Sabtu, 20 Februari 2021

KETIKA KEROHANIANKU JALAN DI TEMPAT

 

Renungan Jam Doa Kebaktian Muda-Mudi Kampung Susuk  (KMKS)

20 Februari 2021 (Zoom mode)

Tema:

“KETIKA KEROHANIANKU JALAN DI TEMPAT”

1 Yohanes 5:4-5

 

Shalom saudara-i ku di dalam Tuhan kita Yesus Kristus. Oleh kemurahan Tuhan kita bisa berkumpul dan beribadah dalam situasi pandemi saat ini. Situasi dunia saat ini tidak menghalangi kerinduan kita untuk berkumpul (walau dalam dalam media online ini), beribadah dan berdoa.  Kiranya ini semua adalah karena kerinduan dan kehausan kita akan Firman Tuhan dan kerinduan kita akan perjumpaan dengan Dia. Topik perenungan kita hari ini sebagai yang mendasari kita untuk memanjatkan doa-doa kita kepada Tuhan adalah:  KETIKA KEROHANIANKU JALAN DI TEMPAT.

Saudara ketika kerohanian kita jalan di tempat, apa yang harus kita lakukan? Dan dari mana kita ketahui bahwa kerohanian kita jalan ditempat?

Dalam waktu yang singkat ini ijinkan saya langsung menyampaikan bahwa sesungguhnya yang tahu kerohanian kita sedang jalan ditempat atau tidak adalah diri kita sendiri. Sebagai sama-sama anak Tuhan, Kalau kita jujur terhadap diri kita sendiri, kita akan tahu bahwa kita sedang dalam situasi ini atau tidak. Untuk mengeceknya tentunya saudara akan membandingkan siapa saudara hari ini dibanding kemarin, bulan lalu, tahun lalu, sebelum pandemi, atau sebelum saudara bertobat. Adakah kegairahan rohani yang saudara rasakan dulu dengan belakangan ini  rasanya begitu-begitu saja, atau jangan-jangan justeru sudah semakin menurun. Yah, mungkin saudara akan segera menuduh bahwa situasi dunia dengan Pandemi Covid-19 ini menjadi penyebab atau pemicu semua ini terjadi. Namun Spritualitas anak-anak Tuhan sesungguhnya tidak akan pernah digoyahkan oleh situasi dan kondisi dari luar dirinya, sebab yang terbesar dari segala sesuatu ada di dalam dirinya yaitu Roh Kudus. Dunia seharusnya tidak bisa merubah anak-anak Tuhan  tetapi anak-anak Tuhanlah  yang merubah dan mengalahkan dunia. Lihat apa yang dikatakan I Yohanes 5:4-5:   “sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita. Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah?”

Karena itu seseorang bisa mengalami stagnan rohani atau bahkan kemunduran rohani adalah karena dia tidak menyadari dan mengimani lagi bahwa kekuatan besar ini ada padanya sehingga dia mengijinkan dirinya dikalahkan oleh situasi dan kondisi dunia ini. Bukankah ini yang diinginkan si Iblis? Membuat penglihatan rohani anak-anak Tuhan kabur/buram bahkan meragukan iman dan kekuatan yang ada di dalam dirinya, dengan demikian tidak ada lagi pencapaian dan lompatan rohani yang bisa dia buat dan kerjakan.

Saudara, jika saudara sadar kerohanian saudara sedang jalan di tempat, bahkan sedang mundur, dan saudara rindu untuk bangkit kembali, maka saudara masih bisa untuk bangkit dan melaju kembali. Namun jika seseorang sudah tidak menyadarinya lagi, ini yang berbahaya,  maka dia semakin lama akan semakin tenggelam, dan tidak akan berbuah lagi. Jika kondisi “jalan di tempat” ini sedang kita alami maka ada beberapa hal-hal praktis yang saya mau bagikan bagi kita dalam kesempatan kali ini.

1. Anda Butuh Retreat

        Kita perlu berhenti sejenak untuk evaluasi diri dan mempersilahkan Tuhan untuk menyelidiki hati saudara sampai yang terdalam. Mengijinkan Roh Kudus menyelidiki panggilan dan visi pribadi saudara sebagai anak-anak Tuhan. Tentunya rertreat yang biasa kita lakukan bersama dengan saudara-saudara kita seperti biasa tidak memungkinkan kita lakukan dalam masa pandemi ini, namun bisa kita lakukan dengan model “Retreat of silent” pribadi sebagaimana yang biasa kita lakukan di dalam acara-acara retreat umum.  Lihatlah apa kata pemazmur dalam Mazmur 139:23-24: “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!”. Kita juga bisa mengatakan hal yang sama atau bahkan berkata kepada Tuhan “Ujilah aku dan lihatlah apakah langkahku jalan di tempat”.

2. Tetap makan makanan rohani yang sehat.

Jangan-jangan saudara sedang kelaparan rohani, atau kebanyakan menyerap makanan rohani yang tidak sehat (junk food), yang tidak memberikan kehidupan dan kegairahan. kerohanian yang jalan di tempat bisa di dalangi oleh hal ini. Bacalah Alkitab dengan kontiniu, buku-buku rohani berkualitas dan terpercaya, sumber-sumber media yang jelas. Apalagi dalam masa pandemi sekarang Jangan banyak nonton perdebatan-perdebatan teologis atau perdebatan agama di media sosial yang susah saudara cerna bahkan membuat pikiran saudara kabur dan rusak. Isilah hati dan pikiran saudara dengan Firman Tuhan (Alkitab) lalu nikmati (saat makan), lalu cerna dan serap dengan baik. Inilah makanan yang paling utama.  Coba kita perhatikan Mazmur Daud dalam Mazmur 63:2 ini: “Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair”. Seperti tanah yang kering dan tandus demikianlah harusnya hati kita rindu akan air Tuhan yaitu FirmanNya, sebab itulah yang memuaskan, mengenyangkan dan menghidupkan. Tetapi ingatlah saudara terus menerus diisi tanpa mengisi atau berbagi tidak akan berguna dan membuat kita berjalan melaju.  Hal-hal berikut  ini Selanjutnya (poin 3-5) haruslah ada.

