudayaan baik ini kemudian disusupi Iblis dan masuk ke dalam budaya manusia, dan cenderung mengontrolnya. Demikianlah sejak jaman purba kala. Kalau budaya ini Tuhan kehendaki untuk kemuliaanNya, maka Iblis menjadikannya untuk kemuliaan Iblis. Kalau Tuhan membuatnya untuk menyembahNya, maka Iblis juga membuatnya untuk menyembah Iblis.

Jadi sebuah budaya bisa dilahirkan dari tiga sumber. Yang pertama berdasarkan atas sifat alamiah manusia. Kedua berdasarkan perintah agama: misalnya bangsa Israel memiliki adat dan budaya yang banyak dilatarbelakangi hukum taurat. Perintah Tuhan secara turun-temurun itu menjadi budaya bagi bangsa Israel.  Dan yang ketiga sebuah budaya dan adat istiadat juga bisa muncul atas perintah atau inspirasi spiritual berbau okultisme (kuasa gelap) yang diprakarsai Iblis  untuk dilakukan manusia. Hal-hal tersebut bisa kita lihat dalam berbagai budaya di setiap suku yang masih memiliki  banyak adat kebudayaan yang berbau mistis dan atas dasar perintah spiritual gelap.

Pada setiap suku bangsa yang ada di dunia ini sudah memiliki adat istiadat yang sudah mengikat setiap sukunya  bahkan jauh sebelum kekristenan ada. Adat dan budaya itu memelihara dan mengikat  hajad hidup setiap masyarakatnya. Memilhara dan melestarikan budaya itu adalah sebuah keharusan bagi masyarakat adat tersebut. Sebab dalam tatanan masyarakat  bahwa adat istiadat itu adalah aturan dan hukum yang mengikat setiap warganya jika mau hidup bahagia. Melanggar adat berarti melanggar peraturan dan konsekuensinya ada.

Dalam nas Firman Tuhan ini kita melihat Adat atau kebiasaan kerabat dan teman-teman yang memberikan dukungan moril dan meteriil bagi saudaranya yang kena musibah. Juga sebuah kebiasaan baru yang sedang dilakukan oleh Ayub tentang milik pusaka atau warisan. Kebiasaan baru yang menjadi budaya turun temurun nantinya bagi keturunannya adalah pemberian atau pembagian harta warisan atau milik pusaka yang sama antara anak perempuan dan laki-laki. Demikian juga dalam Epistel Yohanes 2:1-12 menyebutkan bahwa Yesus dan ibunya Maria pergi menghadiri pesta adat pernikahan di kota Kana. Dalam acara pesta adat pernikahan ini ada contoh adat yang sudah dipraktekkan selama turun-temurun dalam hal pembasuhan diri dan penyajian anggur untuk diminum tamu. Bahwasanya harus disediakan yang berpesta enam bejana pembasuhan yang hanya diisi air 2-3 buyung sesuai adat istiadat.  Demikian juga penyajian anggur bahwa anggur terbaik harus disajikan terlebih dahulu, setelah semua puas barulah anggur yang kurang baik. Dalam dua perikop ayat ini Kisah Ayub dan pesta di Kana diangkatkan bagi kita sebagai sebagian dari contoh Alkitab memandang budaya atau adat manusia di bumi.

Ada beberapa hal yang bisa kita perhatikan dalam tema ini yang perlu kita renungkan yaitu bahwa manusia diciptakan sudah berbudaya. Budaya itu adalah budaya bekerja dan menyembah sebagai mana saya jelaskan di atas yang dipraktekkan manusia pertama yaitu keluarga Adam  dan anak-anaknya (kain dan Habil). Hal ini menunjukkan bahwa budaya dipakai untuk keperluan, kesejahteraan  dan kebutuhan manusia yang tujuan semuanya itu untuk memuji dan menyembah Tuhan. Oleh karena itu dalam jaman Perjanjian Baru setelah kedatangan Allah sebagai manusia  yaitu Yesus Kristus, Allah kembali mau menegaskan bahwa Allah hadir ditengah-tengah manusia masuk dan melembaga dengan manusia, masuk ke dalam budaya mansia selain untuk menebus manusia dari dosa adalah juga untuk memurnikan dan menyempurnakan budaya manusia untuk dikembalikan kepada hakekatnya yang semula.

