Ibadah minggu 8 Agustus 2021
tema:
LAKUKANLAH KEADILAN DAN KEBENARAN
Ev: Yeremia 22:1-9
Ep: Matius 23:23-28
Yeremia 22:1-9 (TB)
22:1 Beginilah firman TUHAN: "Pergilah ke istana raja Yehuda dan sampaikanlah di sana firman ini!
22:2 Katakanlah: Dengarlah firman TUHAN, hai raja Yehuda yang duduk di atas takhta Daud, engkau, pegawai-pegawaimu dan rakyatmu yang masuk melalui pintu-pintu gerbang ini!
22:3 Beginilah firman TUHAN: Lakukanlah keadilan dan kebenaran, lepaskanlah dari tangan pemerasnya orang yang dirampas haknya, janganlah engkau menindas dan janganlah engkau memperlakukan orang asing, yatim dan janda dengan keras, dan janganlah engkau menumpahkan darah orang yang tak bersalah di tempat ini!
22:4 Sebab jika kamu sungguh-sungguh melakukan semuanya itu, maka melalui pintu-pintu gerbang istana ini akan berarak masuk raja-raja yang akan duduk di atas takhta Daud dengan mengendarai kereta dan kuda: mereka itu, pegawai-pegawainya dan rakyatnya.
22:5 Tetapi jika kamu tidak mendengarkan perkataan-perkataan ini, maka Aku sudah bersumpah demi diri-Ku, demikianlah firman TUHAN, bahwa istana ini akan menjadi reruntuhan.
22:6 Sebab beginilah firman TUHAN mengenai keluarga raja Yehuda: Engkau seperti Gilead bagi-Ku, seperti puncak gunung Libanon! Namun pastilah Aku akan membuat engkau menjadi padang gurun, menjadi kota yang tidak didiami orang.
22:7 Aku akan menetapkan pemusnah-pemusnah terhadap engkau, masing-masing dengan senjatanya; mereka akan menebang pohon aras pilihanmu dan mencampakkannya ke dalam api.
22:8 Dan apabila banyak bangsa melewati kota ini, maka mereka akan berkata seorang kepada yang lain: Mengapakah TUHAN melakukan seperti itu kepada kota yang besar ini?
22:9 Orang akan menjawab: Oleh karena mereka telah melupakan perjanjian TUHAN, Allah mereka, dan telah sujud menyembah kepada allah lain dan beribadah kepadanya."
---------------
Shalom, selamat hari minggu buat saudara-saudaraku semua. Anugerah Tuhan kita Yesus Kristus, Kasih setia Allah Bapa, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kita sampai selama-lamanya. Kasih Allah sungguh telah terbukti. Dia menyerahkan Anak-Nya sebagai korban supaya setiap yang percaya kepadanya beroleh hidup. Bagi kita orang yang percaya dan menerima Yesus kini hidup yang kita hidupi bukanlah kita lagi, tetapi Yesus yang ada dan hidup di dalam kita. Inilah hidup yang baru. Karena itu Tuhan di dalam hati kita senantiasa menuntun kita untuk menghidupi hidup yang baru itu dengan melakukan kehendakNya setiap hari, setiap minggu, bulan dan tahun.
Saudaraku, apakah kehendak Tuhan bagi kita dalam minggu ini?
Dalam ibadah minggu ke X setelah Trinitatis kali ini kehendak Tuhan yang hendak kita dengarkan dan lakukan diambil dari kitab Yeremia 22:1-9. Perikop ini mengambil tema “LAKUKANLAH KEADILAN DAN KEBENARAN”. Tema ini merupakan kalimat perintah sebagaimana tertuang dalam ayat 3 pada perikop ini. Sebelum kita masuk ke dalam tema ini, mari kita lihat dulu Firman Tuhan dalam Yeremia 22:1-9 ini.
