Kamis, 12 Desember 2024

SEKALI MELANGKAH TETAP BERJALAN_FULL

 

“SEKALI MELANGKAH TETAP BERJALAN”

 

2 Timotius 4:5

 

Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!

 

1. Kuasailah dirimu dalam segala hal.

 

Melayani sungguh-sungguh itu berarti  menyerahkan diri kita sepenuhnya menjadi pelayan Tuhan. Memberi diri melayani tentunya karena dorongan KASIH kepada Tuhan dan sesama.  Jadi melayani ditujukan kepada manusia tetapi didorang oleh kasih kepada Tuhan. Dalam pelayanan itu seseorang harus siap menderita, siap tidak dihargai, dan tujuan melayani bukan supaya memperoleh penghargaan, tetapi ucapan syukur dan tanda taat kepada Kristus.

2 Timotius 4:5 ini adalah bagian dari pesan Rasul Paulus yang disampaikan dengan SUNGUH-SUNGGUH supaya kita tetap memberitakan Injil. Sebab Rasul Paulus berkata bahwa akan tiba waktunya orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat (ayat3). Bukan saja tidak mau menerima, tetapi lebih parahnya bahwa mereka tidak dapat lagi menerima ajaran sehat itu, bahkan para guru-guru dan pemberita-pemberita Injil yang benar pun tidak akan mereka dengar lagi. Ini berarti bahwa kesempatan kita juga untuk memberitakan injil kebenaran itu ada batasnya.   Sebab jika batas itu sudah tercapai tiada guna lagi kita menyesal dan mencoba berjuang untuk memberitakannya. Karena itu  selama masih ada masa perkenanan dan kesempatan ini  Paulus menasihatkan (bahkan menggunakan kata sungguh-sungguh) supaya kita tetap  siap-sedia, baik atau tidak baik waktunya untuk memberitakan Injil itu.

 

Untuk itu dalam 2 Timotius 4:5 Rasul Paulus berkata: “KUASAILAH DIRIMU DALAM SEGALA HAL”.


Kira-kira jika kita tanya hati kecil kita “Apakah motivasi saya  saat memulai pelayanan masih sama dengan motivasi saya saat ini? Apakah semangat dan kerinduan saya dulu dan sekarang masih tetap sama dengan saat ini?” seharusnyalah kita menjawanya “Ya, masih sama  atau bahkan berkata “Ya, dan makin semangat”. Sebab hal itu mengkonfirmasi bahwa kita masih tetap berjalan dalam panggilannya. Mungkin barangkali ada yang  bukan sekedar berjalan tetapi sudah berlari kecil, bahkan berlari kencang. Tetapi kalaupun kita tidak bisa berlari tetapi setidaknya kita masih tetap  melangkah.

Untuk tetap melangkah bahkan berlari tentunya kita perlu menguasai diri. Dalam hal ini Rasul Paulus berkata supaya kita menguasai diri dalam segala hal, bukan dalam hal-hal tertentu saja. Menguasai diri dalam segala hal memang tidak mudah. Bisa saja kita konsisten bisa menguasai diri dalam satu hal tetapi dalam lain hal kita tidak bisa menguasai diri atau lepas kontrol.

Hal ini sangat penting sekali sebab ketika kita tidak bisa menguasai diri dalam satu hal saja maka yang kita pertaruhkan bukan diri kita lagi, tetapi terhambatnya injil untuk diberitakan. Atau tertolaknya Injil yang kita coba beritakan karena ketidakmampuan kita mengandalikan diri dalam satu hal itu. Ini artinya ketidakmampuan menguasai diri berpotensi menyebabkan orang lain akan binasa dalam arti tertolaknya Injil keselamatan yang kita beritakan.  Tentunya penguasaaan diri ini erat hubungannya dengan kesaksian hidup kita sehari-hari dan buah Roh yang kita hasilkan dalam kehidupan kita terhubung dengan orang-orang disekitar kita.

Urgensi menguasai diri dalam segala hal dijaman-jaman akhir ini sangatlah penting supaya kontinuitas pemberitaan Injil tetap tidak terhambat dan semakin banyak jiwa-jiwa yang dimendangkan lewat setiap pemberitaan Injil itu.

 

2. Sabarlah Menderita.

Saudara, sejak awal di kitab Injil diberitakan bahwa Yesus sudah menyampaikan kepada murid-muridnya tentang  segala penderitaan, bahaya, penganiayaan dan ancaman yang mereka akan hadapi dan alami karena nama Yesus. Itu sebabnya dalam Lukas 14:28-33 Yesus mau mengatakan bahwa barangsiapa yang mau mengikut Yesus dan menjadi muridNya harus benar-benar memikirkan, mempertimbangkan dan meyakini sungguh-sungguh untuk mengikut Yesus. Sebab Yesus sudah berkata “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku” (Lukas 14:27). Jangan sampai di awal dia berkata “aku akan mengikut Engkau kemanapun Engkau pergi” tetapi di tengah jalan berhenti atau malah mundur.

Demikian juga tentang Rasul Paulus, Tuhan  sudah mengatakan betapa banyaknya penderitaan yang harus dia tanggung karena nama Yesus ( Kisah Para Rasul 9:16). Faktanya dalam perjalanan pelayanan Rasul Paulus dia mengalami begitu banyak penderitaan yang tidak habis-habisnya. Dari satu kota ke kota yang lainnya dia terus menerus mengalami berbagai penderitaan dan ancaman. Namun semangat dan api penginjilan tidak pernah redup. Bahkan saat dia dipenjarapun dia terus menerus mencari cara untuk tetap memberitakan Injil. Meskipun fisik/jasmaninya  terpenjara tetapi Firman Tuhan tidak terpenjara. Rasul Paulus menulis surat-surat. Ya dia menulis. Dia menulis surat-surat penggembalaan dan penginjilan ke jemaat-jemaat bahkan ke personal personal dari dalam penjara.