Karena itu kedatangan Yesus bukan untuk meniadakan adat, tetapi untuk meneranginya. Ketidakpahaman ini sudah membuat beberapa aliran tertentu untuk mengklaim bahwa orang yang sudah bertobat dan percaya kepada Yesus tidak lagi memerlukan Adat dan budaya. Adat dan budaya itu adalah gelap atau berbau okultisme dan harus ditinggalkan jika mau mengikut Yesus. Jika masih mau melakukannya berarti mereka masih belum bertobat dan belum dilahirkan kembali. Jika memang ikut adat atau budaya itu artinya hidup dalam kegelapan, Yesus dan murid-muridNya  tidak akan mau ikut dalam pesta di Kana. Dia juga akan melarang ibunya (Maria) untuk menghadiri pesta pernikahan itu.

 

Kalau bicara budaya adalah kebiasaan yang turun-temurun maka kita tidak bisa mempersempit pengertian budaya hanya sekitar pesta adat beserta asesoris dan benda-benda budayanya serta ritual yang berlaku dalam suatu suku. Gereja-gereja sendiripun sesungguhnya bergerak dan beraktivitas dalam budaya masing-masing. Itu sebabnya cara beribadah, cara menyembah, cara memberikan persembahan, tata cara perjamuan kudus, pernikahan dan merayakan pernikahan itu dan lain sebagainya  berlain-lainnan setiap denominasi, bahkan bisa berbeda dalam satu denominasi karena berbeda daerah atau gereja. Ini semua menunjukkan budaya atau kebiasaan gereja itu dalam melakukan segala bentuk peribadahan dan kegiatan gerejawinya.

Kalau kita melihat kelompok manusia pertama (Adam dan keturunannya) bahwa budaya itu adalah segala tatanan dan pola hidup yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan Allah.  Namun dalam sejarah kejatuhan manusia dalam dosa sejak ribuan tahun silam hingga saat ini pemahaman Adat dan budaya menjadi tatanan dan pola hidup sekelompok manusia yang mengatur kehidupan antar sesama manusia dan antar manusia dengan sembahan mereka (bukan Tuhan).

Dalam sejarah perkembangan manusia yang hidup dalam budaya baik sebelum agama (kekristenan) menyentuh kehidupan mereka, budaya sudah dinterferensi oleh Iblis dan dosa, kemunculan dan perkembangan budaya mereka sarat dengan praktek  okultisme. Karena itu pemahaman manusia akhirnya membuat perbedaan agama dan adat budaya yang kontras. Sehingga disimpulkan kalau sudah bicara adat atau budaya sudah tidak ada hubungan dengan agama. Adat adalah adat,  agama adalah agama. Akhirnya manusia sepertinya secara otomatis harus membedakan mana adat dan mana Agama.

Namun sekali lagi jika ditinjau dari mulanya sejarah manusia, budaya dan penyembahan kepada Allah adalah sejalan. “Lewat budaya manusia menyembah Allah” Inilah prinsipnya. Karena itu Iblis menyerongkan juga  prisip ini menjadi “lewat budaya manusia menyembah Setan”. Kalau begitu apakah budaya harus ditiadakan atau masih harus dipertahankan dan dilestarikan?.  Dalam konteks beriman kepada Kristus budaya tidak harus dihilangkan. Tetapi Injil harus menerangi budaya. Terang Firman Tuhan harus masuk ke dalam adat dan menerangi adat itu supaya dikembalikan kembali untuk kemuliaan Tuhan. Orang-orang Kristen harus menghadirkan shalom Tuhan kedalam setiap budaya di dunia ini. Memang Karena dosa dan penyembahan kepada setan yang masuk ke dalam budaya maka tugas dan tanggungjaawab pengikut Kristus tidak mudah di dalam menerangi dan membersihkan budaya ini dari interferensi Iblis.

Dalam praktek sehari hari, Sejak kehadiran Yesus di bumi,  dan gerejaNya berdiri ditengah-tengah manusia yang berbudaya, tak habis-habisnya pergulatan antara orang percaya dan Setan dalam praktek berbudaya ini. Injil mendorong kita harus masuk kedalam budaya dan  meneranginya. Sebaliknya Budaya yang terikat okultisme ini juga berusaha memasukkan dirinya ke dalam gereja untuk menggelapkan gereja. Ini bisa kita lihat dalam praktek sehari hari. Dalam budaya Batak misalnya salah satu contoh jika mau menggali tulang-belulang leluhur  Gereja masuk ke dalam budaya itu untuk meneranginya memimpin proses itu supaya praktek-praktek berbau okultisme tidak dilakukan lagi dalam acara itu. Tetapi budaya yang sudah gelap itu berontak dan menyatakan misalnya bahwa kesurupan itu perlu sebagai bukti acara itu direstui dan diterima leluhur dan roh leluhur mau hadir dan memberi nasihat kepada para keturunannya. Pertentangan dan tarik-menarik ini banyak terjadi diberbagai kegiatan lainnya. Ketika Gereja mau membuat acara dalam kelompok manusia yang berbudaya maka segera juga  ritual/budaya gelap akan segera ingin ikut  ingin merebut dan merusaknya. Demikian juga ketika praktek budaya sedang berjalan, Gereja (melalui orang percaya) yang melihat ini juga akan masuk dan menerangi praktek budaya ini supaya sesuai dengan kehendak Tuhan.

