Minggu, 11 Oktober 2020

RENUNGAN IBADAH MINGGU, 11 OKTOBER 2020

Renungan Ibadah Minggu ke 18 Setelah Trinitatis

Minggu, 11 Oktober 2020

Tema:

KEPEMIMPINAN YANG MENGHAMBA

 

 

Ev: Markus 10:35-45

Ep: Keluaran 18: 17-23

 

Markus 10:35-45 (TB)

 

10:35 Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya: "Guru, kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!"

10:36 Jawab-Nya kepada mereka: "Apa yang kamu kehendaki Aku perbuat bagimu?"

10:37 Lalu kata mereka: "Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu."

10:38 Tetapi kata Yesus kepada mereka: "Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?"

10:39 Jawab mereka: "Kami dapat." Yesus berkata kepada mereka: "Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima.

10:40 Tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan."

10:41 Mendengar itu kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes.

10:42 Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.

10:43 Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,

10:44 dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.

10:45 Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."

 

Shalom, selamat hari minggu, selamat beribadah buat kita semua. Puji Tuhan, kita masih diberi kesempatan dan kesehatan untuk bisa mengambil waktu sejenak untuk merenungkan FirmanNya yang menguatkan dan meneguhkan iman percaya kita.

Ibadah minggu ke 18 Setelah Trinitatis ini mengambil tema: KEPEMIMPINAN YANG MENGHAMBA yang didasari pada Injil Markus 10:35-45. Teks Firman Tuhan hari ini mengisahkan tentang 2 orang murid Yesus yakni kedua anak Zebedeus  yaitu Yakobus dan Yohanes yang membuat permintaan khusus kepada Yesus. Dalam Kitab Matius 20:20-28 juru bicara permintaan ini adalah Ibu mereka, namun yang dialog selanjutnya adalah antara Yesus dan Yakobus dan Yohanes, di dengarkan murid-murid yang lain.

Pembicaraan ini terjadi saat Yesus dan murid-murid dalam perjalanan ke Yerusalem dan suasana murid-murid dalam keadaan takut dan cemas ketika Yesus membicarakan tentang orang yang mengikut Yesus akan mengalami banyak penderitaan dan ketika Yesus menceritakan tentang penderitaan yang akan ditanggung Yesus (Markus 10:28-34).

Dialognya dimulai dengan permintaan mereka kepada Yesus supaya Yesus mengabulkan suatu permintaan mereka yakni supaya Yakobus dan Yohanes nanti duduk disebelah kanan dan kiri Yesus dalam kemuliaanNya (kerajaanNya). Kemudian Yesus menjawab:

Kata Yesus: Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang kuterima?. Pernyataan Yesus ini merujuk kepada Jalan Salib yang Yesus akan tanggung dan tujuan kedatanganNya. Bahwa tidak akan ada satupun manusia selain Yesus yang bisa menggantikannya. Harus Yesus sendiri yang menjalaninya sebab Dia sudah ditentukan Allah sejak dari semula sebagai korban satu-satunya yang menghapus dosa manusia. Itulah Cawan dan Baptisan yang Yesus maksudkan.

Jawab mereka dengan segera : kami dapat.

Lalu Yesus berkata lagi: Memang kamu akan meminum cawan yang kuminum dan dibaptis  menurut baptisan yang lu terima. Ini artinya bahwa Yesus tidak menyangkal bahwa mereka juga akan mengalami yang Yesus alami, tetapi setelah Yesus melakukannya dan mengalahkan penderitaan dan maut itu. Sehingga nanti setiap orang yang mengikutiNya, tidak lagi takut akan maut dan kematian sebab sudah Yesus taklukkan. Jadi cawan dan baptisan yang Yesus terima adalah sebagai korban pendamainan dan penghapus dosa manusia, sedangkan cawan dan baptisan yang diterima pengikut Yesus adalah untuk memberitakan Kabar baik bahwa dosa kita sudah diampuni dan diperdamaikan dengan Allah oleh pengorbanan Yesus Kristus.