Saudara yang dikasihi Tuhan. Mengapa pengikut Kristus harus menderita? Firman Tuhan menegaskan bahwa  setiap pengikut Kristus harus mengalami penderitaan adalah karena Pemberitaan Injil (2 Timotius 2:9, 2 Timotius 1:8). Sehingga tidak ada alasan lain bagi seorang pelayan/pengikut Kristus untuk menderita selain karena Injil. Sebab Injil (pemberitaan tentang Salib) adalah kebodohan bagi dunia ( 1 Korintus 1:18). Bentuk penderitaan di luar konsep ini bukanlah penderitaan yang diperhitungkan sebagai kasih karunia bagi Allah ( 1 Petrus 2:19-20)

Kalau begitu bagaimana kita menyikapi penderitaan ini? Apakah ini  karunia atau malah kutukan bagi yang mau mengikut Yesus?  Tentu bukan kutukan. Dalam Filipi 1:29 disampaikan bahwa ada dua hal yang menjadi sepaket yang Tuhan karuniakan kepada kita pada waktu kita bertobat yaitu Karunia percaya (keselamatan) dan karunia menderita (ketahanan mengerjakan dan menjalani keselamatan). Ini sesunggunya tidak bisa terpisah. Tuhan tidak akan memberikan karunia keselamatan kepada seseorang tanpa Dia mengaruniakan juga karunia penderitaan. Sebab Yesus sudah tahu sejak semula apa yang akan dialami setiap yang mengikut Dia.

Karena itu Paulus mengingatkan kita dalam Nas hari ini supaya kita SABAR MENDERITA  bukan “sabar kalau nanti akan menderita” lagi, tetapi sabar karena sudah dan sedang mengalaminya. Kalau tidak, maka kita sedang menyianyiakan karunia keselamatan dan pengorbanan Kristus.

Paulus dihambat dari segala sisi untuk memberitakan Injil itu. Bagaimana dengan bapak/Ibu saudaraku sekalian? Hambatan apakah yang membentang di hadapan kita pribadi lepas pribadi saat ini? Ekonomikah? Kesehatankah? Waktu? Pekerjaan/Profesi? Atau malah lembaga pelayanan di mana kita bernaung? Atau Orang-orang lain?.  Apakah itu turut membelenggu Injil yang akan kita beritakan?. Melalui renungan ini mari kita saling mendukung di dalam doa dalam perjalanan pelayanan kita masing-masing, supaya kita tetap kuat berdiri dalam memikul salib kita.

Secara pribadi jika melihat apa yang dialami Rasul Paulus dalam penderitaannya menggemakan Penginjilan itu (II Kor 11: 22-28) sungguh saya harus tertunduk malu. Tetapi lewat renungan ini kita harus bangkit dan menegakkan kepala untuk berdiri teguh dalam Injil.  Mungkin kita tidak bisa berlari secepat Paulus atau penginjil-penginjil lain, tetapi setidaknya kita masih terus melangkah maju.

Saudaraku, penderitaan apa yang sudah saudara dan saya alami selama mengikut Yesus mengemban amanat agungNya?. Tentunya setiap penderitaan yang akan kita alami tidak akan sama satu dengan yang lain, tetapi kita harus memastikan konsep penderitaan dalam Kristus Yesus. Penderitaan itu adalah pengorbanan. Kita belum sampai kepada kasih yang Tuhan maksudkan sampai kita mau memberi atau mengeluarkan atau mengorbankan sesuatu dari diri kita kepada Tuhan demi Injil melalui orang-orang disekitar kita. Kalau belum ada dari diri kita yang berkurang, atau terpotong, atau dikorbankan apakah itu tenaga, waktu, materi, pengetahuan atau ilmu, hobby dan lain sebagainya sehingga kita mengalami penderitaan maka kita masih jauh dari konsep penderitaan yang Tuhan maksud.

Mari tetap semangat, mari bersama para Penginjil setia seluruh dunia untuk menggemakan bersama pernyataan Paulus dalam Roma 8:18 “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.” Karena itu di dalam penderitaan karena Injil (juga kesaksian hidup) kita harus kuat, tegar, dan setia sebab sesungguhnya semua penderitaan itu tidak sebanding dengan upah (kemuliaan)  yang Tuhan akan  berikan kelak, meskipun bukan upah itu yang kita kejar tetapi syukur kita karena kita sudah diselamatkan, dan itu adalah tanda bahwa kita mengasihi Tuhan.

 

3. Lakukanlah pekerjaan pemberita Injil

Bagian ketiga dari Nas ini mengingatkan dan mendorong kita untuk Melakukan Pekerjaan Pemberitaan Injil. Kalimat ini mengandung makna pesan dan nasihat  untuk tetap mengobarkan misi penginjilan itu

Dalam konsep 2 Timotius 4:5 ini mengegaskan kepada kita bahwa penderitaan yang dialami setiap orang percya tidak boleh menjadi alasan atau penghalang jalannya pemberitaan Injil. Bahkan sering sekali dalam penderitaan dan kesukaran yang dihadapi dalam misi pemberitaaan Injil itu  justru menghasilkan atau menuai tuaian yang besar. Bukankah sejarah telah membuktikan bahwa martirnya seseorang demi Injil telah menjadi bibit penginjilan yang menghasilkan banyak petobat-petobat sejati di tempat dia mati martir?

Karena itu ada perlunya kita bertanya atau menyelidiki hati kita kembali  Apakah motivasi awal kita dalam melayani sebagai Pelayan  masih untuk panggilan tugas penginjilan ini?. Kepastian ini akan sangat mempengaruhi kehidupan rohani kita dan pergerakan pelayanan kita dalam penginjilan. Hal paling penting dan utama dalam Injil adalah berita tentang  Yesus Kristus yang lahir, mati, bangkit dan naik ke sorga. Seberapa pentingkah pesan utama ini kita beritakan dalam pergerakan kehidupan pelayanan dan kesaksian hidup kita secara pribadi?.

Saat kita menyerahkan hidup kita kepada Sang Juru Selamat menjadi pengikutNya, dan menjadi rekan sekerja Allah dalam memberitakan berita Injil itu  maka Tuhan sesungguhnya memperlengkapi kita untuk bisa melakukan tugas itu. Bahkan kita diberikanNya kuasa saat Roh Kudus turun ke atas kita dan berdiam di dalam hati kita ( Kisah Para Rasul 1:8). Tentunya dengan kuasa dan  perlengkapan yang Tuhan berikan akan membuat setiap hamba-hambaNya  kreatif dan inovatif dalam strategi pelayanannya, kuat dalam penderitaan karena penginjilan, pelayanannya  bersifat dinamis namun memiliki daya tahan iman yang kuat.