Jadi Tujuan Gereja bukanlah untuk meniadakan adat sebagaimana tujuan kedatangan Yesus. Tetapi untuk meneranginya, dan membawanya kembali kepada Kristus. Sebab manusia selamat bukan karena beradat dan berbudaya tetapi selamat karena Kristus.

Ketidakpahaman ini, propaganda iblis, petuah dan nasihat leluhur turun-temurun membuat manusia lebih takut tidak beradat daripada tidak berTuhan. Ini banyak kita temukan dalam kehidupan masyarakat beradat. Kita bisa melihat ada orang yang begitu taatnya melakukan segala praktek adat meskipun dia menyatakan dirinya sebagai orang Kristen (beragama). Tidak ada satupun kegiatan adat yang luput dalam kehidupannya. Mulai dari kelahiran sampai kematian. Baginya Adat adalah segala-galanya, sebab itulah yang menjamin hidupnya. Dia akan rela meninggalkan ibadah hanya untuk mengikuti adat.  Bahkan dijaman sekarang sudah banyak orang Kristen yang melangsungkan adat di hari minggu. Pelayanan  bisa ditinggalkan demi mengikuti sebuah adat. Tidak hanya jemaat, tetapi diantara pelayan juga melakukan hal yang sama. Sebab mereka lebih takut disebut  sebagai orang tidak beradat.

Banyak contoh-contoh lain yang menunjukkan kepatuhan kepada adat lebih tinggi daripada kepada Tuhan. Misalnya orang yang selalu hadir ke acara pesta adat, kumpulan marga, tetapi ke gereja tidak pernah datang. Ada orang yang begitu hormat dan patuhnya kepada ‘hula-hula’ (keluarga pihak istri) tetapi tidak demikian dengan Firman Tuhan yang didengarkan atau kepada pelayan-pelayan Tuhan. Ada orang yang mendukung habis-habisan kegiatan budaya dengan dana dan daya, tetapi untuk urusan mendukung gereja tidak demikian.

Saudara,  menjunjung tinggi adat dan budaya nenek moyang tidaklah akan pernah membawa seseorang sampai kepada sorga dan rencana Allah. Namun orang yang menjunjung tinggi Iman kepada Kristus akan membawanya sampai kepada sorga. Orang-orang yang demikian akan menjadi alat Tuhan ditengah-tengah manusia yang berbudaya. Manusia Kristus tidak akan meninggalkan budaya atau menghilangkannya, tetapi masuk kepada budaya untuk meneranginya dan meluruskannya kepada  kehendak Tuhan.

Karena itu sebagi pengikut Kristus kita harus bisa memilah mana budaya yang harus dipertahankan (dilestarikan), mana budaya yang harus ditinggalkan serta mana budaya yang harus diluruskan/diterangi.

Kita bisa melihat bahwa sering sekali Agama (ibadah) dijadikan hanya sebagai pelengkap dalam sebuah adat. Bukan sebagai yang utama. Contohnya dalam sebuah pesta sebelum makan berdoa dulu. Lalu setelah makan diundanglah pengurus gereja untuk membuat doa selesai makan. Namun bisa kita lihat bahwa ketika acara doa penutup itu diadakan banyak orang yang masih hilir-mudik, masih bicara-bicara, atau masih ada yang makan. Hanya saja mereka merasa akan merasa malu atau tidak sah rasanya jika acara makan itu tidak ditutup doa oleh pengurus gereja. Dan seandainya dilakukan survey ke rumah masih-masing siapakah yang selalu melakukan atau mempraktekkan  doa setelah makan itu di rumah masing-masing?. Ada juga dalam sebuah perkumpulan marga  mereka mengundang hamba Tuhan untuk kotbah. Namun ada pesan kecil kepada pembicara dengan berkata “Pak tolong kotbahnya nanti jangan panjang-panjang 10 ke 15 menit saja yah”. Padahal nama acara itu adalah Ibadah (partangiangan=b.batak), namun sesungguhnya  yang utama adalah mereka mau bertemu kangen dan berpesta ria dalam pertemuan itu, sehingga ibadah itu hanya pelengkap saja.