Perikop ini di Firmankan oleh Tuhan melalui nabiNya Yeremia kepada raja Yehuda sebagai suatu peringatan yang keras kepada Raja dan pemerintahannya untuk senantiasa berlaku adil dan benar dalam setiap tindakannya. Segala perbuatan dan tindakan Raja-raja Yehuda dan para pemimpin-pemimpin pemerintahan sudah sangat menyakiti hati Tuhan. Hukuman dan nasib bangsa itu sudah Tuhan nyatakan atas segala dosa mereka baik di pasal-pasal sebelumnya maupun di pasal sesudah pasal 22 ini. Latar belakang semua celaka yang akan Tuhan datangkan ini bagi bangsa itu adalah sebagaimana dikatakan dalam ayat 9 perikop ini yaitu: “Oleh karena mereka telah melupakan perjanjian TUHAN, Allah mereka, dan telah sujud menyembah kepada allah lain dan beribadah kepadanya”.
Ketika hati mereka sudah berpaling dari Tuhan dan berpaut dengan allah-allah asing serta sujud menyembahnya, maka kehidupan bangsa itu semakin rusak, dan rakyat terus menerus mengalami penderitaan, hukuman, bencana, sakit-penyakit dan lain sebagainya. Penindasan dari yang kuat kepada yang lemah, dan juga penyalahgunaan wewenang dan praktek ketidakadilan membuat Tuhan marah dan akan menghukum mereka serta menghancurkan kota mereka dan menjadikan mereka menjadi tawanan bangsa Babel.
Saudara, kalau
kita melihat perikop ini, kita dapat membaginya dalam dua bagian. Kedua bagian
ini merupakan suatu perintah yang sifatnya pilihan dimana Allah memberikan kebebasan kepada bangsa
Yehuda untuk memilih salah satu diantara dua dengan masing-masing konsekuensi
yang ada. Dua bagian ini mengandung hubungan sebab akibat yang jika dilakukan
akan mendatangkan akibat sesuai dengan apa yang Tuhan sampaikan. Sebenarnya Tuhan
memberikan kebebasan kepada Raja Yehuda (bangsa Yehuda) untuk memilih yang
terbaik. Namun kita tahu dalam sejarah perjalanan kerajaan Yehuda kita melihat
bahwa mereka juga sama dengan kerajaan Israel sering sekali jatuh ke dalam pilihan
yang salah yaitu dosa penyembahan berhala dan melakukan hal-hal yang dibenci
oleh Allah, padahal Allah sudah memperingatkan mereka lewat Nabi-NabiNya
tentang apa dampak jika menuruti perintah Allah dan apa dampak jika menentang atau
mengabaikan perintah Allah. Mereka sudah sering sekali mengalami dan melihat
dampak baik jika menuruti perintah Allah dan dampak buruk jika melawan perintah
Allah. Tetapi dasar bangsa ini tegar tengkuk dan keras kepala sehingga Allah
memang harus benar-benar keras kepada mereka. (semoga tidak ada diantara kita yang demikian)
Saudara, dalam Nats ini kita melihat dua akibat melakukan atau tidak melakukan keadilan dan kebenaran yang Tuhan sampaikan yaitu:
Yang pertama di Ayat 1-4 mengenai dampak apabila melakukan keadilan dan kebenaran. Dampak yang akan diterima apabila melakukannya adalah sebagaimana dikatakan dikatakan di ayat 4: “Sebab jika kamu sungguh-sungguh melakukan semuanya itu, maka melalui pintu-pintu gerbang istana ini akan berarak masuk raja-raja yang akan duduk di atas takhta Daud dengan mengendarai kereta dan kuda: mereka itu, pegawai-pegawainya dan rakyatnya”.
Yang kedua di Ayat 5-9 mengenai dampak apabila tidak melakukan keadilan dan kebenaran. Dikatakan dalam Nats ini apabila Raja Yehuda tentunya dengan segala jajaran pemerintahannya tidak melakukannya maka dampak yang akan diterima apabila tidak melakukannya adalah sebagaimana dikatakan dikatakan di ayat 5-9 tersebut. Yaitu Yehuda akan menjadi reruntuhan, Keluarga Raja Yehuda juga akan mengalami banyak hukuman, penindasan oleh bangsa lain, serta kota yang runtuh itu akan senantiasa diejek atau menjadi bahan ejekan orang-orang yang melihatnya.