Rasul Paulus sangat kreatif dan lihai dalam pemberitaan injil. Dia memanfaatkan bukan saja hanya saat suasana aman tenang, tetapi di saat terancampun, bahkan dipenjara sekalipun Rasul Paulus tetap menginjili. Posisi atau status kita sebagai Hamba Tuhan, pelayan Tuhan, pemberita Injil (Evangelis), profesional di bidang masing-masing, bagian dari berbagai kumpulan sosial seperti kumpulan marga-marga, STM, yayasan, alumni-alumni atau persekutuan-persekutuan tertentu  sesunggunya membuka bagi kita ladang-ladang penginjilan yang semakin luas.

Mari semakin efektifkan waktu, tenaga, doa, pengetahuan dan pikiran, materi dan setiap kesempatan yang muncul  untuk tetap ambil bagian dalam Amanat Agung ini yaitu penginjilan. Tuhan sudah berkata bahwa “lihatlah ladang-ladang yang sudah menguning dan telah siap dituai”. Bagi kita semua sudah ada sabit yang Tuhan siapkan untuk menyabit atau memanennya.

Mengerjakan panggilan pelayanan ini tidaklah mudah. Kadang kita mengalami penolakan, ditinggalkan, dihina, tidak dianggap, merasa sendiri dan berjalan sendiri, tidak ada yang mendukung. Mungkin ada yang Lelah secara jasmani ataupun lelah pikiran. Namun tugas panggilan ini, salib ini, harus tetap kita pikul. Lewat renungan di bagian dua ( PART-2 ) yang lalu  kita semua  dihiburkan dan dikuatkan. Dengan demikian Penginjilan (dalam berbagai cara dan metoda) bukan lagi sekedar tugas akan tetapi menjadi kesukaan yang dibarengi kerelaan.

 

4. Tunaikanlah tugas pelayananmu

Bagian keempat dari Nas ini juga mengingatkan dan mendorong kita untuk menunaikan tugas pelayanan kita. Kalimat ini mengandung makna pesan dan nasihat  untuk tetap bersungguh-sungguh hingga mencapai garis finish.

Tunai bisa diartikan dibayar langsung cash,  tidak menyicil atau kredit, atau bayar di tempat secara langsung sesuai jumlah nilai yang diminta. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa tunia artinya tidak bertanggung atau bertangguh, yang artinya kontan. Dalam konsep pelayanan yang Rasul Paulus sampaikan bahwa tugas pelayanan itu adalah sejumlah nilai yang harus kita bayar atau kita sebut saja utang.  Dalam Roma 1:14-15; Roma 8:12 disebutkan bahwa kita semua adalah orang-orang berhutang karena penginjilan. Kita tidak tahu kapan kita mencapai garis finish atau akhir dari hidup kita. Tetapi kapanpun itu terjadi kita sudah harus siap-siap.

Tunaikan tugas pelayanan mengandung arti bahwa bahwa jangan sampai ada lagi yang ketinggalan, jangan sampai ada lagi yang belum diajarkan, diberitakan, dan dilayankan kepada siapa kita di utus oleh Tuhan. Sebab batas masa pemberitaan itu ada sebagaimana di jelaskan dalam bagian yang pertama (Part-1) di 2 Timotius 4:3-4.

Tentu pelayanan ini harus kita pertanggungjawabkan dihadapannya. Kita semua ibarat berlari menuju titik finish. Di ujung sana Yesus sudah berdiri untuk setiap hamba-hambanya yang bertanding dalam pertandingan iman untuk mencapai garis akhir  itu. Di tanganNya sudah tersedia piala bagi setiap orang yang sudah mencapai garis akhir tersebut.

Sesungguhnya kita harus waspada, sebab ada banyak hal yang bisa menghalangi atau menghambat kita untuk bisa menunaikan tugas pelayanan ini. Iblis akan dengan segala cara  dan upaya untuk menggagalkan orang percaya untuk  bisa menyelesaikan pelayanannya sampai garis akhir tersebut. Tantangan bisa juga dari dalam, bisa dari keluarga dan juga dari diri kita sendiri. Kebosanan dan kejenuhan bisa juga menjadi salah satu penghalang yang selalu datang mengganggu setiap pelayan Tuhan. Tidak sedikit yang akhirnya mundur. Ada yang sepertinya mengambil masa cuti (vakum) dulu dari pelayanan untuk sekedar mencari suasana baru. Ada yang akhirnya betah dan nyaman dengan suasana baru (masa vakum/cuti) itu hingga lupa dengan tugas dan panggilannya mula-mula. Bapak/Ibu  pernahkah merasa bosan atau jenuh? kapan Bapak/Ibu merasakannya dan bagaimana Bapak/Ibu mengatasinya. Atau adakah rasa bosan dan jenuh itu sekarang masih Bapak/Ibu alami?.

Dalam 2 Timotius 4:7, saya membayangkan bahwa  dengan gagah, dengan kondisi tegap kepala terangkat Rasul Paulus mengatakan ini :  Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman”. Bagaimana Paulus mengakhiri dengan baik tugas pelayanannya? Dan apa yang menjadi kata kunci  keberhasilan pelayanannya?. Di sini  Paulus bekata bahwa dia bertanding sampai akhir dengan baik artinya jujur, sportif dan disiplin. Dia berani memulai dan berani juga mengakhiri. Dalam renungan pagi  bagian 1 sampai 4 ini kita juga melihat rahasia keberhasilan pelayanan pemberitaan Injil Rasul Paulus yaitu bahwa Apapun situasinya kita harus tetaplah memberitakan Injil (ayat2) dengan cara apapun. Kemudian dalam proses pemberitaan Injil itu maka kita harus bisa menguasai diri, sabar menderita, tetap melakukan pemberitaan Injil dan menunaikan tugas panggilan pelayanan itu sampai garis akhir (ayat 5).