Ada banyak orang tidak perduli dengan urusan gereja, urusan iman dan agama. Mereka lebih perduli urusan adat dan budaya. Tetapi kenyataanya bahwa ketika orang itu meninggal dia harus dikubur secara agama, tidak secara adat. Tidak ada tetua adat atau pemimpin acara adat (parsinabung/raja parhata) yang berani menguburkan seseorang yang meninggal. Mereka harus menyerahkannya kepada Gereja untuk melakukannya. Secara tidak langsung itu adalah pengakuan bahwa hidup dan mati adalah di tangan Tuhan dan dalam kuasa Tuhan.

Saudaraku, budaya itu perlu sebab itu mengatur banyak hal di dalam kehidupan manusia. Namun Budaya itu harus disesuaikan dengan ajaran agama. Alkitab mengajarkan banyak hal di dalam kehidupan manusia. Kita bisa menyandingkan setiap kegiatan adat dan budaya kita untuk dilihat dari sisi Alkitab mana yang harus dilestarikan dan mana yang harus dibuang. Misalnya bagaimana Alkitab bicara untuk menghormati orangtua maka kita umat percaya  yang adalah orang berbudaya harus menerapkannya dalam kehidupan kita tanpa melanggar Firman Tuhan. Sehingga jika orang menghormati orangtuanya haruslah lebih dahulu ketika orangtuanya masih hidup bukan ketika orangtuanya sudah meninggal. Budaya lama yang belum diterangi Firman Tuhan cenderung menghormati orangtuanya setelah orangtuanya meninggal dengan membuat acara-acara pesta besar serta mendirikan tugu-tugu mewah sebagai tanda penghormatan kepada orangtua. Memberi makanan-makanan kesukaan orangtuanya di kuburan padahal sewaktu hidup tidak pernah diperhatikan. Tetapi karena demikian adat dan pesan dari leluhur maka dilakukan juga dengan tujuan mendapat berkat.  Kalau secara lengkap kita pahami Alkitab maka sesungguhnya semua ikhwal kehidupan manusia diatur di sana.

Dari uraian diatas maka kita bisa mengambil beberapa hal penting dalam kehidupan beragama yang berbudaya yaitu: yang pertama bahwa  orang percaya harus bisa menerangi budayanya serta turut serta melestarikannya dengan cara meluruskan yang tidak pas, membuang yang bertentangan dengan Alkitab dan meneruskan apa yang baik. Jadi orang percaya tidaklah sepatutnya harus menghindari adat istiadat atau meninggalkannya.

Yang kedua mari gunakan indikator Firman Tuhan dalam memilih mana yang harus kita ikuti dalam hubungan berbudaya. Seperti tertulis dalam I Korintus  10:23 "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun”. Jadi orang percaya  dalam keterlibatannya dalam acara adat budaya harus mampu memilih mana yang boleh dan perlu, serta mana yang membangun. Hal ini akan memudahkan seseorang untuk bisa memilih patuh kepada Tuhan atau patuh kepada adat dan budaya. Dalam Galatia 1:14-16 Rasul Paulus mengungkapkan bahwa  dia adalah seseorang yang sangat rajin memelihara adat istiadat nenek moyangnya. Namun Ketika Kristus memilihnya dan menyelamatkannya serta memperkenalkan diriNya (Yesus) kepada Paulus, maka Paulus  mengalami perbedaan dan pembaharuan pandangan. Bahkan dalam Filipi 3:7-8 dia berkata: “Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus”. Sehngga dalam Galatia 1:16 itu Paulus berkata bahwa ketika Tuhan mengkehendakinya untuk menjadi alat Tuhah sebagai pemberita terang Injil, dia tidak meminta pertimbangan manusia termasuk adat istiadat itu. Satu-satunya standart dan dasar pertimbangannya adalah Tuhan dan FirmanNya. Bisa dipastikan bahwa adat istiadat nenek moyang Rasul Paulus yang dulu dia junjung tinggi tidak lagi mempengaruhi dia dalam kehidupannya, namun sebaliknya Rasul Pauluslah yang punya pengaruh atas adat budayanya.  Jika ini kita terapkan dalam kehidupan sehari hari yang tidak lepas dari adat dan budaya maka Alkitab (Firman Allah) akan menjadi patokan/rujukan (patron) dalam kehidupan berbudaya.

Yang ketiga jika ada orang percaya yang masuk dan terlibat di dalam adat jadilah disana sebagai penerang dan membawa damai Kristus dalam setiap kegiatan budaya. Lakukan itu sebagai ibadah kepada Tuhan dan jadikan melayani Tuhan nomor 1 bukan melayani budaya. Jadi jangan masukkan adat untuk mempengaruhi kebenaran Firman Tuhan atau ke dalam gereja, tetapi masukkanlah kebenaran Firman Tuhan dalam setiap adat istiadat manusia supaya budaya itu menjadi budaya yang kudus dan berkenan kepada Allah. Karena itu kegiatan berbudaya itu akan menjadi ibadah yang bisa dipersembahkan kepada Tuhan.