Alkitab menyaksikan bahwa akibat kedegilan hati bangsa itu, maka bangsa itu lebih memilih yang kedua yaitu mengabaikan perintah Allah untuk melakukan keadilan dan kebenaran. Akibatnya kerajaan itu dihancurkan dan bangsa itu menjadi tawanan bangsa Babel.
Saudara, setiap saat memang hidup kita selalu dipenuhi pilihan-pilihan yang akan kita pilih. Sejak bangun pagi kita sudah langsung diperhadapkan dengan pilihan yang akan kita pilih. Setiap yang kita pilih akan berdampak kepada tindakan kita selanjutnya dan membawa akibat sesuai dengan pilihan kita tersebut. Contoh: setelah kita bangun, kita sudah langsung diperhadapkan dengan pilihan apakah kita akan langsung mandi atau berdoa dulu, mandi dulu baru beraktifitas atau tidak. Sarapan pagi di rumah atau tidak, Langsung pergi bekerja atau singgah dulu di kedai, pergi kerja naik sepeda motor atau naik mobil, naik ojek online atau angkutan umum, dan lain sebagainya. Semua pilihan memiliki dampak dan akibat masing-masing. Kita diberi kebebasan oleh Tuhan untuk memilih yang terbaik. Karena itu tetaplah gunakan hikmat Tuhan untuk bisa memilih yang terbaik dari semua pilihan yang ada.
Saudara, Sebelum kita masuk lebih dalam kepada tema ini, mari sejenak kita pahami dulu makna keadilan dan kebenaran tersebut. Apakah artinya keadilan dan kebenaran?
‘Keadilan’ berasal dari kata ‘adil’ dalam KBBI arti daripada ’adil’ adalah: sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak, berpihak pada yang benar dan tidak sewenang-wenang. Jadi keadilan adalah sifat atau perbuatan atau perlakuan yang adil. Sedangkan ‘kebenaran’ berasal dari kata ‘benar’ yang dalam KBBI artinya adalah sesuai dengan adanya (seharusnya). Sedangkan kebenaran adalah keadaan yang cocok dengan keadaan (hal) sesungguhnya.
Kalau begitu adakah standar keadilan dan kebenaran yang bisa kita gunakan dalam setiap tindakan dan kehidupan kita sehari-hari?
Kalau dalam perikop ini, keadilan dan kebenaran yang secara khusus Tuhan inginkan Raja Yehuda dan para pemerintahannya lakukan adalah sebagaimana dalam ayat 3 yaitu dengan melepaskan dari tangan pemerasnya orang yang dirampas haknya, tidak menindas dan tidak memperlakukan orang asing, yatim dan janda dengan keras, dan tidak menumpahkan darah orang yang tak bersalah. Namun bagaimana dengan kita orang-orang percaya pada saat ini? Keadilan dan kebenaran seperti apa yang bisa kita lakukan sebagai pelaku-pelaku firman Allah? Bukankah Nats ini berbicara hanya kepada Raja (pemimpin) dan para jajaran pemerintahannya seperti para penegak hukum yang dia pimpin?
Ya benar bahwa perikop ini berbicara kepada para pemimpin, tetapi bukankah diantara kita sesama orang percaya juga banyak yang berstatus sebagai pemimpin. Baik di pemerintahan, di kantor-kantor, perusahaan, organisasi, gereja, di keluarga dan lain sebagainya. Tentunya nats ini yang pertama berbicara kepada para pemimpin dan pemangku keputusan tersebut. Di Alkitab selain nats Firman Tuhan hari ini banyak Allah berfirman dan berpesan keras kepada para raja dan pemimpin untuk berlaku adil dan benar dalam kepemimpinan dan pemerintahannya. Salah satu contoh dalam Yesaya 10:1-4 berkata:”
Celakalah mereka yang menentukan ketetapan-ketetapan yang tidak adil, dan mereka yang mengeluarkan keputusan-keputusan kelaliman, untuk menghalang-halangi orang-orang lemah mendapat keadilan dan untuk merebut hak orang-orang sengsara di antara umat-Ku, supaya mereka dapat merampas milik janda-janda, dan dapat menjarah anak-anak yatim! Apakah yang akan kamu lakukan pada hari penghukuman, dan pada waktu kebinasaan yang datang dari jauh? Kepada siapakah kamu hendak lari minta tolong, dan di manakah hendak kamu tinggalkan kekayaanmu? Tak dapat kamu lakukan apa-apa selain dari meringkuk di antara orang-orang yang terkurung, dan tewas di antara orang-orang yang terbunuh! Sekalipun semuanya ini terjadi, murka TUHAN belum surut, dan tangan-Nya masih teracung.