Kunci keberhasilan pelayanan Rasul Paulus ini patut kita teladani dan kita terapkan dalam panggilan kita sebagai hamba-Nya. Dengan demikian ketika di awal kita memulai pelayanan kita dengan berkata “Ya, ini aku utuslah aku Tuhan” saat itu juga kita mulai melangkah dan akan tetap berjalan sampai menuju garis finish. Di ujung perjalanan pelayannya yaitu ketika akan mencapai garis finish Rasul Paulus berkata dalam iman bahwa telah tersedia baginya mahkota kebenaran yang Tuhan telah sediakan. Tetapi bukan hanya untuk Rasul Paulus saja tetapi juga bagi kita semua yang setia melakukan tugas dan panggilan kita masing-masing. Kiranya Tuhan menguatkan kita untuk menjadi hambaNya yang setia.

 

Shalom, Tuhan Yesus memberkati.

 

Ev. Harles Lumbantobing



KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya 

di Daftar... ARSIP.......

  

Jumat, 06 Desember 2024

“SEKALI MELANGKAH TETAP BERJALAN” -PART4

 

“SEKALI MELANGKAH TETAP BERJALAN”

PART-4

 

2 Timotius 4:5

 

Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!

 

Shalom Bapak/Ibu sahabat Injil. Renungan ini merupakan lanjutan renungan bagian yang keempat (Part-4) dari renungan sebelumnya. Bahwa di bagian ketiga (PART-3) kita diingatkan, diteguhkan dan bisa dikatakan diperintahkan  supaya melakukan pekerjaan pemberitaan Injil. Lalu selanjutnya bagian keempat dari Nas ini juga mengingatkan dan mendorong kita untuk menunaikan tugas pelayanan kita. Kalimat ini mengandung makna pesan dan nasihat  untuk tetap bersungguh-sungguh hingga mencapai garis finish.

Tunai bisa diartikan dibayar langsung cash,  tidak menyicil atau kredit, atau bayar di tempat secara langsung sesuai jumlah nilai yang diminta. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa tunai artinya tidak bertanggung atau bertangguh, yang artinya kontan. Dalam konsep pelayanan yang Rasul Paulus sampaikan bahwa tugas pelayanan itu adalah sejumlah nilai yang harus kita bayar atau kita sebut saja utang.  Dalam Roma 1:14-15; Roma 8:12 disebutkan bahwa kita semua adalah orang-orang berhutang karena penginjilan. Kita tidak tahu kapan kita mencapai garis finish atau akhir dari hidup kita. Tetapi kapanpun itu terjadi kita sudah harus siap-siap.

Tunaikan tugas pelayanan mengandung arti bahwa bahwa jangan sampai ada lagi yang ketinggalan, jangan sampai ada lagi yang belum diajarkan, diberitakan, dan dilayankan kepada siapa kita di utus oleh Tuhan. Sebab batas masa pemberitaan itu ada sebagaimana di jelaskan dalam bagian yang pertama (Part-1) di 2 Timotius 4:3-4.

Tentu pelayanan ini harus kita pertanggungjawabkan dihadapannya. Kita semua ibarat berlari menuju titik finish. Di ujung sana Yesus sudah berdiri untuk setiap hamba-hambanya yang bertanding dalam pertandingan iman untuk mencapai garis akhir  itu. Di tanganNya sudah tersedia piala bagi setiap orang yang sudah mencapai garis akhir tersebut.

Sesungguhnya kita harus waspada, sebab ada banyak hal yang bisa menghalangi atau menghambat kita untuk bisa menunaikan tugas pelayanan ini. Iblis akan dengan segala cara  dan upaya untuk menggagalkan orang percaya untuk  bisa menyelesaikan pelayanannya sampai garis akhir tersebut. Tantangan bisa juga dari dalam, bisa dari keluarga dan juga dari diri kita sendiri. Kebosanan dan kejenuhan bisa juga menjadi salah satu penghalang yang selalu datang mengganggu setiap pelayan Tuhan. Tidak sedikit yang akhirnya mundur. Ada yang sepertinya mengambil masa cuti (vakum) dulu dari pelayanan untuk sekedar mencari suasana baru. Ada yang akhirnya betah dan nyaman dengan suasana baru (masa vakum/cuti) itu hingga lupa dengan tugas dan panggilannya mula-mula. Bapak/Ibu  pernahkah merasa bosan atau jenuh? kapan Bapak/Ibu merasakannya dan bagaimana Bapak/Ibu mengatasinya. Atau adakah rasa bosan dan jenuh itu sekarang masih Bapak/Ibu alami?.

Dalam 2 Timotius 4:7, saya membayangkan bahwa  dengan gagah, dengan kondisi tegap kepala terangkat Rasul Paulus mengatakan ini :  Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman”. Bagaimana Paulus mengakhiri dengan baik tugas pelayanannya? Dan apa yang menjadi kata kunci  keberhasilan pelayanannya?. Di sini  Paulus bekata bahwa dia bertanding sampai akhir dengan baik artinya jujur, sportif dan disiplin. Dia berani memulai dan berani juga mengakhiri. Dalam renungan pagi  bagian 1 sampai 4 ini kita juga melihat rahasia keberhasilan pelayanan pemberitaan Injil Rasul Paulus yaitu bahwa Apapun situasinya kita harus tetaplah memberitakan Injil (ayat2) dengan cara apapun. Kemudian dalam proses pemberitaan Injil itu maka kita harus bisa menguasai diri, sabar menderita, tetap melakukan pemberitaan Injil dan menunaikan tugas panggilan pelayanan itu sampai garis akhir (ayat 5).

Kunci keberhasilan pelayanan Rasul Paulus ini patut kita teladani dan kita terapkan dalam panggilan kita sebagai hamba-Nya. Dengan demikian ketika di awal kita memulai pelayanan kita dengan berkata “Ya, ini aku utuslah aku Tuhan” saat itu juga kita mulai melangkah dan akan tetap berjalan sampai menuju garis finish. Di ujung perjalanan pelayannya yaitu ketika akan mencapai garis finish Rasul Paulus berkata dalam iman bahwa telah tersedia baginya mahkota kebenaran yang Tuhan telah sediakan. Tetapi bukan hanya untuk Rasul Paulus saja tetapi juga bagi kita semua yang setia melakukan tugas dan panggilan kita masing-masing.