Saudara mari kita bijaksana untuk menilai dan memilah mana budaya yang harus kita lestarikan  tanpa diperbaharui, mana budaya yang harus diperbaiki tanpa membuangnya serta mana budaya yang harus dibuang. Dalam Nas Firman Tuhan hari ini dalam evanggelium dan Epistel kita melihat tiga hal tindakan yang terjadi terhadap budaya pada masa itu yaitu:

Yang pertama Kebiasaan baik yang dilakukan tema-teman Ayub seperti dalam Ayub 42:11 “Kemudian datanglah kepadanya semua saudaranya laki-laki dan perempuan dan semua kenalannya yang lama, dan makan bersama-sama dengan dia di rumahnya. Mereka menyatakan turut berdukacita dan menghibur dia oleh karena segala malapetaka yang telah ditimpakan TUHAN kepadanya, dan mereka masing-masing memberi dia uang satu kesita dan sebuah cincin emas” adalah suatu kebiasaan turun-temurun yang patut dipelihara dimana semua saudara dan kenalan datang menghibur yang berduka dan mengalami malapetaka dengan memberikan penghiburan dan sejumlah bantuan materi.

Yang kedua Ayub juga melakukan suatu terobosan terhadap budaya yang terjadi secara turun- temurun bahwa Anak perempuan yang dulunya tidak mendapat warisan milik pusaka dari ayahnya diantara saudara-saudaranya laki-laki, sekarang menjadi mendapatkan milik pusaka itu.

Yang ketiga dalam Epistel, Yesus dalam pernikahan di Kana melakukan suatu tindakan diluar dari budaya yang sudah berjalan selama turun-temurun yaitu menyajikan anggur yang terbaik diakhir acara. Bisa saja dia membuat anggur yang buruk sebagaimana biasa karena sudah diakhir acara. Tetapi Yesus mau menerangi dan menyempurnakan adat istiadat itu dengan memberikan anggur terbaik diakhir pesta, seakan mau mengatakan kita harus memberikan yang terbaik kepada  tamu dan undangan  mulai dari awal sampai akhir setiap acara pesta adat.

Dari ketiga contoh budaya ini jelas kita lihat disini ada yang dipertahankan, ada yang diperbaharui atau disempurnakan dan ada yang dibuang. Tujuannya adalah supaya Tuhan dimuliakan dan budaya itu tetap lestari dan bisa tetap dijalankan tanpa bertentangan dengan kebenaran Firman Allah.

Selamat menjadi terang dan alat Tuhan dalam setiap adat istiadat yang saudara ikuti, dan selamat melayani Tuhan.

 

Shalom,

 

Ev. Harles Lumbantobing

 

KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya  di Daftar... ARSIP..


 

Minggu, 11 Oktober 2020

RENUNGAN IBADAH MINGGU, 11 OKTOBER 2020

Renungan Ibadah Minggu ke 18 Setelah Trinitatis

Minggu, 11 Oktober 2020

Tema:

KEPEMIMPINAN YANG MENGHAMBA

 

 

Ev: Markus 10:35-45

Ep: Keluaran 18: 17-23

 

Markus 10:35-45 (TB)

 

10:35 Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya: "Guru, kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!"

10:36 Jawab-Nya kepada mereka: "Apa yang kamu kehendaki Aku perbuat bagimu?"

10:37 Lalu kata mereka: "Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu."

10:38 Tetapi kata Yesus kepada mereka: "Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?"

10:39 Jawab mereka: "Kami dapat." Yesus berkata kepada mereka: "Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima.

10:40 Tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan."

10:41 Mendengar itu kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes.

10:42 Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.

10:43 Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,

10:44 dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.

10:45 Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."

 

Shalom, selamat hari minggu, selamat beribadah buat kita semua. Puji Tuhan, kita masih diberi kesempatan dan kesehatan untuk bisa mengambil waktu sejenak untuk merenungkan FirmanNya yang menguatkan dan meneguhkan iman percaya kita.

Ibadah minggu ke 18 Setelah Trinitatis ini mengambil tema: KEPEMIMPINAN YANG MENGHAMBA yang didasari pada Injil Markus 10:35-45. Teks Firman Tuhan hari ini mengisahkan tentang 2 orang murid Yesus yakni kedua anak Zebedeus  yaitu Yakobus dan Yohanes yang membuat permintaan khusus kepada Yesus. Dalam Kitab Matius 20:20-28 juru bicara permintaan ini adalah Ibu mereka, namun yang dialog selanjutnya adalah antara Yesus dan Yakobus dan Yohanes, di dengarkan murid-murid yang lain.