Yang kedua tentunya dalam ibadah minggu ini Firman ini bukan saja hanya berbicara bagi para Pemimpin dan penegak hukum, tetapi kepada kita semua orang-orang percaya. Sebab kita semua adalah wakil-wakil Tuhan di tengah-tengah dunia ini untuk mendatangkan damai sejahtera di tengah-tengah dunia ini. Kita adalah garam dan terang dunia ini. Tuhan adalah penguasa atas segala-galanya dan kita adalah wakil-wakilnya atau utusan-utusanNya. Sebagaimana Allah menginginkan Raja Yehuda untuk melakukan keadilan dan kebenaran, demikian juga Tuhan saat ini menginginkan kita untuk melakukan hal yang sama.
Karena itu sebagaimana saya sampaikan di atas adakah yang menjadi standar keadilan dan kebenaran yang bisa kita gunakan dalam menjalani kehidupan kita saat ini?. Yah ada. Mari kita perhatikan uraian berikut ini.
Yesus adalah Hakim di akhir zaman. Pengadilan yang sesungguhnya itu ada di tangan Yesus. Yesuslah yang berhak mengadili semua umat manusia termasuk mengadili semua raja dan hakim, serta semua penegak hukum yang ada di bumi. Yakobus 4:12a berkata: “Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinasakan”. Dalam Yohanes 5:30 juga dikatakan “bahwa Penghakiman Yesus adalah Adil”, demikian juga dalam Yohanes 8: 16 dikatakan bahwa penghakiman Yesus adalah benar sebab Dia ada bersama-sama dengan Bapa”.
Demikian juga dengan standar kebenaran. Kebenaran dalam Alkitab merujuk kepada Yesus sendiri. Dalam Yohanes 14:6 dikatakan bahwa Yesus sendirilah kebenaran itu. Dengan demikian otomatis standar kebenaran itu sesungguhnya adalah Yesus sendiri. Yesus adalah Firman yang menjadi daging. Sehingga setiap Firman Allah adalah standar kebenaran itu sendiri.
Jadi standar keadilan dan kebenaran itu adalah Yesus sendiri. Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Di dalam kemanusiaan-Nya Yesus mengajarkan, menunjukkan atau mencontohkan bagaimana hidup yang benar dan berkenan kepada Allah. Bagaimana hidup berpadanan dengan kehendak Allah. Bagaimana menjalani hidup bersama atau berdampingan dengan sesama manusia, bagaimana hidup dalam komitmen melaksanakan Firman Allah, Bagaimana hidup yang berpengharapan akan kehidupan kekal di surga, bagaimana hidup berpengharapan di tengah-tengah kehidupan yang keras dan penuh penderitaan, serta bagaimana menghadapi peperangan rohani dengan kuasa-kuasa roh-roh jahat yang terus mencobai dan menyesatkan manusia.