Selamat menunaikan tugas pelayanan kita, sekali melangkah tetap berjalan menuju garis akhir. Tuhan Yesus memberkati.

Korintus 15:58 “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.”

 

Shalom,

Ev. Harles Lumbantobing 

(www.hartob.blogspot.com)



Klik di sini untuk membaca balik PART-1.....

KLIK ini untuk melanjutkan membaca PART-2......... 

KLIK ini untuk melanjutkan membaca PART-3......... 



KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya 

di Daftar... ARSIP.......

 

Kamis, 05 Desember 2024

SEKALI MELANGKAH TETAP BERJALAN - PART-3

SEKALI MELANGKAH TETAP BERJALAN

 PART-3

2 Timotius 4:5

 

Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderitalakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!

 

Melayani sungguh-sungguh itu berarti  menyerahkan diri kita sepenuhnya menjadi pelayan Tuhan. Memberi diri melayani tentunya karena dorongan KASIH kepada Tuhan dan sesama.  Jadi melayani ditujukan kepada manusia tetapi didorang oleh kasih kepada Tuhan. Dalam pelayanan itu seseorang harus siap menderita, siap tidak dihargai, dan tujuan melayani bukan supaya memperoleh penghargaan, tetapi ucapan syukur dan tanda taat kepada Kristus.

Renungan ini merupajan lanjutan (Part-2) dari renungan sebelumnya. Bahwa di bagian kedua (PART-2) kita diingatkan supaya sabar menderita. Lalu selanjutnya bagian ketiga dari Nas ini mengingatkan dan mendorong kita untuk Melakukan Pekerjaan Pemberitaan InjilKalimat ini mengandung makna pesan dan nasihat  untuk tetap mengobarkan misi penginjilan itu.

Dalam konsep 2 Timotius 4:5 ini mengegaskan kepada kita bahwa penderitaan yang dialami setiap orang percya tidak boleh menjadi alasan atau penghalang jalannya pemberitaan Injil. Bahkan sering sekali dalam penderitaan dan kesukaran yang dihadapi dalam misi pemberitaaan Injil itu  justeru menghasilkan atau menuai tuaian yang besar. Bukankah sejarah telah membuktikan bahwa martirnya seseorang demi Injil telah menjadi bibit penginjilan yang menghasilkan banyak petobat-petobat sejati di tempat dia mati martir?

Karena itu ada perlunya kita bertanya atau menyelidiki hati kita kembali  Apakah motivasi awal kita dalam melayani sebagai Pelayan  masih untuk panggilan tugas penginjilan ini?. Kepastian ini akan sangat mempengaruhi kehidupan rohani kita dan pergerakan pelayanan kita dalam penginjilan. Hal paling penting dan utama dalam Injil adalah berita tentang  Yesus Kristus yang lahir, mati, bangkit dan naik ke sorga. Seberapa pentingkah pesan utama ini kita beritakan dalam pergerakan kehidupan pelayanan dan kesaksian hidup kita secara pribadi?.

Saat kita menyerahkan hidup kita kepada Sang Juru Selamat menjadi pengikutNya, dan menjadi rekan sekerja Allah dalam memberitakan berita Injil itu  maka Tuhan sesungguhnya memperlengkapi kita untuk bisa melakukan tugas itu. Bahkan kita diberikanNya kuasa saat Roh Kudus turun ke atas kita dan berdiam di dalam hati kita ( Kisah Para Rasul 1:8). Tentunya dengan kuasa dan  perlengkapan yang Tuhan berikan akan membuat setiap hamba-hambaNya  kreatif dan inovatif dalam strategi pelayanannya, kuat dalam penderitaan karena penginjilan, pelayanannya  bersifat dinamis namun memiliki daya tahan iman yang kuat.

Rasul Paulus sangat kreatif dan lihai dalam pemberitaan injil Dia memanfaatkan bukan saja hanya saat suasana aman tenang, tetapi di saat terancampun, bahkan dipenjara sekalipun Rasul Paulus tetap menginjili. Posisi atau status kita sebagai Hamba Tuhan, pelayan Tuhan, pemberita Injil (Evangelis), profesional di bidang masing-masing, bagian dari berbagai kumpulan sosial seperti kumpulan marga-marga, STM, yayasan, alumni-alumni atau persekutuan-persekutuan tertentu  sesunggunya membuka bagi kita ladang-ladang penginjilan yang semakin luas.

Mari semakin efektifkan waktu, tenaga, doa, pengetahuan dan pikiran, materi dan setiap kesempatan yang muncul  untuk tetap ambil bagian dalam Amanat Agung ini yaitu penginjilan. Tuhan sudah berlata bahwa “lihatlah ladang-ladang yang sudah menguning dan telah siap dituai”. Bagi kita semua sudah ada sabit yang Tuhan siapkan untuk menyabit atau memanennya.

Mengerjakan panggilan pelayanan ini tidaklah mudah. Kadang kita mengalami penolakan, ditinggalkan, dihina, tidak dianggap, merasa sendiri dan berjalan sendiri, tidak ada yang mendukung. Mungkin ada yang Lelah secara jasmani ataupun lelah pikiran. Namun tugas panggilan ini, salib ini, harus tetap kita pikul. Lewat renungan di bagian dua ( PART-2 ) yang lalu  kita semua akan dihiburkan dan dikuatkan. Dengan demikian Penginjilan (dalam berbagai cara dan metoda) bukan lagi sekedar tugas akan tetapi menjadi kesukaan yang dibarengi kerelaan. Kiranya Tuhan menguatkan kita untuk menjadi hambaNya yang setia. Selamat Pagi dan selamat beraktivitas. Tuhan Yesus memberkati, Shalom

Ev. Harles Lumbantobing

(www.hartob.blogspot.com)


Klik di sini untuk kembali membaca  PART-1.....

KLIK ini untuk kembali membaca PART-2......... 

Klik ini untuk melnjutkan ke Part-4



KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya 

di Daftar... ARSIP.......

 

Rabu, 04 Desember 2024

SEKALI MELANGKAH TETAP BERJALAN PART-2

 

“SEKALI MELANGKAH TETAP BERJALAN”

PART-2

 

2 Timotius 4:5

 

Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!