Pembicaraan ini terjadi saat Yesus dan murid-murid dalam perjalanan ke Yerusalem dan suasana murid-murid dalam keadaan takut dan cemas ketika Yesus membicarakan tentang orang yang mengikut Yesus akan mengalami banyak penderitaan dan ketika Yesus menceritakan tentang penderitaan yang akan ditanggung Yesus (Markus 10:28-34).

Dialognya dimulai dengan permintaan mereka kepada Yesus supaya Yesus mengabulkan suatu permintaan mereka yakni supaya Yakobus dan Yohanes nanti duduk disebelah kanan dan kiri Yesus dalam kemuliaanNya (kerajaanNya). Kemudian Yesus menjawab:

Kata Yesus: Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang kuterima?. Pernyataan Yesus ini merujuk kepada Jalan Salib yang Yesus akan tanggung dan tujuan kedatanganNya. Bahwa tidak akan ada satupun manusia selain Yesus yang bisa menggantikannya. Harus Yesus sendiri yang menjalaninya sebab Dia sudah ditentukan Allah sejak dari semula sebagai korban satu-satunya yang menghapus dosa manusia. Itulah Cawan dan Baptisan yang Yesus maksudkan.

Jawab mereka dengan segera : kami dapat.

Lalu Yesus berkata lagi: Memang kamu akan meminum cawan yang kuminum dan dibaptis  menurut baptisan yang lu terima. Ini artinya bahwa Yesus tidak menyangkal bahwa mereka juga akan mengalami yang Yesus alami, tetapi setelah Yesus melakukannya dan mengalahkan penderitaan dan maut itu. Sehingga nanti setiap orang yang mengikutiNya, tidak lagi takut akan maut dan kematian sebab sudah Yesus taklukkan. Jadi cawan dan baptisan yang Yesus terima adalah sebagai korban pendamainan dan penghapus dosa manusia, sedangkan cawan dan baptisan yang diterima pengikut Yesus adalah untuk memberitakan Kabar baik bahwa dosa kita sudah diampuni dan diperdamaikan dengan Allah oleh pengorbanan Yesus Kristus.

Saudara, dalam peristiwa ini Yesus mengajarkan kepada murid-murid bahwa akhir dan tujuan hidup manusia bukanlah tentang pemerintahan atau  perihal duduk disebelah kiri atau kanan Yesus kalau Dia datang sebagai Raja. Ketika Yesus bicara tentang upah mengikut Yesus (Markus 10:28-31), bukanlah serta merta tentang kedudukan atau pemerintahan dalam kerajaanNya. Tetapi Yesus mau menekankan perihal melayani dan konsekuensi yang akan diterima sebagai pelayan. Yesus mau mengajarkan tentang konsep memimpin yang sesuai kehendak Allah yang berbeda dengan yang dilakukan pemimpin dunia ini.

Bicara pemimpin bukan sekedar bicara Raja atau presiden, menteri atau gubernur dan semua yang berhubungan dengan pemerintahan. Pendeta atau gembala, penatua atau ketua seksi, tetapi menyangkut semua bidang yang membutuhkan kepemimpinan.  Mulai bidang pemerintahan dunia, Agama, Sosial masyarakat, organisasi, sampai kepada keluarga. Jadi Ayah pemimpin bagi keluarganya, abang/kakak pemimpin bagi adik-adiknya, ketua-ketua seksi dalam berbagai organisasi dunia dan keagamaan sebagai  pemimpin dalam seksi yang mereka pimpin, penatua  bagi jemaat yang dilayaninya, pendeta bagi jemaat yang dilayaninya demikian seterusnya  sampai dibidang pemerintahan dunia.

Kalau kita bicara ‘pemimpin yang menjadi pelayan’, atau ‘pemimpin yang menghamba’ maka  saudara saya ajak sebentar  melihat tentang arti pelayan dalam Akitab. Alkitab menerjemahkan banyak arti terhadap pelayan seperti: Kej 9:26 : servant (KJV)=Hamba (TB) = Budak (LAI Sehari2)= Naposo (Toba); Kej 9: 25: =Babu= Servant of Servant (KJV)= Budak (LAI sehari2)=Jampurut (Toba)=Hamba yang paling hina(TB)=Jongos;  Bilangan 11:28: Servant=Abdi (TB); Ulangan 15:17: Servant (KJV)= Budak (TB)= Hatoban =Rom 6:20(Toba); Ulangan 29:2: Servant (KJV) = Official (CEV) Pegawai (TB)=Naposo (Toba); 2 Samuel 3:18: 1 Raja 10:4-5, 2 Raja 6:15;   Servant (KJV; CEV)= Pelayan (TB)=parhalado (TOBA); Mazmur 104:4: Servant (KJV)= Pelayan (TB)=parhalado(TOBA); Yesaya 61:6: Servant (CEV, TEV)=Pelayan (TB)=parhalado; Matius 8: 6: Servant(KJV)=Hamba (TB) = Naposo (TOBA); Matius 20: 26: Servant (CEV)= Minister (KJV) =Pangoloi di donganna (TOBA), Diakonos (Junani); Efesus 6: 21= Servant (TEV)=Parhobas =Pelayan (TB)=Minister (KJV); Ibrani 8:5-6 = Pangaradoti (TOBA), Minister (KJV) = Tugas Imam =(LAI Sehari-hari), Priest (TEV);