Saudara, dalam peristiwa ini Yesus mengajarkan kepada murid-murid bahwa akhir dan tujuan hidup manusia bukanlah tentang pemerintahan atau  perihal duduk disebelah kiri atau kanan Yesus kalau Dia datang sebagai Raja. Ketika Yesus bicara tentang upah mengikut Yesus (Markus 10:28-31), bukanlah serta merta tentang kedudukan atau pemerintahan dalam kerajaanNya. Tetapi Yesus mau menekankan perihal melayani dan konsekuensi yang akan diterima sebagai pelayan. Yesus mau mengajarkan tentang konsep memimpin yang sesuai kehendak Allah yang berbeda dengan yang dilakukan pemimpin dunia ini.

Bicara pemimpin bukan sekedar bicara Raja atau presiden, menteri atau gubernur dan semua yang berhubungan dengan pemerintahan. Pendeta atau gembala, penatua atau ketua seksi, tetapi menyangkut semua bidang yang membutuhkan kepemimpinan.  Mulai bidang pemerintahan dunia, Agama, Sosial masyarakat, organisasi, sampai kepada keluarga. Jadi Ayah pemimpin bagi keluarganya, abang/kakak pemimpin bagi adik-adiknya, ketua-ketua seksi dalam berbagai organisasi dunia dan keagamaan sebagai  pemimpin dalam seksi yang mereka pimpin, penatua  bagi jemaat yang dilayaninya, pendeta bagi jemaat yang dilayaninya demikian seterusnya  sampai dibidang pemerintahan dunia.

Kalau kita bicara ‘pemimpin yang menjadi pelayan’, atau ‘pemimpin yang menghamba’ maka  saudara saya ajak sebentar  melihat tentang arti pelayan dalam Akitab. Alkitab menerjemahkan banyak arti terhadap pelayan seperti: Kej 9:26 : servant (KJV)=Hamba (TB) = Budak (LAI Sehari2)= Naposo (Toba); Kej 9: 25: =Babu= Servant of Servant (KJV)= Budak (LAI sehari2)=Jampurut (Toba)=Hamba yang paling hina(TB)=Jongos;  Bilangan 11:28: Servant=Abdi (TB); Ulangan 15:17: Servant (KJV)= Budak (TB)= Hatoban =Rom 6:20(Toba); Ulangan 29:2: Servant (KJV) = Official (CEV) Pegawai (TB)=Naposo (Toba); 2 Samuel 3:18: 1 Raja 10:4-5, 2 Raja 6:15;   Servant (KJV; CEV)= Pelayan (TB)=parhalado (TOBA); Mazmur 104:4: Servant (KJV)= Pelayan (TB)=parhalado(TOBA); Yesaya 61:6: Servant (CEV, TEV)=Pelayan (TB)=parhalado; Matius 8: 6: Servant(KJV)=Hamba (TB) = Naposo (TOBA); Matius 20: 26: Servant (CEV)= Minister (KJV) =Pangoloi di donganna (TOBA), Diakonos (Junani); Efesus 6: 21= Servant (TEV)=Parhobas =Pelayan (TB)=Minister (KJV); Ibrani 8:5-6 = Pangaradoti (TOBA), Minister (KJV) = Tugas Imam =(LAI Sehari-hari), Priest (TEV);

Jadi di dalam PL dan PB banyak pemakaian kata Hamba yang diterjemahkan dalam berbagai makna seperti berikut:

Servant=Hamba=Abdi=budak=babu=pelayan=pegawai=parhalado=pangurupi=naposo=hatoban= parhobas=pangaradoti, dst.

Mengingat dan memahami kembali arti dan makna HAMBA memberikan kita penghayatan yang lebih dalam akan tugas, fungsi dan tanggungjawab seorang HAMBA. Kekayaan makna ini sekaligus menjadi pagar/perisai sekaligus kemudi bagi seorang HAMBA/PELAYAN untuk tetap berdiri teguh akan panggilannya.