 

Melayani sungguh-sungguh itu berarti  menyerahkan diri kita sepenuhnya menjadi pelayan Tuhan. Memberi diri melayani tentunya karena dorongan KASIH kepada Tuhan dan sesama.  Jadi melayani ditujukan kepada manusia tetapi didorang oleh kasih kepada Tuhan. Dalam pelayanan itu seseorang harus siap menderita, siap tidak dihargai, dan tujuan melayani bukan supaya memperoleh penghargaan, tetapi ucapan syukur dan tanda taat kepada Kristus.

Renungan ini merupajan lanjutan (Part-2) dari renungan sebelumnya. Bahwa di bagian pertama (PART-1) kita diingatkan supaya menguasai diri dalam segala hal. Lalu selanjutnya bagian kedua  Nas ini mengajarkan kita untuk Sabar Menderita.

 

Saudara, sejak awal di kitab Injil diberitakan bahwa Yesus sudah menyampaikan kepada murid-muridnya tentang  segala penderitaan, bahaya, penganiayaan dan ancaman yang mereka akan hadapi dan alami karena nama Yesus. Itu sebabnya dalam Lukas 14:28-33 Yesus mau mengatakan bahwa barangsiapa yang mau mengikut Yesus dan menjadi muridNya harus benar-benar memikirkan, mempertimbangkan dan meyakini sungguh-sungguh untuk mengikut Yesus. Sebab Yesus sudah berkata “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku” (Lukas 14:27). Jangan sampai di awal dia berkata “aku akan mengikut Engkau kemanapun Engkau pergi” tetapi di tengah jalan berhenti atau malah mundur.

Demikian juga tentang Rasul Paulus, Tuhan  sudah mengatakan betapa banyaknya penderitaan yang harus dia tanggung karena nama Yesus ( Kisah Para Rasul 9:16). Faktanya dalam perjalanan pelayanan Rasul Paulus dia mengalami begitu banyak penderitaan yang tidak habis-habisnya. Dari satu kota ke kota yang lainnya dia terus menerus mengalami berbagai penderitaan dan ancaman. Namun semangat dan api penginjilan tidak pernah redup. Bahkan saat dia dipenjarapun dia terus menerus mencari cara untuk tetap memberitakan Injil. Meskipun fisik/jasmaninya  terpenjara tetapi Firman Tuhan tidak terpenjara. Rasul Paulus menulis surat-surat. Ya dia menulis. Dia menulis surat-surat penggembalaan dan penginjilan ke jemaat-jemaat bahkan ke personal personal dari dalam penjara.

Saudara yang dikasihi Tuhan. Mengapa pengikut Kristus harus menderita? Firman Tuhan menegaskan bahwa  setiap pengikut Kristus harus mengalami penderitaan adalah karena Pemberitaan Injil (2 Timotius 2:9, 2 Timotius 1:8). Sehingga tidak ada alasan lain bagi seorang pelayan/pengikut Kristus untuk menderita selain karena Injil. Sebab Injil (pemberitaan tentang Salib) adalah kebodohan bagi dunia ( 1 Korintus 1:18). Bentuk penderitaan di luar konsep ini bukanlah penderitaan yang diperhitungkan sebagai kasih karunia bagi Allah ( 1 Petrus 2:19-20)

Kalau begitu bagaimana kita menyikapi penderitaan ini? Apakah ini  karunia atau malah kutukan bagi yang mau mengikut Yesus?  Tentu bukan kutukan. Dalam Filipi 1:29 disampaikan bahwa ada dua hal yang menjadi sepaket yang Tuhan karuniakan kepada kita pada waktu kita bertobat yaitu Karunia percaya (keselamatan) dan karunia menderita (ketahanan mengerjakan dan menjalani keselamatan). Ini sesunggunya tidak bisa terpisah. Tuhan tidak akan memberikan karunia keselamatan kepada seseorang tanpa Dia mengaruniakan juga karunia penderitaan. Sebab Yesus sudah tahu sejak semula apa yang akan dialami setiap yang mengikut Dia.

Karena itu Paulus mengingatkan kita dalam Nas hari ini supaya kita SABAR MENDERITA  bukan “sabar kalau nanti akan menderita” lagi, tetapi sabar karena sudah dan sedang mengalaminya. Kalau tidak, maka kita sedang menyianyiakan karunia keselamatan dan pengorbanan Kristus.

Paulus dihambat dari segala sisi untuk memberitakan Injil itu. Bagaimana dengan bapak/Ibu saudaraku sekalian? Hambatan apakah yang membentang di hadapan kita pribadi lepas pribadi saat ini? Ekonomikah? Kesehatankah? Waktu? Pekerjaan/Profesi? Atau malah lembaga pelayanan di mana kita bernaung? Atau Orang-orang lain?.  Apakah itu turut membelenggu Injil yang akan kita beritakan?. Melalui renungan ini mari kita saling mendukung di dalam doa dalam perjalanan pelayanan kita masing-masing, supaya kita tetap kuat berdiri dalam memikul salib kita.

Secara pribadi jika melihat apa yang dialami Rasul Paulus dalam penderitaannya menggemakan Penginjilan itu (II Kor 11: 22-28) sungguh saya harus tertunduk malu. Tetapi lewat renungan ini kita harus bangkit dan menegakkan kepala untuk berdiri teguh dalam Injil.  Mungkin kita tidak bisa berlari secepat Paulus atau penginjil-penginjil lain, tetapi setidaknya kita masih terus melangkah maju.

Saudaraku, penderitaan apa yang sudah saudara dan saya alami selama mengikut Yesus mengemban amanat agungNya?. Tentunya setiap penderitaan yang akan kita alami tidak akan sama satu dengan yang lain, tetapi kita harus memastikan konsep penderitaan dalam Kristus Yesus. Penderitaan itu adalah pengorbanan. Kita belum sampai kepada kasih yang Tuhan maksudkan sampai kita mau memberi atau mengeluarkan atau mengorbankan sesuatu dari diri kita kepada Tuhan demi Injil melalui orang-orang disekitar kita. Kalau belum ada dari diri kita yang berkurang, atau terpotong, atau dikorbankan apakah itu tenaga, waktu, materi, pengetahuan atau ilmu, hobby dan lain sebagainya sehingga kita mengalami penderitaan maka kita masih jauh dari konsep penderitaan yang Tuhan maksud.