Jadi di dalam PL dan PB banyak pemakaian kata Hamba yang diterjemahkan dalam berbagai makna seperti berikut:

Servant=Hamba=Abdi=budak=babu=pelayan=pegawai=parhalado=pangurupi=naposo=hatoban= parhobas=pangaradoti, dst.

Mengingat dan memahami kembali arti dan makna HAMBA memberikan kita penghayatan yang lebih dalam akan tugas, fungsi dan tanggungjawab seorang HAMBA. Kekayaan makna ini sekaligus menjadi pagar/perisai sekaligus kemudi bagi seorang HAMBA/PELAYAN untuk tetap berdiri teguh akan panggilannya.

Pembiasan makna terjadi ketika seseorang memberontak (di dalam dirinya)  terhadap makna sebenarnya dari kata Pelayan. Ketidak jujuran terhadap diri sendiri menguatkan dan menegaskan pergeseran makna ini sehingga seseorang kehilangan arah tujuan  dari panggilannya yang sebenarnya. Jaman ini dan bahkan sebelumnya, PEMIPMPIN YANG MENGHAMBA/PELAYAN dalam konteks melayani Tuhan (baik pemerintahan maupun keagamaan) sudah banyak  bergeser bahkan berbalik dari makna-makna seperti dijelaskan diatas : dari Pelayan menjadi bos, dari hamba menjadi juragan, dari abdi menjadi tuan, dari hamba menjadi raja, dan sebagainya. Pergeseran ini menyebabkan fungsi dan panggilan menjadi kabur, sehingga apa yang dilayankan/dikerjakan terhadap orang-orang yang dilayani tidak berdampak sebagaimana diharapkan terhadap mereka.

Manusia selalu memikirkan tentang pemimpin dalam hal kedudukan dan jabatan. Tetapi Allah memikirkan tentang  sikap kerendahan hati dan melayani seorang pemimpin. Itu sebabnya Yesus berkata kepada kedua murid yang meminta ini: “Kamu tidak tahu apa yang kamu minta”. Karena ketika manusia bicara tentang jabatan maka cenderung bicara tentang jabatan dan kehormatan.  Tetapi Yesus mengajarkan bahwa kepemimpinan Kristiani bukan bicara jabatan, tetapi bicara melayani dan penderitaan demi yang dilayaninya.

Itu sebabnya Yesus kemudian melanjutkan pembicaraan itu dengan mengajarkan konsep melayani kepada murid-muridNya di ayat 42-45 dalam perikop ini. Kepemimpinan dunia berasal dari Allah. Maka seharusnya konsep kepemimpinan di dunia juga harus sesuai standart Allah. Namun dosa dan keinginan daging membuat para pemimpin di dunia ini membuat mandat yang Tuhan percayakan kepada mereka untuk memerintah rakyatnya bukan dengan konsep melayani lagi. Tetapi selalu berujung kepada keinginan untuk disembah, dihormati, ditakuti, dilayani, dimuliakan, diikuti semua kemauannya. Mereka lupa dari siapa mereka mendapatkan kepemimpinan itu dan kepada siapa mereka bertanggungjawab.  Mereka melupakan bahkan mengabaikan siapa yang seharusnya dimuliakan dan disembah. Konsep siapa yang melayani dan siapa yang dilayani tidak lagi dipahami dan dimengerti. Atau karena ambisi dan keinginan mereka dengan sadar membalik konsep melayani menjadi dilayani.

Karena itu Yesus berkata dalam ayat 42: “Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka”. Inilah fakta yang terjadi di dalam dunia sehingga dunia menjadi kacau balau. Banyak pemerintah yang tidak lagi menjadi pelayan rakyat. Semua sudah ingin menjadi raja dan bos. Rakyat tidak lagi dilayani dan digembalakan, tetapi mereka sibuk membangun puji-pujian dan hormat terhadap diri mereka sendiri dengan mengorbankan hak dan kepentingan yang dipimpinnya.