Pembiasan makna terjadi ketika seseorang memberontak (di dalam dirinya)  terhadap makna sebenarnya dari kata Pelayan. Ketidak jujuran terhadap diri sendiri menguatkan dan menegaskan pergeseran makna ini sehingga seseorang kehilangan arah tujuan  dari panggilannya yang sebenarnya. Jaman ini dan bahkan sebelumnya, PEMIPMPIN YANG MENGHAMBA/PELAYAN dalam konteks melayani Tuhan (baik pemerintahan maupun keagamaan) sudah banyak  bergeser bahkan berbalik dari makna-makna seperti dijelaskan diatas : dari Pelayan menjadi bos, dari hamba menjadi juragan, dari abdi menjadi tuan, dari hamba menjadi raja, dan sebagainya. Pergeseran ini menyebabkan fungsi dan panggilan menjadi kabur, sehingga apa yang dilayankan/dikerjakan terhadap orang-orang yang dilayani tidak berdampak sebagaimana diharapkan terhadap mereka.

Manusia selalu memikirkan tentang pemimpin dalam hal kedudukan dan jabatan. Tetapi Allah memikirkan tentang  sikap kerendahan hati dan melayani seorang pemimpin. Itu sebabnya Yesus berkata kepada kedua murid yang meminta ini: “Kamu tidak tahu apa yang kamu minta”. Karena ketika manusia bicara tentang jabatan maka cenderung bicara tentang jabatan dan kehormatan.  Tetapi Yesus mengajarkan bahwa kepemimpinan Kristiani bukan bicara jabatan, tetapi bicara melayani dan penderitaan demi yang dilayaninya.

Itu sebabnya Yesus kemudian melanjutkan pembicaraan itu dengan mengajarkan konsep melayani kepada murid-muridNya di ayat 42-45 dalam perikop ini. Kepemimpinan dunia berasal dari Allah. Maka seharusnya konsep kepemimpinan di dunia juga harus sesuai standart Allah. Namun dosa dan keinginan daging membuat para pemimpin di dunia ini membuat mandat yang Tuhan percayakan kepada mereka untuk memerintah rakyatnya bukan dengan konsep melayani lagi. Tetapi selalu berujung kepada keinginan untuk disembah, dihormati, ditakuti, dilayani, dimuliakan, diikuti semua kemauannya. Mereka lupa dari siapa mereka mendapatkan kepemimpinan itu dan kepada siapa mereka bertanggungjawab.  Mereka melupakan bahkan mengabaikan siapa yang seharusnya dimuliakan dan disembah. Konsep siapa yang melayani dan siapa yang dilayani tidak lagi dipahami dan dimengerti. Atau karena ambisi dan keinginan mereka dengan sadar membalik konsep melayani menjadi dilayani.

Karena itu Yesus berkata dalam ayat 42: “Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka”. Inilah fakta yang terjadi di dalam dunia sehingga dunia menjadi kacau balau. Banyak pemerintah yang tidak lagi menjadi pelayan rakyat. Semua sudah ingin menjadi raja dan bos. Rakyat tidak lagi dilayani dan digembalakan, tetapi mereka sibuk membangun puji-pujian dan hormat terhadap diri mereka sendiri dengan mengorbankan hak dan kepentingan yang dipimpinnya.

Kedatangan Yesus dan konsep pengajaranNya tentang kepemimpinan yang transformatif itu memberi harapan kepada manusia yang menderita dan teraniaya oleh para pemimpinnya, namun menjadi teguran dan batu sandungan bagi para pemimpin pada jaman itu. Itu sebabnya para pemimpin Jahudi baik pemimpin dibidang pemerintahan dunia maupun pemimpin dibidang keagamaan (seperti orang Farisi, saduki dan lain sebagainya) membenci Yesus dan ingin membunuhNya. Sebab Apa yang Yesus sampaikan bertentangan dengan hasrat dan ambisi manusia. Karena itu pemimpin yang tidak mau menjadi pelayanan, yang maunya dihormati, didahulukan, terkemuka, adalah  sama dengan orang Farisi yang mau membunuh Yesus kembali