Kalau Yesus adalah standar keadilan dan kebenaran, maka itu artinya bahwa Firman Tuhan adalah standar keadilan dan kebenaran. Sebagai contoh Jika Alkitab berkata bahwa semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, maka keadilan Allah akan nyata bahwa yang bersalah harus dihukum dan yang benar harus diselamatkan. Tidak seperti raja-raja Yehuda dan Israel dalam Kitab Yeremia ini justru melakukan yang sebaliknya menghukum yang tidak salah dan membebaskan yang bersalah karena berbagai alasan yang tidak benar. Maka upah dosa (hukuman itu) ialah maut. Lalu kebenaran itupun muncul bahwa Allah begitu mengasihi manusia sehingga memberikan Anak-Nya yang tunggal sebagai korban untuk menanggung hukuman yang seharusnya manusia terima supaya manusia beroleh jalan selamat. Di sinilah keadilan dan kebenaran (yaitu kasih) bertemu yaitu di dalam Yesus. Karena itu Firman Tuhan menjadi standar dan patokan bagi kita untuk melakukan keadilan dan kebenaran.
Selanjutnya sebagai orang percaya yang adalah gambar dan rupa Allah di dunia ini, serta sebagai wakil Allah atau representasi kehadiran Allah di bumi ini untuk menghadirkan damai sejahtera, keadilan dan kebenaran, bagaimanakah kita melaksanakan firman Tuhan hari ini sebagaimana tema ini berkata “lakukanlah keadilan dan kebenaran”?
Saudara, melaksanakan keadilan dan kebenaran adalah keharusan bagi setiap kita yang percaya, sebab hidup kita tidak pernah terlepas dari kehidupan orang lain. Manusia dicipta bukan untuk sendiri, tetapi berkomunitas, bermasyarakat dan berhubungan secara sosial dengan manusia lain dan ciptaan lain. Hal pertama yang harus kita lakukan untuk bisa berlaku adil terhadap orang lain dan lingkungan sekitar kita adalah bahwa kita juga harus adil terhadap diri kita sendiri.
Pernahkan saudara memikirkan hal ini? Perlukah adil terhadap diri sendiri? Atau sebaliknya pernahkan kita berlaku tidak adil terhadap diri kita sendiri?. Saudara, kita secara utuh terdiri atau tubuh jasmani dan tubuh rohani. Adakah kita adil memperlakukan kedua tubuh ini? Tidakkah terlalu sering kita mengutamakan yang jasmani dan menelantarkan yang rohani? Tidakkah kita bekerja keras bahkan tidak kenal waktu untuk yang jasmani tetapi tidak berbuat apa-apa terhadap yang rohani? Untuk yang jasmani orang rela sampai ke ujung bumi, bahkan tidak kenal hari, tetapi untuk yang rohani jangankan membaca Alkitab, beribadah sekali seminggu saja begitu beratnya bahkan ada yang tidak pernah. Sebaliknya juga ada, bahwa ada orang yang begitu keras dan ngotot dalam memuaskan roh dan jiwanya, keinginan hati dan pikirannya, sampai akhirnya dia lupa akan tubuh jasmaninya. Akhirnya tubuh jasmaninya merosot bukan karena tua, gampang sakit, bahkan cenderung menjadi ejekan atau cibiran orang lain sehingga dengan demikian Tuhan juga dipermalukan. Bagaimana kita bisa adil kepada orang lain jika terhadap diri sendiri saja kita tidak bisa adil? Jadi keduanya harus seimbang atau berkeadilan.
Hal berikutnya adalah bahwa kita harus merujuk kepada kebenaran Yesus Kristus yang telah membenarkan kita ketika kita masih berdosa. Pembenaran yang Tuhan Yesus lakukan menjadikan kita sadar bahwa hidup kita hanya karena anugerah. Dengan demikian maka kita akan benar memperlakukan diri sendiri di hadapan Tuhan lewat tindakan dan perbuatan kita sehari-hari sebagai orang-orang yang telah dibenarkan. Tentunya kita tidak akan tinggi hati atau sombong dan hidup sembarangan. Jadi jika kita hidup dalam kebenaran seperti ini maka kita juga akan memiliki kemampuan untuk berlaku benar terhadap orang lain.