3. Pengalaman dan latihan rohani.

Pengalaman dan latihan rohani ini sangatlah penting untuk menjaga kebugaran rohani kita. Bukan hanya tubuh jasmani kita yang butuh latihan dan olah raga, tetapi tubuh rohani kita juga. Firman Tuhan dalam 1 Timotius 4:8  berkata: "Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang". Apa yang bisa kita lakukan dalam kondisi Pandemi saat ini?.  Pengalaman dan latihan rohani yang bisa saudara lakukan di tempat saudara masing-masing saat ini tentunya bisa beragam, tergantung di mana saudara tinggal dan bagaimana lingkungan saudara saat ini. Namun ada beberapa hal yang bisa kita lakukan. Dalam rangka pemberitaan injil tentunya kita masih bisa  melakukan hal-hal berikut:

  • Ber-PI pribadi secara langsung, walau dengan hikmat karena situasi untuk melakukannya. 
  • Menulis renungan-renungan (bisa saja hasil PA Pribadi) dan membagikannya secara online.
  •  Ber-PI pribadi kepada kenalan/orang tertentu secara online
  •  Menulis traktat dalam bentuk selebaran, memperbanyaknya (sesuai kemampuan dana) dan membagi-bagikannya kepada orang-orang yang bisa kita jumpai, baik di lingkungan rumah, gereja atau yang lain. 
  • Tetap bergaul sebagai kesaksian hidup (walau dengan penerapan Protokol kesehatan). 
  • Berdiakoni atau kegiatan sosial yang bisa dilakukan di daerah masing-masing 
  • Mengajar anak-anak  di lingkungan saat ini baik Ilmu pengetahuan ataupun keagamaan.

Atau ada ide lain yang mungkin bisa saudara temukan. COBA  saja dulu, nanti saudara akan melihat dan menemukan sesuatu di sana. Kalau latihan rohani ini tidak ada maka bisa saja saudara akan mengalami kondisi kerohanian yang jalan di tempat.

4. Rasakan semua aktifitas kebersamaan bersama siapapun sebagai bagian dari mempraktekan Firman.

Saudara tentunya ingat Firman ini: Kolose  3:23 “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”.  Apakah saat saudara sedang bercakap-cakap dengan siapapun, saat menolong orangtua di kampung, atau saat melakukan apapun, dedikasikanlah semuanya itu untuk kemuliaan Tuhan. Yakini dan sadarilah bawa kita sesungguhnya hanya pelaku firman. Kerohanian yang jalan di tempat juga bisa di dalangi oleh sifat egosentris, bahwa kita merasa semua adalah hanya tentang saya, tentang kita.  Harusnya semua ini adalah tentang Kristus (Kristosentris) yang bekerja di dalam kita, dan tentang kita sebagai alat kemuliaanNya. Jika ini benar-benar kita rasakan, maka situasi dunia saat ini tidak akan membuat kita tawar hati.

5. Tetapkan goal dan tujuan di depan dan fokus lah ke sana.

Selama di KMKS kita sudah banyak belajar tentang Visi dan misi. Tentunya secara pribadi kita harus melihat dan mengimani apa visi yang Tuhan telah tanamkan di dalam hati kita. Lalu dengan Visi itu kita membuat misi-misi jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang di dalam kehidupan kita. Baik di dalam masa depan studi bagi yang masih kuliah, masa depan pekerjaan  bagi seorang profesional, wiraswastawan, para pemberita-pemberita Injil, dan lain sebagainya. Tentunya semua ini kita tetapkan dalam rangka sebagai pelayan-pelayan Kristus dalam panggilan masing-masing. Kerohanian yang jalan di tempat juga bisa di dalangi oleh tidak adanya goal atau tujuan hidup di depan yang akan dia raih.

Ada orang berprinsip “mengalir saja dalam hidup ini  mungkin prinsip ini tidak salah supaya dia tidak gampang putus asa dengan keadaan, namun kalau mengalir saja tanpa tidak tahu mengalir kemana dan dibawa arus kemana maka hidup ini bisa saja menjadi sia-sia.  Kalau mengalir dan akhirnya alirannya menuju tempat yang baik dan seharusnya maka sangat baik. Namun kalau akhirnya mengalir dan terbawa arus ke tempat yang tidak seharusnya maka tidak akan ada terasa dampaknya, bahkan merugikan.

Poin 1-5 diatas merupakan hal-hal praktis yang bisa saya bagikan dan bisa saudara lakukan saat ini untuk mencegah obesitas rohani dan sprituliatas yang jalan di tempat. 

Saudara, apakah saat ini saudara sedang merasakan kondisi kerohanian yang  jalan di tempat? Cobalah lima langkah-langkah di atas, Ingatlah Firman Tuhan di atas bahwa kita semua yang lahir dari Allah adalah orang-orang yang mengalahkan dunia karena iman kepada AnakNya Yesus Kristus. semoga saudara menemukan kegairahan rohani kembali, dan menjadikan  hidup kita lebih hidup, lebih berguna dan berdampak untuk kemuliaan Tuhan.

Selamat melangkah dan berjalan kembali, selamat tinggal jalan ditempat, dan semangatlah dalam menjalani hidup.

 

Shalom,

Ev. Harles Lumbantobing

KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya  di Daftar... ARSIP..

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda yang baik, sopan dan bahasa yang mudah dimengerti. terimakasih