Karena itu Allah menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus untuk menunjukkan dan memberi teladan bagaimana pemimpin yang seharusnya. Bahwa pemimpin adalah pelayan. Yesus membalik pemahaman dunia tentang pemimpin. Kalau dunia berkata untuk menjadi besar harus punya kekuatan, kekayaan, berkuasa, supaya disegani dan ditakuti dan semua ucapannya dituruti. Tetapi Yesus berkata yang mau besar harus mau jadi pelayan (ay 43), untuk menjadi terkemuka harus menjadi hamba untuk semuanya (ay 44). Pemimpin bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani (ay 45). Ini semua Yesus contohkan diriNya sendiri dengan berkata bahwa Yesus datang bukan untuk dilayani tetapi melayani bahkan sampai memberikan nyawanya bagi yang dilayaniNya (ay 45) dan itu dibuktikanNya.

Jadi sebagai seorang pengikut Kristus kita harus meneladani Yesus dalam hal kepemimpinan dan melakukan teladanNya. Untuk menjadi hamba yang setia kita harus memposisikan diri sebagai hamba seperti Yesus dimana Dia datang kedunia ini sebagai Hamba yang melayani dan hanya melakukan kehendak Bapa-Nya di sorga. Tidak ada yang dilakukan Yesus  selain melakukan kehendak Bapa di sorga Yohanes 6:38 “Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku (TB).

Hamba yang setia akan bertanggungjawab dalam segala hal, bahkan jika kesalahan sekalipun yang diperbuat yang dipimpinnya, di dalam tanggungjawab dia akan berkata “hambalah yang salah bukan mereka, biarlah saya yang menanggung akibatnya”. Itu sebabnya tidak mudah untuk mengemban tugas sebagai pemimpin.  Ada banyak orang seperti Yakobus dan Yohanes  yang berambisi menjadi pemimpin  tetapi tidak tahu apa itu pemimpin dan bagaimana menjadi seorang pemimpin. Itu sebabnya kepemimpinan gaya dunia tidak membawa kemajuan dan kebaikan bagi yang dipimpinnya sebab keutamaan mereka adalah dirinya sendiri. Sedangkan kepemimpinan yang melayani yang Tuhan inginkan menempatkan jemaat atau orang yang dipimpinnya menjadi yang utama. Kalau konsep ini kembali ‘di bumikan’  baik ditengah-tengah pemerintahan dunia ini maupun di bidang keagamaan, maka sejahteralah rakyatnya. Kalau demikian  orang yang layak besar oleh pelayanannya akan dibesarkan, orang yang layak terkemuka dan dihormati oleh kepemimpinannya yang menghamba akan menjadi terkemuka. Karena itu Yesus berkata: “Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan”(Matius 23:12).

Saudaraku, lewat ibadah hari ini, mari kita kembali mimikirkan dan menghayati tema ini. Kita semua adalah pemimpin pertama bagi diri kita sendiri, pemimpin bagi orang lain di berbagai bidang, juga sekaligus kita semua adalah pelayan terhadap yang satu dengan yang lainnya. Mari saling mendahului melayani dan bukan dilayani. Mari menghargai orang yang melayani dengan tulus dan memberi kebebasan mereka untuk melayani sesuai dengan panggilan mereka. Mari berdoa buat semua pemimpin negara dalam berbagai tingkatan, semua  pemimpin agama dalam berbagai tingkatan supaya menjadi pemimpin yang melayani sesuai dengan kehendak Tuhan. Tidak ada pemimpin yang sempurna karena itu kita semua wajib berdoa bagi mereka.

Kiranya renungan ini meneguhkan dan menguatkan saudara. Majulah terus dalam Tuhan, Sehatlah jasmani dan rohani kita Tuhan Yesus memberkati.

Shalom,

 

Ev. Harles Lumbantobing

 

KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya  di Daftar... ARSIP..


 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda yang baik, sopan dan bahasa yang mudah dimengerti. terimakasih