Selanjutnya setelah diri sendiri, maka melakukan keadilan dan kebenaran harus kita mulai dari rumah sendiri. Bagaimana seorang suami berlaku adil terhadap istrinya, berlaku adil terhadap anak-anaknya. Demikian juga istri berlaku adil terhadap suami dan anak-anaknya. Anak-anak juga demikian, yang paling tua berlaku adil terhadap adik-adiknya, demikian juga anak-anak terhadap orangtuanya. Suami yang mengasihi istrinya akan mendapat hormat dan ketundukan dari istrinya, begitu juga istri yang tunduk dan hormat kepada suaminya akan mendapat kasih dari suaminya. Orangtua yang mengasihi anak-anaknya akan mendapat hormat dari anak-anaknya demikian juga anak-anak yang menghormati orangtuanya. Di sinilah keadilan dan kebenaran itu akan tercipta dalam keluarga. Lalu dari keluarga akan menjalar ke keluarga besar, ke tetangga, ke lingkungan sekitar, ke gereja, ke tempat kerja dan begitu seterusnya sampai ke tempat yang lebih luas.
Saudara-saudara yang saya kasihi dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus, melakukan keadilan dan kebenaran itu tidak sulit jika kita bisa membuang egoisme dan kepentingan diri sendiri. Mendahulukan hawa nafsu dan keserakahan sebagaimana raja-raja Israel akan membawa mereka tidak akan bisa berlaku adil dan benar dalam pemerintahan mereka. Sesaat memang mereka sepertinya berhasil memiliki dunia ini, harta, kuasa dan kemewahan dunia. Namun hal itu hanya sementara saja sebab Tuhan tidak tidur atas segala ketidakadilan dan penindasan yang mereka lakukan. Tuhan berperkara dengan mereka dan akhirnya mereka kena hukuman Tuhan yang mengerikan.
Tuhan mau setiap orang yang percaya kepada-Nya melakukan keadilan dan kebenaran. Kita semua dipanggil untuk melakukan itu. Keadilan dan kebenaran apa yang kita harus lakukan terhadap diri kita sendiri lakukanlah. Keadilan dan kebenaran apa yang saudara harus lakukan di tengah-tengah keluarga lakukanlah. Di tempat kerja, lakukanlah. Di Gereja, di lingkungan, di organisasi LAKUKANLAH. Jangan orang sudah pontang-panting melakukan bagiannya dalam sebuah kegiatan kita malah hanya duduk berpangkutangan menyaksikannya tanpa berbuat apa-apa. Ketika ada kendala dan masalah kita dengan seenaknya menyalahkan mereka padahal kita tidak berbuat apa-apa.
Saya kira demikian juga dalam masa pandemi ini. Orang sudah berjuang dan berusaha untuk mencegah penularan, menekan jumlah infeksi, berjuang mengobati, berjuang dalam banyak hal, kita malah seenaknya hidup tidak disiplin, tidak taat peraturan, mengabaikan protokol kesehatan, sombong dan angkuh dengan pendapat sendiri tanpa memperdulikan pendapat orang lain. Yah ini juga adalah sikap hidup yang tidak berkeadilan dan berkebenaran.
Mari saudaraku jadikan Firman Tuhan sebagai pegangan, sebagai standar hidup dalam menghadirkan keadilan dan kebenaran di tengah-tengah dunia ini. Mungkin tidak mudah menegakkan keadilan dan menjalani kebenaran. Mungkin akan besar tantangan dan godaan yang akan menghambatnya. Namun sebagaimana Yesus dengan mengandalkan Firman Tuhan menang terhadap pencobaan Iblis di padang gurun, demikian jugalah kiranya kita pasti akan berhasil mengalahkan godaan itu dengan mengandalkan firman Tuhan.
Kiranya renungan ini menguatkan dan meneguhkan kita semua untuk semakin giat melaksanakan tugas dan tanggungjawab kita sebagai orang percaya do tengah-tengah dunia ini. Selamat beribadah dan selamat hari minggu. Tuhan Yesus memberkati.
Shalom,
Ev. Harles Lumbantobing
KLIK ARSIP untuk melihat tulisan lainnya di Daftar... ARSIP..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda yang baik, sopan dan bahasa yang mudah dimengerti. terimakasih