Mari tetap semangat, mari bersama para Penginjil setia seluruh dunia untuk menggemakan bersama pernyataan Paulus dalam Roma 8:18 “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.” Karena itu di dalam penderitaan karena Injil (juga kesaksian hidup) kita harus kuat, tegar, dan setia sebab sesungguhnya semua penderitaan itu tidak sebanding dengan upah (kemuliaan)  yang Tuhan akan  berikan kelak, meskipun bukan upah itu yang kita kejar tetapi syukur kita karena kita sudah diselamatkan, dan itu adalah tanda bahwa kita mengasihi Tuhan.

Kiranya Tuhan memberkati pelayanan kita semua. Selamat Pagi dan selamat berjalan bersama Kristus.

 

Shalom,

 

Ev. Harles Lumbantobing


Klik di sini untuk kembali membaca PART-1.....

KLIK ini untuk kembali membaca PART-3......... 

Klik ini untuk melnjutkan ke Part-4



KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya 

di Daftar... ARSIP.......

 

Selasa, 03 Desember 2024

SEKALI MELANGKAH TETAP BERJALAN PART1

SEKALI MELANGKAH TETAP BERJALAN

PART-1

 2 Timotius 4:5

 

Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!

 

 Melayani sungguh-sungguh itu berarti  menyerahkan diri kita sepenuhnya menjadi pelayan Tuhan. Memberi diri melayani tentunya karena dorongan KASIH kepada Tuhan dan sesama.  Jadi melayani ditujukan kepada manusia tetapi didorang oleh kasih kepada Tuhan. Dalam pelayanan itu seseorang harus siap menderita, siap tidak dihargai, dan tujuan melayani bukan supaya memperoleh penghargaan, tetapi ucapan syukur dan tanda taat kepada Kristus.

2 Timotius 4:5 ini adalah bagian dari pesan Rasul Paulus yang disampaikan dengan SUNGUH-SUNGGUH supaya kita tetap memberitakan Injil. Sebab Rasul Paulus berkata bahwa akan tiba waktunya orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat (ayat3). Bukan saja tidak mau menerima, tetapi lebih parahnya bahwa mereka tidak dapat lagi menerima ajaran sehat itu, bahkan para guru-guru dan pemberita-pemberita Injil yang benar pun tidak akan mereka dengar lagi. Ini berarti bahwa kesempatan kita juga untuk memberitakan injil kebenaran itu ada batasnya.   Sebab jika batas itu sudah tercapai tiada guna lagi kita menyesal dan mencoba berjuang untuk memberitakannya. Karena itu  selama masih ada masa perkenanan dan kesempatan ini  Paulus menasihatkan (bahkan menggunakan kata sungguh-sungguh) supaya kita tetap  siap-sedia, baik atau tidak baik waktunya untuk memberitakan Injil itu.

 

Untuk itu dalam 2 Timotius 4:5 Rasul Paulus berkata: “KUASAILAH DIRIMU DALAM SEGALA HAL” (sebagai bagian pembahasan yang pertama).

 

Kira-kira jika kita tanya hati kecil kita “Apakah motivasi saya  saat memulai pelayanan masih sama dengan motivasi saya saat ini? Apakah semangat dan kerinduan saya dulu dan sekarang masih tetap sama dengan saat ini?” seharusnyalah kita menjawanya “Ya, masih sama”  atau bahkan berkata “Ya, dan makin semangat”. Sebab hal itu mengkonfirmasi bahwa kita masih tetap berjalan dalam panggilannya. Mungkin barangkali ada yang  bukan sekedar berjalan tetapi sudah berlari kecil, bahkan berlari kencang. Tetapi kalaupun kita tidak bisa berlari tetapi setidaknya kita masih tetap  melangkah.

Untuk tetap melangkah bahkan berlari tentunya kita perlu menguasai diri. Dalam hal ini Rasul Paulus berkata supaya kita menguasai diri dalam segala hal, bukan dalam hal-hal tertentu saja. Menguasai diri dalam segala hal memang tidak mudah. Bisa saja kita konsisten bisa menguasai diri dalam satu hal tetapi dalam lain hal kita tidak bisa menguasai diri atau lepas kontrol.

Hal ini sangat penting sekali sebab ketika kita tidak bisa menguasai diri dalam satu hal saja maka yang kita pertaruhkan bukan diri kita lagi, tetapi terhambatnya injil untuk diberitakan. Atau tertolaknya Injil yang kita coba beritakan karena ketidakmampuan kita mengandalikan diri dalam satu hal itu. Ini artinya ketidakmampuan menguasai diri berpotensi menyebabkan orang lain akan binasa dalam arti tertolaknya Injil keselamatan yang kita beritakan.  Tentunya penguasaaan diri ini erat hubungannya dengan kesaksian hidup kita sehari-hari dan buah Roh yang kita hasilkan dalam kehidupan kita terhubung dengan orang-orang disekitar kita.

Urgensi menguasai diri dalam segala hal dijaman-jaman akhir ini sangatlah penting supaya kontinuitas pemberitaan Injil tetap terhambat dan semakin banyak jiwa-jiwa yang dimendangkan lewat setiap pemberitaan Injil itu.

Kiranya renungan singkat ini menyemangati kita semua dan Tuhan Yesus memberkati,  Shalom dan selamat beraktivitas di hari yang baru.

 

Salam
(Ev.Harles Lumbantobing) 



Senin, 02 Desember 2024

TUNGGU! JANGAN TEBANG DULU

TUNGGU! JANGAN TEBANG DULU

Lukas 13:6-9 )

Lukas 13:6-9 (TB)

13:6 Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: "Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya.

13:7 Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!

13:8 Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya,

13:9 mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!"

============================

 

Kita semua pasti pernah merasa kecewa. Kecewa muncul ketika apa yang kita harapkan, inginkan, cita-citakan tidak tercapai. Mungkin kita sudah bekerja keras dan berharap bahwa hasilnya akan begini-begitu tetapi ternyata tidak seperti yang kita harapkan.