Kedatangan Yesus dan konsep pengajaranNya tentang kepemimpinan yang transformatif itu memberi harapan kepada manusia yang menderita dan teraniaya oleh para pemimpinnya, namun menjadi teguran dan batu sandungan bagi para pemimpin pada jaman itu. Itu sebabnya para pemimpin Jahudi baik pemimpin dibidang pemerintahan dunia maupun pemimpin dibidang keagamaan (seperti orang Farisi, saduki dan lain sebagainya) membenci Yesus dan ingin membunuhNya. Sebab Apa yang Yesus sampaikan bertentangan dengan hasrat dan ambisi manusia. Karena itu pemimpin yang tidak mau menjadi pelayanan, yang maunya dihormati, didahulukan, terkemuka, adalah  sama dengan orang Farisi yang mau membunuh Yesus kembali

Karena itu Allah menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus untuk menunjukkan dan memberi teladan bagaimana pemimpin yang seharusnya. Bahwa pemimpin adalah pelayan. Yesus membalik pemahaman dunia tentang pemimpin. Kalau dunia berkata untuk menjadi besar harus punya kekuatan, kekayaan, berkuasa, supaya disegani dan ditakuti dan semua ucapannya dituruti. Tetapi Yesus berkata yang mau besar harus mau jadi pelayan (ay 43), untuk menjadi terkemuka harus menjadi hamba untuk semuanya (ay 44). Pemimpin bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani (ay 45). Ini semua Yesus contohkan diriNya sendiri dengan berkata bahwa Yesus datang bukan untuk dilayani tetapi melayani bahkan sampai memberikan nyawanya bagi yang dilayaniNya (ay 45) dan itu dibuktikanNya.

Jadi sebagai seorang pengikut Kristus kita harus meneladani Yesus dalam hal kepemimpinan dan melakukan teladanNya. Untuk menjadi hamba yang setia kita harus memposisikan diri sebagai hamba seperti Yesus dimana Dia datang kedunia ini sebagai Hamba yang melayani dan hanya melakukan kehendak Bapa-Nya di sorga. Tidak ada yang dilakukan Yesus  selain melakukan kehendak Bapa di sorga Yohanes 6:38 “Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku (TB).

Hamba yang setia akan bertanggungjawab dalam segala hal, bahkan jika kesalahan sekalipun yang diperbuat yang dipimpinnya, di dalam tanggungjawab dia akan berkata “hambalah yang salah bukan mereka, biarlah saya yang menanggung akibatnya”. Itu sebabnya tidak mudah untuk mengemban tugas sebagai pemimpin.  Ada banyak orang seperti Yakobus dan Yohanes  yang berambisi menjadi pemimpin  tetapi tidak tahu apa itu pemimpin dan bagaimana menjadi seorang pemimpin. Itu sebabnya kepemimpinan gaya dunia tidak membawa kemajuan dan kebaikan bagi yang dipimpinnya sebab keutamaan mereka adalah dirinya sendiri. Sedangkan kepemimpinan yang melayani yang Tuhan inginkan menempatkan jemaat atau orang yang dipimpinnya menjadi yang utama. Kalau konsep ini kembali ‘di bumikan’  baik ditengah-tengah pemerintahan dunia ini maupun di bidang keagamaan, maka sejahteralah rakyatnya. Kalau demikian  orang yang layak besar oleh pelayanannya akan dibesarkan, orang yang layak terkemuka dan dihormati oleh kepemimpinannya yang menghamba akan menjadi terkemuka. Karena itu Yesus berkata: “Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan”(Matius 23:12).

Saudaraku, lewat ibadah hari ini, mari kita kembali mimikirkan dan menghayati tema ini. Kita semua adalah pemimpin pertama bagi diri kita sendiri, pemimpin bagi orang lain di berbagai bidang, juga sekaligus kita semua adalah pelayan terhadap yang satu dengan yang lainnya. Mari saling mendahului melayani dan bukan dilayani. Mari menghargai orang yang melayani dengan tulus dan memberi kebebasan mereka untuk melayani sesuai dengan panggilan mereka. Mari berdoa buat semua pemimpin negara dalam berbagai tingkatan, semua  pemimpin agama dalam berbagai tingkatan supaya menjadi pemimpin yang melayani sesuai dengan kehendak Tuhan. Tidak ada pemimpin yang sempurna karena itu kita semua wajib berdoa bagi mereka.

Kiranya renungan ini meneguhkan dan menguatkan saudara. Majulah terus dalam Tuhan, Sehatlah jasmani dan rohani kita Tuhan Yesus memberkati.

Shalom,

 

Ev. Harles Lumbantobing

 

KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya  di Daftar... ARSIP..