 

Bisa saja kita kecewa akan pasangan kita, akan anak-anak kita, akan rekan-rekan sekerja kita, rekan sepelayanan, atau pemimpin-pemimpin kita dalam berbagai bidang. Mungkin kita berkata “kalau tahu ku dulu bakal begini aku tidak akan mau” , Atau berkata “tidak kusangka akhirnya jadi begini”…untuk suatu kejadian, atau berkata “kok jadi begini yah  dan lain sebagainya.

Untuk berkata kepada anak-anak “apa lagi yang tidak kulakukan, semua sudah kulakukan bagimu tetapi kok kamu jadi beginiBahkan untuK diri kita sendiri juga kita bisa kecewa dan berkata “aku kecewa terhadap diriku, kok aku tidak bisa seperti mereka yah, kok aku penakut yah” dan lain sebagainya.

 

Dalam Nas Lukas 13:6-9 ini Yesus menceritakan perumpamaan ini.  Bahwa  Pemilik ladang anggur itu  kecewa dengan pohon ara yang juga ada ditanam juga di ladang itu,  dimana ketika pemilik kebun itu menginginkan buahnya  ternyata pohon ara itu tidak berbuah. Bahkan sudah tiga tahun dia tunggu dan datangi tetapi tidak berbuah juga. Lalu pemilik ladang itu meminta kepada penjaga kebun itu untuk menebang pohon ara itu. Dia berkata: “tebang saja! untuk apa dia hidup di tanah ini dengan percuma?

 

Saudaraku Bapak Ibu  para Penginjil,  Jika Pemilik kebun ini adalah Allah dan pohon ara itu adalah kita. Maka tentunya Allah juga barangkali sering sekali  kecewa dengan kita. Dia mengharapkan kita yang percaya kepadaNya menghasilkan buah kepercayaan kita. Saat Tuhan menginginkan buah itu ternyata tidak ada kita hasilkan/keluarkan maka Tuhan pasti akan kecewa dan bisa saja dia akan memperlakukan kita seperti pohon ara itu.

 

Buah apa yang Tuhan kehendaki kita hasilkan?

Sebagaimana perumpamaan ini, tentunya pohon ara ini berbicara tentang orang yang sudah bertumbuh, atau kita sebutkan saja orang-orang yang menyatakan diri sebagai orang percaya.  Pertumbuhan itu tentunya baik, tetapi Tuhan mengharapkan hasil dari pertumbuhan itu adalah buah.  Dan buah yang Tuhan harapkan adalah  BUAH YANG BAIK/MANIS BUKAN BUAH YANG BUSUK  ATAU BUAH ASAM.

 

Kapan sesungguhnya buah-buah ini dibutuhkan sang pemilik kebun itu? Ingat Matius 25: 31-40 (apa saja yang kamu perbuat kepada……..sudah memperbuatnya untuk Aku). Artinya ketika pertumbuhan iman kita membuahkan buah manis, buah tersebut seharusnya bisa dinikmati oleh banyak orang di sekitar kita yang membutuhkan.  Tuhan tidak mengharapkan kita bertumbuh lalu berbuah hanya untuk diri kita saja. Buah dari pohon yang baik sekalipun meskipun buahnya manis kalau tidak dipetik atau dipanen dan dinikmati orang lain, akhirnya akan busuk juga dan terbuang sia-sia.

 

Bagi kita yang sadar bahwa kita sering membuat Tuhan kecewa  dengan hidup kita, tentu pertanyaannya adalah mengapa saat ini kita belum ditebang juga? Ayat 8 menunjukkan mengapa saat ini pohon ara (kita) yang mengecewakan itu belum ditebang. Kita katakanlah bahwa Pengurus kebun itu adalah Roh Kudus. Roh Kudus  berkata kepada Bapa, “Berilah dulu kesempatan 1 tahun lagi (1 tahun ini menunjukkan ada batas waktu) , aku akan mengurusnya, tetapi kalau tahun depan ia tidak berbuah juga tebanglah dia”.  Artinya bahwa faktanya kita sudah akan ditebang, tetapi oleh Roh Kudus  kita masih diberi kesempatan lagi. Mungkin Tuhan sudah berkata “Aku kecewa seharusnya dia sudah melakukan ini itu demi namaKu, ke sana kesini demi namaKu, tetapi tidak juga dia menghasilkan sesuatu buah yang baik bagiKu, SUDAH….tebang saja dia.

 

Namun Syukur bagi Tuhan kita, kesempatan masih diberikan kepada kita. Roh Kudus akan mengajar, mengingatkan, menegur, menuntun supaya iman kita bertumbuh subur, dan berbuah manis seperti yang diharapkan. Mengingat ada batas waktu yang diberikan, artinya masa penantian Tuhan (kesempatan itu) ada batasnya maka tentunya kita harus hati-hati.  Lukas  3:9 berkata:  Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, akan ditebang dan dibuang ke dalam api." (Saya selalu membayangkan bahwa di atas kepala saya sudah selalu ada kapak yang siap menebas jika saya tidak menghasilkan buah yang baik).

 

Saudaraku sahabat Penginjil, Saat ini jika kita masih punya kesempatan untuk hidup, mari jangan sia-siakan atau salah gunakan kesempatan ini. Apa yang bisa kita lakukan supaya bisa berbuah pada waktunya?

a.  Mengasihi Allah dengan segenap hati kita dan dengan segenap jiwa kita  dan dengan segenap akal budi kita dan dengan segenap kekuatan kita dan mengasihi sesama manusia seperti diri kita sendiri (Markus 12:30-31). Artinya tidak ada cara lain mengasihi Allah selain mengasihi manusia yang dikasihi Allah itu.

b. Tetap tinggal dalam Firman Tuhan dan Firman Tuhan tinggal dalam kita.

c. Jangan menolak tuntunan Roh Kudus yang memanggil kita dan berbicara melalui hati nurani kita.

d. Tetap setialah melayani dan beribadah kepada Tuhan. Ibadah itu adalah cara Tuhan untuk memupuk, mengurus dan memelihara kita.

 

AMIN.

Kiranya renungan ini menguatkan kita untuk menjalani hari-hari kita. Selamat  beraktifitas,  Tuhan Yesus memberkati  

Shalom  

Ev. Harles Lumbantobing



KLIK  ARSIP  untuk melihat tulisan lainnya 

di Daftar... ARSIP.......